Implementasi kebijakan satu peta one map policy untuk penyelesaian konflik lahan Tujuan Tujuan

23 ● Tersusunnya pedoman restorasi sempadan sungai dan perlindungan mata air. ● Terpeliharanya wilayah-wilayah yang memiliki fungsi lindung di 18 provinsi. ● Terlaksananya restorasi gambut sesuai peta indikatif prioritas restorasi gambut di 8 provinsi. ● Terwujudnya contoh proses IP4T yang berhasil untuk alokasi lahan i kawasan hutan yang telah berubah menjadi kebun dan ii kebun yang kembali menjadi hutan. ● Terehabilitasinya daerah sekitar mata air dan kanan kiri sungai dalam perkebunan kelapa sawit di 18 provinsi. ● Pola agroforestry lebih banyak dipakai dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit dalam penngelolaan mata air dan sempadan sungai. ● Bangunan teknis sipil semakin sering digunakan dalam pengelolaan tanah dan air. Jangka waktu 2018 – 2023 Sumber Pendanaan APBN, swasta, sumber lain yang sah KOMPONEN 3: Tata Kelola dan Penanganan Konflik

3.1 Implementasi kebijakan satu peta one map policy untuk penyelesaian konflik lahan

Konteks Penggunaan peta dasar yang tidak sama oleh kementerianlembaga selama ini sering mengakibatkan konflik lahan karena tata batas yang tumpang tindih. Salah satu kendala dalam mengurangi konflik lahan adalah belum diimplementasikannya kebijakan satu peta secara nasional. Terwujudnya kebijakan satu peta yang menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dapat memberikan kepastian hukum untuk pengelolaan kebun kelapa sawit yang berkelanjutan.

3.1 Tujuan

Penggunaan satu peta dasar untuk menyelesaikan konflik lahan terkait perkebunan kelapa sawit Kegiatan ● Mengkompilasi dan merekonsialiasi peta-peta yang digunakan dalam perkebunan. ● Memperbaharui padu serasi peta minimal 5 tahun sekali. ● Kementerian ATRBPN memfasilitasi pelatihan pemetaan partisipatif bagi dinas terkait, perusahaan dan masyarakat di lokasi perkebunan. ● Mendukung pelaksanaan peraturan yang terkait dengan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah IP4T. Penanggungjawab Badan Informasi Geospasial BIG Lembaga Pendukung Kemendagri, Kementan, KLHK, Kementerian ATRBPN, Pemda terkait Ukuran Keberhasilan • Tersedianya satu peta one map di 18 provinsi sentra kelapa sawit. • Tersedianya fasilitator pemetaan partisipatif di 18 provinsi sentra kelapa sawit. • Berkurangnya konflik lahan 10 di wilayah perkebunan kelapa sawit per tahun. Jangka waktu 2018-2023 Sumber Pendanaan APBN, APBD, BPDPKS, sumber lain yang sah 3.2 Realisasi pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat Konteks. Pengembangan kelapa sawit telah mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan dan daerah. Peraturan perundangan saat ini mengamanatkan perusahaan perkebunan untuk memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat paling rendah 20 dari areal yang diusahakan. Untuk mewujudkan pembanguan kebun masyarakat secara konsisten, diperlukan pengawasan yang intensif dari pemberi izin dan komitmen dari sektor swasta.

3.2 Tujuan

Mempercepat realisasi pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat. Kegiatan: ● Menyusun pedoman pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat ● Sosialisasi peraturan tentang pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat. ● Membangun sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat yang efektif. 24 ● Menyusun skema insentif dan sanksi dalam pembangunan areal kebun kelapa sawit masyarakat. Penanggungjawab Kementan Lembaga Pendukung Kementerian ATRBPN, Pemda, KLHK, swasta, LSM Ukuran Keberhasilan ● Tersusunnya pedoman pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat. ● Terlaksananya kegiatan sosialisasi peraturan tentang pembangunan kebun kelapa sawit masyarakat di 18 provinsi. ● Meningkatnya realisasi pembangunan kebun masyarakat sebesar 50 dari data dasar 2017. ● Menurunnya jumlah konflik pembangunan kebun masyarakat sebesar 20 dari data dasar 2017. Jangka waktu 2018-2023 Sumber Pendanaan APBN, APBD, swasta, dan sumber dana lain yang sah 3.3 Percepatan penyelesaian konflik lahan Konteks Konflik lahan merupakan realitas yang sering terjadi di sektor perkebunan. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan. Sebagai gambaran, pada tahun 2016, terdapat 439 kasus konflik penggunaan lahan kelapa sawit 2 . Konflik-konflik tersebut perlu diselesaikan secara cepat, profesional, adil, dan tanpa kekerasan. Kementerian ATRBPN telah mengeluarkan Peraturan Kepala BPN No.32011 tentang pengelolaan, pengkajian dan penanganan kasus pertanahan. Peraturan tersebut dapat digunakan untuk mempercepat penyelesaian konflik lahan secara efektif dan efisien.

3.3 Tujuan