5 d.
Metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi yang disampaikan,
e. Kurangnya media dalam pembelajaran.
2. Analisis Masalah
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi konstitusi masih rendah. Dari hasil refleksi diri dan diskusi dengan
supervisor 2 permasalahan yang dapat dianalisis dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, diantaranya :
a. Hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 72,00.
b. Keaktifan belajar siswa masih kurang.
c. Metode yang digunakan guru kurang tepat.
d. Kurangnya media dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana metode interaktif dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang Kecamatan Merawang
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang konstitusi ?”.
C. Tujuan Penelitan
Adapun yang menjadi tujuan akan dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui Bagaimanakah penggunaan metode interaktif
dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang Kecamatan Merawang mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang konstitusi”.
D. Manfaat Penelitian
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini maka penelitian ini akan memberikan manfaat Bagi :
6
1. Siswa
a. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan menarik dan menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1
Merawang Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka akan meningkat melalui metode interaktif dengan media gambar dalam pembelajaran.
b. Hasil belajar dan keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang Kecamatan Merawang pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang konstitusi akan meningkat dengan pembelajaran menggunakan metode interaktif dan media gambar,
2. Guru
a. Memperbaiki kinerja
guru pada
pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, b. Guru memiliki metode mengajar yang bervariasi terutama pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, c. Menjadikan guru lebih berkualitas terutama pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan,
3. Sekolah
Dengan meningkatnya mutu proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, akan menciptakan lulusan sekolah yang
berkarakter bangsa.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam persekolahan di negara kita, nama mata pelajaran PKn SMPSMA pernah muncul dalam kurikulum tahun 1957 dengan istilah Kewarganegaraan
yang merupakan bagian dari mata pelajaran Tata Negara. Kemudian, pada tahun 1961 muncul istilah civics dalam kurikulum sekolah di Indonesia. Pada tahun
1968, mata pelajaran civics berubah nama menjadi Pendidikan Kewarganegaraan PKn atau Civic Education.
Dalam kurikulum 1975 nama mata pelajaran PKN berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila PMP, kemudian dalam kurikulum 1994 berubah
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn. Selanjutnya, dalam
7 kurikulum tahun 2004 nama mata pelajaran PPKn berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan PKn. Mata pelajaran PKn sangat esensial diberikan di persekolahan di negara
kita sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan berkarakter National Character Building yang setia dan memiliki komitmen
kepada bangsa dan negara Indonesia yang majemuk. Selain itu, pentingnya mata pelajaran PKn diberikan di sekolah adalah dalam rangka membina sikap dan
perilaku siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar baik yang berkaitan
dengan masalah ideologi maupun budaya. Membahas tujuan PKn tidak bisa dipisahkan dari fungsi mata pelajaran
PKn karena keduanya saling berkaitan, di mana tujuan menunjukkan dunia cita, yakni suasana ideal yang harus dijelmakan, sedangkan fungsi adalah
pelaksanaan-pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, fungsi menunjukkan keadaan gerak, aktivitas dan termasuk dalam suasana
kenyataan, dan bersifat riil dan konkret. Sementara itu, mata pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana untuk
membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Permasalahan yang mendasar dalam dunia pendidikan kita adalah berkenaan
dengan kualitas, kuantitas, dan relevansi. Berbicara kualitas pendidikan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah materi
pelajaran yang ada dalam kurikulum, dengan tidak melupakan unsur guru, inputsiswa, dan sarana prasarana pendidikan. Khusus yang berkaitan dengan
kurikulum, dipandang perlu untuk memberikan berbagai upaya, terutama yang berkaitan dengan pembaharuan atau perubahan sehingga kurikulum yang
berkembang dapat memenuhi harapan masyarakat.
2. Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Prancis “Constituere” yang artinya membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksud sebagai pembentukan atau
penyusunan suatu negara.
8 Konstitusi bagi suatu negara merupakan keseluruhan sistem aturan yang
menetapkan dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem pemerintahan negara dan tata hubungan secara timbal balik antara pemerintah negara dan orang
seorang yang berada di bawah pemerintahnya. Konstitusi diartikan juga sebagai hukum dasar, hukum dasar tersebut
dapat tertulis dan dapat juga tidak tertulis. Konstitusi atau hukum dasar yang tertulis disebut juga Undang-Undang Dasar, sedangkan konstitusi atau hukum
dasar yang tidak tertulis disebut juga konvensi, yakni aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek-praktek penyelengaraan negara meskipun
tidak tertulis. Dengan demikian, konstitusi lebih luas dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar UUD, atau UUD merupakan salah satu bagian dari
konstitusi.
1. FUNGSI KONSTITUSI
Fungsi konstitusi, dapat ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan atau berdasarkan tujuannya. Ditinjau dari sudut pemerintahan
fungsi konstitusi sebagai landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu sistem ketatanegaraan yang pasti yang pokok-pokoknya dalam
suatu aturan-aturan konstitusi atau UUD-nya. Sedangkan ditinjau dari sudut tujuannya, fungsi kontitusi adalah untuk
menjamin hak-hak anggota warga negara atau masyarakat dari tindakan sewenang-wenang penguasa.
2. ISI ATAU MUATAN KONSTITUSI
Menurut A.A.H. Struycken, UUD sebagai suatu konstitusi yang tertulis merupakan dokumen formal yang memuat:
a Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau b Tingkatan-tingkatan perkembangan tertinggi ketatanegaraan bangsa
c Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik waktu sekarang maupun yang akan datang.
d Sutau keinginan dengan mana perkembangan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
9
3. KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
Semenjak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang, di Indonesia telah berlaku tiga macam UUD dalam empat periode:
1 Periode 18 Agutus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 berlaku UUD Proklamasi yang kemudian dikenal dengan UUD 1945
2 Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950 berlaku Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat UUD RIS
3 Periode 17 Agutus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959 berlaku Undang- Undang Dasar Sementara UUDS 1950
4 Periode 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang berlaku UUD 1945
C. Media Belajar Proses mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara guru
dan peserta didik, dimana guru bertindak sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dimaksud dalam hal ini adalah isimateri
pelajaran yang dikemas dalam simbol-simbol komunikasi verbal kata-kata atau tulisan mupun nonverbal. Namun demikian, komunikasi yang demikian sangat
memungkinkan sekali akan mengalami hambatan, artinya tidak selamanya pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan mudah diterima oleh penerima pesan.
Bahkan kemungkinan terjadi pesan yang diterima tidak sesuai dengan maksud yang disampaikan. Inilah yang dimaksud dengan kesalahan komunikasi.Banyak
hal yang dapat menjadi penyebab kesalahan komunikasi tersebut. Menurut Sanjaya 2008 ada beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan komunikasi
yaitu:“pertama faktor lemahnya kemampuan pengirim pesan dalam mengomunikasikan informasi, sehingga pesan yang disampaikan tidak jelas
diterima, atau mungkin salah menyampaikannya. Kedua, faktor lemahnya kemampuan penerima pesan dalam menerima pesan yang disampaikan, sehingga
ada kesalahan dalam menginterpretasi pesan yang disampaikan”. Oleh sebab itu untuk mempermudah penyampaian pesan dan untuk
menghindari kesalahan komunikasi maka diperlukan saluran yang berfungsi
10 untuk mempermudah penyampaian pesan. Inilah hakikat dari Media
pembelajaran, dalam konteks komunikasi seperti di atas, fungsi media adalah sebagai alat bantu untuk guru dalam mengomunikasikan pesan, agar proses
komunikasi berjalan dengan baik dan sempurna sehingga tidak mungkin lagi ada kesalahan. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah
berarti perantara Winataputra et.al, 2005. “Pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis atau elektronik untuk menangkap maupun proses dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal ”.
D. Media Gambar