IDN 2011 Rencana Aksi Nasional Pangan da

ii RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Menter i Per encanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Per encanaan Pembangunan Nasional KATA PENGANTAR

Keadaan gizi masyarakat telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik, hal ini ditunjukkan dengan menur unnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita atau balita dengan berat badan r endah. Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan pr evalensi anak balita gizi kur ang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, kar ena mempunyai keter kaitan yang erat dengan kondisi ker awanan pangan di masyarakat. Indikator kelapar an lainnya adalah tingkat konsumsi rata-rata energi penduduk di bawah 70 per sen dari angka kecukupan gizi. Kondisi ini ber dampak nyata ter hadap pencapaian tujuan MDGs lainnya, seper ti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan.

Dalam penanganan masalah gizi, beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain, adalah masih tingginya angka kemiskinan; r endahnya kesehatan lingkungan; belum optimalnya ker jasama lintas sektor dan lintas pr ogram, melemahnya partisipasi masyarakat; ter batasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluar ga ter utama pada keluarga miskin; masih tingginya penyakit infeksi; belum memadainya pola asuh ibu; dan r endahnya akses keluar ga ter hadap pelayanan kesehatan dasar .

Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menegaskan bahwa “Pembangunan dan per baikan gizi dilaksanakan secar a lintas sektor meliputi pr oduksi, pengolahan, distr ibusi, hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta ter jamin keamanannya”. Ketahananan pangan mer upakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan melalui Per aturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 menginstr uksikan per lunya disusun Rencana Aksi Pangan dan

ii RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gizi Nasional dan Rencana Aksi Pangan dan Gizi di tingkat provinsi yang dalam pr oses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. Rencana Aksi Pangan dan Gizi disusun dalam pr ogr am berorientasi aksi yang ter struktur dan terintegr atif dalam lima pilar r encana aksi yaitu per baikan gizi

masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan, peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, peningkatan per ilaku hidup ber sih dan sehat, ser ta penguatan kelembagaan pangan dan gizi.

Rencana aksi ini disusun sebagai panduan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan bidang pangan dan gizi di tingkat pusat, pr ovinsi dan kabupaten dan kota, baik bagi institusi pemerintah maupun masyar akat dan pihak-pihak lain yang ter kait dalam per baikan pangan dan gizi. Sebagai pendamping dari rencana aksi ini, akan disusun pedoman rencana aksi daer ah agar dapat dihasilkan pr oduk dokumen r encana aksi daer ah yang jelas, oper asional dan selar as dengan kebijakan nasional.

Kami harapkan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 ini dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah pangan dan gizi di Indonesia.

Akhir kata ucapan terimakasih kepada wakil-wakil dar i Kementer ian Kesehatan, Kementer ian Pertanian, Kementer ian Dalam Neger i, Badan Pengaw as Obat dan Makanan, pakar dar i Institut Per tanian Bogor , Univer sitas Indonesia, or ganisasi pr ofesi, antara lain Per satuan Ahli Gizi Indonesia (Per sagi) dan Per himpunan Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia, Per himpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), UNICEF, WHO, dan WFP ser ta berbagai lembaga sw adaya masyar akat yang telah memberikan pemikiran dan ker ja kerasnya dalam penyusunan dokumen ini.

Jak ar t a, Desem ber 2 0 1 0

Menter i Per encanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Per encanaan Pembangunan Nasional

Pr of. D R. Ar m i d a S. Al i sj ah ban a, SE, M A

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada tahun 2007 pr evalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4 per sen dan 36,8 per sen sehingga Indonesia ter masuk di antar a 36 negara di dunia yang member i 90 per sen kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nut r it ion 2008). Walaupun pada tahun 2010 pr evalensi gizi kurang dan pendek menur un menjadi masing-masing 17,9 per sen dan 35,6 per sen, tetapi masih ter jadi disparitas antar provinsi yang per lu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di w ilayah r awan (Riskesdas 2010).

Masalah gizi sangat terkait dengan keter sediaan dan aksesibilitas pangan penduduk. Ber dasar kan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk sangat raw an pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/ or ang/ har i) mencapai 14,47 per sen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 per sen. Rendahnya aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya) mengancam penur unan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhir nya akan ber dampak pada semakin ber atnya masalah kurang gizi masyarakat, ter utama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan status kesehatan dan gizi masyar akat. Selanjutnya dalam Instr uksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Pr ogram Pembangunan yang Berkeadilan yang terkait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ditegaskan per lunya disusun dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daer ah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 pr ovinsi.

Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya pr evalensi gizi kurang anak balita menjadi 15,5 per sen, menurunnya pr evalensi pendek pada anak balita menjadi 32 per sen, dan ter capainya konsumsi pangan dengan asupan kalor i 2.000 Kkal/ orang/ har i.

Dalam rencana aksi ini kebijakan pangan dan gizi disusun melalui pendekatan lima pilar pembangunan pangan dan gizi yang meliputi (1) perbaikan gizi masyarakat; (2) aksesibilitas pangan; (3) mutu dan Dalam rencana aksi ini kebijakan pangan dan gizi disusun melalui pendekatan lima pilar pembangunan pangan dan gizi yang meliputi (1) perbaikan gizi masyarakat; (2) aksesibilitas pangan; (3) mutu dan

Sedangkan, strategi nasional yang menjabar kan kebijakan diatas meliputi: (1) Per baikan gizi masyar akat, ter utama pada ibu pr a-hamil, ibu hamil, dan anak melalui peningkatkan keter sediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan ber kelanjutan difokuskan pada inter vensi gizi efektif pada ibu

pr a-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta; (2) Peningkatan aksebilitas

pangan yang beragam melalui peningkatan keter sediaan dan aksesibiltas pangan yang difokuskan pada keluar ga raw an pangan dan miskin; (3) Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui peningkatan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan pr oduk industr i rumah

tangga (PIRT) ter sertifikasi; (4) Peningkatan perilaku hidup ber sih dan

sehat ( PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal ser ta non formal, ter utama dalam per ibahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan ber basis sumber daya lokal, per ilaku hidup ber sih dan

sehat, ser ta merevitalisasi posyandu; dan (5) Penguatan kelembagaan

pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, pr ovinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan mer umuskan kebijakan dan pr ogram bidang pangan dan gizi, ter masuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan.

Untuk pelaksanaan kebijakan dan strategi di tingkat pr ovinsi, maka pr ovinsi dikelompokkan menjadi empat strata ber dasar kan pr opor si penduduk sangat rawan pangan (cut off point 14,47 per sen) dan per sentase pendek pada anak balita (cut off point 32 per sen). Pembagian str ata adalah sebagai ber ikut: (1) Str ata 1: Pr ovinsi dengan Prevalensi Pendek pada Anak Balita < 32 per sen dan Pr opor si Jumlah Penduduk dengan Rata-rata Asupan Kalori > 1.400 Kkal/ orang/ har i sebesar > 14,47 per sen ; (2) Str ata 2: Pr ovinsi dengan Prevalensi Pendek pada Anak Balita < 32 per sen dan Pr opor si Jumlah Penduduk dengan Rata-rata Asupan Kalor i > 1.400 Kkal/ or ang/ hari sebesar < 14,47 per sen; (3) Str ata 3: Pr ovinsi dengan Prevalensi Pendek pada Anak Balita < 32 per sen dan Pr opor si Jumlah Penduduk dengan Rata-r ata Asupan Kalor i > 1.400 Kkal/ orang/ har i sebesar > 14,47 per sen; dan (4) Str ata 4: Pr ovinsi dengan

Prevalensi Pendek pada Anak Balita < 32 per sen dan Pr opor si Jumlah Penduduk dengan Rata-rata Asupan Kalor i > 1.400 Kkal/ orang/ har i sebesar < 14,47 per sen.

Rencana aksi ini ber tujuan untuk menjadi panduan dalam melaksanakan pembangunan pangan dan gizi bagi institusi pemerintah, or ganisasi non pemer intah, institusi swasta, masyar akat dan pelaku lain, baik pada tatar an nasional, pr ovinsi, maupun kabupaten dan kota.

DAFTAR SINGKATAN

AGB =

Anemia Gizi Besi

AKG = Angka Kecukupan Gizi ASI

Air Susu Ibu

ASEAN = Associat ion of Sout h East Asian Nat ions Baduta

Baw ah Dua Tahun

BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah BB/ TB

= Berat Badan menur ut Tinggi Badan BB/ U

= Berat Badan menur ut Umur BKP

= Badan Ketahanan Pangan BTP

= Bahan Tambahan Pangan BPS

= Badan Pusat Statistik BPOM

= Badan Pengawas Obat dan Makanan D3 =

Diploma Tiga

D/ S = Jumlah anak yang ditimbang terhadap jumlah seluruh anak di wilayah penimbangan ter sebut.

GAKY = Gangguan Akibat Kur ang Yodium GMP

= Good Manufact ur ing Pr act ice GRP

= Good Ret ailing Pr act ice GDP

= Good Dist r ibut ion Pr act ice HAM

Hak Asasi Manusia

HDI = Human Development Index HDR

= Human Development Repor t IMT

= Indeks Massa Tubuh IPM

= Indeks Pembangunan Manusia IQ

= Int elligence Quot ient KEK

= Kurang Ener gi Kr onis K4

Kunjungan Ke-4

KEP = Kurang Ener gi Pr otein Kemendagr i

= Kementerian Dalam Negeri Kemendiknas

= Kementerian Pendidikan Nasional Kemenkes

= Kementerian Kesehatan Kemenperin

= Kemnter ian Per industrian Kementan

= Kementerian Pertanian Kkal

Kilo Kalori

KLB = Kejadian Luar Biasa KN

= Kunjungan Neonatal KN1

= Kunjungan Per tama Neonatal KVA

Kurang Vitamin A

LiLA = Lingkar Lengan Atas LSM

= Lembaga Swadaya Masyarakat Lb

Lumbung

MD =

Makanan Dalam

MDGs = Millenium Development Goals MP-ASI

= Makanan Pendamping Air Susu Ibu NTB

= Nusa Tenggar a Barat NTT

= Nusa Tenggar a Timur PAUD

= Pendidikan Anak Usia Dini PDB

= Pr oduk Domestik Br uto PHBS

= Per ilaku Hidup Ber sih dan Sehat PHC

= Pr imar y Healt h Car e PIRT

= Pr oduksi Industri Rumah Tangga PMT

= Pember ian Makanan Tambahan Posyandu

= Pos Pelayanan Ter padu PPH

= Pola Pangan Harapan PPL

= Penyuluh Per tanian Lapangan Ppm

Par t Per Million

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat P2KP

= Per cepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

RAD-PG = Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi RAN-PG

= Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Riskesdas

= Riset Kesehatan Dasar RPJMN

= Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJPN =

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang

Nasional

RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

SCN = St anding Commit t ee on Nut r it ion SDM

= Sumber Daya Manusia SDKI

= Sur vei Demografi dan Kesehatan Indonesia SKPD

= Satuan Ker ja Perangkat Daer ah SNI

= Standar Nasional Indonesia Susenas

= Sur vei Sosial Ekonomi Nasional SPM

= Standar Pelayanan Minimal TBC

Tuber culosis

TMS = Tidak Memenuhi Syar at TGR

Tot al Goit er Rat e

TB/ U = Tinggi Badan/ Umur UNDP

= Unit ed Nat ion Development Pr ogr am

UNICEF = Unit ed Nat ion Childr en’s Fund WB

= Bank Dunia WUS

= Wanita Usia Subur WFP

= Wor ld Food Pr ogr amme WHO

= Wor ld Healt h Or ganizat ion

DAFTAR ISTILAH

Anemia

Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah,

50 per sen kejadian anemia disebabkan kekurangan zat besi.

BBLR

Bayi lahir dengan berat badan r endah (kurang dari 2.500 gram).

Diver sifikasi Pangan

Penganekaragaman pangan atau

diver sifikasi

pangan adalah upaya

peningkatan

konsumsi anekaragam pangan dengan pr insip gizi seimbang.

Gizi Kur ang

Gangguan

akibat kekurangan atau ketidakseimbangan

zat gizi yang diper lukan untuk per tumbuhan. Indikator yang digunakan untuk mengukur gizi kurang pada anak adalah tinggi bar at menurut umur (TB/ U), ber at badan menurut umur (BB/ U) dan ber at badan menurut tinggi badan (BB/ TB), dan untuk dewasa ber dasar kan IMT.

Gizi Lebih

Kelebihan ber at badan dibandingkan tinggi

pada anak diukur ber dasar kan ber at badan per tinggi badan dengan

badan,

menggunakan referensi

inter nasional

z-scor e ; untuk dewasa diukur ber dasar kan IMT.

IMT

Indeks Massa Tubuh, yaitu ber at badan dalam kilogram dibagi dengan kuadr at

dari tinggi badan dalam meter (kg/ m2)

Keamanan Pangan

Kondisi dan upaya yang diper lukan untuk mencegah pangan dar i kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

Ketahanan Pangan

Kondisi ter penuhinya pangan bagi r umah tangga yang tercermin dar i ter sedianya Kondisi ter penuhinya pangan bagi r umah tangga yang tercermin dar i ter sedianya

Konsumsi Ener gi

Besar nya energi dar i pangan yang dikonsumsi penduduk yang dinyatakan dalam satuan kilo kalor i (Kkal).

Konsumsi Pangan

Jumlah makanan dan minuman yang dimakan

atau diminum penduduk/ seseor ang dalam satuan gram per kapita per hari.

Konsumsi Protein

Jumlah pr otein dari pangan, baik hewani maupun nabati, yang dikonsumsi , dinyatakan dalam satuan gr am per kapita per har i.

Kur ang Gizi

Meliputi kurang gizi makro dan kurang gizi mikr o. Kurang gizi makr o dulu disebut kurang kalori pr otein (KKP atau KEP). Sekar ang KKP tidak dipakai lagi diganti dengan gizi kurang (z-scor e BB/ U < -2 SD) dan gizi bur uk (z-scor e BB/ U < -3 SD) jadi gizi kur ang pasangan dar i gizi bur uk, tidak lagi disebut KKP atau KEP kar ena tidak semata-mata karena kurang kalor i dan pr otein tetapi juga kekurang zat gizi mikr o.

Gizi Seimbang

Anjur an susunan makanan yang sesuai kebutuhan

gizi seseorang/ kelompok or ang untuk hidup sehat, cer das dan pr oduktif, ber dasar kan Pedoman Umum Gizi Seimbang.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) Sejumlah zat gizi/ energi yang diper lukan oleh seseorang dalam suatu populasi untuk hidup sehat.

Pangan

Segala sesuatu yang ber asal dari sumber hayati dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan

digunakan dalam pr oses

penyiapan,

pengolahan dar i atau pembuatan makanan dan minuman.

Pangan Pokok

Pangan sumber kar bohidrat yang ser ing dikonsumsi

atau dikonsumsi secara ter atur sebagai makanan utama, selingan, sebagai sarapan atau sebagai makanan pembuka atau penutup.

Pola Konsumsi Pangan

Susunan makanan yang biasa dimakan mencakup jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi/ dimakan seseor ang atau kelompok or ang penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu ter tentu.

Pola Pangan Har apan

Susunan jumlah pangan menur ut 9 kelompok pangan yang didasarkan pada kontribusi

energi yang memenuhi kebutuhan gizi secar a kuantitas, kualitas maupun

keragaman dengan memper timbangkan

aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.

Stunting Kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur berdasarkan TB/ U (tinggi badan menur ut umur)

Wasting Kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur ber dasar kan BB/ U (berat badan menurut umur )

Xer ophthalmia

Gangguan kekurangan vitamin A pada mata

mengakibatkan kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi r etina yang berakibat kebutaan

yang

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kontribusi Ener gi per Kelompok Pangan dalam Pola Makan Rata-rata (Kalori/ Kapita/ Hari), tahun 2004-2008............................ 22

Tabel 2. Stratifikasi Pr ovinsi Ber dasar kan Tingkat Pr evalensi Anak Balita Pendek dan Pr opor si Penduduk Sangat Raw an Pangan...... 38

Tabel 3. Keter kaitan Inter vensi Strategi 5 Pilar dengan Stratifikasi Pr ovinsi.........................................................................................................

42

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Per baikan gizi memiliki kaitan yang sangat er at dengan kemampuan menyediakan makanan di tingkat keluar ga dan adanya penyakit ter utama penyakit menular . Kedua faktor ini berhubungan dengan pendapatan, pelayanan kesehatan, pengetahuan dan pola asuh yang diterapkan keluarga. Mengingat luasnya dimensi yang mempengar uhi faktor gizi, maka penanggulangan masalah gizi harus dilakukan dengan multi disiplin ilmu ser ta secara lintas kementerian/ lembaga dengan melibatkan or ganisasi pr ofesi, pergur uan tinggi, or ganisasi kemasyarakatan, dan masyar akat itu sendiri.

Dalam rangka har monisasi selur uh kegiatan lintas institusi ter sebut, diper lukan koordinasi sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Dengan begitu, seluruh pelayanan di bidang pangan dan gizi ter bagi habis diker jakan oleh semua kementerian/ lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk itu diper lukan dokumen terintegrasi dalam bentuk Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Oleh kar ena itu kami sangat menghar gai dan menyambut baik, prakar sa Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk secar a ber sama-sama menyusun Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011 – 2015.

Melalui rencana aksi pangan dan gizi, diharapkan pencapaian delapan tujuan pembangunan milenium ter utama tujuan per tama yaitu menurunkan angka kemiskinan pada tahun 2015 menjadi setengah dar i keadaan tahun 1990 lebih cepat dicapai dan melebihi target yang ditetapkan. Selanjutnya keberadaan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011 – 2015 hendaknya juga tur ut mendor ong percepatan pencapaian Visi Kementer ian Kesehatan yaitu “Masyar akat sehat yang mandir i dan ber keadilan”.

Kepada para penyusun buku, baik dar i kalangan Badan Perencana Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementer ian Dalam

Neger i, Kementer ian Pertanian, Badan Pengaw as Obat dan Makanan, ser ta Badan Inter nasional, NGO/ LSM yang telah mencurahkan ilmu dan pengalamannya sampai selesainya buku ini, saya tur ut menyampaikan ucapan ter ima kasih.

Semoga pener bitan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011 – 2015 ini, ber manfaat untuk kesejahteraan bangsa dan memper oleh ber kah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Dr. BUDIHARDJA, DTM&H, MPH

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

Pangan mer upakan sumber daya kemanusiaan yang unik. Setiap individu memiliki hak bebas dar i rasa lapar dan kelaparan. Pangan memiliki dimensi yang sangat kompleks, tidak saja dari sisi kehidupan dan kesehatan, tetapi juga dari sisi sosial, budaya dan politik. Oleh kar ena itu, per wujudan ketahanan pangan dan gizi tidak dapat dilepaskan dari upaya- upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyar akat, peningkatan daya saing SDM, yang selanjutnya menjadi daya saing bangsa. Pangan dapat dikatakan sebagai produk budaya, karena pangan mer upakan hasil adaptasi aktif antara manusia/ masyarakat dengan lingkungannya, sehingga per wujudan ketahanan pangan har us bertumpu pada sumber daya dan kear ifan lokal, sehingga ia dapat menjadi media dalam mengembangkan budaya dan peradaban bangsa.

Indonesia telah ber ada dalam jalur yang benar untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) No. 1, yaitu dalam mengur angi kemiskinan ekstr im dan kelaparan, yaitu sebesar 10,3 per sen pada tahun 2015. Bahkan, upaya pengurangan tingkat kemiskinan ekstr em telah melampaui target MDGs No. 1, dimana pada tahun 2008 per sentase penduduk dengan pendapatan kurang dar i 1 USD per har i sebesar 5,9 per sen. Demikian juga, angka pr evalensi balita gizi buruk, meskipun tidak seperti angka kemiskinan ekstrem, tetapi telah menunjukkan perununan yang signifikan, yaitu dar i 31 per sen pada tahun 1990 menjadi 18,4 per sen pada tahun 2007, sedangkan tar get MDG pada tahun 2015 sebesar 15,50 per sen. Salah satu yang masih har us diperhatikan adalah jumlah penduduk r awan pangan (dimana konsumsi energi kurang dari 1.400 Kkal/ hari/ kapita atau kurang dari 70 per sen dari Angka Kecukupan Gizi) di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 14,47 per sen, sedangkan untuk tar get MDG tahun 2015 yaitu 8,5 per sen, sehingga masih diper lukan ker ja yang lebih keras untuk menurunkan jumlah penduduk r awan pangan ter sebut.

Amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dengan tegas mengarahkan bahwa pembangunan ketahanan pangan diar ahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Pada sisi lain, juga ditegaskan car a-car a pencapaiannya, yaitu dengan cara yang memberikan manfaat yang adil dan merata ber adasarkan kemandir ian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyar kat. Kemandirian bukanlah konsepsi fisik- biologis, tetapi mer upakan konsepsi psikologis-budaya, mind-set atau sikap mental, yaitu sikap ber dikari menolak ketergant ungan nasib-sendiri pada pihak lain, sikap menolak subor dinasi, sikap menolak pengemisan. Upaya-upaya membangun kemandir ian ter sebut, juga ditegaskan dalam salah satu pasal UU No. 7/ 1996 yang menyatakan bahwa per wujudan ketahanan pangan mer upakan tanggung jawab pemer intah ber sama-sama masyar akat.

Penyusunan Buku Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) telah melewati pr oses konsultasi dengan berbagai stakeholder termasuk kalangan industri. Peranan industr i pangan dalam mew ujudkan kemandir ian pangan sangat penting. Per tama, industri pangan mer upakan mesin pengger ak untuk memanfaatkan kelimpahan alam Nusantara menjadi pr oduk-pr oduk pangan yang ber nilai gizi dan sosial yang lebih tinggi. Kedua, industri pangan juga merupakan trend-setter dalam mengarahkan ter w ujudnya kemandirian pangan. Oleh karena itu, buku RAN-PG ini dapat digunakan sebagai pedoman seluruh st akeholder untuk ber sama-sama mew ujudkan kemandirian pangan.

Akhir nya saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Kementerian Per encanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah mampu memobilisasi selur uh sumber daya nasional yang kita miliki sehingga dapat ter susun buku RAN- PG yang kompr ehensif ini.

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

Pr of. DR. Ir . ACHMAD SURYANA, MS

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Penanganan pangan dan gizi mer upakan salah satu agenda penting dalam pembangunan nasional. Pangan dan gizi ter kait langsung dengan kesehatan masyarakat. Data menunjukan 14.47 per sen penduduk Indonesia termasuk dalam kelompok sangat rawan pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/ orang/ har i), 4,9 per sen prevalensi gizi buruk (BPS, 2009). Selain itu informasi menunjukan bahwa foodbor ne disease mer upakan masalah kesehatan masyar akat yang utama.

Pangan juga ter kait dengan roda perekonomian khususnya bidang pertanian, industr i pr oduksi dan pengolahan pangan serta kegiatan bisnis dan per dagangan pangan. Industri pangan tidak hanya ditangani oleh industr i besar tetapi jutaan industri kecil, industri rumah tangga (sekurangnya tercatat 950.000 industri rumah tangga pangan (IRTP)), pedagang pangan (toko moder n dan pasar tradisional). Gambaran ter sebut menunjukan penanganan pangan dan gizi memiliki tantangan dan masalah yang luas dan kompleks sehingga memer lukan keter libatan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemer intah daer ah, ter masuk masyarakat/ konsumen dari ber bagai kelompok dan lapisan, ser ta dunia usaha dan industr i lain yang terkait.

Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 yang mer upakan kelanjutan RAN-PG 2006 -2010 menjadi penting artinya dalam r angka integrasi penanganan pangan dan gizi baik oleh pemerintah di tingkat pusat maupun di daerah. Siner gi dan keter paduan pembangunan bidang pangan dan gizi akan menjadi kekuatan potensial dalam pelaksanaan Pr ogr am Pembangunan yang Ber keadilan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milennium (MDGs) sebagaimana dituangkan oleh Wor ld Food Summit tahun 2009 bahw a ketahanan pangan ter jadi ketika semua or ang, setiap saat memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi ter hadap pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan diutamakan makanan untuk hidup aktif dan sehat. Sejalan dengan hal ter sebut pilar peningkatan pengaw asan mutu dan keamanan pangan penting sebagai bagian dari ketahanan pangan. Ter kait Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 yang mer upakan kelanjutan RAN-PG 2006 -2010 menjadi penting artinya dalam r angka integrasi penanganan pangan dan gizi baik oleh pemerintah di tingkat pusat maupun di daerah. Siner gi dan keter paduan pembangunan bidang pangan dan gizi akan menjadi kekuatan potensial dalam pelaksanaan Pr ogr am Pembangunan yang Ber keadilan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milennium (MDGs) sebagaimana dituangkan oleh Wor ld Food Summit tahun 2009 bahw a ketahanan pangan ter jadi ketika semua or ang, setiap saat memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi ter hadap pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan diutamakan makanan untuk hidup aktif dan sehat. Sejalan dengan hal ter sebut pilar peningkatan pengaw asan mutu dan keamanan pangan penting sebagai bagian dari ketahanan pangan. Ter kait

Disamping pengawasan pangan pada umumnya, r encana aksi ini ditekankan pada pengawasan keamanan jajanan khususnya jajanan anak sekolah dan pr oduk Pangan Industri Rumah Tanggga (PIRT). Hal ini mengingat bahwa anak merupakan aset bangsa sehingga diharapkan dengan pengamanan makanan jajanan anak sekolah, status gizi dapat meningkat. Kondisi higienis sanitasi PIRT juga menjadi per hatian sehingga per lu diambil langkah-langkah konkrit guna ter jaminnya keamanan peredaran pr oduk PIRT.

Selain itu pilar Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan mengusung pendekatan bar u guna mencapai tujuan MDGs yaitu penerapan standar keamanan pangan ber dasar kan kajian resiko, mener uskan teknologi inovatif yang tepat guna, member dayakan Pemerintah Daerah dalam peningkatan pengawasan, kuantitas dan kualitas pengawas makanan dan mengembangkan Indonesian Rapid Aler t Syst em for Food.

Diharapkan dengan adanya dokumen RAN-PG ini, khususnya bidang Pengaw asan Mutu dan Keamanan Pangan dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daer ah dalam mengambil langkah konkr it yang akan dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) guna menjamin keamanan pangan untuk masyarakat.

Pada akhir nya kami ingin menyampaikan r asa ter ima kasih dan penghar gaan kepada semua pihak atas ker jasama dan peran aktifnya sehingga dokumen ini dapat ter susun dengan baik. Kritik dan saran membangun masih diper lukan ter hadap dokumen rencana aksi khususnya bidang mutu dan keamanan pangan agar lebih baik dimasa yang akan

datang .

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Dr a. KUSTANTINAH, Apt., M.App.Sc.

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

Per soalan pangan bagi Indonesia masih memer lukan per hatian yang sungguh-sungguh. Banyak kasus kurang gizi bukan hanya disebabkan r endahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat oleh masyar akat, melainkan adanya pola yang salah dalam mengelola kebijakan pangan dan pertanian. Str uktur penguasaan tanah di Indonesia secara umum sangat timpang. Rata-rata petani hanya menguasai 0,3 hektar lahan pertanian, sementar a per usahaan-per usahaan besar lewat Hak Guna Usaha (HGU) bisa menguasai ratusan ribu hektar sendirian. Akibatnya petani yang ingin mempr oduksi tanaman pangan tidak mempunyai akses ter hadap tanah- tanah pertanian. Dan pada akhir nya, mereka hanya menjadi bur uh upahan yang ketika harga-har ga pangan melambung tinggi, petani yang ber upah r endah tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pangannya. Inilah yang menyebabkan bertambahnya angka gizi bur uk di Indonesia yang ber ujung pada kemiskinan dan kelaparan secar a massal. Hal ter sebut diper parah dengan akses masyarakat terhadap bahan pangan yang belum merata.

Sebagai negara agrar is yang memiliki iklim tr opis dan tanah yang subur sehar usnya dapat menjadi tempat paling pr oduktif di dunia untuk menghasilkan bahan pangan yang sehat dan beragam. Namun yang ter jadi kita menjadi keter gantungan pada bahan pangan impor, kar ena kur angnya kesadaran nasionalisme untuk melindungi usaha petani di dalam negeri. Sedangkan kondisi gizi masyar akat merupakan faktor penentu pr oduktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kemajuan yang cender ung menurun yang kita hadapi karena betapa rendahnya pr oduktivitas bangsa kita di semua lapisan, kur angnya keter paduan rencana pusat dan daerah ter masuk menjaga pasokan ener gy yang menambah ketidakber dayaan masyar akat kita.

Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal

13 dan 14 serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Ur usan Pemer intahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Pr ovinsi dan Pemerintah Daer ah Kabupaten dan kota bahwa penanganan 13 dan 14 serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Ur usan Pemer intahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Pr ovinsi dan Pemerintah Daer ah Kabupaten dan kota bahwa penanganan

Dengan diterbitkannya Buku Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN- PG) 2011-2015 dapat dijadikan acuan bagi pemangku kepentingan di ber bagai tingkatan pemer intahan dalam upaya per encanaan pembangunan ser ta penyelesaian permasalahan yang ter kait dengan pangan dan gizi. Saya menghimbau kepada Guber nur , Bupati, dan Walikota untuk mengkor dinasikan ber bagai pr ogram dan kegiatan lintas sektor ser ta menggalang dukungan dari pihak-pihak ter kait termasuk lembaga donor dan dunia usaha guna mendukung kebijakan pangan dan gizi di w ilayahnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Amin.

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

Dr s. AYIP MUFLICH, SH, MSi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Per tumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan nasional kotor per kapita adalah USD 3.956 dan umur harapan hidup rata-r ata adalah 71,5 tahun (UNDP, 2010). Walaupun demikian, beber apa indikator keber hasilan pembangunan masih mempr ihatinkan. Salah satu indikator yang diupayakan percepatan pencapaiannya adalah penur unan jumlah penduduk miskin. Tingkat kemiskinan telah menurun dari 14,1 per sen pada tahun 2009 menjadi 13,3 per sen pada tahun 2010 (BPS), namun masih diper lukan ker ja keras untuk mengakseler asi pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Kesepakatan MDGs ter sebut adalah penurunan 50 per sen dari kondisi tahun 1990, menjadi 7,5 per sen pada tahun 2015.

Demikian pula kondisi kelompok rentan ibu dan anak masih mengalami berbagai masalah kesehatan dan gizi, yang ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian neonatal, prevalensi gizi kurang (BB/ U) dan pendek (TB/ U) pada anak balita, pr evalensi anemia gizi kurang zat besi pada ibu hamil, gangguan akibat kurang yodium pada ibu hamil dan bayi ser ta kurang

vitamin A pada anak balita. Pada tahun 2007 pr evalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4 per sen dan 36,8 per sen sehingga Indonesia termasuk di antara 36 negar a di dunia yang memberi 90 per sen kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nut r it ion 2008). Walaupun pada tahun 2010 pr evalensi gizi kurang dan pendek menur un menjadi masing-masing 17,9 per sen dan 35,6 per sen, tetapi masih ter jadi dispar itas antar provinsi yang per lu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di w ilayah r awan (Riskesdas 2010).

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pada kenyataannya peta penduduk raw an pangan yang diumumkan oleh BPS pada tahun 2009 masih menunjukkan situasi yang sangat memprihatinkan. Jumlah penduduk sangat rawan pangan yaitu

1 RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015 1 RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa masalah gizi adalah masalah intergener asi, yaitu ibu hamil kur ang gizi akan melahir kan bayi kurang gizi. Pada hakekatnya masalah gizi dapat diselesaikan dalam waktu r elatif singkat. Inter vensi paket kegiatan untuk mengatasi masalah ter sebut yang dilaksanakan melalui pelayanan ber kelanjutan (cont inuum car e) pada per iode kesempatan emas kehidupan (window of oppor t unit y), yaitu sejak janin dalam kandungan, dan bayi baru lahir sampai anak ber usia 2 tahun. Di Br azil, pr evalensi pendek pada anak balita menur un lebih dar i 30 per sen, yaitu dari 37 per sen pada tahun 1974 menjadi 7 per sen pada tahun 2006, dengan melakukan empat pr ioritas penanganan yaitu meningkatkan: (1) akses pelayanan kesehatan dan gizi yang ber kelanjutan pada ibu dan anak; (2) akses pendidikan dan infor masi pada remaja putr i dan perempuan; (3) cakupan penyediaan air dan sanitasi; serta (4) daya beli keluarga (Monteir o et al, 2010). Sedangkan Thailand menur unkan 50 per sen kekur angan gizi pada anak hanya dalam w aktu 4 tahun (1982-1986) melalui fokus pelayanan untuk kelompok yang sama (SCN News No. 36 mid-2008). Penelitian di Peru yang melibatkan anak pendek usia 6-18 bulan, membuktikan bahwa dengan inter vensi yang tepat keter tinggalan pertumbuhan tinggi badan dapat “dikejar ” dan pada usia 4,5-6 tahun dapat mempunyai kecerdasan yang sama dengan anak yang tidak pendek pada masa bayi (Cr ookston et al, 2010).

Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dar i kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu r endah ser at dan tinggi kalori, ser ta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Di sisi lain, penyakit menular dan penyakit tidak menular juga meningkat. Sangat jelas per an gizi ber kontr ibusi ber makna pada penanggulangan ke dua jenis penyakit ini. Untuk mencapai status kesehatan yang optimal, dua sisi beban penyakit ini per lu diber i per hatian lebih pada pendekatan gizi, baik pada Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dar i kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu r endah ser at dan tinggi kalori, ser ta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Di sisi lain, penyakit menular dan penyakit tidak menular juga meningkat. Sangat jelas per an gizi ber kontr ibusi ber makna pada penanggulangan ke dua jenis penyakit ini. Untuk mencapai status kesehatan yang optimal, dua sisi beban penyakit ini per lu diber i per hatian lebih pada pendekatan gizi, baik pada

Hal yang sama juga ter jadi di Indonesia. Pada saat sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekur angan gizi ter utama pada ibu, bayi dan anak secar a ber samaan masalah gizi lebih cenderung semakin meningkat dan ber akibat beban ganda yang menghambat laju pembangunan. Status gizi optimal dar i suatu masyarakat telah secara luas diterima sebagai salah satu dari prediktor untuk kualitas sumber daya manusia, prestasi akademik, dan daya saing bangsa (The Lancet, 37: 340-357).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014 secar a tegas telah memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi dengan sasaran meningkatnya ketahanan pangan dan meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat.

Pr ogram Pembangunan yang Ber keadilan yang ter kait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) telah dituangkan dalam Instr uksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010. Salah satu dokumen yang harus disusun adalah Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 pr ovinsi.

Penyusunan RAN-PG 2011-2015 diawali dengan evaluasi aksi nasional yang ter cantum dalam RAN-PG 2006-2010. Banyak kemajuan telah dicapai dalam pembangunan pangan dan gizi yang meliputi perbaikan gizi masyarakat, aksesibilitas pangan, mutu dan keamanan pangan, perilaku hidup ber sih dan sehat (PHBS), dan koor dinasi dalam kelembagaan pangan dan gizi. Keberhasilan ter sebut antara lain ditandai dengan status gizi masyarakat yang semakin membaik, keter sediaan pangan yang meningkat dan mencukupi kebutuhan penduduk, dikeluar kannya berbagai per atur an per undangan ter kait dengan mutu dan keamanan pangan, meningkatnya per ilaku individu dan keluar ga untuk hidup ber sih dan sehat termasuk sadar gizi, serta sudah semakin banyak terbentuk lembaga yang menangani pangan dan gizi di berbagai tingkat administrasi pemer intahan.

Walaupun demikian berbagai tantangan masih ter identifikasi sehingga beberapa butir rekomendasi pada evaluasi RAN-PG 2006- 2010 menjadi per hatian utama untuk dijabar kan dalam rencana aksi yang menjadi prioritas pembangunan pangan dan gizi nasional selama lima tahun ke depan. Keterkaitan pembangunan pangan, kesehatan dan

gizi dengan

penanggulangan

kemiskinan, pendidikan, kemiskinan, pendidikan,

B. Tujuan RAN-PG

Menjadi panduan dalam melaksanakan pembangunan pangan dan gizi bagi institusi pemer intah, organisasi non pemerintah, institusi sw asta, masyar akat dan pelaku lain, baik pada tataran nasional, pr ovinsi maupun kabupaten dan kota.

Dengan adanya panduan ini, semua pelaku yang ber ger ak dalam pembangunan pangan dan gizi akan: 1) memahami pentingnya pangan dan gizi sebagai investasi pembangunan; 2) mampu menganalisis per kembangan situasi pangan dan gizi di setiap w ilayah untuk menetapkan pr ior itas penanganan, memilih inter vensi tepat dan efektif biaya (cost effect ive), mer evitalisasi lembaga pangan dan gizi, ser ta memantau dan mengevaluasi pr ogr am pangan dan gizi; dan

3) meningkatkan koordinasi penanganan masalah pangan dan gizi secara ter padu.

C. Pr akar sa Baru dalam Percepatan Pencapaian Indikator yang Ter kait MDGs.

Mer ujuk pada Instr uksi Pr esiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pr ogram Pembangunan yang Berkeadilan, telah disepakati hal-hal sebagai ber ikut: 1) per lu menyusun peta jalan ( r oad map) nasional percepatan pencapaian MDGs; 2) Pedoman rencana aksi per cepatan pencapaian tujuan MDGs di daerah harus digunakan sebagai dasar perencanaan dan peningkatan koor dinasi untuk menur unkan kemiskinan dan meningkatkan kesejahter aan r akyat; 3) Alokasi dana untuk mendukung

pencapaian MDGs akan terus mener us ditingkatkan, termasuk menyediakan perangsang dan dor ongan bagi pemer intah daerah yang mempunyai kiner ja baik dalam pencapaian MDGs; dan 4) Penguatan mekanisme untuk meningkatkan prakar sa Cor por at e Social Responsibilit y yang mendukung pencapaian MDGs (Bappenas, 2010).

Dengan hanya lima tahun menjelang tahun 2015, berbagai tantangan saat ini per lu diter jemahkan dalam agenda tahunan implementasi RAN PG 2011-2015. Kar ena itu dokumen ini per lu lebih ber orientasi Dengan hanya lima tahun menjelang tahun 2015, berbagai tantangan saat ini per lu diter jemahkan dalam agenda tahunan implementasi RAN PG 2011-2015. Kar ena itu dokumen ini per lu lebih ber orientasi

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 per lu diimplementasikan dengan sistematis sesuai dengan tantangan yang dihadapi dan kegiatannya ter struktur secara integratif dalam 5 pilar r encana aksi agar mencapai tujuan penurunan masalah gizi kurang dan pendek serta peningkatan asupan kalor i penduduk Indonesia ( gambar 1).

Tantangan yang ada kar ena disparitas kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan antar w ilayah dan antar penduduk per lu dihadapi dengan strategi yang berbeda. Demikian juga berbagai isu sosial budaya yang menghambat per cepatan pencapaian MDGs, yaitu per sepsi hak asasi manusia, per sepsi kesehatan repr oduksi dan pengar us-utamaan gender per lu penanganan khusus. Berbagai perilaku di masyar akat yang tidak menunjang kesehatan dan gizi, seper ti tabu ter hadap makanan ter tentu, juga per lu mendapat perhatian.

Mengacu pada hasil kajian dan analisis pr ogram gizi dan pr ogr am ter kait lainnya yang dilakukan dalam rangka melihat kesiapan Indonesia untuk mengakseler asi aksi yang terkait dengan pangan dan gizi untuk pencapaian MDGs, telah disepakati penguatan semua komponen yang telah ada dalam sistem pangan, kesehatan dan gizi. Komponen yang akan ditingkatkan adalah sumber daya manusia, infr astr uktur , pembiayaan, koor dinasi, dan kemitraan, implementasi pelayanan masyarakat,

penelitian dan pengembangan (Kemenkes, 2010). Selur uh komponen harus difokuskan pada upaya mengurangi dampak per ubahan iklim (climat e change) pada ketahanan pangan di tingkat nasional dan di setiap w ilayah, penanganan kesehatan dan gizi darurat saat ter jadi bencana alam dan pemberdayaan masyar akat dalam pengentasan keluar ga dari kemiskinan melalui kew aspadaan pangan dan gizi. Pengawasan mutu dan keamanan pangan har us ditingkatkan sejalan dengan kajian r esiko. Sementar a penelitian di bidang pangan dan gizi termasuk

ser ta ser ta

Rencana aksi pangan dan gizi disusun dalam pr ogr am ber orientasi aksi yang ter struktur dan terintegr atif dalam 5 pilar rencana aksi yaitu perbaikan gizi masyar akat, peningkatan aksesibilitas pangan, peningkatan pengaw asan mutu dan keamanan pangan, peningkatan perilaku hidup ber sih dan sehat, serta penguatan kelembagaan pangan dan gizi. Dengan kerangka pikir implementasi yang jelas semua kegiatan ter kait pangan dan gizi di tingkat kabupaten dan kota akan terkoor dinasi agar ter jadi sinergi upaya yang terfokus pada w ilayah r awan dan kelompok rentan sehingga dapat memutus r antai masalah gizi dalam daur kehidupan (life cycle). Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menur unnya pr evalensi gizi kurang anak balita menjadi 15,5 per sen, menur unnya prevalensi pendek pada anak balita menjadi 32 per sen, dan tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalor i 2.000 Kkal/ orang/ har i.

Gambar 1. Ker angka Konsep Implementasi Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015

TANTANGAN

STRATEGI 5

KELUARAN

PI LAR RENCANA

1. Sosial dan Budaya 1. Per baikan Gizi 1. Meningkatnya cakupan

 Dispar itas

Masyar akat

ASI ekslusif, D/ S, KN dan

2. Meningkatnya tingkat  Dispar itas

kemiskinan

ter utama pada ibu

K4

ker agaman konsumsi dan skor PPH  Per sepsi hak asasi

pendidikan

pr a-hamil, ibu

hamil dan anak

2. Peningkatan 3. Meningkatnya cakupan

 jajanan anak sekolah yang Pember dayaan

manusia

Aksesibilitas

Pangan yang

memenuhi syar at dan

pr oduk PIRT ter ser tifikasi pengar usutamaan

keluar ga dan

ber agam

3. Peningkatan 4. Meningkatnya jumlah

 gender

r umahtangga yang Per sepsi kesehatan

5. Meningkatnya jumlah 

melakukan PHBS r epr oduksi

Pengawasan Mutu

dan Keamanan

kab/ kota yang keper cayaan dan

Tabu makanan,

Pangan

4. Peningkatan mempunyai SKPD bidang

per ilaku yang

Pangan dan Gizi ber tentangan dengan

Per ilaku Hidup

Ber sih dan Sehat

6. Meningkatnya per atur an

kesehatan

(PHBS)

per undangan Pangan dan 7. Gizi

Meningkatnya tenaga D3

2. Sistem Pangan dan Gizi

5. Penguatan Kelembagaan

Sumber daya manusia gizi puskesmas dan PPL kecamatan   Infr astr uktur Pembiayaan

Pangan dan Gizi

 Implementasi Standar Pelayanan Minimal 

Ketahanan pangan ter kait dengan climate change

Kewaspadaan

(sur veilans) pangan

SASARAN PEMBANGUNAN

PANGAN DAN GI ZI PADA TAHUN 2015

dengan tingkat dan gizi ter kait

 Pr evalensi anak balita

 Pengawasan mutu

kemiskinan

dan keamanan

- Gizi kur ang: 15,5%

pangan 

Koor dinasi dan

- Pendek: 32%

kemitr aan

 Konsumsi pangan dengan asupan kalor i 2.000 Kkal/ hr

 Penelitian pangan dan gizi ter masuk

kur ang zat gizi mikr o

Mengingat w aktu untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 sangat pendek, maka sepanjang tahun 2011-2015 pembangunan yang ber keadilan har us dilaksanakan melalui ber bagai pendekatan baru yang membawa perubahan di tingkat eksekutif, legislatif, dan masyar akat untuk implementasi pr ogram yang fokus, intensif, dan ber kelanjutan. Pendekatan baru ter sebut adalah:

1. Prioritas pelayanan kesehatan dan gizi ber kelanjutan harus difokuskan pada periode emas kehidupan yaitu masa ibu pra- hamil, masa ibu hamil (janin dalam kandungan), bayi dan anak 1. Prioritas pelayanan kesehatan dan gizi ber kelanjutan harus difokuskan pada periode emas kehidupan yaitu masa ibu pra- hamil, masa ibu hamil (janin dalam kandungan), bayi dan anak

2. Peningkatan aksesibilitas pangan di tingkat rumah tangga pada w ilayah sangat rawan pangan dan wilayah raw an pangan melalui pengembangan desa mandiri pangan dan lumbung pangan masyar akat, per cepatan diver sifikasi pangan sumber daya lokal dan pengembangan agr oindustr i di per desaan untuk memper luas lapangan ker ja.

3. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap ser ta perubahan perilaku/ budaya konsumsi pangan masyarakat kearah konsumsi pangan yang semakin ber agam, ber gizi seimbang, dan aman

4. Pener apan standar keamanan pangan berdasarkan kajian resiko, mener uskan teknologi inovatif yang tepat guna, member dayakan pemer intah daerah dalam peningkatan pengawasan, kuantitas dan kualitas pengawas makanan dan mengembangkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

5. Pener apan per ilaku hidup ber sih dan sehat (PHBS) melalui upaya mendor ong kebijakan sehat bidang pangan dan gizi, penguatan pengawasan sosial, pembinaan PHBS di r umah tangga, dan inter nalisasinya dalam kur ikulum pendidikan di sekolah dasar dan menengah.

6. Peningkatan kemitraan dan ker jasama multi-sektor dalam lembaga nasional pangan dan gizi yang efektif, serta membentuk badan yang ber sifat paralel sampai tingkat daerah.

II. PANGAN DAN GIZI

SEBAGAI INVESTASI PEMBANGUNAN

Pembangunan suatu bangsa ber tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap w ar ga negara. Peningkatan kemajuan dan keejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Ukur an kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyar akat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat