Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang

50 Lingkungan peradilan yang ada di Indonesia dalam proses pengadilan harus dilakukan atas prinsip Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.

C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang

ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat HIR merupakan produk Pemerintah Kolonial Belanda, yang sampai sekarang masih tetap berlaku dalam melaksanakan Hukum Perdata Materiel di dalam sidang Pengadilan Negeri di Indonesia. Sebagai warisan zaman Hindia Belanda, selain HIR masih ada 2 buah peraturan perundang-undangan Reglement tentang Hukum Acara Perdata yaitu Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering BRV dan Rechtsregelement voor de Buitengewesten RBG. BRV yang dimuat dalam Stb. Nomor 521847 mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848 adalah reglement yang berisi ketentuan Hukum Acara Perdata yang berlaku khusus untuk golongan Eropa dan yang dipersamakan dengan mereka untuk berperkara di muka Pengadilan untuk orang Eropa yaitu dalam Raad Van Justitie dan Residentie gerecht. Walaupun BRV tidak berlaku lagi, tetapi dalam praktik di Pengadilan hingga saat ini, beberapa lembaga hukum dalam peraturan tersebut sering dipakai sebagai contoh, karena sangat dibutuhkan dalam perkara, sebab lembaga seperti itu tidak terdapat dalam HIR maupun RBg. Praktiknya hal ini disebut sebagai yurisprudensi, ini di dasarkan tidak menyebutkan pasal- pasal dari reglement tersebut. 51 Kaidah-kaidah hukum acara perdata masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, baik peraturan perundang-undangan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda maupun peraturan perundang-undangan produk Negara Kesatuan Republik Indonesia, materi yang termuat dalam HIR hanya berlaku khusus untuk daerah Jawa dan Madura, sedangkan RBg berlaku untuk kepulauan yang lainnya di Indonesia. Selain itu Buku keempat BW dan Bab V UU.No 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan sipil memuat pula peraturan- peraturan hukum acara perdata, kaidah-kaidah mana sejak semula hanya berlaku untuk golongan penduduk tertentu, yang baginya berlaku hukum perdata barat. Hukum acara perdata terdapat dalam beberapa ketentuan perundang-undangan seperti dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir melalui Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang, Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang Nomor 49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum, Undang-undang Nomor 51 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan serta Peraturan Pelaksanaannya. Sedang yang mengatur persoalan banding khusus untuk wilayah Jawa dan Madura berlaku Undang-Undang Nomor 20 tahun 1947, Berdasarkan yurisprudensi Undang- Undang Nomor 20 tahun 1947, kini berlaku juga untuk wilayah di luar Jawa dan Madura. Beberapa masalah yang tidak diatur dalam HIR dan R.Bg, apabila dirasakan perlu dan berguna bagi praktik pengadilan, dapat dipakai peraturan-peraturan yang terdapat dalam Reglement 52 of de Burgerlijke Rechtsvordering Rv. Misalnya perihal penggabungan, penjaminan dan rekes sipil. Melihat kondisi yang berkembang MA mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA yang khusus ditujukan kepada pengadilan-pengadilan bawahannya yang berisikan instruksi dan petunjuk-petunjuk bagi para hakim dalam menghadapi perkara perdata. Misalnya SEMA Nomor 04 Tahun 1975 tentang Sandera Gijzeling, SEMA Nomor 09 Tahun 1976 tentang Gugatan terhadap Pengadilan dan Hakim, SEMA Nomor 6 Tahun 1992 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri, SEMA Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pengawasan dan Pengurusan Biaya-biaya Perkara, SEMA Nomor 5 Tahun 1994 tentang Biaya Administrasi, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1962 tentang Cara Pelaksanaan Sita Atas barang-barang yang tidak bergerak, serta berupa Peraturan MA Nomor 1 Tahun 2008 tentang Proses mediasi di Pengadilan Semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dan bantuan mediator. Peraturan MA Nomor 1 Tahun 2002 tentang Gugatan Perwakilan Kelompok class action Peraturan MA Nomor 1 Tahun 2000 tentang Lembaga Paksa Badan, Peraturan MA Nomor 1 Tahun 2001 tentang Permohonan Kasasi Perkara Perdata Yang Tidak Memenuhi Persyaratan Formal. Hukum acara perdata yang merupakan peninggalan masa Pemerintahan Hindia Belanda memiliki banyak kelemahan dan dalam beberapa hal tertinggal dari perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan yang sangat cepat. Dalam kenyataannya menimbulkan beberapa persoalan, meliputi: 53 1. Proses eksekusi terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang terkadang dalam eksekusinya memerlukan waktu cukup lama, sehingga tidak dapat menampung aspirasi dunia perekonomian yang menghendaki penyelesaian secara cepat. Semakin lama berarti kerugian yang ditimbulkan semakin besar. 2. Dalam perkara perdata dianut asas hakim pasif. D a l a m p r a k t i k sering terjadi ada pihak yang lemah semata-mata karena ketidaktahuannya tentang hukum acara, padahal seandainya hakim diperkenankan memberikan saran maka kondisinya dapat berbeda. 3. Dalam perkara permohonan. HIR tidak memberikan suatu solusiupaya hukum untuk memperbaiki putusan yang salah, seandainya pemohon tidak megajukan upaya hukum. 4. Cepatnya penyelesaian perkara pada tingkat pertama dan banding, mengakibatkan arus masuknya perkara ke Mahkamah Agung tingkat kasasi semakin deras, sehingga terjadi penumpukkan dan tunggakan yang melampaui kapasitas penyelesaian secara wajar.

D. Kajian terhadap implikasi penerapan hukum acara