74 X=1, dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi
gelombang datang. Gelombang di depan dinding vertikal merupakan superposisi dari kedua gelombang dengan periode,
tinggi dan angka gelombang yang sama tetapi berlawanan arah. Apabila refleksi adalah sempurna
X=1 maka : η = H
i
cos kx cos
σ
t
2.80 e.
Run-up Gelombang
Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan naik run-up pada permukaan bangunan. Elevasi
tinggi bangunan yang direncanakan tergantung pada run-up dan limpasan yang diijinkan. Run-up tergantung pada bentuk dan
kekasaran bangunan, kedalaman air pada kaki bangunan, dan karakterisitik gelombang.
Gambar 2.24. Run Up Gelombang Telah banyak dilakukan berbagai penelitian tentang run-up
gelombang. Hasil penelitian tersebut berupa grafik yang digunakan untuk menentukan tinggi run-up. Gambar dibawah ini
merupakan grafik hasil percobaan di laboratorium yang dilakukan oleh Irribaren untuk menentukan besar run-up
gelombang. Fungsi bilangan Irribaren untuk berbagai jenis lapis lindung dinyatakan dalam persamaan berikut :
75
5 ,
Lo H
tg Ir
θ =
2.81 Dengan :
Ir : bilangan Irribaren
θ : sudut kemiringan sisi bangunan pantai
H : tinggi gelombang di lokasi bangunan
Lo : panjang gelombang di laut dalam
Gambar 2.25. Grafik Run-up Gelombang Grafik tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung run-
down Rd, yaitu turunnya permukaan air karena gelombang pada sisi bangunan pantai.
e. Gelombang Pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan
76 kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada
kedalaman lebih kecil dari setengah panjang gelombang. Di laut dalam, profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju ke
perairan yang lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin datar. Selain itu, kecepatan dan panjang
gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara tinggi gelombang bertambah.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Kemiringan
yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan
rambat gelombang, sehingga terjadi ketidak-stabilan dan pecah. Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan
batas tersebut tergantung pada kedalaman relatif dL dan kemiringan
dasar laut m. Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju
pantai akan bertambah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan pecah pada kedalaman tertentu yang disebut dengan kedalaman
gelombang d
b
, sedangkan tinggi gelombang pecah diberi notasi H
b
. Munk 1949, dalam
Coastal Engineering Research Center CERC, 1984 memberikan persamaan untuk menentukan tinggi dan
kedalaman gelombang pecah sebagai berikut :
3 1
` 3
. 3
1 `
o o
o b
L H
H H =
2.82 28
, 1
=
b b
H d
2.83 Parameter
H
b
H
o
` disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah. Persamaan 2.82 dan 2.83 tidak memberikan pengaruh kemiringan
dasar laut terhadap gelombang pecah. Beberapa peneliti lain Iversen, Galvin, Goda : dalam CERC, 1984 membuktikan bahwa
H
b
H
o
` dan d
b
H
b
tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang. Untuk menunjukkan hubungan antara
H
b
H
o
` dan H
b
L
o
` untuk berbagai kemiringan dasar laut, dibuat grafik.
77 Sedangkan untuk menunjukkan hubungan antara
d
b
H
b
dan H
b
gT
2
untuk berbagai kemiringan dasar laut dibuat grafik. Untuk
menghitung kedalaman dan tinggi gelombang pecah, disarankan penggunaan kedua jenis grafik tersebut daripada menggunakan
persamaan 2.82 dan persamaan 2.83 untuk menghitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah pada kedalaman tertentu. Grafik yang
diberikan dalam gambar 2.27 dapat ditulis dalam bentuk berikut :
2
1 gT
aH b
H d
b b
b
− =
2.84 Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai
m dan diberikan oleh persamaan berikut :
a = 43,75 1- e
-19m
2.85 b
= 1
56 ,
1
5 ,
19 m
e
−
+ 2.86
Gambar 2.26. Penentuan Tinggi Gelombang Pecah
78 Gambar 2.27. Penentuan Kedalaman Gelombang Pecah
Gelombang pecah menurut dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini :
1. Spilling
Biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai yang datar kemiringan kecil. Gelombang
mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi berangsur-angsur.
2. Plunging
Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa
air pada puncak gelombang akan terjun ke depan. Energi gelombang pecah dihancurkan dalam turbulensi, sebagian kecil
dipantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang dangkal.
79 3.
Surging Terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti
yang terjadi pada pantai berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar energi dipantulkan kembali ke
laut dalam. Gelombang pecah tipe Surging mirip dengan
Plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah.
f. Analisis Distribusi Arah Gelombang