STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

(1)

1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data pada tahun 2000 sampai 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur terbanyak. Menurut (Tanra, 2007 dalam Akbar, 2009), jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Sehingga dalam jumlah ini, mayoritas mereka masih menderita nyeri karena pengelolaannya yang belum adekuat. Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda-beda dengan penyebab yang berberbeda-beda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2009, mencatat terdapat 1.305 kasus fraktur tengkorak dan tulang muka yang berada pada posisi 3 pada sepuluh penyakit terbanyak rawat inap. Berdasarkan data fraktur yang diperoleh dari RS Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2009 mencapai 876 kasus fraktur dengan distribusi 86,2% fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup. Berdasarkan catatan rekam medik RS Dr.Soetomo Surabaya diketahui 68,14% jenis fraktur yang terjadi adalah fraktur ekstremitas bawah dan ekstremitas atas (Medikal Record RS Dr.Soetomo Surabaya, 2009).

Fraktur merupakan retak atau patah pada tulang yang utuh, umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (R.Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada monopouse (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).


(2)

2

Open fracture merupakan patah tulang terbuka dimana terjadi hubungan langsung dengan lingkungan luar melalui kulit yang menyebabkan terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (Chairuddin rasjad, 2008). Surgical Site Infection atau Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi yang ditakuti dari bedah ortopedic (Shrestha et al., 2013). Pasien yang mengalami ILO sebanyak 60% kebanyakan menghabiskan waktu di unit perawatan intensif dan biaya perawatan kesehatan meningkat secara substansial pada pasien yang mengalami ILO. Umumnya ILO pada tulang terbuka dipengaruhi oleh tingkat kerusakan jaringan dan waktu.

Penelitian yang dilakukan oleh Suhendra di RSUD. Dr.Soetomo Surabaya membuktikan bahwa bakteri gram negatif merupakan kontaminan utama 80% yang dilakukan kultur oleh pasien open fracture. Jenis bakteri ini yang biasanya menginfeksi luka open fracture pre debridement cukup banyak. Tetapi menurut penelitian terdahulu bakteri tertentu contoh Staphylococcus aureus tetap menjadi bakteri kontaminan penyebab infeksi paling banyak pada pasien open fracture. Selain itu basil gram negatif dan bakteri anaerob juga sering didapatkan menjadi penyebab infeksi pada pasien open fracture. Dari golongan gram positif biasanya didapatkan Streptococcus sp dan Stafillokokus aureus. Sedangkan dari golongan gram negatif biasanya didapatkan bakteri Pseudomonas sp, Entrococcus, Enterobacter, Klebsiella, dan Proteus sp. Banyaknya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada kasus Open fracture ini disebabkan oleh karena kulit dan tulang yang terluka akibat fraktur mengandung banyak protein seperti kolagen dan fibronektin yang ketika Open fracture terjadi akan terpajan dengan udara bebas dan menyebabkan banyak kuman di udara serta flora normal di kulit melekat pada daerah luka. Semakin besar tingkat kerusakan jaringan dan semakin lama waktu dari saat kejadian sampai dilakukannya tindakan debridement, semakin besar kemungkinan terjadi infeksi. Pada open fraktur tibia derajat II dan III yang dilakukan debridemen sebelum 5 jam dari saat kejadian didapatkan 7 % subjek terinfeksi. Sedangkan pada penderita yang dilakukan 5 jam setelah kejadian trauma didapatkan kejadian infeksi sebesar 38%. Batasan waktu yang


(3)

3

digunakan sebagai golden period yang memungkinkan kuman-kuman patogen akan mencapai jumlah dan virulensi yang cukup untuk menimbulkan infeksi dilaporkan berbeda-beda 6-7 jam, 8 jam atau 10 jam (Kindsfeter K, dkk, 1995).

Penanganan open fracture awal adalah untuk mengontrol perdarahan, mengurangi nyeri, mencegah iskemia-reperfusi cedera, dan mencegah kontaminasi serta infeksi misal benda asing dan jaringan nonviable. Hal ini akan meminimalkan komplikasi yang mungkin dapat terjadi (Buckley, 2004). Sehingga terapi yang diberikan pada open fracture adalah kondisi umum, cuci luka, debridement dalam golden period (6 jam), imobilisasi, luka ditutup kain bersih, pencegahan tetanus, antibiotik sefalosporin, antinyeri (ketorolak, asam mefenamat), dan antibiotika golongan lain yang tepat diberikan pada kasus tersebut. Harapannya terapi yang diberikan adekuat sehingga mengurangi tingkat nyeri dan mengatasi kontaminasi infeksi.

Menurut ASHP Therapeutic Guidelines antibiotik sefalosporin dan antibiotik lain yang ideal pada kasus open fracture adalah harus mencapai beberapa tujuan yaitu, mencegah ILO pasca operasi, mencegah morbiditas dan mortalitas akibat infeksi pasca operasi, mengurangi durasi dan biaya perawatan akibat ILO, tidak menimbulkan efek samping, tidak memiliki konsekuensi yang merugikan bagi flora normal dari pasien.

Patogen yang terdapat pada operasi orthopedic open fracture seperti Staphylococci, Streptococci, Gram (-) bacilli, dan bakteri anaerob diberikan sefazolin 1g sebagai rekomendasi antibiotika profilaksisnya. Sefazolin harus diberikan sendiri pada open fracture derajat 1 dan 2 dengan durasi 24 jam (Orlando Regional Medical Center, 2012). Open frcture derajat I dan II direkomendasikan sefazolin 1g iv sebagai antibiotika profilaksis, sedangkan pada open fracture derajat III direkomendasikan kombinasi sefazolin 1g iv dengan gentamisin 2mg/kg sebagai antibiotika profilaksis dan bila pasien alergi golongan penisilin maka direkomendasikan klindamisin 600 mg (Anonim,2006).

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini di lakukan untuk mengetahui penggunaan antibiotika golongan sefalosporin pada pasien penderita patah tulang terbuka.


(4)

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diajukan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana penggunaan antibiotika golongan sefalosporin pada pasien patah tulang terbuka di RSSA Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui penggunaan obat antibiotika golongan sefalosporin pada pasien patah tulang terbuka di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

Mengkaji penggunaan antibiotika golongan sefalosporin yang dikaitkan dengan jenis, rute, frekuensi dosis.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai database atau bahan informasi dalam rangka pengembangan farmasi klinik.

b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, terutama berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik.

c. Sebagai bahan masukan bagi instalasi farmasi untuk menyusun perencanaan pengadaan obat.


(5)

SKRIPSI

RASYIDIN RUMLUS

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

GOLONGAN SEFALOSPORIN

PADA PASIEN PATAH TULANG TERBUKA

(

Open Fracture

)

(Penelitian Dilakukan di Intalasi Rawat Inap RSUD Dr.Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(6)

ii

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN

SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG

TERBUKA (Open Fracture)

(Penelitian Dilakukan di Intalasi Rawat Inap RSUD Dr.Saiful Anwar Malang)

SKRI

PSI

DIbuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi

pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

2014

Oleh :

RASYIDIN RUMLUS

NIM : 201010410311087

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Didik Hasmono, MS., Apt Hidajah Rachmawati, S.Si,Apt,Sp.FRS NIP .195809111986011001 NIDN. 0713127102


(7)

iii

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN

SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG

TERBUKA (Open Fracture)

(Penelitian Dilakukan di Intalasi Rawat Inap RSUD Dr.Saiful Anwar Malang)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji

pada tanggal 12 Juli 2014

Oleh :

RASYIDIN RUMLUS

201010410311087

Tim Penguji

Penguji I

Penguji II

Drs. Didik Hasmono, MS., Apt Hidajah Rachmawati, S.Si,Apt,Sp.FRS NIP .195809111986011001 NIDN. 0713127102

Penguji III

Penguji IV

Dra. Lilik Yusetyani, Apt.,Sp.FRS Nailis Syifa’, S.Farm.,M.Sc.,Apt NIP .114.0704.0450 NIDN. 0727118602


(8)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudulo STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang).

Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuaan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayatNya kepada umatnya, serta Rasulullah SAW, yang sudah menuntunkita menuju jalan yang lurus

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah meberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan 3. dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang

beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

4. Ibu Nailis Asyifa’, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Bapak Drs. Didik Hasmono.,M.S.,Apt. dan Ibu Hidajah Rachmawati,S.Si.Apt.Sp.FRS selaku Dosen Pembimbing I dan II,disela kesibukkan waktu Bapak dan Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk


(9)

v

membimbing dan memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani., Apt.Sp.FRS dan Ibu Nailis Syifa’ S.Farm.,M.Sc..,Apt selaku dosen penguji I dan II, yang telah banyak meberikan saran san maukkan kesempurnaan skripsi ini.

7. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhahamdiyah Malang yang sudah memberikan ilmunya dsan waktunnya, Pak Inoni, Pak Bambang, Almarhum Pak Hadi, Pak Rajaram, Pak Amir, Pak Ahyana, Pak Heru, Pak Ferdiansyah, Pak Hera, Ibu Rofida, Ibu Arin, Ibu nggrid, Ibu Ina, Ibu Dian, Mas Fendi, Ibu Radit, Ibu Retno, Ibu Nikmah dan Ibu sandy. 8. Untuk kedua orang tuaku tercint, Bapak Ali Rumlus dan Ibu Hadijah

Rumlus yang tidak pernah menyerah membesarkan dan mendidik keempat anaknya sampai sekarang.

9. Untuk kak Hajar yang cantik dan adik-adikku yang cakep. Terima kasih atas dukungannya dalam membuat skripsi ini.

10.Untuk teman-teman dan sahabat-sahabat tercinta, mas Fahri, Fauzi, Mifta, Esti, Destry, Titin, Wawan, Rengky, Agi, Iin, Randi dan teman-teman yang lain yang tak bisa disebutkan nama-namanya. Teima kasih atas dukungan dan motivasi selama pembuatan skripsi.

11.Untuk Rizki Purwandari terima kasih atas dukungan dan motivasi, sehingga lancar pembuatan skripsi ini.

12.Anak-anak Farmasi 2010 terima kasih telah menjadi temanku.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi waborakatuh

Malang, 04 Juli 2014 Penyusun


(10)

vi

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG TERBUKA (Open Fracture)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Fraktur merupakan retak atau patah pada tulang yang utuh, umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan kecelakaan. Sedangkan pada wanita lebih sering mengalami fraktur yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada monopouse. data pada tahun 2000 sampai 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur terbanyak. Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2009, terdapat 1.305 kasus fraktur tengkorak dan tulang muka yang berada pada posisi 3 pada sepuluh penyakit terbanyak rawat inap.

Fraktur terbuka (open fracture) merupakan patah tulang terbuka yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga menyebabkan terjadinya infeksi. Klasifikasi fraktur terbuka (open fracture) menurut Rasjad 2007, derajat I (Garis patah sederhana, ukuran luka kurang atau sama dengan 1 cm, luka bersih), derajat II (Garis patah sederhan, ukuran > 1 cm, tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas), derajat IIIA (Trauma karena hantaman kuat, patah tulang masih tetap ditutup dengan jaringan lunak), derajat IIIB (Tulang terbuka, tidak tertutup jaringan lunak, kontaminasi serius, memerlukan tindakan flap dan skin graft), dan derajat IIIC (Terdapat kerusakan parah pada pembuluh darah arteri yang memerlukan perbaikan, berisiko besar amputasi dan infeksi). Fraktur terbuka (open fracture) bisa menyebabkan nyeri akibat mengenai langsung serabut saraf.

Pada penatalaksanaan terapi fraktur terbuka (open fracture) ada beberapa manajemen yang perlu diberikan adalah pencucian luka, debridement, pengobatan fraktur terbuka (open fracture), immobilisasi fraktur, dan pencegahan tetanus. Antibiotika sefalosporin merupakan golongan antibiotika betalaktam dengan mekanisme kerja antimikroba (menghambat sintesis dinding sel mikroba). Antibiotika sefalosporin bisa digunakan sebagai terapi maupun profilaksis yaitu direkomendasi pada pasien yang belum terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Antibiotika sefalosporin umumnya aman dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada bedah orthopedic. Klasifikasi antibiotika sefalosporin yang umumnya diberikan pada pasien fraktur terbuka (open fracture); generasi pertama cefazoline dan cefadroxil memiliki aktivitas lebih besar terhadap bakteri gram positif staphylococcus aureus daripada bakteri gram negatif Escherichia coli, Klebsiella sp. Proteus mirabilis. Generasi kedua sefamandol dan sefuroksim memiliki aktivitas lebih aktif terhadap bakteri gram negatif H.influenza, Proteus, Klensiella, gonococci daripada bakteri gram positif streptococcus pneumoni. Generasi ketiga ceftriaxone, cefotaxime, cefixime, dan ceftazidim memiliki aktivitas yang baik terhadap bakteri gram positif dan gram negatif Psedeumonas spp, Entherobacter, S. pneumonia, S. pyogenes, H. influenza, H. parainfluenzae, dan Moraxella catarrhali. Generasi


(11)

vii

keempat cefepim dan cefpirom memiliki aktivitas yang mirip dengan generasi ketiga Pseudomonas.

Pemilihan antibiotika sefalosporin diberikan berdasarkan jenis operasi atau pembedahannya. Fraktur terbuka (open fracture) dengan kerusakan jaringan terbuka termasuk dalam operasi terkontaminasi, dan bila lebih dari empat jam maka termasuk jenis operasi kotor, sehingga antibiotika sefalosporin direkomendasikan sebagai terapi dan profilaksis sesuai dengan pola peta kuman dari setiap rumah sakit.

Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, dianalisa secara deskriptif, dan menggunakan data pasien fraktur terbuka (open fracture) yang di rawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dari periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013. Data yang didapatkan dari rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 33 pasien. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 25 pasien (76%) berusia 20-39 tahun (30%). Penyebab pasien mengalami fraktur terbuka (open fracture) paling banyak akibat kecelakaan sebanyak 29 pasien (88). Antibiotika tunggal yang paling banyak digunakan pada pasien fraktur terbuka (open fracture) golongan sefalosporin generasi pertama: cefazoline 3x1g rute iv sejumlah 13 pasien 19%, cefadroxil 2x500mg rute po, golongan sefalosporin generasi ketiga: ceftriaxone 2x1g rute iv sejumlah 16 pasien (23%), golongan aminoglikosida: gentamicin 2x80mg rute iv sejumlah 15 pasien (21%), golongan kuinolon: levofloxacin 1x500mg iv sejumlah 1 pasien 4%, ciprofloxacin 2x400mg iv sejumlah 2 pasien 3%. Antibiotika yang paling banyak diswitch pada pasien fraktur terbuka (open fracture) diberikan cefazoline 2x1g rute iv diswitch cefadroxil 3x500mg rute po (19%), ceftriaxone 2x1g rute iv diswitch gentamicin 2x80mg rute iv (14%), dan cefazoline 3x1g rute iv diswitch gentamicin 2x80mg rute iv (10%). Kombinasi dua antibiotika yang paling banyak diberikan pada pasien fraktur terbuka (open fracture) yaitu cefazoline dan gentamicin sejumlah 8 pasien (40%), ceftriaxone dan gentamicin sejumlah 3 pasien (15%), ceftriaxone dan cefadroxil sejumlah 3 pasien (15%). Antibiotika Sefalosporin yang digunakan pada pasien fraktur terbuka (open fracture) ceftriaxone sejumlah 18 pasien (39%).


(12)

viii

ABSTRACT

DRUG UTILIZATION STUDY OF ANTIBIOTIC CEPHALOSPORINS IN PATIENT OPEN FRACTURE

(Research at Hospital of Dr. Sauful Anwar Malang)

Background: Open fracture is contact with the external environment that cause bacterial contamination causing complications such as infection. Open fractures is including contamination surgical. Antibitotika cephalosporins as therapy and prophylaxis is recommended.

Objective: The study aims to determine the pattern of antibiotic cephalosporin utilization in patients open fracture in RSU Dr. Saiful Anwar and examines the relationship antibiotic therapy related to the kind, route, and frequency of dose associated with clinical data in RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling method in patients open fracture from January 2012 to December 2013.

Results and Conclusions: This study there were 33 patients. 16 patients (23%) received antibiotic ceftriaxone single dose in open fracture. 4 patients (19%) received antibiotic cefazoline 3x1g rute iv, cefadroxil 2x500mg route po switched in open fracture. 8 patients (40%) received two combinationts of antibiotics cefazoline 2x1g route iv+gentamicin 2x80mg route iv in open fracture. 7 patients (39%) received antibiotic sefalosporin ceftriaxone 2x1g route iv in open fracture.


(13)

ix

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG TERBUKA (Open Fracture)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar belakang: Fraktur terbuka (open fracture) adalah patah tulang terbuka yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar yang menyebabkan terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Fraktur terbuka (open fracture) termasuk dalam operasi terkontaminasi sehingga antibitotika sefalosporin sebagai terapi maupun profilaksis sangat direkomendasikan.

Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika sefalosporin pada pasien fraktur terbuka (open fracture) di RSU Dr. Saiful Anwar dan mengkaji penggunaan antibiotika golongan sefalosporin yang terkait dengan jenis, rute, dan frekuensi dosis yang dikaitkan dengan data klinik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

Metode: Penelitian ini bersifat observasional yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien fraktur terbuka (open fracture) periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013.

Hasil & Kesimpulan: Data yang didapatkan dari rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 33 pasien. Antibiotika tunggal yang paling banyak digunakan pada pasien fraktur terbuka (open fracture) ceftriaxone sejumlah16 pasien 23%. Antibiotika yang paling banyak diswitch pada pasien fraktur terbuka (open fracture) (cefazoline 3x1g rute iv sejumlah 13 pasien, cefadroxil 2x500mg rute po) (19%). Kombinasi dua antibiotika yang paling banyak digunakan pada pasien fraktur terbuka (open fracture) cefazoline 2x1g rute iv+gentamicin 2x80mg rute iv sejumlah 8 pasien (40%). Antibiotika sefalosporin yang paling banyak digunakan pada pasien fraktur terbuka (open fracture) ceftriaxone 2x1g rute iv sejumlah 7 sebesar 39%.


(14)

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...………... iv

RINGKASAN ...………... vi

ABSTRAK ...………... viii

DAFTAR ISI ...………... x

DAFTAR TABEL ...…….……… xiv

DAFTAR GAMBAR …..……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN ..………. 1

1.1 Latar Belakang….……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ..……… 4

1.3.1 Tujuan Umum ………..……….. 4

1.3.2 Tujuan Khusus …..………. 4

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ….……… 5

2.1 Fraktur……… 5

2.1.1 Defenisi Fraktur ……… 5

2.1.2 Epideomologi Fraktur ……….. 5

2.1.3 Klasifikasi Fraktur ……… 6

2.1.3.1 Fraktur Tertutup (close Fracture) .………... 6

2.1.3.2 Fraktur Terbuka (open fraktur)……….………... 6

2.1.4 Klasifikasi Fraktur Terbuka...………... 7

2.1.5 Etiologi Fraktur....………... 8

2.1.5.1 Etiologi Fraktur menurut Long....….……… 8

2.1.5.2 Etiologi Fraktur menurut Apley dan Solomon....…………. 8

2.1.6 Patofisiologi Fraktur ....…….……… 9

2.1.6.1 Skema patofisiologi fraktur terbuka (open fracture)……... 10

2.1.7 Manifestasi Klinis Fraktur...……… 11

2.1.8 Penanganan Fraktur Terbuka (Open Fracture)...….………… 12


(15)

xi

2.3 Penggunaan Antibiotika pada Open Fracture………... 13

2.3.1 Antibiotik Flukloksasilin..……….. 15

2.3.2 Antibiotik Gentamisin……… 15

2.3.3 Antibiotik Siprofloksasin……… 16

2.3.4 Antibiotik Klindamisin………...……… 17

2.3.5 Antibiotik Vankomisin….……..………….………... 17

2.3.6 Tinjauan Antibiotika Sefalosporin..……… 18

2.3.6.1 Generasi Pertama……….…………..………... 19

2.3.6.2 Generasi Kedua……….……… 19

2.3.6.3 Generasi Ketiga……….………... 20

2.3.6.4 Generasi Keempat………. 21

2.4 Pemilihan Antibiotik Sefalosporin pada Kasus Open Fractures….. 24

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ….……….. 27

3.1 Kerangka Konseptual………... 27

3.2 Bagan Kerangka Konseptual……… 29

3.3 Bagan Kerangka Operasional………... 30

BAB IV METODE PENELITIAN……….……… 31

4.1Rancangan Penelitian.……… 31

4.2 Populasi dan Sampel..……… 31

4.2.1 Populasi…………...……… 31

4.2.2 Sampel……….……… 31

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ...……… 31

4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ……… 31

4.3 Bahan Penelitian ...……… 32

4.4 Instrumen Penelitian..……… 32

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian..….……… 32

4.6 Definisi Operasional ……… 32

4.7 Metode Pengumpulan Data ...……… 33

4.8 Analisis Data………..……… 33

BAB V HASIL PENELITIAN………. 35

5.1 Jumlah Sampel Penelitian………. 35


(16)

xii

5.2.1 Jenis Kelamin………. 36 5.2.2 Usia………. 36 5.3 Penyebab Pasien Terdiagnosis Fraktur Terbuka (Open Fracture)… 36 5.4 Manifestasi klinik serta Terapi Pasien Fraktur Terbuka (Open

Fracture)………... 37 5.5 Pola Penggunaan Terapi Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……….. 37 5.6 Penyakit Penyerta Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……….. 38 5.7 Identifikasi tingkat Derajat Fraktur Terbuka (Open Fracture)……… 38 5.8 Jumlah Penanganan Operatif pada Pasien Fraktur Terbuka (Open

Fracture)………. 39 5.9 Profil Penggunaan Terapi Fraktur Terbuka (Open Fracture)……….. 39

5.9.1 Profil Penggunaan Antibiotika Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……….. 39 5.9.2 Profil Penggunaan Antibiotika Tunggal pada Pasien Fraktur

Terbuka (open fracture)……….. 39 5.9.3 Profil Penggunaan Antibiotika Tunggal yang diSwitch pada Pasien

Fraktur Terbuka (open fracture)………... 40 5.9.4 Profil Penggunaan Kombinasi Dua Antibiotika pada Pasien

Fraktur Terbuka (open fracture)………... 41 5.9.5 Profil Penggunaan Antibiotika Golongan Sefalosporin pada Pasien

Fraktur Terbuka (openfracture)……… 42 5.10 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……….. 42 5.11 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) pada Pasien Fraktur Terbuka

(open fracture)……… 43

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN………. 44

6.1 Jenis Kelamin, Usia, dan Penyebab Terdiagnosis Fraktur Terbuka

(Open Fracture)………. 44

6.2 Manifestasi Klinik serta Terapinya pada Pasien Fraktur Terbuka (Open

Fracture)……….. 44 6.3 Penyakit Penyerta Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……… 46 6.4 Tingkat Derajat Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……… 46 6.5 Profil Penggunaan Antibiotika Tunggal pada Pasien Fraktur Terbuka


(17)

xiii

6.6 Distribusi Berdasarkan Profil Antibiotika Tunggal Yang Diswitch

pada Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……… 49

6.7 Profil Penggunaan Kombinasi Dua Antibiotika Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……… 50

6.8 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)………. 51

6.9 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)………. 51

BAB VII PENUTUP……….. 52

7.1 Kesimpulan………. 53

7.2 Saran……… 53

DAFTAR PUSTAKA………... 54

LAMPIRAN………. 55


(18)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sumber antibiotika……… 14

2.2 Klasifikasi operasi serta rekomendasi antibiotika sefalosporin sebagai profilaksis...………... 24

2.2 Klasifikasi operasi menurut Reksorawiro ... 25

2.3 Jenis bakteri infeksi open fractures pre-debridement……….. 25

2.4 Jenis bakteri infeksi open fractures pos-debridement……….. 26

2.5 Jenis Kelamin Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)………. 36

2.6 Usia Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……… 36

2.7 Penyebab Pasien Terdiagnosa Fraktur Terbuka (Open Fracture)………... 37

2.8 Manifestasi klinik Fraktur Terbuka (open fracture)……… 37

2.9 Profil Penggunaan Terapi Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……… 38

2.10 Komplikasi penyerta Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ……… 38

2.11 Tingkat Derajat Fraktur Terbuka (Open Fracture) ………..……….. 38

2.12 Jumlah Penanganan Operatif Fraktur Terbuka (Open Fracture)………... 39

2.12 Profil Penggunaan Antibiotika Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……... 39

2.13 Profil Penggunaan Antibiotika Tunggal pada Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……….. 40

2.14 Distribusi berdasarkan profil antibiotika tunggal yang diSwitch pada pasien fraktur terbuka (open fracture)………... 40

2.15 Profil Penggunaan Kombinasi Dua Antibiotika Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……….. 41

2.16 Profil Penggunaan Antibiotika Golongan Sefalosporin Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)………. 42

2.17 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)………... 42


(19)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Klasifikasi Fraktur Terbuka (open fracture) dan fraktur Tertutup (closed

fracture)……….. 7 2.2 Skema Patofisiologi Fraktur Terbuka (open fracture)……… 10 2.3 Struktur Kimia Sefalosporin…….……… 18 2.2 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi pertama pada rantai R1 dan

R2……… 19

2.3 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi kedua pada rantai R1 dan R2.. 20 2.4 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi ketiga pada rantai R1 dan R2.. 20 3.1 Bagan Kerangka Konseptual……….. 29 3.2 Bagan Operasional……….. 30 3.3 Skema Inklusi dan Ekslusi Penelitian Pada Pasien Fraktur Terbuka (Open


(20)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup……….……... 55 2 Surat Pernyataan………... 56 3 Daftar Nilai Normal Data Laboratorium... 57


(21)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O.P. 2002. Handbook of Clinical Drug Data. In: Knoben, J.E. Troutman, W.G. 10th edition, MCGRAW-HILL, New York, hal 129. Anonim, 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. Edisi ke-17. New York:

The Medical Letter, Inc. hal. 98-101.

Anonim, 2012. Sefalosporin. Akafarsam.ac.id/downlot. php?file= SEFALOSPORIN.pdf diakses 28 Februari 2012

Apley, A.C & Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya Medika.

Bertram G. Katzung, MD, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, 2007:

1037-1088

Bratzler, D.W., Houck, P.M., Richards, C., Steele, L., Dellinger, E.P., Fry, D.E., Wright, C., Ma, A., Carr, K., and Red, L., 2005. Use of Antimicrobial Prophylaxis for Major Surgery (Baseline Results From the National Surgical Infection Prevention Project). Arch Surg, Vol. 140. p. 174-182. Bratzler, D.W., and Houck, P.M., 2005. Antimicrobial Prophylaxis for Surgery: An Advisory Statement from the National Surgical Infection Prevention Project. Major Article Clinical Infectious Diseases (CID). No. 189, p. 395-404.

British Association of Reconstructive and Aesthetic Surgeons. 2009. Standards for treatment of open fractures of the lower leg.

Buckley, R., . General Principle of Fracture Care, Department of Surgery, Division of

Orthopaedi, University of Calgary, Canada:4-32,2004

Benson, D.R., Riggins, R.S., Lawrence, R.M., Hoeprich, P.D., Huston, A.C.,& Harrison, J.A.(1983). Treatment of open fractures: A prospective study. J Trauma 23:25-30.

Budiman C. 2010. Patah Tulang dan Pembidaian. Bandung: KORPS Sukarela PMIUNPAD.xa.yimg.com/kq/groups/.../Patah+Tulang+dan+Pembidaian.p ptx (10 Desember 2012)


(22)

xviii

Carpenito, L.Jual, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC. Chairuddin Rasjad, 2008, Ilmu Bedah Ortopedi Edisi 3. Yarsi & Watampone,

Jakarta.

Depkes RI, 2009. Insidens Fraktur. http://www.depkes.go.id

Doengoes, Marlyn E, Moorhouse, Mary F dan Geissler, Alice C, 2000, Rencana Keperawatan Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih Bahasa I Made Kriasa, EGC, Jakarta.

Engram, Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa, Suharyati Samba, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Enzler, M.J., Berbari, E., and Osmon, D.R., 2011. Antimicrobial Prophylaxis in

Adults. Symposium On Antimcrobial Therapy. Mayo Clin Proc, Vol. 7.p. 686-701.

Gustilo RB, Mendoza RM, Williams DN. Problems in the management of type III (severe) open fractures: Anew classification of type III open fractures. J Trauma. 1984

Gustilo, R.B., Merkow, R.L. and Templeman, D (1990) Current concepts: the management of open fractures. Journal of Bone and joint Surgery Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San

Francisco: McGraw-Lange, section 7.

Kindsfeter K, Jonassen EA. 1995. Osteomyelitis in grade II dan III open tibia fractures with late debridement. USA : University of Colorado health sciences center, Denver. J Orthop-trauma.

Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996. Mackay BJ, Montero N, Paksima N, 2013, Egol KA Iowa Orthop J.

Mansjoer, A., (2002), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aescupalius, Jakarta.

Munckhof W., 2005. Antibiotics for surgical prophylaxis. Australian Prescriber, Vol. 28 No. 2. P. 38 – 40

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2009, Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.

Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80-84.


(23)

xix

Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L., Chabner, B., and Knollman, B. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi k2-11, New York : McGraw-Hill, chapter 43-45.

Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I, (Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika

R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Rasjad, Chaeruddin, (2006); Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan III, penerbit Bintang Lamumpatue, Makassar.

Seekamp, A., Kontopp, H., Schandelmaier, P. (2000). Bacterial Culture and bacterial Infection in Open Fractures, European J of Trauma.vol 26 Issue 2

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo, (dkk), EGC, Jakarta.

Soekardjo B., Hardjono, S., dan Sondakh, R., 2000. Hubungan Struktur Aktivitas Obat Antibiotika. In: Siswandono, dan Soekardjo, B. Kimia Medisinal, hal.110-153.

Stevenson, J., Mcnaughton, G., and Riley, J., 2003. The Use Of Prophylactic Flucloxacillin In Treatment Of Open Fractures Of The Distal Phalanx Within An Accident And Emergency Department: A Double-Blind Rondomized Placebo-Controlled Trial. Glasgow Caledonian University, Glasgow, UK, Vol. 28. No. 5, p. 388-394.


(1)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sumber antibiotika……… 14

2.2 Klasifikasi operasi serta rekomendasi antibiotika sefalosporin sebagai profilaksis...………... 24

2.2 Klasifikasi operasi menurut Reksorawiro ... 25

2.3 Jenis bakteri infeksi open fractures pre-debridement……….. 25

2.4 Jenis bakteri infeksi open fractures pos-debridement……….. 26

2.5 Jenis Kelamin Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)………. 36

2.6 Usia Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)……… 36

2.7 Penyebab Pasien Terdiagnosa Fraktur Terbuka (Open Fracture)………... 37

2.8 Manifestasi klinik Fraktur Terbuka (open fracture)……… 37

2.9 Profil Penggunaan Terapi Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……… 38

2.10 Komplikasi penyerta Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ……… 38

2.11 Tingkat Derajat Fraktur Terbuka (Open Fracture) ………..……….. 38

2.12 Jumlah Penanganan Operatif Fraktur Terbuka (Open Fracture)………... 39

2.12 Profil Penggunaan Antibiotika Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……... 39

2.13 Profil Penggunaan Antibiotika Tunggal pada Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……….. 40

2.14 Distribusi berdasarkan profil antibiotika tunggal yang diSwitch pada pasien fraktur terbuka (open fracture)………... 40

2.15 Profil Penggunaan Kombinasi Dua Antibiotika Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)……….. 41

2.16 Profil Penggunaan Antibiotika Golongan Sefalosporin Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)………. 42

2.17 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka (open fracture)………... 42


(2)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Klasifikasi Fraktur Terbuka (open fracture) dan fraktur Tertutup (closed

fracture)……….. 7

2.2 Skema Patofisiologi Fraktur Terbuka (open fracture)……… 10 2.3 Struktur Kimia Sefalosporin…….……… 18 2.2 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi pertama pada rantai R1 dan

R2……… 19

2.3 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi kedua pada rantai R1 dan R2.. 20 2.4 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi ketiga pada rantai R1 dan R2.. 20 3.1 Bagan Kerangka Konseptual……….. 29

3.2 Bagan Operasional……….. 30

3.3 Skema Inklusi dan Ekslusi Penelitian Pada Pasien Fraktur Terbuka (Open


(3)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup……….……... 55 2 Surat Pernyataan………... 56 3 Daftar Nilai Normal Data Laboratorium... 57


(4)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O.P. 2002. Handbook of Clinical Drug Data. In: Knoben, J.E. Troutman, W.G. 10th edition, MCGRAW-HILL, New York, hal 129. Anonim, 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. Edisi ke-17. New York:

The Medical Letter, Inc. hal. 98-101.

Anonim, 2012. Sefalosporin. Akafarsam.ac.id/downlot. php?file= SEFALOSPORIN.pdf diakses 28 Februari 2012

Apley, A.C & Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya Medika.

Bertram G. Katzung, MD, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, 2007:

1037-1088

Bratzler, D.W., Houck, P.M., Richards, C., Steele, L., Dellinger, E.P., Fry, D.E., Wright, C., Ma, A., Carr, K., and Red, L., 2005. Use of Antimicrobial Prophylaxis for Major Surgery (Baseline Results From the National Surgical Infection Prevention Project). Arch Surg, Vol. 140. p. 174-182. Bratzler, D.W., and Houck, P.M., 2005. Antimicrobial Prophylaxis for Surgery: An Advisory Statement from the National Surgical Infection Prevention Project. Major Article Clinical Infectious Diseases (CID). No. 189, p. 395-404.

British Association of Reconstructive and Aesthetic Surgeons. 2009. Standards for treatment of open fractures of the lower leg.

Buckley, R., . General Principle of Fracture Care, Department of Surgery, Division of

Orthopaedi, University of Calgary, Canada:4-32,2004

Benson, D.R., Riggins, R.S., Lawrence, R.M., Hoeprich, P.D., Huston, A.C.,& Harrison, J.A.(1983). Treatment of open fractures: A prospective study. J Trauma 23:25-30.

Budiman C. 2010. Patah Tulang dan Pembidaian. Bandung: KORPS Sukarela PMIUNPAD.xa.yimg.com/kq/groups/.../Patah+Tulang+dan+Pembidaian.p ptx (10 Desember 2012)


(5)

xviii

Carpenito, L.Jual, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC. Chairuddin Rasjad, 2008, Ilmu Bedah Ortopedi Edisi 3. Yarsi & Watampone,

Jakarta.

Depkes RI, 2009. Insidens Fraktur. http://www.depkes.go.id

Doengoes, Marlyn E, Moorhouse, Mary F dan Geissler, Alice C, 2000, Rencana Keperawatan Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih Bahasa I Made Kriasa, EGC, Jakarta.

Engram, Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa, Suharyati Samba, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Enzler, M.J., Berbari, E., and Osmon, D.R., 2011. Antimicrobial Prophylaxis in

Adults. Symposium On Antimcrobial Therapy. Mayo Clin Proc, Vol. 7.p. 686-701.

Gustilo RB, Mendoza RM, Williams DN. Problems in the management of type III (severe) open fractures: Anew classification of type III open fractures. J Trauma. 1984

Gustilo, R.B., Merkow, R.L. and Templeman, D (1990) Current concepts: the management of open fractures. Journal of Bone and joint Surgery Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San

Francisco: McGraw-Lange, section 7.

Kindsfeter K, Jonassen EA. 1995. Osteomyelitis in grade II dan III open tibia fractures with late debridement. USA : University of Colorado health sciences center, Denver. J Orthop-trauma.

Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996. Mackay BJ, Montero N, Paksima N, 2013, Egol KA Iowa Orthop J.

Mansjoer, A., (2002), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aescupalius, Jakarta.

Munckhof W., 2005. Antibiotics for surgical prophylaxis. Australian Prescriber, Vol. 28 No. 2. P. 38 – 40

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2009, Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.

Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80-84.


(6)

xix

Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L., Chabner, B., and Knollman, B.

Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutic.

Edisi k2-11, New York : McGraw-Hill, chapter 43-45.

Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I, (Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika

R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Rasjad, Chaeruddin, (2006); Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan III, penerbit Bintang Lamumpatue, Makassar.

Seekamp, A., Kontopp, H., Schandelmaier, P. (2000). Bacterial Culture and bacterial Infection in Open Fractures, European J of Trauma.vol 26 Issue 2

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo, (dkk), EGC, Jakarta.

Soekardjo B., Hardjono, S., dan Sondakh, R., 2000. Hubungan Struktur Aktivitas Obat Antibiotika. In: Siswandono, dan Soekardjo, B. Kimia Medisinal, hal.110-153.

Stevenson, J., Mcnaughton, G., and Riley, J., 2003. The Use Of Prophylactic Flucloxacillin In Treatment Of Open Fractures Of The Distal Phalanx Within An Accident And Emergency Department: A Double-Blind Rondomized Placebo-Controlled Trial. Glasgow Caledonian University, Glasgow, UK, Vol. 28. No. 5, p. 388-394.


Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI RAWAT INAP (Penelitian Dilakukan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

0 17 34

STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN STATIN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)

0 14 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

0 6 26

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN SBP (Spontaneous Bacterial Peritonitis) Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

1 50 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMONIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

0 29 29

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit UmumDr. Saiful Anwar Malang)

14 72 23

STUDI PENGGUNAAN ANALGETIK KETOROLAC PADA PASIEN FRAKTUR TERTUTUP (CLOSED FRACTURE) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

24 87 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr.Saiful Anwar Malang

1 9 54

STUDI PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

0 9 30