40
3. Efisiensi proses memeriksa, memutus serta minutasi, khususnya
pada tahap judex jurist. Tanpa perubahan mendasar terhadap metode alur pemeriksaan perkara akan sangat sulit bagi MA untuk
memenuhi target waktu penyelesaian perkara yang ditetapkan pada Surat Keputusan Ketua MA No. 138 KMASKIX2009 tentang
Jangka Waktu Penanganan Perkara di MA yang kini tengah menghadapi lonjakan jumlah perkara. Diharapkan bahwa solusi TI
dapat memberikan jawaban paling baik terhadap kebutuhan yang selama ini tidak bisa direspon oleh sistem manual.
3.2. Elemen Penyempurnaan Manajemen Perkara
a. Menetapkan agenda memecahkan debottlenecking penanganan perkara
pada titik-titik krusial yang telah diidentifikasi sebagai pemicu tunggakan sebagai agenda jangka pendek yang mampu memberikan
hasil yang terukur. Di tingkat MA, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu meliputi:
Mendorong dan menjaga tingkat produktivitas penanganan
perkara melalui mekanisme evaluasi kinerja rutin pada semua tahap penanganan perkara dengan menyempurnakan sistem
pendataan perkara berbasis elektronik sebagai komplemen dari sistem pendataan perkara manual dan; memberlakukan
mekanisme pembandingan kinerja antar unit kerja peer review mechanism untuk mendorong produktivitas.
Meningkatkan efisiensi penyelesaian minutasi perkara dengan pengiriman softcopy dokumen Pengadilan Tingkat Pertama dan
Banding ke MA dan penggunaan template putusan untuk mempercepat pengetikan.
Berdasarkan kebutuhan melakukan asistensi secara sistematis untuk memastikan kinerja penanganan perkara dengan cara
antara lain penarikan kembali dan redistribusi perkara-perkara yang telah masuk pada kategori tunggakan lebih dari satu tahun
setelah diregister; dan memberikan bantuan pengetikan minutasi perkara.
b. Penyempurnaan kerangka hukum pencatatan register perkara.
41
Pengelolaan data register secara elektronik akan sangat membantu meningkatkan efisiensi pada berbagai sektor. Untuk itu harus
diberikan payung hukum dan solusi teknis yang mampu memastikan penggunaan register secara elektronik dan mencegah terjadinya
duplikasi dengan pendataan manual.
c. Membentuk mekanisme kerja yang juga mampu berfungsi sebagai
alat kontrol terhadap penyelesaian perkara meliputi: Pembuatan standar kinerja dan pelayanan administrasi
kepaniteraan sebagai bagian dari amanat dari Undang- Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Standar Pelayanan meliputi elemen waktu, biaya, dan kualitas pelayanan.
Prosedur untuk memungkinkan dibukanya jalur-jalur khusus untuk penyelesaian perkara-perkara yang memang perlu
diprioritaskan secara permanen maupun ad hoc. Prosedur yang mengatur bahwa setiap Ketua Majelis Hakim
dalam suatu perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Banding, maupun MA harus terlebih dahulu menetapkan
jadwal kalender persidangan secara indikatif pada awal persidangan. Informasi ini akan dikelola oleh kepaniteraan
untuk meningkatkan kemampuan unit pendukung dalam mengelola sumber daya yang tersedia, misalnya manajemen
ruang sidang, dan lainnya.
Peningkatan sistem pelacakan dan monitoring pergerakan perkara. Penyempurnaan proses harus meliputi mekanisme
yang aplikatif untuk memastikan bahwa setiap langkah perpindahan dan perkembangan status perkara dapat dicatat
dan dilaporkan kepada publik.
Pengaturan tentang tata pengelolaan naskah elektronik putusan pengadilan. Pengelolaan dokumen elektronik dengan
baik, krusial dalam mendukung agenda transparansi dan akuntabilitas dan memperkuat manajemen pengetahuan
knowledge management di pengadilan.
Pengaturan tentang peningkatan kualitas perekaman atas fakta otentik persidangan. Peningkatan fasilitas teknologi dan
42
informasi membuka jalan untuk meningkatkan metode pembuatan berita acara persidangan.
Optimalisasi pengawasan kinerja manajemen perkara.
3.3. Penyiapan Sumber Daya a. Sumber Daya Manusia