I S S N 1 4 1 1 - 3 3 4 1
J U R N A L A C A D E M I C A F is ip U n t a d V O L . 0 4 N o . 0 1 P E B R U A R I 2 0 1 2
749
Pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 61959 disempurnakan
dan Penetapan
Presiden Nomor
61959 disempurnakan mengatur tentang Pemerintahan Daerah. Dasar
pemikiran undang-undang pemerintahan daerah adalah: 1. Tetap mempertahankan politik dekonsentrasi dan desentralisasi,
dengan menjunjung paham desentralisasi teritorial; 2. Dihapuskan dualisme pimpinan daerah.
Artinya, pemerintah Indonesia saat itu tetap berkomitmen menjalankan
kebijakan pelimpahan
kewenangan tata
pemerintahan ke daerah-daerah. Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan daerah adalah terbitnya Undang-undang
Nomor 181965 yang membagi habis daerah-daerah otonom di Indonesia ke dalam tiga tingkatan:
1. Provinsi danatau Kotaraya sebagai Daerah Tingkat I; 2. Kabupaten danatau Kotamadya sebagai Daerah Tingkat II;
3. Kecamatan danatau Kotapraja sebagai Daerah Tingkat III.
f. Dinamika Politik Lokal di Era Orde Baru.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, lahirlah Undang- undang Nomor 51974 dimana semangat sentralisasi pemerintahan
justru semakin menjadi-jadi. Undang-undang tersebut memainkan peranan penting dalam memperluas kekuasaan pemerintah pusat ke
daerah. Penunjukan para gubernur dengan latar belakang militer oleh Presiden Soeharto sangatlah menguntungkan kejayaan bisnis militer
mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di daerah. Para kepala daerah tersebut berlindung di balik doktrin dwifungsi ABRI yang
ketika itu membenarkan peran militer aktif untuk terjun dalam pemerintahan sipil. Disamping para perwira militer menikmati
jabatan puncak di daerah-daerah, para anggota militer pangkat lebih rendah memainkan peran mereka sebagai pelindung backing
pengusaha-pengusaha pusat maupun lokal, menjual jasa pengamanan yang seringkali menimbulkan bentrokan dengan masyarakat sipil.
Di dalam masa kekuasaan Order Baru, etnis cina Indonesia memperoleh perlakuan khusus, sehingga jurang ekonomi
antara masyarakat keturuna etnis Cina dengan kaum pribumi menjadi sangat tajam. Lebih jauh lagi, masa pemerintahan Soeharto
memunculkan model pembangunan daerah yang timpang antara masyarakat di belahan Indonesia bagian Barat Jawa dan Sumatra
yang kaya dengan masyarakat di Indonesia bagian Timur yang
I S S N 1 4 1 1 - 3 3 4 1
J U R N A L A C A D E M I C A F is ip U n t a d V O L . 0 4 N o . 0 1 P E B R U A R I 2 0 1 2
750
melarat dan kelaparan Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur sebelum menjadi negara Timor Lester, dan Papua. Ketimpangan tersebut
menjadikan pembangunan tidak merata di daerah pedesaan dan
kemiskinan di daerah perkotaan,
8
Ind Comparative Governance, ed. W. Phillips Shively
USA: The McGraw-Hill Companies, 2005, meningkatkan jumlah penduduk perkotaan sangat pesat.8 Sehingga peningkatan gejala
penyakit sosial seperti tindak kriminal, kemiskinan, dan masalah gizi dan nutrisi semakin menyeruak. Soeharto tidak dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut, sehingga muncul peristiwa berdarah Mei 1998 yang menurunkannya dari tampuk kepemimpinan puncak
Indonesia.
g. Dinamika Politik Lokal Pasca Orde Baru Era Reformasi.