42
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Maret 2012 dengan angka perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham
31 Maret 2012 31 Maret 2011
Modal Tier I
994,335 1,038,284
Tier II 617,895
636,529 Tier III
35,918 52,468
Jumlah Modal 1,648,148
1,727,281 ATMR Resiko Kredit
12,781,051 10,667,607
ATMR Risiko Pasar 641,387
690,644 ATMR Risiko Operasional
1,171,532 1,053,164
11,56 14,29
11,29 13,92
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang diwajibkan 8.00
8.00
45 MANAJEMEN RISIKO
a. Perkembangan Penerapan Manajemen Risiko b. Risiko Kredit
i Pengukuran risiko kredit
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum untuk resiko kredit dan resiko operasional
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum untuk resiko kredit dan resiko operasional dan risiko pasar
Untuk tujuan perbandingan, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum KPMM Bank per 31 Maret 2011 telah direklasifikasikan agar sesuai dengan penyajian perhitungan KPMM per 31 Maret 2012
Bank menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, selalu terdapat risiko melekat dalam setiap kegiatan Bank yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan.
Untuk itu, Bank terus mengembangkan serta menyempurnakan kebijakan, sistem dan prosedur pengelolaan risiko guna mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengendalikan eksposur risiko serta membatasi dampaknya secara luas dan menyeluruh.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 521DPNP tanggal 29 September 2003 yang diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009 tanggal 1 Juli 2009 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum, Bank telah mengembangkan kerangka pengelolaan risiko secara terpadu dengan mengalokasikan sejumlah besar daya bagi pengembangan struktur organisasi, personil, sistem dan prasarana teknologi informasi serta menyelenggarakan pelatihan dan sosialisasi pengelolaan risiko di lingkungan
Bank.
Dalam mengelola risiko, Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko bermitra dengan Unit Satuan Kerja Audit Intern SKAI dalam hal memastikan terpenuhinya kepatuhan Bank terhadap seluruh kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko yang diterapkan. Selain itu Bank juga telah
membentuk Komite Pemantau Risiko yang bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memantau dan mengawai kualitas pelaksanaan manajemen risiko dalam rangka pencapaian tata kelola Perusahaan yang baik good corporate govemance.
Bank terus melakukan pengembangan penerapan manajemen risiko untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan Basel II. Bank telah menyusun Profil Risiko setiap triwulan dan telah disampaikan ke Bank Indonesia sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun counterparty untuk memenuhi kewajiban terhadap Bank. Bank melakukan pengelolaan risiko kredit dengan menerapkan beberapa aktivitas termasuk penerapan dan
peningkatan Credit Risk Management System dan aplikasi Credit Risk Rating CRR ke seluruh cabang secara on-line dan pengembangan modul Profil Risiko.
Manajemen risiko kredit diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara ekspansi kredit yang sehat dengan pengelolaan kredit yang berprinsip kehati hatian prudent agar terhindar dari penurunan kualitas atau menjadi Non Performing Loan NPL, serta mengoptimalkan penggunaan modal
yang dialokasikan untuk risiko kredit.Oleh karena itu, Bank menetapkan kebijakan dan pedoman tertulis yang mencakup Kebijjakan Perkreditan Bank, Kebijakan Penyelesaian Kredit bermasalah, Kebijakan Surat Berharfa dan Kebijakan Interbank Money Market.
Faktor utama yang berperan dalam pengendalian dan mengurangi risiko kredit adalah kemampuan satuan kerja perkreditan dalam membuat analisa kredit, sehingga pada akhirnya tercapai suatu keseimbangan antara pengelolaan risiko dengan pengembangan bisnin. Dalam penyaluran kredit Bank
menentukan besaran maksimum angsuran kredit yang didasari atas kemampuan debitur. Bersamaan dengan itu, pengelolaan portfolio dan risiko kredit merupakan tanggung jawab dari Komite Manajemen Resiko
Dalam mengukur risiko kredit untuk pinjaman yang diberikan, Bank mempertimbangkan estimasi kerugian saat debitur kemungkinan tidak dapat memenuhi kewajiban debitur yang telah wanprestasi. Untuk mengelola dan memantau risiko atas penyaluran kredit, secara rutin Bank melakukan
analisa terhadap portfolio kredit berdasarkan segmentasi bisnis dan kualitas kredit dari debitur.
43
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Maret 2012 dengan angka perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham
ii Pengendalian batas risiko dan kebijakan mitigasi
iii Eksposur maksimum risiko kredit tanpa memperhitungkan agunan dan pendukung kredit lainnya Eksposur risiko kredit terhadap aset keuangan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :
31 Maret 2012 31 Desember 2011
Giro pada Bank Indonesia 1,482,171
1,318,787 Giro pada bank lain
153,435 276,897
Penempatan pada BI dan Bank lain 2,734,888
2,051,448 Surat berharga
2,153,608 1,695,402
Kredit 14,296,046
13,399,445 Aset lain lain
194,327 192,583
21,014,475 18,934,562
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif : Garansi yang diterbitkan
179,527 279,932
Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit a. Sektor Geografis
Untuk menghindari risiko konsentrasi kredit, Bank menetapkan limit eksposur untuk setiap nasabah baik pihak berelasi maupun pihak ketiga dalam kebijakan dan pedoman batas maksimum pemberian kredit.
Bank mengelola, membatasi dan mengendalikan konsentrasi risiko kredit-baik secara khusus,terhadap debitur individu maupun kelompok, dan industri maupun geografis.
Batas pemberian kredit ditelaah mengikuti perubahan pada kondisi pasar dan ekonomi dan telaahan kredit secara periodik dan penilaian atas kemungkinan wanprestasi.
Dalam proses pengajuan kredit, pembelian surat berharga maupun penempatan pada bank lain, Bank menetapkan dual control dalam rangka four eyes priciples yang melibatkan pertugas marketing, petugas pemeriksa dan pejabat pemutus yang memiliki kewenangan.
Beberapa pengendalian spesifik lainnya dan pengukuran mitigasi dijelaskan dibawah ini : Agunan
Bank menerapkan kebijakan untuk memitigasi risiko kredit, antara lain dengan meminta agunan sebagai jaminan pelunasan kredit jika jaminan berupa sumber pembayaran utama debitur berdasarkan arus kas tidak terpenuhi. Jenis agunan yang dapat diterima dalam rangka memitigasi risiko kredit
meliputi: - Kas
- Tanah atau bangunan - Standby
- Mesin - Kendaraan bermotor
- Piutang - Persediaan
Pemberian kredit jangka panjang kepada debitur korporasi pada umumnya disertai agunan.Untuk meminimalisasi kerugian kredit, Bank akan meminta tambahan agunan dari debitur ketika terdapat indikasi penurunan nilai atas pinjaman yang diberikan.
Asuransi Selain agunan kredit, Bank menerapkan kebijakan untuk memitigasi risiko kredit dengan melakukan penutupan asuransi bagi setiap debitur konsumer
baik asuransi kredit, asuransi jiwa, asuransi PHK maupun asuransi kerugian.
Tabel diatas menggambarkan eksposur maksimum atas risiko kredit bagi Bank pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011, tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya. Untuk aset keuangan, eksposur di atas ditentukan berdasarkan nilai tercatat bruto seperti
yang diungkapkan pada laporan posisi keuangan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, pada tanggal 31 Maret 2012, 68,33 2011:70,77 dari ekposur maksimum berasal dari pinjaman yang
diberikan.
Manajemen yakin akan kemampuan Bank untuk mengendalikan dan memelihara minimal eksposur risiko kredit yang berasal dari pinjaman yang diberikan berdasarkan hal hal sebagai berikut:
- Bank telah memiliki pedoman tertulis dan prosedur manual mengenai kebijakan dan proses kredit yang mencakup seluruh aspek pemberian kredit yang dilakukan.Setiap pemberian kredit harus senantiasa mengacu pada kebijkan tersebut.
- Bank melakukan pemantauan secara rutin dan disiplin untuk mengetahui kondisi terkini dari debitur. - Seluruh kredit komersil diwajibkan memberikan agunan.
Tabel berikut menggambarkan rincian eksposur maksimum kredit Bank pada niali tercatat tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya, yang dikategorikan berdasarkan area geografis pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011. Untuk tabel ini, Bank telah
mengalokasikan eksposur area berdasarkan wilayah geografis tempat Bank beroperasi.
44
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Maret 2012 dengan angka perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham
31 Maret 2012 DKI Jakarta
Luar Dki Jakarta Jumlah
Giro pada Bank Indonesia 1,482,171
1,482,171 Giro pada bank lain
153,411 24
153,435 2,731,887
3,001 2,734,888
Surat berharga 2,153,608
2,153,608 Kredit
12,218,279 2,077,767
14,296,046 Aset lain lain
182,334 11,993
194,327 18,921,690
2,092,785 21,014,475
Garansi yang diterbitkan 156,902
22,625 179,527
31 Desember 2011 DKI Jakarta
Luar Dki Jakarta Jumlah
Giro pada Bank Indonesia 1,318,787
1,318,787 Giro pada bank lain
276,872 25
276,897 2,051,448
2,051,448 Surat berharga
1,695,402 1,695,402
Kredit 11,816,259
1,583,186 13,399,445
Aset lain lain 182,523
10,060 192,583
17,341,291 1,593,271
18,934,562 eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
Garansi yang diterbitkan 251,231
28,701 279,932
b. Sektor Industri 31 Maret 2012
Pemerintah Bank
LKBB Jumlah
Giro Bank Indonesia 1,482,171
1,482,171 Giro pada bank lain
153,435 153,435
2,709,718 25,170
2,734,888 Surat berharga
2,108,605 45,003
2,153,608 Kredit
11,348 403,743
2,369,519 3,970,396
7,541,041 14,296,047
136 1,990
9,055 18,817
55,765 85,763
Tagihan akseptasi 87,142
11,704 7,863
106,709 Tagihan derivatif
1,856 1,856
Jumlah 6,311,842
180,597 405,733
2,465,716 4,000,917
7,649,672 21,014,477
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif : Garansi yang diterbitkan
132,366 73
343 1,464
45,281 179,527
31 Desember 2011 Pemerintah
Bank LKBB
Jumlah Giro Bank Indonesia
1,318,787 1,318,787
Giro pada bank lain 276,897
276,897 2,029,746
21,702 2,051,448
Surat berharga 1,650,402
45,000 1,695,402
Kredit 12,287
22 2,136,315
2,978,096 8,272,725
13,399,445 123
19,010 34,460
44,589 98,182
Tagihan akseptasi 85,716
485 6,232
92,433 Tagihan derivatif
1,968 1,968
Jumlah 5,011,222
300,690 19,032
2,256,491 3,023,170
8,323,957 18,934,562
Garansi yang diterbitkan 56,654
206,069 17,209
279,932 Penempatan pada BI dan Bank
lain
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
Penempatan pada BI dan Bank lain
Tabel berikut menggambarkan rincian eksposure maksimum kredit Bank pada nilai tercatat tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya, yang dikategorikan berdasarkan sektor industri pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2010
Industri pengolahan
Jasa dunia
usaha Perusahaan
lainnya Penempatan pada BI dan
bank lain Pendapatan bunga yang
masih harus diterima
Industri pengolahan
Jasa dunia
usaha Perusahaan
lainnya Penempatan pada BI dan
bank lain Pendapatan bunga yang
masih harus diterima
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
45
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Maret 2012 dengan angka perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham
31 Maret 2012 Kredit
Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai
Jumlah Rupiah
11,416,716 505,168
11,921,884 Mata Uang Asing
2,301,922 72,241
2,374,163 Jumlah
13,718,638 577,409
14,296,047 152,245
143,308 295,553
13,566,393 434,101
14,000,494 31 Desember 2011
Kredit Tidak mengalami penurunan nilai
Mengalami penurunan nilai Jumlah
Rupiah 10,875,488
140,407 11,015,895
Mata Uang Asing 2,281,756
101,794 2,383,550
Jumlah 13,157,244
242,201 13,399,445
225,689 62,437
288,126 12,931,555
179,764 13,111,319
c. Risiko Pasar