Analisis keragaman pola pita isosim dan analisis kandungan minyak , komposisi asam lemak, dan kandungan protein kelapa
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa merupakan komoditas
sosial
utama
di
sebagian besar wilayah Nusantara, kehidupan perekonomian
dan kultur bangsa
Indonesia.
Luas pertanaman kelapa
tahun 1992 adalah 3 413 798 ha yang meliputi sekitar 26
persen dari seluruh areal perkebunan di Indonesia,
melibatkan
sekitar
Pertanian, 1993).
lebih
97.4
juta keluarga
3.2
(Litbang
Dari luas pertanaman tersebut kurang
persen diusahakan
sebagai perkebunan
yang tersebar d i seluruh Kepulauan
persentase penyebaran:
26.8%,
tani
dan
rakyat
Indonesia dengan
Pulau Sumatera 30.9%,
Pulau Jawa
Pulau Sulawesi 19%, Pulau Kalimantan 7.9% d a n
Kepulauan lainnya 15.4% (~uljodihardjo,1993)
.
Luas areal pertanaman kelapa di dunia kurang lebih
11.6
juta
ha
tersebar
pada
sedikitnya
86
negara.
Indonesia memiliki areal pertanaman kelapa yang terluas di
dunia,
diikuti
oleh
Filipina
sekitar 3.3
juta hektar,
tetapi dari segi produksi Indonesia kedua terbesar sesudah
Filipina
(Persley, 1992).
Rataan produksi kopra di
Indonesia pada tahun 1991 hanya sebesar
(Litbang Pertanian, 1993).
1.03 ton/ha/tahun
Sedangkan potensi yang dapat
dicapai dari suatu pertanaman kelapa jika diusahakan
secara
intensif
kopra/ha/tahun
adalah
2
sampai
berturut-turut
3
untuk
hibrid (Mahmud dan Novariant0~1989).
dan 4 sampai 6 ton
kelapa
dalan
dan
Rendahnya produktivitas tanaman disebabkan beberapa
faktor,
kultivar
antara
yang
lain:
aspek
beragam,
ekonomi,
kesesuaian
umur
lahan
tanaman,
dan
iklim,
penerapan teknik budidaya, serta faktor hama dan penyakit.
Program-program peningkatan produksi yang
kan pemerintah meliputi perluasan areal,
peremajaan, dan rehabilitasi.
dilaksana-
intensifikasi,
~ e k a l i ~ udemikian,
n
nilai
produk kelapa berupa kopra yang diterima petani
Pelita V sangat rendah.
selama
Harga kopra banyak berfluktuasi
di bawah harga pokok yaitu Rp. 461.-/kg pada areal tanpa
intensifikasi dan Rp. 635,24/kg dengan intensifikasi areal
(Sondakh, 1993).
Hal
ini disebabkan oleh rendahnya
produktivitas tanaman kelapa, berfluktuasinya harga produk
kelapa dan belum diterapkan sepenuhnya usaha diversifikasi
produk yang makin menambah kompleksnya masalah di bidang
perkelapaan.
Keadaan ini diperburuk karena petani hanya
mengusahakan tanaman kelapa secara monokultur.
Di dunia
Internasional, minyak kelapa disudutkan oleh Amerika
sebagai penyebab peningkatan kolesterol dalam darah.
Nilai
tambah
diversifikasi hasil.
lain
kelapa
dapat
ditempuh
Usaha yang terbuka untuk ini, antara
meningkatkan fungsi kelapa sebagai penghasil
kelapa, santan awet,
melalui
tepung
dan hasil samping lainnya. Minyak
kelapa sebagai bahan baku dapat digunakan untuk berbagai
industri:
pangan,
kosmetik,
sabun,
dan
farmasi.
Maka
informasi
dasar
menyangkut keragaman
kandungan
minyak,
komposisi asam lemak dan kandungan protein pada berbagai
populasi kelapa sangat diperlukan untuk pengembangan
agroindustri kelapa.
Indonesia kaya akan keanekaragaman tanaman kelapa.
Keragaman ini merupakan peluang yang baik untuk menunjang
pengembangan
ke
arah
diversifikasi
informasi genetika pada
sedikit.
hasil.
Narnun,
tanaman kelapa masih
sangat
Studi-studi dasar yang terkait dengan program
pengembangan
kelapa, harus segera dilakukan sejak awal
sebelum melangkah ke program
lebih
pemuliaan kelapa
lanjut.
Program pemuliaan kelapa dalam rangka perbaikan bahan
tanaman, sangat bergantung pada
genetika.
sumber
keanekaragawan
Keragaman genetika bukan hanya masalah koleksi
plasma nutfah secara fisik, tetapi juga masalah penixaian
sejauh mana keragaman genetika tersebut diperlukan untuk
kegiatan manipulasi genetika kearah perakitan k u l t i v a r
yang diinginkan. Seberapa jauh jarak genetika dari sifatsifat yang mendukung daya hasil dari tetua yang digunakan
dalam program persilangan
ini
seleksi
ssat
(Makmur, 1988). Sampai
pada tanaman kelapa dilakukan berdasarkan
keragaman
karakter
dikeluarkan
oleh International Board for Plant
Resources (IBPGR, 1978)
vegetatif
.
dan
generatif
yang
Genetic
Produk langsung gen berupa protein dan enzim dapat
dilacak dan dipelajari keragamannya dengan menggunakan gel
d a n elektroforesis.
Isozim
adalah enzim-enzim
yang
terdiri dari berbagai molekul aktif yang berbeda komposisi
asam
aminonya
Perbedaan
dan
mengkatalisis
reaksi
yang
sama.
komposisi asam amino bisa disebabkan oleh
alel
berbeda dari lokus yang sama atau alel dari lokus yang
berbeda (nonalel)
Isozim dapat
.
digunakan sebagai ciri genetika untuk
mempelajari keragaman individu
dalam suatu populasi,
klasifikasi spesies tanaman, mengidentifikasi kultivar dan
hibridnya
(Peirce dan Brewbaker, 1973 ;
Kut dan Evans,
1984; Vences, Vaquero, dan De La Vega, 1987) , menentukan
keberhasilan
suatu
persilangan
buatan
(Parfitt
dan
Arulsekar, 1985, Mc Granahan, Tulecke, Arulsekar, dan
Hansen, 1986), membantu dalam menyeleksi sifat-sifat yang
bernilai ekonomi penting (Adams,
1983;
Hayward dan Mc
Adam, 1988; Yupsanis dan Moustakas, 1988), dan mempelajari
penyebaran keragaman genetika suatu tanaman dari berbagai
lingkungan yang berbeda (Second, 1982; Nevo, Beiles, dan
Kaplan, 1987).
Informasi genetika kelapa
yang mendasar dan lebih
dapat dipertanggung jawabkan, akan sangat
program pemuliaan kelapa di masa depan.
membantu
dalam
Tujuan
~enelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1.
Untuk mempelajari
berdasarkan
serta
keragaman genetika
tanaman
pola pita beberapa isozim
bagaimana
pola
pewarisan
kelapa
dan morfologi,
pola
pita
isozim
tersebut.
2.
Menganalisis jarak
genetika
dan hubungan kekerabatan
antar populasi kelapa.
3.
Untuk mengetahui keragaman kandungan minyak, komposisi
asam lemak, dan kandungan protein daging kelapa.
4.
Untuk mempelajari
kemungkinan
keterpautan
pola pita
isozim dengan karakter kuantitatif kelapa yang dipelajari.
Kegunaan Penelitian
Melalui studi dasar ini diharapkan akan mendapatkan
ciri genetika pola pita isozim yang mungkin terpaut dengan
karakter-karakter
penting
tanaman kelapa.
Sehingga
diharapkan ciri genetika ini dapat dipakai untuk membantu
kegiatan
seleksi
pemuliaan
kelapa
agroindustri kelapa yang akan datang.
dan
pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa adalah salah satu jenis tanaman yang
sangat berguna di dunia, tumbuh pada lebih dari 80 negara
tropik, dan merupakan tanaman palma terpenting dari semua
jenis yang
batang,
telah dibudidayakan.
daun,
bunga,
dan
buah
Berbahan
kelapa
dasar
dapat
akar,
dihasilkan
lebih dari 70 jenis produk makanan dan bukan makanan
(Persley, 1992;
Muljodihardjo, 1993).
Asal dan Penyebaran
Kelapa umumnya tumbuh di daerah beriklim tropik. Asal
mula tanaman ini belum diketahui secara pasti.
Ada
tiga teori tentang
Pertama, tanaman
palma
asal usul
berasal
dari
tanaman kelapa.
stok
kemudian muncul genus Cocos dari anggota
yang
sama,
Amerika
dan
tumbuh di lembah Andes, Kolombia, dari sini menyebar ke
Pasifik. Teori kedua menyatakan bahwa kelapa berasal dari
sepanjang pantai Amerika Tengah, lalu buahnya dkbawa
melintasi lautan sampai ke kepulauan Pasifik. Teori ketiga
menduga asal kelapa dari sesuatu daerah di Asia Selatan
atau Malesia
Amerika.
atau di Pasifik kemudian menyebar ke pantai
Ketiga
teori
ini
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan, tetapi tidak satupun yang dapat diterima
secara
utuh.
Di
pihak
lain,
sekarang
telah
dapat
dipastikan bahwa kelapa bukan berasal dari Amerika, tetapi
suatu
tempat
di salah satu negara tropik.
Nenurut
para
ahli
sejarah,
kelapa diintroduksi
Ldnka pada tahun 300 S.M.
ke
Filipina
dan
Sri
Di India terdapat bukti dalam
pustaka post Vedic bahwa tanaman ini telah ada 3 000 tahun
yang lalu. Tetapi kenyataan sejarah dan botani tidak
mendukung kepastian asal tanaman ini.
banyak
fakta yang
ditemukan
di
Akhir-akhir
negara
Malaysia
ini
dan
Indonesia yang lebih mendukung sebagai asal tanaman kekapa
ini (Thampan, 1981)
.
Sedangkan Lepofsky (1992) melaporkan di kepulauan
Mussau, Bismarck Archipelago tanaman kelapa paling dominan
di daerah Arborikultur, dan terdapat bukti spesimen,
dan
penggunaan
yang
beragam,
sert'a adanya
nama
beberapa
pantangan yang berhubungan dengan tanaman ini.
Harris (1989) menyatakan tipe kelapa liar berkembang
melalui pengapungan buah di antara kepulauan vulkanik dan
atol. Pulau-pulau di Laut Tethys kemungkinan tempat asal
mula tanaman kelapa.
lain di
Pasifik
Dari sini menyebar ke pulau-plau
dan
Villarreal, Hernandez
Samudra
India.
Selanjutnya
, dan Harris (1993) melakukan studi
analisis komponen buah
dari populasi kelapa di pantai
Atlantik dan Pasifik di Meksiko. Populasi kelapa di pantai
Atlantik berasal dari Cape Verde dan Santo Domigo pada
pertengahan abad 16, dan pantai Pasifik berasal dari pulau
Solomon
dan
Filipina.
Kedua
populasi
kelapa
ini
terisolasi selama 500 tahun dan ternyata sangat berbeda
dari hasil
analisis komponen buahnya.
Populasi kelapa di
pantai Atlantik memperlihatkan buah lebih primitif, bentuk
buah lonjong, sabut, tempurung dan endosperma lebih tebal,
dan kandungan air lebih rendah.
Sedangkan populasi kelapa
di pantai Pasifik mempunyai karakteristik buah lebih
bulat, sabut dan tempurung
lebih tipis, dan kandungan air
lebih banyak, yang merupakan sifat kelapa budidaya.
Berdasarkan hasil analisis polifenol daun ditemukan
bahwa kelapa genjah Hijau dan Merah Polynesia berasal dari
Timur Jauh, sedangkan genjah yang lain termasuk yang dari
Malaysia (genjah Kuning dan Merah) berasal dari Pasifik.
-Lalu kelapa dalam
dari Samudra India melewati lintasan
Timur Jauh, India dan Afrika (Jay, Bourdeix, Potier, dan
Sanslaville,1989).
Penelitian yang telah dilaporkan
mengenai isozim pada 13 sistem enzim
enzim,
tetapi
ditemukan polimorfik
tidak dapat dijelaskan asal usul tanaman
kelapa (Centre De Recherche Du G.E.R.D.A.T.,
1980).
Luas tanaman kelapa di dunia sekitar 11.6 juta hektar
yang tersebar pada sedikitnya 86 negara.
Persebaran
tanaman kelapa terutama terdapat di Asia, Oceania, Amerika
Tengah dan Selatan, Afrika Timur dan Barat. Negara yang
memiliki populasi terbesar adalah Indonesia, diikuti
Filipina, India, Papua New Guinea, Kepulauan Pasifik, dan
Sri Lanka.
Total produksi dunia setiap tahun sekitar 8.4
juta metrik ton kopra.
Sekitar 85 persen produksinya
berasal dari Asia (15 negara) dan Pasifik (19 negara)
(Persley, 1992).
Di
Indonesia
tanaman kelapa
tersebar
sepanjang
kepulauan Nusantara dari Aceh sampai Irian Jaya.
Luas
seluruh pertanaman kelapa di Indonesia pada tahun 1992
adalah 3 413 798 ha,
lima provensi
memiliki pertanaman kelapa di atas
di antaranya yang
200 000 ha adalah Riau
(332 374 ha), Jawa Tengah (310 729 ha), Jawa Barat (297
962 ha), Sulawesi Utara (285 578 ha), dan Jawa Timur
564 ha),
dengan
total
t253
produksi 2 342 167 ton kopra (Ta-
be1 1).
Tipe Kelapa
Tanaman kelapa digolongkan atas dua tipe yaitu tipe
kelapa dalam dan
tipe kelapa genjah.
Pada
setiap tipe
ini terdiri atas beberapa populasi, terutama pada tipe
kelapa dalam. Pada tipe ini, dijumpai keragaman yang cukup
besar akibat dari sifat penyerbukan silangnya
garis besar
pola penyerbukan pada
kelompok yaitu:
autogami
semi
kelapa
.
dibagi
Secara
empat
Alogami sempurna, autogami langsung,
langsung,
dan
autogami
tak
langsunq
.
Keragarnan
(Sangare, Rognon, dan Nuce de Lamothe, 1978)
ini terutama pada sifat kecepatan berbunga pertama, tinggi
tanaman,
warna,
kualitas kopra.
bentuk
dan
ukuran
buah,
hasil
serta
Sedangkan kelapa hibrid merupakan hasil
silangan antar dua populasi berbeda dari kedua tipe inP
atau antar tipe yang sama.
Tabrl 1.
Luas areal dan produksi perkebunan kelapa
seluruh Indonesia menurut provensi dan
status pengusahaan sampai tahun 1992
.................................................................
Perkebunan
Total
.........................
------------------No. Provensi
Rakyat
Negara
Swasta
Luas
Produksi
...........................
( hektar )
kopra
Luas (hektar)
( ton
.................................................................
1. Aceh
2. Sumut
3. Sumbar
4. Riau
5. Jambi
6. Sumsel
7:
Bengkulu
8. Lampung
9. DKI
10. Jabar
11. Jateng
12. Jogya
13. Jatim
14. Bali
15. NTB
16. NTT
17. Kalbar
18. Kalteng
19. Kalsel
20. Kaltim
21. Sulut
22. Sulteng
23. Sulsel
24. Sultra
25. Maluku
26. Irian Jaya
27. Timor Timur
-- - - -
128
011
124
401
979
178
511
278
0
987
285
770
734
477
396
188
696
716
169
695
594
420
376
194
323
135
058
0
1 061
117
200
3 050
0
0
1 065
0
9 712
1 901
0
1 731
0
0
0
183
0
0
5 793
260
0
0
0
1 746
0
0
0
3 514
314
13 772
100
4 813
6
12 850
0
4 263
543
0
3 098
1 306
134
505
480
3 325 823
26 820
61 155
107
148
77
318
119
55
20
167
283
308
52
248
72
60
152
80
40
55
52
278
155
152
49
184
30
54
0
6
2
2
1
1
12
140
724
094
541
593
896
384
72
107
152
77
332
123
59
20
181
297
310
52
253
73
60
152
81
40
55
58
285
157
154
50
187
30
54
128
586
555
373
129
991
517
193
0
962
729
770
563
783
530
693
359
716
181
628
578
514
917
787
965
519
130
69
99
63
220
101
21
10
128
175
166
41
185
68
30
48
44
19
47
17
281
157
119
34
169
11
11
304
655
835
603
873
195
125
078
0
498
806
049
074
175
081
045
083
322
996
778
481
110
337
999
448
422
795
-- -
Jumlah
3 413 798
.................................................................
Sumber: Ditjenbun
(1992).
2 342 167
K e l a ~ aDalam
Tipe kelapa dalam mempunyai batang yang tinggi dan
kekar dengan dasar batang membengkak yang disebut b f .
Tinggi batang mencapai 15 sampai 18 m. Mahkota mempunyai
25 sampai 40 daun yang terbuka penuh, dengan panjang daun
5 sampai 7 m.
Pembungaan pertama
lambat, mulai umur 7
sampai 10 tahun, tetapi umurnya dapat mencapai 90 tahun.
Tipe kelapa ini lebih toleran terhadap macam-macam
jenis
tanah dan kondisi iklim. Kelapa dalam umumnya menyerbuk
silang.
Waktu yang diperlukan untuk buah masak sekitar 12
bulan sesudah penyerbukan,
12 butir per tandan.
Jumlah buah sekitar 6 saapai
Kopra, minyak,
dan sabut umumrya
berkualitas baik-
K e l a ~ aGeniah
Tipe kelapa genjah mempunyai karakteristik yang
ber-
penampilan pendek, mulai berbunga sekitar 3 sampai 4 tahun
setelah tanam.
Batangnya agak kecil,
tanpa bol dan
daunnya yang terbuka penuh jarang melewati panjang 4 ar,
Produksi buah banyak yaitu 10 sampai 30 butir per tandarr,
tetapi kecendrungan pembungaan tidak teratur.
diperlukan untuk
buah masak sekitar 11 sampai 12 bulan
sesudah penyerbukan.
kopranya
kurang baik.
berumur 25 tahun.
Waktu y a w
Ukuran
buah
kecil,
Produksi mulai
kualitas dan
menurun
sestadah
Kelava H i b r i d
Pemanfaatan heterosis atau ketegaran
hibrid
tanaman kelapa, pertama kali dilaporkan di
1932 (Thampan, 1981).
Pembentukan
pada
India tahun
kelapa hibrid dapat
dilakukan antara tipe kelapa genjah X genjah, genjah X
dalam, dalam X genjah, dan dalam X dalam
Berbagai hasil penelitian pengujian
Pandalai, 1958).
kelapa hibrid
menunjukkan
(Menon dan
di beberapa negara penghasil kelapa utama
bahwa
kelapa
hibrid
X
genjah
dalam
menghasilkan lebih banyak daun (Chan, 1978; Vanialingam,
Khoo dan Chew, 1975; Novarianto, Miftahorrahman, Tenda dan
Rompas, 1984; Novarianto, 1987), lebih cepat berproduksi
dibandingkan tetuanya kelapa dalam dan menghasilkan lebih
banyak kopra daripada kedua tetuanya (Vanialingam, &
1975; Meuner,
Sangare, Saint dan Bonnot,
&,
1984a; Meuner,
Saint, Gascon, dan Nuce de Lamothe, 1984b; Novarianto &
d.,1984;
Ooi dan Chew,
Mattjik, 1992).
1985; Novarianto,
Hartana, dan
Jenis kelapa hibrid yang banyak ditanam
d i negara-negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia
PB121
adalah kelapa hibrid
hibrid
ini
menghasilkan
dilaporkan
kopra
(MYD/GKN X WAT).
pada
4.050
(Vanialingam, & d.,1975).
ton
umur
per
7-8
tahun
hektar
per
Kelapa
telah
tahun
Pemuliaan Kelapa di Indonesia
Program pemuliaan kelapa di Indonesia bertujuan untuk
menghasilkan
bahan tanaman yang mempunyai
antara lain:
cepat berbunga,
resisten
terhadap
persatuan
areal
hama
dan
karakteristik
habitat pohon pendek,
penyakit,
tinggi dengan pemupukan
hasil
yang
kopra
rendah,
ukuran buah besar, daging buah tebal, kandungan minyak
tinggi, dan kandungan air rendah (Ditjenbun dan Pusat Penelitian
Kelapa, 1988; Rompas, Luntungan, dan Novarianto,
1988).
Sumber genetika kelapa
sangat penting bagi pemulia
untuk merakit varietas kelapa unggul di masa depan.
Di
Indonesia survai plasma nutfah kelapa telah dimulai dengan
melakukan seleksi blok pada 11 provensi (Liyanage, 1974).
Sampai akhir pelita IV, Balai Penelitian Kelapa Manado
telah mengoleksi kelapa dari berbagai daerah
sebanyak
lebih
dari 80 populasi
di Indonesia
kelapa genjah dan dalam
yang ditanam di tiga Kebun Percobaan yaitu Kebun Percobaan
Pakuwon (Jabar),
Kebun
Percobaan
Kebun Percobaan Bone-bone (Sulsel).
Mapanget
(Sulut), dan
K.P. Mapanget dimulai
ditanami sejak tahun 1927 oleh Tammes (pemulia kelapa dari
Belanda )
dan ditanami
secara intensif sejak tahun 1973
d a r i berbagai daerah pertanaman kelapa d i Indonesia.
Karena
itu pada tahun 1992 telah terkumpul sebanyak
9
populasi kelapa genjah dan 28 populasi kelapa dalam;.
K.P.Bone-bone
mulai ditanami sejak tahun 1982; kebun
percobaan ini khusus
mengoleksi kelapa tipe dalam dari
seluruh Indonesia, Ban sampai tahun 1990 telah dikoleksi
sebanyak 41 populasi kelapa.
Kelapa-kelapa dari daerah
kering seperti Nusa Tenggara Timur juga ditanam di kebun
percobaan ini.
450 m d.p.1.
K.P.
Pakuwon yang terletak pada ketinggian
memiliki 10 populasi kelapa genjah dan 13
populasi kelapa dalam.
Penelitian Kelapa
kelapa-kelapa
Selain ketiga kebun ini, Balai
juga mulai mengembangkan
penyelamatan
lokal yang tersebar di dua kebun percobaan
lainnya yaitu:
K.P. Makariki
di Maluku dan
K.P.
Selakau
di Kalimatan Barat.
Beberapa sifat unggul yang dijumpai pada koleksi
populasi di K.P.
Mapanget antara lain:
(270-320 g /butir)
pada
Kadar kopra tinggi
kelapa dalam populasi Mapanget,
Tenga, Bali, dan Palu; kandungan minyak tinggi
(67-71%)
.pads kelapa dalam Mapanget; jumlah buah banyak pada kelapa
dalam Takome (20-40 butirltandan) dan kelapa genjah Kuning
Nias (80-120 butir/pohon/tahun); sifat cepat berbuah pada
kelapa genjah Salak (16.6 bulan); genjah Kuning Nias (2630 bulan), dan kelapa dalam Sawarna (36 bulan); agak tahan
terhadap penyakit gugur buah (Phytophthora palmivora) pada
kelapa
&
&.,
genjah
Raja
dan
genjah
Hijau
Nias
(Rompas,
1988).
Sejak
tahun
197311974
telah
dilakukan
usaha
hibridisasi antara kelapa genjah yang cepat berbuah dengan
beberapa populasi kelapa dalam yang memiliki kadar kopra
t i n g g i dan berkualitas baik.
Setelah melalui
tahap
pengujian di lapangan, pada tahun 1984 telah dilepas 3
jenis kelapa hibrid unggul yaitu: KHINA-1
KHINA-2
(GKN X DBI), dan KHINA-3
(GKN X DTA),
(GKN X DPU) yang mampu
berproduksi setelah 3 sampai 4 tahun ditanam dengan
produksi
normal 4.6
(Novarianto, &
sampai
a.,1984;
4.8
ton kopra /ha /tahun
Novariantor&
&,
1992).
Di
samping itu, melalui seleksi massa positif, yang dilakukan
pada kelapa dalam Mapanget (Sulut) sejak tahun 1926/1927
dan dilanjutkan dengan seleksi massa negatif serta uji
keturunan sejak tahun 1955, telah pula dilepas 4 macam
nomor silang terbaik yang mampu berproduksi 3.9 sampai 4.6
ton kopra /ha /tahun dengan
pemeliharaan sederhana yaitu
KB-1 (32 x32), KB-2 (32 x 2), KB-3 (32 x 83), dan KB-4 (32
x 99) (Rompas, & g&.
,
1988).
Penggunaan Isozim Sebagai Ciri Genetik
Dalam Pemuliaan Tanaman
Isozim adalah suatu enzim polilaorfik yang dapat
dipisahkan, terdapat dalam
organisme
mengkatalisis reaksi yang sama
yang
sama dan
(Shaw, 1969; Wold,
1971;
Conn dan Stumpf, 1976). Perbedaan suatu sistem enzim yang
mengkatalisis suatu reaksi dalam sell bisa dilihat melalui
perbedaan pola pita dengan metode elektroforesis gel pati
sesudah diwarnai (Peirce dan Brewbaker, 1973).
Perhedaan
pola pita ini berkaitan langsung dengan perbedaan susunan
asam amino dari enzim-enzim yang dianalisis dan susunan
asam amino yang membentuk macam-macam protein ini disandi
oleh susunan basa nukleotida dalam DNA yang khas untuk
setiap jenis protein
Kontrol genetika
atau
enzim
(Ghesquiere, 1984).
dari polimorfism dapat dibagi atas
tiga pola pita dasar genetika yaitu pita cepat lawan pita
lambat, pita hibrid, dan alel no1 (Peirce dan Brewbaker,
1973).
Pemanfaatan
biologi tanaman
pola
lebih
pita
isozim
untuk
kepentin-gan
dapat dipercaya, karena biasanya
diatur oleh gen tunggal dan biasanya bersifat kodominan
dalam
pewarisannya
(Peirce dan
Brewbaker,
1973; Adams,
1983; Arulsekar dan Parfitt, 1986) dan bersegregasi secara
normal menurut nisbah Mendel (Adams, 1983). Isozim umumnya
tidak dipengaruhi oleh lingkungan, kolinier dengan gen dan
merupakan produk langsung gen.
memberikan keuntungan untuk
pada tanaman bertahunan
Oleh karena itu isozim
memperoleh kode gen tunggal
(Torres, Soost dan Diedenhofen,
1978a; Torres, Diedenhofen, Bergh dan Knight, 1978b).
Melalui studi pola pewarisan pola pita isozim dapat
diketahui jumlah lokus dan alel yang mengontrol ekspresi
suatu
sistem
enzim
(Wendel
dan
Weeden,
1989).
Pemanfaatannya antara lain untuk mempelajari keterpautan
lokus enzim dengan karakter kuantitatif penting pada
tanaman.
Manganaris
dan
Alston
(1987) mendapatkan
keterpautan ciri genetika isozim dari lokus GOT-f dewan
sifat inkompaktibilitas pada tanaman apel.
Pada tanaman
tomat melalui populasi F2 hasil silangan Lycopersicon
escul en tum x Lycopersicon
diketahui
pimpinellifolium
isozim EST dan PER terpaut dengan beberapa karakter
(Weller, Solleri dan Brody,
kuantitatif
1988).
Pada
tanaman jagung studi pewarisan dan keterpautan lokus Acp-4
dengan
lokus
menyerbuk
enzim
lain
sendiri dari
5
pada
macam
F2
sebagai
populasi
keturunan
F1 berbeda
ditemukan 11 lokus enzim yang memungkinkan studi lebih
lanjut dari 45 lokus enzim yang diperiksa (Kahler, 1983).
Demikian pula studi hubungan ciri lokus enzim dengan
karakter-karakter morfologi pada seleksi massa 2 populasi
jagung (Pollak, Gardner dan Parkhurst, 1984).
Analisis Isozim Pada Tanaman Kelapa
Analisis
dilakukan
isozim pada
tanaman kelapa
yang
telah
di Indonesia adalah pada populasi kelapa
koleksi K.P.
Pakuwon, dan dari enam macam sistem enzim
yaitu malat dehidrogenase (MDH), katalase (CAT),
dehidrogenase
(ADH), esterase
dan asam fosfatase (Acp),
(EST), peroksidase
yang
alkohol
(PER),
dianalksis menun jukkan
bahwa hanya enzim PER memperlihatkan hasil pola pita yang
beragam
pada
kelapa hibrid
(KHINA-I,
2,
dan
3)
dan
tetuanya (GKN, DTA, DBI, dan DPU) (Novarianto, 1987). Umur
daun dan umur bibit tidak mempengaruhi penampilan pola
pita PER.
Keragaman pola pita isozim PER
dapat dibedakan
Rf
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Gambar 1. Pola p i t a 1, 2 dan 3 d a r i isozim PER pada
tanaman kelapa
atas pola pita 1, 2, dan 3 (Gambar 1).
Hasil studi pada
625 contoh daun kelapa pada 35 populasi kelapa, delapan di
antaranya asal introduksi ternyata diperoleh dua pola pita
baru pada sistem enzim ER
(Asmono, 1992).
Kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan pola pita
1 dan 3 dijumpai pada kelapa dalam Tenga, Bali dan Palu
(Novarianto, 1987). Pola pewarisan pola pita
sebelum ini belum pernah dipelajari
genetika.
PER ini
secara analisis
Untuk mempelajari pola pewarisan pola pita
isozim tersebut perlu dibuat persilangan buatan yang
terkontrol.
Produk Kelapa
Penggunaan utama lemak dan minyak terutama untuk
produk makanan, tetapi produk bukan makanan mencakup
sekitar 113 dari total lemak dan minyak yang dipasarkan di
Amerika
Serikat.
Asam
lemak atau gliseridanya
paling
banyak digunakan oleh industri untuk menghasilkan macammacam produk (Pryde, 1979).
Sampai saat ini hasil utama dari tanaman kelapa
adalah kopra atau minyak.
Komposisi bahan organik dari
daging kelapa segar adalah:
Air (55%), minyak (34%), abu
(2.2%), serat (3.0%), protein
(7.3%)
(3.5%),
dan karbohidrat
(Banzon dan Velasco, 1982).
Produk
utama
kelapa
internasional adalah:
yang
dikenal
luas
secara
kopra, minyak kelapa, bungkil,
tepung kelapa, dan santan
(Persley, 1992).
Sebagai
penghasil minyak pangan, kelapa banyak mendapat saingan
dari kelapa sawit, kedelai, dan jagung.
Namun cukup
banyak jenis produk lainnya yang dapat dihasilkan oleh
kelapa yang tidak dapat disaingi oleh komoditas
misalnya
lain,
santan kelapa, tepung kelapa, krim kelapa,
berbagai jenis oleokimia, air kelapa, berbagai produk dari
sabut dan tempurung kelapa,
dan
sebagainya.
Semuanya
mempunyai prospek pasar yang baik dan permintaan dunia
terhadap
produk
tersebut
Pertanian RI, 1993).
selalu
meningkat
(Menteri
Untuk dapat meningkatkan nilai tambah produk kelapa,
maka produk yang harus dihasilkan oleh industri masa depan
yang utama bukanlah minyak pangan, akan tetapi produk
lainnya seperti tepung kelapa, santan, air kelapa, karbon
aktif, oleokimia, dan sebagainya, sedangkan minyak dibuat
sebagai hasil sampingan saja.
menuntut
kualitas memproses
spesifikasi
tertentu.
dan
Kultivar
Beberapa produk ini
bahan
baku
kelapa yang
dengan
dapat
menghasilkan daging buah dengan kandungan minyak yang
tinggi lebih diinginkan, karena memberi aroma pada tepung
kelapa
(Grimwood, 1975).
Sebaliknya, kandungan minyak
rendah dan protein tinggi diarahkan untuk menu diet
kesehatan, demikian juga untuk santan yang berkualitas
baik.
Oleokimia digunakan sebagai bahan baku bermacam-
macam industri makanan, seperti mentega, margarin, susu,
keju, kue-kue, roti, es krim, krim kopi, dan bukan untuk
bahan bukan makanan antara lain sabun, shampo, krim
pembersih, bermacam-macam kosmetik. Semuanya nembutuhkan
tepung kelapa, kopra, dan minyak sebagai bahan dasar
dengan komposisi asam lemak tertentu.
asam
Sabun dari asam-
lemak minyak kelapa sangat cepat menghasilkan
sejumlah besar busa (Hutchison dan Mores, 1979).
Informasi dasar kandungan minyak, komposisi asam
lemak, dan kandungan protein kelapa sangat pentinq untuk
landasan pengembangan berbagai macam produk industri
kelapa di masa depan.
Minyak dan Asam Lemak Relapa
Rata-rata
Produk utama tanaman kelapa adalah minyak.
kandungan minyak hasil ekstraksi dari kopra sekitar 62.5%
d i India
(Thampan, 1981).
Di
Sulawesi Utara
hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kelapa hibrid PB121 mempunyai
kandungan minyak rata-rata 70.05% dengan berat kopra ratarata
127.2
g/butir,
sedangkan kelapa dalam Mapanget
mempunyai kandungan minyak lebih rendah yaitu 65.95%
tetapi dengan berat kopra yang lebih tinggi yakni ratarata 313.3 g /butir (Lay dan Joseph, 1990).
Lipida yang paling banyak terkandung dalam bahan
makanan
Gliserida
adalah
trigliserida
atau
triasilgkiserol,
ini adalah senyawa ester antara gliserol dan
asam lemak.
Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang,
dengan atom
memiliki
ujungnya
karbon mulai
gugus
karboksil
C4 sampai C24.
tunggal
dan ekor hidrokarbon
Perbedaan asam
lemak yang
yang
Asam
terikat
lemak
pada
non polar
yang
panjang.
satu dengan
yang
lainnya
terdapat pada panjang rantai hidrokarbon dan dalam jumlah,
serta
letak ikatan rangkapnya.
Juralah atom C urnumnya
genap, C16 dan C18 biasanya yang dominan.
Asam lemak jenuh dari C12 sampai C24 bersifat padat,
dan mempunyai konsistensi lilin.
tidak jenuh pada suhu tubuh
Sebaliknya asam lemak
bersifat
cairan berminyak.
Asam lemak jenuh mempunyai titik leleh yang lebih tinggi
dari pada asam lemak tidak jenuh.
Asam lemak yang berasal dari minyak kelapa dan kelapa
sawit mengandung asam lemak jenuh yang sangat tinggi
dibandingkan dengan beberapa jenis minyak tumbuh-tumbuhan
lainnya. Asam laurat (C12:O)
pada
minyak
kelapa,
total
dan asam miristat
asam
lemak
(C14:O)
jenuhnya
bisa
mencapai 91% (Tabel 2) (Banzon dan Velasco, 1982).
Kadar minyak dan komposisi asam lemak dari berbagai
populasi kelapa yang tumbuh di Indonesia, perlu ditelusuri
keragamannya.
Data ini sangat penting untuk pengembangan
kelapa ke arah agroindustri.
Protein Xelapa
Walaupun bukan
sebagai penghasil protein
utama,
daging buah kelapa dapat menjadi sumber protein tambahan
bagi masyarakat Indonesia karena digunakan sebagai makanan
hampir setiap hari, di samping sebagai bahan baku industri
makanan.
Daging buah kelapa segar mengandung sekitar 4.0
sampai 4.5 persen protein (Thampan, 1981).
Jika dilihat nisbah nitrogen esensial dalam asam
a m i n o terhadap total nitrogen,
kekurangan
asam
amino
lisin,
dibandingkan protein hewani.
lebih menguntungkan
sebagai sumber asam
dalam
metionin,
dan
kelapa
treonin
Sebaliknya protein kelapa
dibandingkan
amino
protein
protein
isoleusin,
treonin, dan valin (Grimwood, 1975).
kacang
leusin,
tanah
lisin,
Tabel 2. Persentase komposisi asam lemak rninyak kelapa
dibandingkan minyak kelapa sawit dan beberapa
jenis minyak tumbuh-tumbuhan lainnya.
..........................................................
Jenis
asam lemak
Kelapa
Kelapa Kede- Jagung
sawit lai
Kacang Biji
tanah
bunga
matahari
..........................................................
1
2
3
4
5
6
..........................................................
7
Jenuh
Kaproat
(C6:0)
Kaprilat
(C8:0)
Kaprat
(C10:0)
Laurat
(C12 :0)
irist tat
(C14:0)
Palmitat
(C16:0)
Stearat
(C18:0)
Arakhidat
(C20:O)
Tidak Jenuh
Palmitoleat
(9-C16: 1)
Oleat
-
-
-
-
-
-
3.1
14.6
22.3
48.8
56.0
21.0
0.6
1.2
54.5
34.0
26.0
64.0
(9-C18:1)
Linoleat
(9,12-C18: 2)
8.3
0.8
(9,12,15-C18:3)
Arakidonst
0.9
(5,8,11,14-C20:4)
..........................................................
Linolenat
-
*)Sumber: Banzon dan Velasco (1982).
-
Hasil penelitian komposisi asam amino pada beberapa
populasi daging buah kelapa di
dilakukan menunjukkan
bahwa
Indonesia yang telah
dari
8
asam
amino
yang
digolongkan esensial terdapat 6 jenis pada daging buah
kelapa, terutama lisin, treonin dan methionin yang
penting (Pandin, 1990)
.
Keragaman kandungan protein pada berbagai
kelapa
lengkap.
di
Indonesia
sangat
belum
pernah
dilaporkan
populasi
secara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi
sesuai dengan bahan tanaman yang dikumpulkan, tempat
,
,
analisis isozim dan analisis
asam lemak serta protein.
Bahan tanaman berupa daun
persilangan
pembibitan
dikumpulkan dari tiga koleksi plasma nutfah yang dikelola
oleh Balai Penelitian Kelapa
(Balitka), Manado
yaitu di
Kebun Percobaan Pakuwon, Sukabumi (Jabar), Kebun Percobaan
Mapanget
(Sulut), dan Kebun Percobaan Bone-bone
(Sulsel)
(lihat Tabel Lampiran 1).
Persilangan kelapa dilakukan di Kebun
Mapanget
Percobaan
dan Kebun Percobaan Paniki, Balitka, Sulawesi
Utara. Buah hasil persilangan dipanen lalu dibawa ke
Bogor,
Benih dideder dan dibibitkan di kebun Percobaan
Darmaga IPB, Bogor.
Analisis isozim dilakukan di Laboratorium Biologi
Tumbuhan, PAU Ilmu Hayat
IPB.
Analisis kandungan protein
dilaksanakan di Laboratorium AP4 IPB, sedangkan ekstraksi
minyak dan analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium
Kimia Terpadu IPB Bogor.
Contoh
buah
diambil dari
koleksi plasma nutfah di K.P. Mapanget dan K.P.
Pakuwon.
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian
ini kurang lebih 2 tahun.
sejak bulan Juli 1991,.
Persilangan kelapa dilakukan
Wetode
Penelitian ini dapat dibagi atas empat kelompok
percobaan yaitu Analisis Keragaman Pola Pita Isozim,
Persilangan Kelapa untuk mempelajari Pewarisan Pola Pita
Isozim, Analisis Kandungan
Minyak,
Asam
Lemak dan
Kandungan Protein dari daging buah kelapa, dan Studi
Keterpautan Pola Pita Isozim dengan Karakter Kuantitatif.
Percobaan I.
Analisis Kerauaman Pola Pita Isozim
Contoh daun diambil dari 10 pohon secara acak untuk
setiap populasi kelapa.
Pada populasi yang sama
diamati
pula data morfologi tipe kelapa (genjah dan dalam), warna
dan bentuk buah.
Kegiatan untuk analisis isozim mencakup penyiapan
bahan tanaman, pembuatan bufer pengekstrak (Tabel 3 ) ,
bufer gel, dan elektrode (Tabel 4 ) ,
enz im,
elektroforesis,
pencucian Ifiksasi,
larutan
gel pati, ekstraksi
pewarna
(Tabel
5),
dan pengumpulan data, mengikuti
prosedur Ihara, Gadrinab, dan Iyama (19861, Arulsekar dan
Parfitt
(1986) serta Wendel dan Weeden
(1989) dengan
penyesuaian (Novarianto, Sudaryono, dan Hartana, 1992).
Sistem enzim yang dianalisis adalah peroksidase
(PER), esterase (EST), asam f osfatase (Acp) , glutamat
oksaloasetat
transaminase
(GOT),
katalase
(CAT),
endopetidase (ENP), dan alkohol dehidrogenase (ADH) dengan
larutan pewarna seperti pada Tabel 5.
26
Tabel 3. Bufer pengekstrak
..........................................................
Jenis senyawa kimia
Jumlah senyawa kimia
..........................................................
100
7
10
14
250
20
20
200
2
10
mM
%
%
mM
mM
mM
mM
mM
%
mM
Tris-HC1, pH 7.5
Sukrosa (w/v) atau gliserol (v/v)
PVP-40 (w/v)
Merkaptoethanol (0.1 % v/v)
Asam askorbat
Dietilditiokarbamat
Sodium metabisulfit
Sodium tetraborat
Triton X - ~ O O
KC1 atau MgC12
..........................................................
Sumber : Wendel dan Weeden (1989).
Tabel 4. Bufer gel dan elektrode
........................................................
Sistem bufer
Bufer gel
Bufer elektrode
- -
1. Tris sitrat/
sodium borat
2.
sodium- ora at
0.019 M Asam borat 0.192 M Asam borat
0.04 M NaOH
0.004 M NaOH
0.047 M Tris
pH akhir 8.3
0.007 M Asam sitrat
pH akhir 8.3
0.291 M Asam borat
0.0525 M NaOH
pH akhir 8.5
0.299 M Asam borat
0.085 M NaOH,
pH akhir 8.0-8.5
Analisis gugus dan kekerabatan antar populasi kelapa
menggunakan data keragaman pola pita isozim dan morfologi
yaitu tipe kelapa, warna dan bentuk buah. Analisis gugus
menggunakan metode jarak Euclid,
sedangkan penggerombolan
populasi menggunakan rataan kelompok
1982).
(Dunn dan Everitt,
Untuk hubungan kekerabatannya dengan menggunakan
Analisis Filogenetik Metode Hennig 86 (Farris, 1988).
Tabel 5. Larutan pewarna untuk enzim PER, EST, ACP,
GOT, CAT, ENP, dan ADH
......................................................
No.
Jenis bahan kimia
Banyaknya
------------------------------------------------,----.--
1.
Peroksidase (PER)
0.05 M Sodium asetat,pH 5.0
3-amino-9-etil karbasol
Aseton
3% H202
CaC12
2.
Esterase (EST)
0.1 M Sodium fosfat, pH 7.0
"Fast Blue RR Saltff
0.1 M 1-naftil asetat
0.1 M 2-naftil asetat
(larutkan dalam aseton)
3.
Asam Fosf atase (ACP)
0.05 M Sodium asetat, pH 5.0
"Fast Garnet GBC Saltff
Magnesium klorida
Na-1-naftil asam fosfat
4.
Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT)
Larutan AAT * ) , pH 7.4
"Fast Blue BB Saltff
*)Cara membuat larutan AAT:
Akuades
1-asam ketoglutarat
L-Asam aspartat
PVP
Na2 EDTA, garam Na2
Na2HP04
5.
Katalase (CAT)
H o2 0.01%
~auades
Besi (111) klorida
Kalium besi (111) sianida
Tabel 5 (lanjutan)
......................................................
No.
Jenis bahan kimia
Banyaknya
6. Endopeptidase (ENP)
200 mM Tris-200 mM Maleate, pH 3 - 7
0.2 N NaOH
Akuades
MgCl
1-N-genzoil-~~-ar~inin-naf
tilamida-HC~
Aseton
"Fast Black K Salta
100
40
60
200
100
m1
ml
nkf
mg
lag
8 xml
80 Brig
7. Alkohol ~ehidrogenase (ADH)
50 mM Tris-HC1, pH 8 - 0
NAD
Etanol
MTT atau NBT
PMS
......................................................
Percobaan 11.
200 ml
40 W
0.8 ml
40 %I
8 mg
Studi Pola ~ewarisanPola Pita Isozim
Berdasarkan tiga pola pita
isozim PER yang sudah
diketahui pada penelitian sebelumnya (Novarianto, Hartana,
dan Gadrinab, 1988), maka populasi kelapa yang digunakan
sebagai tetua dalam persilangan ada empat yaitu:
GKN
(genjah kuning Nias), DTA (dalam Tenga), DBI (dalam Bali),
dan DPU (dalam Palu) , serta tiga macaw kelapa hibrid (Fly
yakni KHINA-1 (GKN X DTA), KHINA-2 (GKN X DBI), dan KHINA3
(GKN X DPU).
Berdasarkan sistem enzim PER, diketahui
bahwa kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan kelapa
DTA, DBI, dan DPU masing-masing mempunyai pola pita 1 dan
3.
Macam persilangan yang
ikut:
a.
dilakukan adalah
GKN X (DTA, DBI, DPU)
=
sebagai ber-
pola 2 x pula 1,
pola 2 x pola 3
dan
b.Resiprokalnya
pola 1 x pola 2, dan
=
pola 3 x pola 2
(DTA, DBI, DPU) X GKN
=
pola 2 x pola 2
d.GKN diserbuk sendiri =
pola 2 x pola 2
e.DTA
pola 1 x pola 1,
c .GKN X GKN
X
DTA, DBI
X
DBI
=
pola 1 x pola 3
DPU X DPU
pola 3 x pola 1, dan
pola 3 x pola 3
f.DTA, DBI, dan DPU
pola 1 x pola 1 dan
=
pola 3 x pola 3
diserbuk sendiri
g.KHINA-1,
KHINA-2, dan KHINA-3 diserbuk sendiri untuk
mempelajari segregasi ketiga pola pita tersebut pada
generasi F2.
Pola pita ketiga kelapa hibrid ini adalah
PER-1 dan atau PER-3.
Kegiatan persilangan kelapa mencakup, pemilihan pohon
induk,
pengumpulan
tepung
sari
tetua
jantan
dan
memprosesnya di laboratorium, kastrasi tetua betina,
penyilangan
buatan,
pengamatan
buah
jadi
dan
pemeliharaan perkembangan buah, panen buah masak (sesudah
12 bulan sejak penyerbukan), perkecambahan dan pembibitan.
Daun kelapa dari bibit
dianalisis untuk
hasil persilangan p i yang
studi pola
pewarisan pola pita isozim.
Pola pita isozim bibit hasil persilangan buatan dan
tetuanya diperiksa untuk mengetahui pola pewarisan pofa
pita isozim tersebut.
isozim ini dapat
Melalui studi pewarisan pola pita
diketahui jumlah ale1
setiap lokus dan
jumlah lokus yang mengontrol sistem enzim PER. Di samping
itu pola pewarisan pola pita sistem enzim yang lain dapat
pula dipelajari dari kitri
hasil
persilangan buatan ini.
Pola pita isozim dianalisis dari setiap tetua dan
turunan hasil persilangan.
Selanjutnya pola pita ini
dikelompokkan untuk setiap kelasnya dan diuji kesesuaian
nisbah pewarisan menurut nisbah Mendel dengan menggunakan
uji Khi Kuadrat.
Percobaan 111.
Analisis Kandunqan Minvak, ~omvosisi
Asam Lemak dan Kanduncran protein K e l a ~ a
Analisis kandungan minyak, komposisi asam lemak, dan
protein dilakukan pada 48 populasi kelapa yang berasal
dari K.P. Mapanget dan K.P.
3).
Pakuwon (lihat Tabel Lampiran
Contoh buah dari setiap populasi diambil dari 10 pohon
berbeda secara acak dengan masing-masing 2 butir kelapa
umur 11-12 bulan untuk setiap pohon.
Campuran daging buah
20 butir kelapa ini.yang digunakan sebagai contoh untuk
dianalisis kandungan minyak, komposisis asam femak,
dan
kandungan protein dengan ulangan tiga kali.
Untuk mengetahui perkembangan kandungan mtinyak,
komposisi asam lemak, dan protein dianalisis pula buah
kelapa dari umur buah 8 sampai 12 bulan.
Buah kelapa
dengan umur buah berbeda ini diambil dari populasi kelapa
DSA dan DBG yang berasal dari Mapanget, dan GRA dan KMINA2 yang berasal dari Pakuwon.
Untuk mengekstraksi minyak contoh daging kePapa
dibuat dulu menjadi kopra menurut prosedur Lay, Taulu, dan
Barlina
(1988). Kemudian kopra diparut, dikeringkan dan
diekstrak
asam
lemaknya menggunakan
lemak, minyak kelapa
Lanza,
1979)
Untuk
ini dimetilisasi
diinjeksi
dan
Soklet.
ke
analisis
(Slover dan
Kromatografi
Gas.
Kromatogram yang diperoleh dari hasil analisis asamasam lemak kelapa melalui alat kromatografi gas tersebut
diidentifikasi dengan cara membandingkan pada kromatogram
(Mc Nair dan Bonelli,
dari asam lemak standar
Kuantitas
setiap
jenis
asam
lemak
menghitung luas kurva pada kromatogram
diperoleh
1988).
dengan
(Slover dan Lanza,
1979), sebagai berikut:
Luas area contoh
% Asam lemak =
----------------- x konsentrasi standar
Luas area standar
......................................
Berat contoh (g)
Standar asam
C20:O;
lemak yang tersedia adalah:
C20:l;
C21:O;
C22:O
dan
C8:O;
C9:O;
C22:l.
Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan
jumlah nitrogen
(N) yang dikandung oleh daging kelapa.
Dasar perhitungan protein menurut Kjeldahl ini berdasarkan
.
kandungan 16% unsur N rata-rata dalam protein murni.
Untuk protein kelapa yang belum diketahui komposisi unsurunsur penyusunnya secara pasti, maka faktor perkalian
100/16 atau 6.25 inilah yang dipakai (Fardiaz, Apriyanto
Yasni, Budiyanto, dan Puspitasari 1986;
Haryono dan Suhardi, 1989)
.
,
Sudarmadji,
Perhitungan kandungan protein melalui rumus:
% N =
ml HC1 (contoh - blanko) x N.HC1 x 14.007
................................................
x 100
mg contoh
% protein = % N x 6 . 2 5
Data rata-rata peubah kandungan minyak, komposisi
asam lemak
Komponen
dan kandungan protein
Utama,
dan
dianalisis korelasinya,
dibuat
pengelompokan
dengan
menggunakan program JMP (SAS Institute Inc., 1989).
Percobaan IV. Ketemautan Pola Pita Isozim denuan
Karakter Kuantitatif
Bibit kelapa F2 hasil penyerbukan sendiri kelapa
hibrid
KHINA
(F1XF1)
digunakan
untuk
mempelajari
kemungkinan keterpautan pola pita isozim dengan karakter
yang dipelajari pada bibit kelapa.
Karakter kuantitatif
penting yang diamati adalah waktu kecambah (hari) sejak
pendederan, tinggi bibit
(cm), jumlah daun dan lingkar
batang (cm) pada umur enam bulan.
Pola pita isozim setiap
bibit dari total 76 kitri dianalisis melalui daun.
Keterpautan
pola
pita
isozim
dengan
karakter
kuantitatif bibit kelapa dianalisis menggunakan Uji Sidik
Ragam Satu-Arah Multivariat (MANOVA) (Johnson dan Wichern,
1988).
Kemungkinan keterpautan pola pita isozim dengan
karakter kuantitatif kandungan minyak, jenis asam lemak,
dan kandungan protein
daging
buah kelapa dianalisis
hubungannya melalui perhitungan koefisien korelasinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi perbedaan aksi gen dan atau ekspresi gen selama
perkembangan dapat dipakai sebagai
perkembangan.
dasar untuk memahami
Studi karakteristik enzim suatu sistem
spesifik merupakan dasar
(Scandalios, 1974).
perubahan
selama
diferensiasi
Untuk mengetahui organ kelapa yang
mana yang paling baik sebagai bahan analisis pola pita
isozim, maka
dilakukan analisis pola pita
isozila akar,
endosperm, tombong, embrio, daun dari kecambah, bibit dan
tanaman dewasa, sedangkan isozimnya adalah EST, PER dan
GOT.
Hasil analisis isozim pada berbagai organ dan tinqkat
perkembangan
daun
kelapa
disajikan
pada
Tabef
6.
Dari organ kelapa yang dianalisis, pola pita ketiga isozim
dari. embrio yang paling dekat polanya terhadap pola pita
ketiga isozim dari daun, kecuali pita isozim PER-d tidak
aktif dibandingkan
daun.
Sedangkan pada akar isozim EST,
PER dan GOT berbeda masing-masing satu pita tidak aktif
dibandingkan pada contoh daun.
Pada organ tombong pola
pita ketiga enzim paling berbeda dibandingkan pola pita
pada organ lainnya, khususnya pada isozim EST dan GOT.
Enzim dari organ endosperma hampir semua tidak aktif untuk
ketiga isozim, kecuali pita isozim EST-a dan GOT-a inasingmasing hanya muncul satu pita saja.
Pada tanaman kelapa yang sama, antar organ yang
berbeda memperlihatkan pola pita isozim yang berbeda.
Tabel 6.
- -
-
-
- - - -
Enzim
--
-
Perkembangan dan diferensiasi isozim EST,
PER, dan GOT pada berbagai organ tanaman
kelapa
- --
Embrio
- -
-
EndosPerm
Keterangan:
++
+
0
-
Tombong
Akar
- -
Daun
.....................
Kecambah Bibit Induk
sangat aktif
aktif tapi lemah
tidak aktif
Tetapi untuk daun pada berbagai tingkat perkembangan, pola
pita isozim EST, PER dan GOT tidak berbeda.
Daun kelapa
paling banyak memperlihatkan pita isozim EST, PER dan GOT
yang aktif. Oleh
sebab itu daun kelapa dipakai untuk
menganalisis keragaman pola pita isozim dan pola
annya
.
pewaris-
Analisis Keragaman Pola Pita Isozim Kelapa
Dari
tujuh
macam
sistem
isoenzim
yang
telah
dianalisis pada berbagai populasi tanaman kelapa yaitu
peroksidase (PER), glutamat oksaloasetat transaminase
(GOT), esterase (EST), katalase (CAT), endopeptidase
(ENP), asam fosfatase (ACP), dan alkohol dehidrogenase
(ADH) hanya tiga isozim pertama yang memperlihatkan
keragaman pola pitanya, sedangkan empat sistem enzim
lainnya tidak menunjukkan keragaman pola pita yang cukup
jelas. Kemungkinan besar
keempat sistem enzim ini
mempunyai pola pita yang sama pada berbagai populasi
kelapa. Kemungkinan lain ini dapat terjadi kareha analisis
elektroforesis berdasarkan perbedaan-perbedaan muatan
berlaku pada protein terlarut saja.
Sedangkan pada
umumnya hanya sekitar 30 persen protein terlarut pada sel
tanaman, dan hanya sekitar 25 persen dari protein tersebut
yang memiliki perbedaan-perbedaan deret DNA untuk gen-gen
struktural yang mengontrol produksi protein atau enzim ini
(Weir, 1990)
.
Perbedaan-perbedaan deret DNA yang dideteksi melalui
keragaman
ale1
ditentukan
susunan
asam
aminonya.
Sedangkan subsitusi nukleotida urutan ketiga pada kodon
penentu asam amino tidak selalu menghasilkan perubahan
asam amino.
Nungkin juga asam amino yang diganti oleh
asam amino lain, yang mempunyai muatan positip keduanya,
juga tidak akan mengubah migrasi proteinnya.
Walaupun
terdapat keragaman dalam DNA, tetapi bisa saja yang dikode
adalah asam
amino dengan muatan netral,
sehingga tidak
akan menyebabkan perubahan mobilitas elektroforesis dari
protein (Bernatzky dan Tanksley, 1986).
Teknik
elektroforesis
dapat
digunakan
untuk
mempelajari keragaman pada tingkat produk gen. Keragaman
melalui
pola
pita
isozim
akan
lebih baik
fenotipe vegetatif dan generatif saja.
lebih mudah
dan murah
untuk
dibandingkan
Teknik ini juga
pengumpulan
data
beberapa
lokus pada populasi yang besar.
Enzim
esterase
(EST)
berperan
sebagai
enzim
hidrolisis pada beberapa substrat, seperti ester asam
lemak, sedangkan glutamat oksaloasetat transaminase (GOT)
berperan
dalam
mengeliminasi
reaksi-reaksi
nitrogen
dari
transaminasi
asam-asam
amino
pembentukan asam keto untuk siklus Krebs
Orton, 1983).
peroksidase
untuk
dan
(Tanksley dan
(PER) memegang peranan utama
dalam sintesis polimer lignin, juga berperan sebagai
mengoksidasi hormon IAA, dengan donor If2 diperoleh dari
H202 untuk reaksi oksidasinya (Brewbaker, Nagai, dan Liu,
1985).
menyebar
sehingga
Enzim-enzim
luas
ini sangat berperan
dalam
paling
berbagai
banyak
dalam tanaman,
spesies dan
digunakan
jaringan,
dalam
studi
elekstroforesis.
Pada sistem enzim PER dari 6 pita yang muncul dapat
dikelompokkan menjadi 6 pola pita berbeda (Gambar 2). Pada
sistem enzim
GOT
dijumpai juga
sedangkan pada sistem enzim EST
37
6 pita
(Gawbar 3 ) ,
muncul 4 pita (Gambar 4 ) -
Gambar 2. Xeragsman pola pita isozim peroksidase
I
oarbsr 3. lCezagaman pola pita i s o r b glutamat
oksaxoasetat trancraminase
38
,
O u r b a r 4. Keragamn
Kedua sistem
isorrim estuascr
pola p i t a
enzim i n i hanya
masing a t a s 2 pola p i t a berbeda
Dari 6 macam pola p i t a
dapat
digolongkan rasimg-
.
sistem enzim PER tevnyab
populasi kelapa yang berasal d a r i koleksi plasma nut99h di
Kebun Percobaan Mapanget (Sulut) hanya m e m i l i l c i
pola p i t a y a i t u pola p i t a 1, 2,
Kebun Percobaan Bone-bone
3,
4
macam
Ban 5 , Renudian
(Sulsel) hanya Wliki 5 ncau
pola p i t a yaitu pola p i t a 1, 3, 4, 5, dan 6, sedmgkan
pada populasi k e l a p di Kebun Percobaan Pakuwm dijurpai
enam macam pola p i t a (Tabel 10, 11, dan 12).
Perbedaan
keragaman d i t i g a kebun percobaan i n i karena pola p i t a
4
hanya d i m i l i k i oleh populasi kelapa dalam Kalbar I/1 a s a l
Kalbar yang ditanam di K.P.
Bone-bone dan kelapa dalaw
Riau asal Riau yang ditanam di K.P. Pakuwon, dan pola pita
6 hanya dimiliki oleh kelapa dalam Kalbar II/2 asal Kalbar
dan Sumbar I1 asal Sumbar yang ditanam- di K.P.
serta kelapa dalam
Riau
yang
Bone-bone
ditanam di K.P.
Pakuwon.
Pola pita 4 dari sistem enzim PER ini pernah dijumpai pada
kelapa hibrid PB121 dari K.P.
1988).
Pakuwon (Novarianto, &
Sistem enzim GOT dan EST
ah.,
(yang masing-masing
menunjukkan 2 macam pola pita) pada umumnya terdapat pada
sebagian
besar populasi kelapa di ketiga kebun koleksi
tersebut.
Pewarisan Pola Pita Isozim Kelapa
Studi pewarisan pola pita isozim bertujuan untuk
mengetahui pola pewarisan alel-ale1 pola pita
tersebut.
isoziw
Melalui persilangan buatan antar pola pita yang
sama dan yang berbeda, diharapkan akan dapat menjelaskan
segregasi dan perpaduan secara bebas antar afel dari lokus
enzim.
Melalui pola pewarisan
ini diharapkan dapat
diketahui jumlah ale1 dan lokus dari setiap sistem enzim
yang dipelajari.
Studi ini didasarkan hanya pada 3 pola pita PER yaitu
PER-1, PER-2, dan PER-3 yang dimiliki oleh populasi kelapa
GKN
(pola 2), DTA, DBI, dan DPU (pola 1 dan 3).
Jumlah
tetua kelapa yang digunakan dalam silangan ini 47 pohon.
Kelapa GKN 16 pohon, DTA 6 pohon,
pohon, dan KHINA
15 pohon.
DBI 5 pohon,
DPU 5
Dari setiap pohon banyaknya
persilangan yang dibuat 1-2 tandan bunga.
Rata-rata bunga
betina 21 buah per tandan, dan buah hasil silangan umur 3
bulan sekitar
5-6
buah per tandan.
1992 buah yang dipanen sebanyak
305
Pada bulan Agustus
butir dari berbagai
macam silangan.
Pola Pewarisan Sistem Enzim Peroksidase (PER)
Hasil silangan pola pita sistem enzim PER disajikan
pada Tabel 7 .
Hasil
penyerbukan sendiri tetua kelapa
berpola pita 1 mewariskan turunan yang terdiri dari satu
bibit berpola pita 1 dan lima bibit berpola pita 3.
Sedangkan tetua kelapa
berpola pita 2.
berpola pita 2
seluruh keturunan
Penyerbukan sendiri tetua kelapa berpola
pita 3 ternyata mewariskan turunan 17 bibit berpola pita 3
dan dua bibit berpola pita 1.
Silangan antar ketiga pola pita dan resiprokalnya
mewariskan pola pita 3 pada generasi F1
.
Silangan pola
pita 1x2 dan resiprokalnya menghasilkan 11 bibit, pola
pita 1x3 dan resiprokalnya 6 bibit, sedangkan silangan
pola pita
2x3
dan resiprokalnya
39
bibit.
KHINA-1, KHINA-
2, dan KHINA-3 berturut-turut adalah hibrid hasil silangan
GKN dengan DTA, DBI, dan DPU.
Walaupun tetua hibrid ini
tidak diketahui pohon asalnya tetapi pola pitanya untuk
GKN sudah dianalisis berpola pita 2 sedangkan untuk DTA,
DBI, dan DPU kalau tidak pola pita 1 maka gola pita 3.
Pohon KHINA-1, KHINA-2, dan KHINA-3 merupakan generasi F1,
dan untuk mendapatkan bibit generasi F2 dipilih
dari tiap hibrid dan dibuat menyerbuk sendiri.
5
po
Latar Belakang
Tanaman kelapa merupakan komoditas
sosial
utama
di
sebagian besar wilayah Nusantara, kehidupan perekonomian
dan kultur bangsa
Indonesia.
Luas pertanaman kelapa
tahun 1992 adalah 3 413 798 ha yang meliputi sekitar 26
persen dari seluruh areal perkebunan di Indonesia,
melibatkan
sekitar
Pertanian, 1993).
lebih
97.4
juta keluarga
3.2
(Litbang
Dari luas pertanaman tersebut kurang
persen diusahakan
sebagai perkebunan
yang tersebar d i seluruh Kepulauan
persentase penyebaran:
26.8%,
tani
dan
rakyat
Indonesia dengan
Pulau Sumatera 30.9%,
Pulau Jawa
Pulau Sulawesi 19%, Pulau Kalimantan 7.9% d a n
Kepulauan lainnya 15.4% (~uljodihardjo,1993)
.
Luas areal pertanaman kelapa di dunia kurang lebih
11.6
juta
ha
tersebar
pada
sedikitnya
86
negara.
Indonesia memiliki areal pertanaman kelapa yang terluas di
dunia,
diikuti
oleh
Filipina
sekitar 3.3
juta hektar,
tetapi dari segi produksi Indonesia kedua terbesar sesudah
Filipina
(Persley, 1992).
Rataan produksi kopra di
Indonesia pada tahun 1991 hanya sebesar
(Litbang Pertanian, 1993).
1.03 ton/ha/tahun
Sedangkan potensi yang dapat
dicapai dari suatu pertanaman kelapa jika diusahakan
secara
intensif
kopra/ha/tahun
adalah
2
sampai
berturut-turut
3
untuk
hibrid (Mahmud dan Novariant0~1989).
dan 4 sampai 6 ton
kelapa
dalan
dan
Rendahnya produktivitas tanaman disebabkan beberapa
faktor,
kultivar
antara
yang
lain:
aspek
beragam,
ekonomi,
kesesuaian
umur
lahan
tanaman,
dan
iklim,
penerapan teknik budidaya, serta faktor hama dan penyakit.
Program-program peningkatan produksi yang
kan pemerintah meliputi perluasan areal,
peremajaan, dan rehabilitasi.
dilaksana-
intensifikasi,
~ e k a l i ~ udemikian,
n
nilai
produk kelapa berupa kopra yang diterima petani
Pelita V sangat rendah.
selama
Harga kopra banyak berfluktuasi
di bawah harga pokok yaitu Rp. 461.-/kg pada areal tanpa
intensifikasi dan Rp. 635,24/kg dengan intensifikasi areal
(Sondakh, 1993).
Hal
ini disebabkan oleh rendahnya
produktivitas tanaman kelapa, berfluktuasinya harga produk
kelapa dan belum diterapkan sepenuhnya usaha diversifikasi
produk yang makin menambah kompleksnya masalah di bidang
perkelapaan.
Keadaan ini diperburuk karena petani hanya
mengusahakan tanaman kelapa secara monokultur.
Di dunia
Internasional, minyak kelapa disudutkan oleh Amerika
sebagai penyebab peningkatan kolesterol dalam darah.
Nilai
tambah
diversifikasi hasil.
lain
kelapa
dapat
ditempuh
Usaha yang terbuka untuk ini, antara
meningkatkan fungsi kelapa sebagai penghasil
kelapa, santan awet,
melalui
tepung
dan hasil samping lainnya. Minyak
kelapa sebagai bahan baku dapat digunakan untuk berbagai
industri:
pangan,
kosmetik,
sabun,
dan
farmasi.
Maka
informasi
dasar
menyangkut keragaman
kandungan
minyak,
komposisi asam lemak dan kandungan protein pada berbagai
populasi kelapa sangat diperlukan untuk pengembangan
agroindustri kelapa.
Indonesia kaya akan keanekaragaman tanaman kelapa.
Keragaman ini merupakan peluang yang baik untuk menunjang
pengembangan
ke
arah
diversifikasi
informasi genetika pada
sedikit.
hasil.
Narnun,
tanaman kelapa masih
sangat
Studi-studi dasar yang terkait dengan program
pengembangan
kelapa, harus segera dilakukan sejak awal
sebelum melangkah ke program
lebih
pemuliaan kelapa
lanjut.
Program pemuliaan kelapa dalam rangka perbaikan bahan
tanaman, sangat bergantung pada
genetika.
sumber
keanekaragawan
Keragaman genetika bukan hanya masalah koleksi
plasma nutfah secara fisik, tetapi juga masalah penixaian
sejauh mana keragaman genetika tersebut diperlukan untuk
kegiatan manipulasi genetika kearah perakitan k u l t i v a r
yang diinginkan. Seberapa jauh jarak genetika dari sifatsifat yang mendukung daya hasil dari tetua yang digunakan
dalam program persilangan
ini
seleksi
ssat
(Makmur, 1988). Sampai
pada tanaman kelapa dilakukan berdasarkan
keragaman
karakter
dikeluarkan
oleh International Board for Plant
Resources (IBPGR, 1978)
vegetatif
.
dan
generatif
yang
Genetic
Produk langsung gen berupa protein dan enzim dapat
dilacak dan dipelajari keragamannya dengan menggunakan gel
d a n elektroforesis.
Isozim
adalah enzim-enzim
yang
terdiri dari berbagai molekul aktif yang berbeda komposisi
asam
aminonya
Perbedaan
dan
mengkatalisis
reaksi
yang
sama.
komposisi asam amino bisa disebabkan oleh
alel
berbeda dari lokus yang sama atau alel dari lokus yang
berbeda (nonalel)
Isozim dapat
.
digunakan sebagai ciri genetika untuk
mempelajari keragaman individu
dalam suatu populasi,
klasifikasi spesies tanaman, mengidentifikasi kultivar dan
hibridnya
(Peirce dan Brewbaker, 1973 ;
Kut dan Evans,
1984; Vences, Vaquero, dan De La Vega, 1987) , menentukan
keberhasilan
suatu
persilangan
buatan
(Parfitt
dan
Arulsekar, 1985, Mc Granahan, Tulecke, Arulsekar, dan
Hansen, 1986), membantu dalam menyeleksi sifat-sifat yang
bernilai ekonomi penting (Adams,
1983;
Hayward dan Mc
Adam, 1988; Yupsanis dan Moustakas, 1988), dan mempelajari
penyebaran keragaman genetika suatu tanaman dari berbagai
lingkungan yang berbeda (Second, 1982; Nevo, Beiles, dan
Kaplan, 1987).
Informasi genetika kelapa
yang mendasar dan lebih
dapat dipertanggung jawabkan, akan sangat
program pemuliaan kelapa di masa depan.
membantu
dalam
Tujuan
~enelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1.
Untuk mempelajari
berdasarkan
serta
keragaman genetika
tanaman
pola pita beberapa isozim
bagaimana
pola
pewarisan
kelapa
dan morfologi,
pola
pita
isozim
tersebut.
2.
Menganalisis jarak
genetika
dan hubungan kekerabatan
antar populasi kelapa.
3.
Untuk mengetahui keragaman kandungan minyak, komposisi
asam lemak, dan kandungan protein daging kelapa.
4.
Untuk mempelajari
kemungkinan
keterpautan
pola pita
isozim dengan karakter kuantitatif kelapa yang dipelajari.
Kegunaan Penelitian
Melalui studi dasar ini diharapkan akan mendapatkan
ciri genetika pola pita isozim yang mungkin terpaut dengan
karakter-karakter
penting
tanaman kelapa.
Sehingga
diharapkan ciri genetika ini dapat dipakai untuk membantu
kegiatan
seleksi
pemuliaan
kelapa
agroindustri kelapa yang akan datang.
dan
pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa adalah salah satu jenis tanaman yang
sangat berguna di dunia, tumbuh pada lebih dari 80 negara
tropik, dan merupakan tanaman palma terpenting dari semua
jenis yang
batang,
telah dibudidayakan.
daun,
bunga,
dan
buah
Berbahan
kelapa
dasar
dapat
akar,
dihasilkan
lebih dari 70 jenis produk makanan dan bukan makanan
(Persley, 1992;
Muljodihardjo, 1993).
Asal dan Penyebaran
Kelapa umumnya tumbuh di daerah beriklim tropik. Asal
mula tanaman ini belum diketahui secara pasti.
Ada
tiga teori tentang
Pertama, tanaman
palma
asal usul
berasal
dari
tanaman kelapa.
stok
kemudian muncul genus Cocos dari anggota
yang
sama,
Amerika
dan
tumbuh di lembah Andes, Kolombia, dari sini menyebar ke
Pasifik. Teori kedua menyatakan bahwa kelapa berasal dari
sepanjang pantai Amerika Tengah, lalu buahnya dkbawa
melintasi lautan sampai ke kepulauan Pasifik. Teori ketiga
menduga asal kelapa dari sesuatu daerah di Asia Selatan
atau Malesia
Amerika.
atau di Pasifik kemudian menyebar ke pantai
Ketiga
teori
ini
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan, tetapi tidak satupun yang dapat diterima
secara
utuh.
Di
pihak
lain,
sekarang
telah
dapat
dipastikan bahwa kelapa bukan berasal dari Amerika, tetapi
suatu
tempat
di salah satu negara tropik.
Nenurut
para
ahli
sejarah,
kelapa diintroduksi
Ldnka pada tahun 300 S.M.
ke
Filipina
dan
Sri
Di India terdapat bukti dalam
pustaka post Vedic bahwa tanaman ini telah ada 3 000 tahun
yang lalu. Tetapi kenyataan sejarah dan botani tidak
mendukung kepastian asal tanaman ini.
banyak
fakta yang
ditemukan
di
Akhir-akhir
negara
Malaysia
ini
dan
Indonesia yang lebih mendukung sebagai asal tanaman kekapa
ini (Thampan, 1981)
.
Sedangkan Lepofsky (1992) melaporkan di kepulauan
Mussau, Bismarck Archipelago tanaman kelapa paling dominan
di daerah Arborikultur, dan terdapat bukti spesimen,
dan
penggunaan
yang
beragam,
sert'a adanya
nama
beberapa
pantangan yang berhubungan dengan tanaman ini.
Harris (1989) menyatakan tipe kelapa liar berkembang
melalui pengapungan buah di antara kepulauan vulkanik dan
atol. Pulau-pulau di Laut Tethys kemungkinan tempat asal
mula tanaman kelapa.
lain di
Pasifik
Dari sini menyebar ke pulau-plau
dan
Villarreal, Hernandez
Samudra
India.
Selanjutnya
, dan Harris (1993) melakukan studi
analisis komponen buah
dari populasi kelapa di pantai
Atlantik dan Pasifik di Meksiko. Populasi kelapa di pantai
Atlantik berasal dari Cape Verde dan Santo Domigo pada
pertengahan abad 16, dan pantai Pasifik berasal dari pulau
Solomon
dan
Filipina.
Kedua
populasi
kelapa
ini
terisolasi selama 500 tahun dan ternyata sangat berbeda
dari hasil
analisis komponen buahnya.
Populasi kelapa di
pantai Atlantik memperlihatkan buah lebih primitif, bentuk
buah lonjong, sabut, tempurung dan endosperma lebih tebal,
dan kandungan air lebih rendah.
Sedangkan populasi kelapa
di pantai Pasifik mempunyai karakteristik buah lebih
bulat, sabut dan tempurung
lebih tipis, dan kandungan air
lebih banyak, yang merupakan sifat kelapa budidaya.
Berdasarkan hasil analisis polifenol daun ditemukan
bahwa kelapa genjah Hijau dan Merah Polynesia berasal dari
Timur Jauh, sedangkan genjah yang lain termasuk yang dari
Malaysia (genjah Kuning dan Merah) berasal dari Pasifik.
-Lalu kelapa dalam
dari Samudra India melewati lintasan
Timur Jauh, India dan Afrika (Jay, Bourdeix, Potier, dan
Sanslaville,1989).
Penelitian yang telah dilaporkan
mengenai isozim pada 13 sistem enzim
enzim,
tetapi
ditemukan polimorfik
tidak dapat dijelaskan asal usul tanaman
kelapa (Centre De Recherche Du G.E.R.D.A.T.,
1980).
Luas tanaman kelapa di dunia sekitar 11.6 juta hektar
yang tersebar pada sedikitnya 86 negara.
Persebaran
tanaman kelapa terutama terdapat di Asia, Oceania, Amerika
Tengah dan Selatan, Afrika Timur dan Barat. Negara yang
memiliki populasi terbesar adalah Indonesia, diikuti
Filipina, India, Papua New Guinea, Kepulauan Pasifik, dan
Sri Lanka.
Total produksi dunia setiap tahun sekitar 8.4
juta metrik ton kopra.
Sekitar 85 persen produksinya
berasal dari Asia (15 negara) dan Pasifik (19 negara)
(Persley, 1992).
Di
Indonesia
tanaman kelapa
tersebar
sepanjang
kepulauan Nusantara dari Aceh sampai Irian Jaya.
Luas
seluruh pertanaman kelapa di Indonesia pada tahun 1992
adalah 3 413 798 ha,
lima provensi
memiliki pertanaman kelapa di atas
di antaranya yang
200 000 ha adalah Riau
(332 374 ha), Jawa Tengah (310 729 ha), Jawa Barat (297
962 ha), Sulawesi Utara (285 578 ha), dan Jawa Timur
564 ha),
dengan
total
t253
produksi 2 342 167 ton kopra (Ta-
be1 1).
Tipe Kelapa
Tanaman kelapa digolongkan atas dua tipe yaitu tipe
kelapa dalam dan
tipe kelapa genjah.
Pada
setiap tipe
ini terdiri atas beberapa populasi, terutama pada tipe
kelapa dalam. Pada tipe ini, dijumpai keragaman yang cukup
besar akibat dari sifat penyerbukan silangnya
garis besar
pola penyerbukan pada
kelompok yaitu:
autogami
semi
kelapa
.
dibagi
Secara
empat
Alogami sempurna, autogami langsung,
langsung,
dan
autogami
tak
langsunq
.
Keragarnan
(Sangare, Rognon, dan Nuce de Lamothe, 1978)
ini terutama pada sifat kecepatan berbunga pertama, tinggi
tanaman,
warna,
kualitas kopra.
bentuk
dan
ukuran
buah,
hasil
serta
Sedangkan kelapa hibrid merupakan hasil
silangan antar dua populasi berbeda dari kedua tipe inP
atau antar tipe yang sama.
Tabrl 1.
Luas areal dan produksi perkebunan kelapa
seluruh Indonesia menurut provensi dan
status pengusahaan sampai tahun 1992
.................................................................
Perkebunan
Total
.........................
------------------No. Provensi
Rakyat
Negara
Swasta
Luas
Produksi
...........................
( hektar )
kopra
Luas (hektar)
( ton
.................................................................
1. Aceh
2. Sumut
3. Sumbar
4. Riau
5. Jambi
6. Sumsel
7:
Bengkulu
8. Lampung
9. DKI
10. Jabar
11. Jateng
12. Jogya
13. Jatim
14. Bali
15. NTB
16. NTT
17. Kalbar
18. Kalteng
19. Kalsel
20. Kaltim
21. Sulut
22. Sulteng
23. Sulsel
24. Sultra
25. Maluku
26. Irian Jaya
27. Timor Timur
-- - - -
128
011
124
401
979
178
511
278
0
987
285
770
734
477
396
188
696
716
169
695
594
420
376
194
323
135
058
0
1 061
117
200
3 050
0
0
1 065
0
9 712
1 901
0
1 731
0
0
0
183
0
0
5 793
260
0
0
0
1 746
0
0
0
3 514
314
13 772
100
4 813
6
12 850
0
4 263
543
0
3 098
1 306
134
505
480
3 325 823
26 820
61 155
107
148
77
318
119
55
20
167
283
308
52
248
72
60
152
80
40
55
52
278
155
152
49
184
30
54
0
6
2
2
1
1
12
140
724
094
541
593
896
384
72
107
152
77
332
123
59
20
181
297
310
52
253
73
60
152
81
40
55
58
285
157
154
50
187
30
54
128
586
555
373
129
991
517
193
0
962
729
770
563
783
530
693
359
716
181
628
578
514
917
787
965
519
130
69
99
63
220
101
21
10
128
175
166
41
185
68
30
48
44
19
47
17
281
157
119
34
169
11
11
304
655
835
603
873
195
125
078
0
498
806
049
074
175
081
045
083
322
996
778
481
110
337
999
448
422
795
-- -
Jumlah
3 413 798
.................................................................
Sumber: Ditjenbun
(1992).
2 342 167
K e l a ~ aDalam
Tipe kelapa dalam mempunyai batang yang tinggi dan
kekar dengan dasar batang membengkak yang disebut b f .
Tinggi batang mencapai 15 sampai 18 m. Mahkota mempunyai
25 sampai 40 daun yang terbuka penuh, dengan panjang daun
5 sampai 7 m.
Pembungaan pertama
lambat, mulai umur 7
sampai 10 tahun, tetapi umurnya dapat mencapai 90 tahun.
Tipe kelapa ini lebih toleran terhadap macam-macam
jenis
tanah dan kondisi iklim. Kelapa dalam umumnya menyerbuk
silang.
Waktu yang diperlukan untuk buah masak sekitar 12
bulan sesudah penyerbukan,
12 butir per tandan.
Jumlah buah sekitar 6 saapai
Kopra, minyak,
dan sabut umumrya
berkualitas baik-
K e l a ~ aGeniah
Tipe kelapa genjah mempunyai karakteristik yang
ber-
penampilan pendek, mulai berbunga sekitar 3 sampai 4 tahun
setelah tanam.
Batangnya agak kecil,
tanpa bol dan
daunnya yang terbuka penuh jarang melewati panjang 4 ar,
Produksi buah banyak yaitu 10 sampai 30 butir per tandarr,
tetapi kecendrungan pembungaan tidak teratur.
diperlukan untuk
buah masak sekitar 11 sampai 12 bulan
sesudah penyerbukan.
kopranya
kurang baik.
berumur 25 tahun.
Waktu y a w
Ukuran
buah
kecil,
Produksi mulai
kualitas dan
menurun
sestadah
Kelava H i b r i d
Pemanfaatan heterosis atau ketegaran
hibrid
tanaman kelapa, pertama kali dilaporkan di
1932 (Thampan, 1981).
Pembentukan
pada
India tahun
kelapa hibrid dapat
dilakukan antara tipe kelapa genjah X genjah, genjah X
dalam, dalam X genjah, dan dalam X dalam
Berbagai hasil penelitian pengujian
Pandalai, 1958).
kelapa hibrid
menunjukkan
(Menon dan
di beberapa negara penghasil kelapa utama
bahwa
kelapa
hibrid
X
genjah
dalam
menghasilkan lebih banyak daun (Chan, 1978; Vanialingam,
Khoo dan Chew, 1975; Novarianto, Miftahorrahman, Tenda dan
Rompas, 1984; Novarianto, 1987), lebih cepat berproduksi
dibandingkan tetuanya kelapa dalam dan menghasilkan lebih
banyak kopra daripada kedua tetuanya (Vanialingam, &
1975; Meuner,
Sangare, Saint dan Bonnot,
&,
1984a; Meuner,
Saint, Gascon, dan Nuce de Lamothe, 1984b; Novarianto &
d.,1984;
Ooi dan Chew,
Mattjik, 1992).
1985; Novarianto,
Hartana, dan
Jenis kelapa hibrid yang banyak ditanam
d i negara-negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia
PB121
adalah kelapa hibrid
hibrid
ini
menghasilkan
dilaporkan
kopra
(MYD/GKN X WAT).
pada
4.050
(Vanialingam, & d.,1975).
ton
umur
per
7-8
tahun
hektar
per
Kelapa
telah
tahun
Pemuliaan Kelapa di Indonesia
Program pemuliaan kelapa di Indonesia bertujuan untuk
menghasilkan
bahan tanaman yang mempunyai
antara lain:
cepat berbunga,
resisten
terhadap
persatuan
areal
hama
dan
karakteristik
habitat pohon pendek,
penyakit,
tinggi dengan pemupukan
hasil
yang
kopra
rendah,
ukuran buah besar, daging buah tebal, kandungan minyak
tinggi, dan kandungan air rendah (Ditjenbun dan Pusat Penelitian
Kelapa, 1988; Rompas, Luntungan, dan Novarianto,
1988).
Sumber genetika kelapa
sangat penting bagi pemulia
untuk merakit varietas kelapa unggul di masa depan.
Di
Indonesia survai plasma nutfah kelapa telah dimulai dengan
melakukan seleksi blok pada 11 provensi (Liyanage, 1974).
Sampai akhir pelita IV, Balai Penelitian Kelapa Manado
telah mengoleksi kelapa dari berbagai daerah
sebanyak
lebih
dari 80 populasi
di Indonesia
kelapa genjah dan dalam
yang ditanam di tiga Kebun Percobaan yaitu Kebun Percobaan
Pakuwon (Jabar),
Kebun
Percobaan
Kebun Percobaan Bone-bone (Sulsel).
Mapanget
(Sulut), dan
K.P. Mapanget dimulai
ditanami sejak tahun 1927 oleh Tammes (pemulia kelapa dari
Belanda )
dan ditanami
secara intensif sejak tahun 1973
d a r i berbagai daerah pertanaman kelapa d i Indonesia.
Karena
itu pada tahun 1992 telah terkumpul sebanyak
9
populasi kelapa genjah dan 28 populasi kelapa dalam;.
K.P.Bone-bone
mulai ditanami sejak tahun 1982; kebun
percobaan ini khusus
mengoleksi kelapa tipe dalam dari
seluruh Indonesia, Ban sampai tahun 1990 telah dikoleksi
sebanyak 41 populasi kelapa.
Kelapa-kelapa dari daerah
kering seperti Nusa Tenggara Timur juga ditanam di kebun
percobaan ini.
450 m d.p.1.
K.P.
Pakuwon yang terletak pada ketinggian
memiliki 10 populasi kelapa genjah dan 13
populasi kelapa dalam.
Penelitian Kelapa
kelapa-kelapa
Selain ketiga kebun ini, Balai
juga mulai mengembangkan
penyelamatan
lokal yang tersebar di dua kebun percobaan
lainnya yaitu:
K.P. Makariki
di Maluku dan
K.P.
Selakau
di Kalimatan Barat.
Beberapa sifat unggul yang dijumpai pada koleksi
populasi di K.P.
Mapanget antara lain:
(270-320 g /butir)
pada
Kadar kopra tinggi
kelapa dalam populasi Mapanget,
Tenga, Bali, dan Palu; kandungan minyak tinggi
(67-71%)
.pads kelapa dalam Mapanget; jumlah buah banyak pada kelapa
dalam Takome (20-40 butirltandan) dan kelapa genjah Kuning
Nias (80-120 butir/pohon/tahun); sifat cepat berbuah pada
kelapa genjah Salak (16.6 bulan); genjah Kuning Nias (2630 bulan), dan kelapa dalam Sawarna (36 bulan); agak tahan
terhadap penyakit gugur buah (Phytophthora palmivora) pada
kelapa
&
&.,
genjah
Raja
dan
genjah
Hijau
Nias
(Rompas,
1988).
Sejak
tahun
197311974
telah
dilakukan
usaha
hibridisasi antara kelapa genjah yang cepat berbuah dengan
beberapa populasi kelapa dalam yang memiliki kadar kopra
t i n g g i dan berkualitas baik.
Setelah melalui
tahap
pengujian di lapangan, pada tahun 1984 telah dilepas 3
jenis kelapa hibrid unggul yaitu: KHINA-1
KHINA-2
(GKN X DBI), dan KHINA-3
(GKN X DTA),
(GKN X DPU) yang mampu
berproduksi setelah 3 sampai 4 tahun ditanam dengan
produksi
normal 4.6
(Novarianto, &
sampai
a.,1984;
4.8
ton kopra /ha /tahun
Novariantor&
&,
1992).
Di
samping itu, melalui seleksi massa positif, yang dilakukan
pada kelapa dalam Mapanget (Sulut) sejak tahun 1926/1927
dan dilanjutkan dengan seleksi massa negatif serta uji
keturunan sejak tahun 1955, telah pula dilepas 4 macam
nomor silang terbaik yang mampu berproduksi 3.9 sampai 4.6
ton kopra /ha /tahun dengan
pemeliharaan sederhana yaitu
KB-1 (32 x32), KB-2 (32 x 2), KB-3 (32 x 83), dan KB-4 (32
x 99) (Rompas, & g&.
,
1988).
Penggunaan Isozim Sebagai Ciri Genetik
Dalam Pemuliaan Tanaman
Isozim adalah suatu enzim polilaorfik yang dapat
dipisahkan, terdapat dalam
organisme
mengkatalisis reaksi yang sama
yang
sama dan
(Shaw, 1969; Wold,
1971;
Conn dan Stumpf, 1976). Perbedaan suatu sistem enzim yang
mengkatalisis suatu reaksi dalam sell bisa dilihat melalui
perbedaan pola pita dengan metode elektroforesis gel pati
sesudah diwarnai (Peirce dan Brewbaker, 1973).
Perhedaan
pola pita ini berkaitan langsung dengan perbedaan susunan
asam amino dari enzim-enzim yang dianalisis dan susunan
asam amino yang membentuk macam-macam protein ini disandi
oleh susunan basa nukleotida dalam DNA yang khas untuk
setiap jenis protein
Kontrol genetika
atau
enzim
(Ghesquiere, 1984).
dari polimorfism dapat dibagi atas
tiga pola pita dasar genetika yaitu pita cepat lawan pita
lambat, pita hibrid, dan alel no1 (Peirce dan Brewbaker,
1973).
Pemanfaatan
biologi tanaman
pola
lebih
pita
isozim
untuk
kepentin-gan
dapat dipercaya, karena biasanya
diatur oleh gen tunggal dan biasanya bersifat kodominan
dalam
pewarisannya
(Peirce dan
Brewbaker,
1973; Adams,
1983; Arulsekar dan Parfitt, 1986) dan bersegregasi secara
normal menurut nisbah Mendel (Adams, 1983). Isozim umumnya
tidak dipengaruhi oleh lingkungan, kolinier dengan gen dan
merupakan produk langsung gen.
memberikan keuntungan untuk
pada tanaman bertahunan
Oleh karena itu isozim
memperoleh kode gen tunggal
(Torres, Soost dan Diedenhofen,
1978a; Torres, Diedenhofen, Bergh dan Knight, 1978b).
Melalui studi pola pewarisan pola pita isozim dapat
diketahui jumlah lokus dan alel yang mengontrol ekspresi
suatu
sistem
enzim
(Wendel
dan
Weeden,
1989).
Pemanfaatannya antara lain untuk mempelajari keterpautan
lokus enzim dengan karakter kuantitatif penting pada
tanaman.
Manganaris
dan
Alston
(1987) mendapatkan
keterpautan ciri genetika isozim dari lokus GOT-f dewan
sifat inkompaktibilitas pada tanaman apel.
Pada tanaman
tomat melalui populasi F2 hasil silangan Lycopersicon
escul en tum x Lycopersicon
diketahui
pimpinellifolium
isozim EST dan PER terpaut dengan beberapa karakter
(Weller, Solleri dan Brody,
kuantitatif
1988).
Pada
tanaman jagung studi pewarisan dan keterpautan lokus Acp-4
dengan
lokus
menyerbuk
enzim
lain
sendiri dari
5
pada
macam
F2
sebagai
populasi
keturunan
F1 berbeda
ditemukan 11 lokus enzim yang memungkinkan studi lebih
lanjut dari 45 lokus enzim yang diperiksa (Kahler, 1983).
Demikian pula studi hubungan ciri lokus enzim dengan
karakter-karakter morfologi pada seleksi massa 2 populasi
jagung (Pollak, Gardner dan Parkhurst, 1984).
Analisis Isozim Pada Tanaman Kelapa
Analisis
dilakukan
isozim pada
tanaman kelapa
yang
telah
di Indonesia adalah pada populasi kelapa
koleksi K.P.
Pakuwon, dan dari enam macam sistem enzim
yaitu malat dehidrogenase (MDH), katalase (CAT),
dehidrogenase
(ADH), esterase
dan asam fosfatase (Acp),
(EST), peroksidase
yang
alkohol
(PER),
dianalksis menun jukkan
bahwa hanya enzim PER memperlihatkan hasil pola pita yang
beragam
pada
kelapa hibrid
(KHINA-I,
2,
dan
3)
dan
tetuanya (GKN, DTA, DBI, dan DPU) (Novarianto, 1987). Umur
daun dan umur bibit tidak mempengaruhi penampilan pola
pita PER.
Keragaman pola pita isozim PER
dapat dibedakan
Rf
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Gambar 1. Pola p i t a 1, 2 dan 3 d a r i isozim PER pada
tanaman kelapa
atas pola pita 1, 2, dan 3 (Gambar 1).
Hasil studi pada
625 contoh daun kelapa pada 35 populasi kelapa, delapan di
antaranya asal introduksi ternyata diperoleh dua pola pita
baru pada sistem enzim ER
(Asmono, 1992).
Kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan pola pita
1 dan 3 dijumpai pada kelapa dalam Tenga, Bali dan Palu
(Novarianto, 1987). Pola pewarisan pola pita
sebelum ini belum pernah dipelajari
genetika.
PER ini
secara analisis
Untuk mempelajari pola pewarisan pola pita
isozim tersebut perlu dibuat persilangan buatan yang
terkontrol.
Produk Kelapa
Penggunaan utama lemak dan minyak terutama untuk
produk makanan, tetapi produk bukan makanan mencakup
sekitar 113 dari total lemak dan minyak yang dipasarkan di
Amerika
Serikat.
Asam
lemak atau gliseridanya
paling
banyak digunakan oleh industri untuk menghasilkan macammacam produk (Pryde, 1979).
Sampai saat ini hasil utama dari tanaman kelapa
adalah kopra atau minyak.
Komposisi bahan organik dari
daging kelapa segar adalah:
Air (55%), minyak (34%), abu
(2.2%), serat (3.0%), protein
(7.3%)
(3.5%),
dan karbohidrat
(Banzon dan Velasco, 1982).
Produk
utama
kelapa
internasional adalah:
yang
dikenal
luas
secara
kopra, minyak kelapa, bungkil,
tepung kelapa, dan santan
(Persley, 1992).
Sebagai
penghasil minyak pangan, kelapa banyak mendapat saingan
dari kelapa sawit, kedelai, dan jagung.
Namun cukup
banyak jenis produk lainnya yang dapat dihasilkan oleh
kelapa yang tidak dapat disaingi oleh komoditas
misalnya
lain,
santan kelapa, tepung kelapa, krim kelapa,
berbagai jenis oleokimia, air kelapa, berbagai produk dari
sabut dan tempurung kelapa,
dan
sebagainya.
Semuanya
mempunyai prospek pasar yang baik dan permintaan dunia
terhadap
produk
tersebut
Pertanian RI, 1993).
selalu
meningkat
(Menteri
Untuk dapat meningkatkan nilai tambah produk kelapa,
maka produk yang harus dihasilkan oleh industri masa depan
yang utama bukanlah minyak pangan, akan tetapi produk
lainnya seperti tepung kelapa, santan, air kelapa, karbon
aktif, oleokimia, dan sebagainya, sedangkan minyak dibuat
sebagai hasil sampingan saja.
menuntut
kualitas memproses
spesifikasi
tertentu.
dan
Kultivar
Beberapa produk ini
bahan
baku
kelapa yang
dengan
dapat
menghasilkan daging buah dengan kandungan minyak yang
tinggi lebih diinginkan, karena memberi aroma pada tepung
kelapa
(Grimwood, 1975).
Sebaliknya, kandungan minyak
rendah dan protein tinggi diarahkan untuk menu diet
kesehatan, demikian juga untuk santan yang berkualitas
baik.
Oleokimia digunakan sebagai bahan baku bermacam-
macam industri makanan, seperti mentega, margarin, susu,
keju, kue-kue, roti, es krim, krim kopi, dan bukan untuk
bahan bukan makanan antara lain sabun, shampo, krim
pembersih, bermacam-macam kosmetik. Semuanya nembutuhkan
tepung kelapa, kopra, dan minyak sebagai bahan dasar
dengan komposisi asam lemak tertentu.
asam
Sabun dari asam-
lemak minyak kelapa sangat cepat menghasilkan
sejumlah besar busa (Hutchison dan Mores, 1979).
Informasi dasar kandungan minyak, komposisi asam
lemak, dan kandungan protein kelapa sangat pentinq untuk
landasan pengembangan berbagai macam produk industri
kelapa di masa depan.
Minyak dan Asam Lemak Relapa
Rata-rata
Produk utama tanaman kelapa adalah minyak.
kandungan minyak hasil ekstraksi dari kopra sekitar 62.5%
d i India
(Thampan, 1981).
Di
Sulawesi Utara
hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kelapa hibrid PB121 mempunyai
kandungan minyak rata-rata 70.05% dengan berat kopra ratarata
127.2
g/butir,
sedangkan kelapa dalam Mapanget
mempunyai kandungan minyak lebih rendah yaitu 65.95%
tetapi dengan berat kopra yang lebih tinggi yakni ratarata 313.3 g /butir (Lay dan Joseph, 1990).
Lipida yang paling banyak terkandung dalam bahan
makanan
Gliserida
adalah
trigliserida
atau
triasilgkiserol,
ini adalah senyawa ester antara gliserol dan
asam lemak.
Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang,
dengan atom
memiliki
ujungnya
karbon mulai
gugus
karboksil
C4 sampai C24.
tunggal
dan ekor hidrokarbon
Perbedaan asam
lemak yang
yang
Asam
terikat
lemak
pada
non polar
yang
panjang.
satu dengan
yang
lainnya
terdapat pada panjang rantai hidrokarbon dan dalam jumlah,
serta
letak ikatan rangkapnya.
Juralah atom C urnumnya
genap, C16 dan C18 biasanya yang dominan.
Asam lemak jenuh dari C12 sampai C24 bersifat padat,
dan mempunyai konsistensi lilin.
tidak jenuh pada suhu tubuh
Sebaliknya asam lemak
bersifat
cairan berminyak.
Asam lemak jenuh mempunyai titik leleh yang lebih tinggi
dari pada asam lemak tidak jenuh.
Asam lemak yang berasal dari minyak kelapa dan kelapa
sawit mengandung asam lemak jenuh yang sangat tinggi
dibandingkan dengan beberapa jenis minyak tumbuh-tumbuhan
lainnya. Asam laurat (C12:O)
pada
minyak
kelapa,
total
dan asam miristat
asam
lemak
(C14:O)
jenuhnya
bisa
mencapai 91% (Tabel 2) (Banzon dan Velasco, 1982).
Kadar minyak dan komposisi asam lemak dari berbagai
populasi kelapa yang tumbuh di Indonesia, perlu ditelusuri
keragamannya.
Data ini sangat penting untuk pengembangan
kelapa ke arah agroindustri.
Protein Xelapa
Walaupun bukan
sebagai penghasil protein
utama,
daging buah kelapa dapat menjadi sumber protein tambahan
bagi masyarakat Indonesia karena digunakan sebagai makanan
hampir setiap hari, di samping sebagai bahan baku industri
makanan.
Daging buah kelapa segar mengandung sekitar 4.0
sampai 4.5 persen protein (Thampan, 1981).
Jika dilihat nisbah nitrogen esensial dalam asam
a m i n o terhadap total nitrogen,
kekurangan
asam
amino
lisin,
dibandingkan protein hewani.
lebih menguntungkan
sebagai sumber asam
dalam
metionin,
dan
kelapa
treonin
Sebaliknya protein kelapa
dibandingkan
amino
protein
protein
isoleusin,
treonin, dan valin (Grimwood, 1975).
kacang
leusin,
tanah
lisin,
Tabel 2. Persentase komposisi asam lemak rninyak kelapa
dibandingkan minyak kelapa sawit dan beberapa
jenis minyak tumbuh-tumbuhan lainnya.
..........................................................
Jenis
asam lemak
Kelapa
Kelapa Kede- Jagung
sawit lai
Kacang Biji
tanah
bunga
matahari
..........................................................
1
2
3
4
5
6
..........................................................
7
Jenuh
Kaproat
(C6:0)
Kaprilat
(C8:0)
Kaprat
(C10:0)
Laurat
(C12 :0)
irist tat
(C14:0)
Palmitat
(C16:0)
Stearat
(C18:0)
Arakhidat
(C20:O)
Tidak Jenuh
Palmitoleat
(9-C16: 1)
Oleat
-
-
-
-
-
-
3.1
14.6
22.3
48.8
56.0
21.0
0.6
1.2
54.5
34.0
26.0
64.0
(9-C18:1)
Linoleat
(9,12-C18: 2)
8.3
0.8
(9,12,15-C18:3)
Arakidonst
0.9
(5,8,11,14-C20:4)
..........................................................
Linolenat
-
*)Sumber: Banzon dan Velasco (1982).
-
Hasil penelitian komposisi asam amino pada beberapa
populasi daging buah kelapa di
dilakukan menunjukkan
bahwa
Indonesia yang telah
dari
8
asam
amino
yang
digolongkan esensial terdapat 6 jenis pada daging buah
kelapa, terutama lisin, treonin dan methionin yang
penting (Pandin, 1990)
.
Keragaman kandungan protein pada berbagai
kelapa
lengkap.
di
Indonesia
sangat
belum
pernah
dilaporkan
populasi
secara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi
sesuai dengan bahan tanaman yang dikumpulkan, tempat
,
,
analisis isozim dan analisis
asam lemak serta protein.
Bahan tanaman berupa daun
persilangan
pembibitan
dikumpulkan dari tiga koleksi plasma nutfah yang dikelola
oleh Balai Penelitian Kelapa
(Balitka), Manado
yaitu di
Kebun Percobaan Pakuwon, Sukabumi (Jabar), Kebun Percobaan
Mapanget
(Sulut), dan Kebun Percobaan Bone-bone
(Sulsel)
(lihat Tabel Lampiran 1).
Persilangan kelapa dilakukan di Kebun
Mapanget
Percobaan
dan Kebun Percobaan Paniki, Balitka, Sulawesi
Utara. Buah hasil persilangan dipanen lalu dibawa ke
Bogor,
Benih dideder dan dibibitkan di kebun Percobaan
Darmaga IPB, Bogor.
Analisis isozim dilakukan di Laboratorium Biologi
Tumbuhan, PAU Ilmu Hayat
IPB.
Analisis kandungan protein
dilaksanakan di Laboratorium AP4 IPB, sedangkan ekstraksi
minyak dan analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium
Kimia Terpadu IPB Bogor.
Contoh
buah
diambil dari
koleksi plasma nutfah di K.P. Mapanget dan K.P.
Pakuwon.
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian
ini kurang lebih 2 tahun.
sejak bulan Juli 1991,.
Persilangan kelapa dilakukan
Wetode
Penelitian ini dapat dibagi atas empat kelompok
percobaan yaitu Analisis Keragaman Pola Pita Isozim,
Persilangan Kelapa untuk mempelajari Pewarisan Pola Pita
Isozim, Analisis Kandungan
Minyak,
Asam
Lemak dan
Kandungan Protein dari daging buah kelapa, dan Studi
Keterpautan Pola Pita Isozim dengan Karakter Kuantitatif.
Percobaan I.
Analisis Kerauaman Pola Pita Isozim
Contoh daun diambil dari 10 pohon secara acak untuk
setiap populasi kelapa.
Pada populasi yang sama
diamati
pula data morfologi tipe kelapa (genjah dan dalam), warna
dan bentuk buah.
Kegiatan untuk analisis isozim mencakup penyiapan
bahan tanaman, pembuatan bufer pengekstrak (Tabel 3 ) ,
bufer gel, dan elektrode (Tabel 4 ) ,
enz im,
elektroforesis,
pencucian Ifiksasi,
larutan
gel pati, ekstraksi
pewarna
(Tabel
5),
dan pengumpulan data, mengikuti
prosedur Ihara, Gadrinab, dan Iyama (19861, Arulsekar dan
Parfitt
(1986) serta Wendel dan Weeden
(1989) dengan
penyesuaian (Novarianto, Sudaryono, dan Hartana, 1992).
Sistem enzim yang dianalisis adalah peroksidase
(PER), esterase (EST), asam f osfatase (Acp) , glutamat
oksaloasetat
transaminase
(GOT),
katalase
(CAT),
endopetidase (ENP), dan alkohol dehidrogenase (ADH) dengan
larutan pewarna seperti pada Tabel 5.
26
Tabel 3. Bufer pengekstrak
..........................................................
Jenis senyawa kimia
Jumlah senyawa kimia
..........................................................
100
7
10
14
250
20
20
200
2
10
mM
%
%
mM
mM
mM
mM
mM
%
mM
Tris-HC1, pH 7.5
Sukrosa (w/v) atau gliserol (v/v)
PVP-40 (w/v)
Merkaptoethanol (0.1 % v/v)
Asam askorbat
Dietilditiokarbamat
Sodium metabisulfit
Sodium tetraborat
Triton X - ~ O O
KC1 atau MgC12
..........................................................
Sumber : Wendel dan Weeden (1989).
Tabel 4. Bufer gel dan elektrode
........................................................
Sistem bufer
Bufer gel
Bufer elektrode
- -
1. Tris sitrat/
sodium borat
2.
sodium- ora at
0.019 M Asam borat 0.192 M Asam borat
0.04 M NaOH
0.004 M NaOH
0.047 M Tris
pH akhir 8.3
0.007 M Asam sitrat
pH akhir 8.3
0.291 M Asam borat
0.0525 M NaOH
pH akhir 8.5
0.299 M Asam borat
0.085 M NaOH,
pH akhir 8.0-8.5
Analisis gugus dan kekerabatan antar populasi kelapa
menggunakan data keragaman pola pita isozim dan morfologi
yaitu tipe kelapa, warna dan bentuk buah. Analisis gugus
menggunakan metode jarak Euclid,
sedangkan penggerombolan
populasi menggunakan rataan kelompok
1982).
(Dunn dan Everitt,
Untuk hubungan kekerabatannya dengan menggunakan
Analisis Filogenetik Metode Hennig 86 (Farris, 1988).
Tabel 5. Larutan pewarna untuk enzim PER, EST, ACP,
GOT, CAT, ENP, dan ADH
......................................................
No.
Jenis bahan kimia
Banyaknya
------------------------------------------------,----.--
1.
Peroksidase (PER)
0.05 M Sodium asetat,pH 5.0
3-amino-9-etil karbasol
Aseton
3% H202
CaC12
2.
Esterase (EST)
0.1 M Sodium fosfat, pH 7.0
"Fast Blue RR Saltff
0.1 M 1-naftil asetat
0.1 M 2-naftil asetat
(larutkan dalam aseton)
3.
Asam Fosf atase (ACP)
0.05 M Sodium asetat, pH 5.0
"Fast Garnet GBC Saltff
Magnesium klorida
Na-1-naftil asam fosfat
4.
Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT)
Larutan AAT * ) , pH 7.4
"Fast Blue BB Saltff
*)Cara membuat larutan AAT:
Akuades
1-asam ketoglutarat
L-Asam aspartat
PVP
Na2 EDTA, garam Na2
Na2HP04
5.
Katalase (CAT)
H o2 0.01%
~auades
Besi (111) klorida
Kalium besi (111) sianida
Tabel 5 (lanjutan)
......................................................
No.
Jenis bahan kimia
Banyaknya
6. Endopeptidase (ENP)
200 mM Tris-200 mM Maleate, pH 3 - 7
0.2 N NaOH
Akuades
MgCl
1-N-genzoil-~~-ar~inin-naf
tilamida-HC~
Aseton
"Fast Black K Salta
100
40
60
200
100
m1
ml
nkf
mg
lag
8 xml
80 Brig
7. Alkohol ~ehidrogenase (ADH)
50 mM Tris-HC1, pH 8 - 0
NAD
Etanol
MTT atau NBT
PMS
......................................................
Percobaan 11.
200 ml
40 W
0.8 ml
40 %I
8 mg
Studi Pola ~ewarisanPola Pita Isozim
Berdasarkan tiga pola pita
isozim PER yang sudah
diketahui pada penelitian sebelumnya (Novarianto, Hartana,
dan Gadrinab, 1988), maka populasi kelapa yang digunakan
sebagai tetua dalam persilangan ada empat yaitu:
GKN
(genjah kuning Nias), DTA (dalam Tenga), DBI (dalam Bali),
dan DPU (dalam Palu) , serta tiga macaw kelapa hibrid (Fly
yakni KHINA-1 (GKN X DTA), KHINA-2 (GKN X DBI), dan KHINA3
(GKN X DPU).
Berdasarkan sistem enzim PER, diketahui
bahwa kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan kelapa
DTA, DBI, dan DPU masing-masing mempunyai pola pita 1 dan
3.
Macam persilangan yang
ikut:
a.
dilakukan adalah
GKN X (DTA, DBI, DPU)
=
sebagai ber-
pola 2 x pula 1,
pola 2 x pola 3
dan
b.Resiprokalnya
pola 1 x pola 2, dan
=
pola 3 x pola 2
(DTA, DBI, DPU) X GKN
=
pola 2 x pola 2
d.GKN diserbuk sendiri =
pola 2 x pola 2
e.DTA
pola 1 x pola 1,
c .GKN X GKN
X
DTA, DBI
X
DBI
=
pola 1 x pola 3
DPU X DPU
pola 3 x pola 1, dan
pola 3 x pola 3
f.DTA, DBI, dan DPU
pola 1 x pola 1 dan
=
pola 3 x pola 3
diserbuk sendiri
g.KHINA-1,
KHINA-2, dan KHINA-3 diserbuk sendiri untuk
mempelajari segregasi ketiga pola pita tersebut pada
generasi F2.
Pola pita ketiga kelapa hibrid ini adalah
PER-1 dan atau PER-3.
Kegiatan persilangan kelapa mencakup, pemilihan pohon
induk,
pengumpulan
tepung
sari
tetua
jantan
dan
memprosesnya di laboratorium, kastrasi tetua betina,
penyilangan
buatan,
pengamatan
buah
jadi
dan
pemeliharaan perkembangan buah, panen buah masak (sesudah
12 bulan sejak penyerbukan), perkecambahan dan pembibitan.
Daun kelapa dari bibit
dianalisis untuk
hasil persilangan p i yang
studi pola
pewarisan pola pita isozim.
Pola pita isozim bibit hasil persilangan buatan dan
tetuanya diperiksa untuk mengetahui pola pewarisan pofa
pita isozim tersebut.
isozim ini dapat
Melalui studi pewarisan pola pita
diketahui jumlah ale1
setiap lokus dan
jumlah lokus yang mengontrol sistem enzim PER. Di samping
itu pola pewarisan pola pita sistem enzim yang lain dapat
pula dipelajari dari kitri
hasil
persilangan buatan ini.
Pola pita isozim dianalisis dari setiap tetua dan
turunan hasil persilangan.
Selanjutnya pola pita ini
dikelompokkan untuk setiap kelasnya dan diuji kesesuaian
nisbah pewarisan menurut nisbah Mendel dengan menggunakan
uji Khi Kuadrat.
Percobaan 111.
Analisis Kandunqan Minvak, ~omvosisi
Asam Lemak dan Kanduncran protein K e l a ~ a
Analisis kandungan minyak, komposisi asam lemak, dan
protein dilakukan pada 48 populasi kelapa yang berasal
dari K.P. Mapanget dan K.P.
3).
Pakuwon (lihat Tabel Lampiran
Contoh buah dari setiap populasi diambil dari 10 pohon
berbeda secara acak dengan masing-masing 2 butir kelapa
umur 11-12 bulan untuk setiap pohon.
Campuran daging buah
20 butir kelapa ini.yang digunakan sebagai contoh untuk
dianalisis kandungan minyak, komposisis asam femak,
dan
kandungan protein dengan ulangan tiga kali.
Untuk mengetahui perkembangan kandungan mtinyak,
komposisi asam lemak, dan protein dianalisis pula buah
kelapa dari umur buah 8 sampai 12 bulan.
Buah kelapa
dengan umur buah berbeda ini diambil dari populasi kelapa
DSA dan DBG yang berasal dari Mapanget, dan GRA dan KMINA2 yang berasal dari Pakuwon.
Untuk mengekstraksi minyak contoh daging kePapa
dibuat dulu menjadi kopra menurut prosedur Lay, Taulu, dan
Barlina
(1988). Kemudian kopra diparut, dikeringkan dan
diekstrak
asam
lemaknya menggunakan
lemak, minyak kelapa
Lanza,
1979)
Untuk
ini dimetilisasi
diinjeksi
dan
Soklet.
ke
analisis
(Slover dan
Kromatografi
Gas.
Kromatogram yang diperoleh dari hasil analisis asamasam lemak kelapa melalui alat kromatografi gas tersebut
diidentifikasi dengan cara membandingkan pada kromatogram
(Mc Nair dan Bonelli,
dari asam lemak standar
Kuantitas
setiap
jenis
asam
lemak
menghitung luas kurva pada kromatogram
diperoleh
1988).
dengan
(Slover dan Lanza,
1979), sebagai berikut:
Luas area contoh
% Asam lemak =
----------------- x konsentrasi standar
Luas area standar
......................................
Berat contoh (g)
Standar asam
C20:O;
lemak yang tersedia adalah:
C20:l;
C21:O;
C22:O
dan
C8:O;
C9:O;
C22:l.
Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan
jumlah nitrogen
(N) yang dikandung oleh daging kelapa.
Dasar perhitungan protein menurut Kjeldahl ini berdasarkan
.
kandungan 16% unsur N rata-rata dalam protein murni.
Untuk protein kelapa yang belum diketahui komposisi unsurunsur penyusunnya secara pasti, maka faktor perkalian
100/16 atau 6.25 inilah yang dipakai (Fardiaz, Apriyanto
Yasni, Budiyanto, dan Puspitasari 1986;
Haryono dan Suhardi, 1989)
.
,
Sudarmadji,
Perhitungan kandungan protein melalui rumus:
% N =
ml HC1 (contoh - blanko) x N.HC1 x 14.007
................................................
x 100
mg contoh
% protein = % N x 6 . 2 5
Data rata-rata peubah kandungan minyak, komposisi
asam lemak
Komponen
dan kandungan protein
Utama,
dan
dianalisis korelasinya,
dibuat
pengelompokan
dengan
menggunakan program JMP (SAS Institute Inc., 1989).
Percobaan IV. Ketemautan Pola Pita Isozim denuan
Karakter Kuantitatif
Bibit kelapa F2 hasil penyerbukan sendiri kelapa
hibrid
KHINA
(F1XF1)
digunakan
untuk
mempelajari
kemungkinan keterpautan pola pita isozim dengan karakter
yang dipelajari pada bibit kelapa.
Karakter kuantitatif
penting yang diamati adalah waktu kecambah (hari) sejak
pendederan, tinggi bibit
(cm), jumlah daun dan lingkar
batang (cm) pada umur enam bulan.
Pola pita isozim setiap
bibit dari total 76 kitri dianalisis melalui daun.
Keterpautan
pola
pita
isozim
dengan
karakter
kuantitatif bibit kelapa dianalisis menggunakan Uji Sidik
Ragam Satu-Arah Multivariat (MANOVA) (Johnson dan Wichern,
1988).
Kemungkinan keterpautan pola pita isozim dengan
karakter kuantitatif kandungan minyak, jenis asam lemak,
dan kandungan protein
daging
buah kelapa dianalisis
hubungannya melalui perhitungan koefisien korelasinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi perbedaan aksi gen dan atau ekspresi gen selama
perkembangan dapat dipakai sebagai
perkembangan.
dasar untuk memahami
Studi karakteristik enzim suatu sistem
spesifik merupakan dasar
(Scandalios, 1974).
perubahan
selama
diferensiasi
Untuk mengetahui organ kelapa yang
mana yang paling baik sebagai bahan analisis pola pita
isozim, maka
dilakukan analisis pola pita
isozila akar,
endosperm, tombong, embrio, daun dari kecambah, bibit dan
tanaman dewasa, sedangkan isozimnya adalah EST, PER dan
GOT.
Hasil analisis isozim pada berbagai organ dan tinqkat
perkembangan
daun
kelapa
disajikan
pada
Tabef
6.
Dari organ kelapa yang dianalisis, pola pita ketiga isozim
dari. embrio yang paling dekat polanya terhadap pola pita
ketiga isozim dari daun, kecuali pita isozim PER-d tidak
aktif dibandingkan
daun.
Sedangkan pada akar isozim EST,
PER dan GOT berbeda masing-masing satu pita tidak aktif
dibandingkan pada contoh daun.
Pada organ tombong pola
pita ketiga enzim paling berbeda dibandingkan pola pita
pada organ lainnya, khususnya pada isozim EST dan GOT.
Enzim dari organ endosperma hampir semua tidak aktif untuk
ketiga isozim, kecuali pita isozim EST-a dan GOT-a inasingmasing hanya muncul satu pita saja.
Pada tanaman kelapa yang sama, antar organ yang
berbeda memperlihatkan pola pita isozim yang berbeda.
Tabel 6.
- -
-
-
- - - -
Enzim
--
-
Perkembangan dan diferensiasi isozim EST,
PER, dan GOT pada berbagai organ tanaman
kelapa
- --
Embrio
- -
-
EndosPerm
Keterangan:
++
+
0
-
Tombong
Akar
- -
Daun
.....................
Kecambah Bibit Induk
sangat aktif
aktif tapi lemah
tidak aktif
Tetapi untuk daun pada berbagai tingkat perkembangan, pola
pita isozim EST, PER dan GOT tidak berbeda.
Daun kelapa
paling banyak memperlihatkan pita isozim EST, PER dan GOT
yang aktif. Oleh
sebab itu daun kelapa dipakai untuk
menganalisis keragaman pola pita isozim dan pola
annya
.
pewaris-
Analisis Keragaman Pola Pita Isozim Kelapa
Dari
tujuh
macam
sistem
isoenzim
yang
telah
dianalisis pada berbagai populasi tanaman kelapa yaitu
peroksidase (PER), glutamat oksaloasetat transaminase
(GOT), esterase (EST), katalase (CAT), endopeptidase
(ENP), asam fosfatase (ACP), dan alkohol dehidrogenase
(ADH) hanya tiga isozim pertama yang memperlihatkan
keragaman pola pitanya, sedangkan empat sistem enzim
lainnya tidak menunjukkan keragaman pola pita yang cukup
jelas. Kemungkinan besar
keempat sistem enzim ini
mempunyai pola pita yang sama pada berbagai populasi
kelapa. Kemungkinan lain ini dapat terjadi kareha analisis
elektroforesis berdasarkan perbedaan-perbedaan muatan
berlaku pada protein terlarut saja.
Sedangkan pada
umumnya hanya sekitar 30 persen protein terlarut pada sel
tanaman, dan hanya sekitar 25 persen dari protein tersebut
yang memiliki perbedaan-perbedaan deret DNA untuk gen-gen
struktural yang mengontrol produksi protein atau enzim ini
(Weir, 1990)
.
Perbedaan-perbedaan deret DNA yang dideteksi melalui
keragaman
ale1
ditentukan
susunan
asam
aminonya.
Sedangkan subsitusi nukleotida urutan ketiga pada kodon
penentu asam amino tidak selalu menghasilkan perubahan
asam amino.
Nungkin juga asam amino yang diganti oleh
asam amino lain, yang mempunyai muatan positip keduanya,
juga tidak akan mengubah migrasi proteinnya.
Walaupun
terdapat keragaman dalam DNA, tetapi bisa saja yang dikode
adalah asam
amino dengan muatan netral,
sehingga tidak
akan menyebabkan perubahan mobilitas elektroforesis dari
protein (Bernatzky dan Tanksley, 1986).
Teknik
elektroforesis
dapat
digunakan
untuk
mempelajari keragaman pada tingkat produk gen. Keragaman
melalui
pola
pita
isozim
akan
lebih baik
fenotipe vegetatif dan generatif saja.
lebih mudah
dan murah
untuk
dibandingkan
Teknik ini juga
pengumpulan
data
beberapa
lokus pada populasi yang besar.
Enzim
esterase
(EST)
berperan
sebagai
enzim
hidrolisis pada beberapa substrat, seperti ester asam
lemak, sedangkan glutamat oksaloasetat transaminase (GOT)
berperan
dalam
mengeliminasi
reaksi-reaksi
nitrogen
dari
transaminasi
asam-asam
amino
pembentukan asam keto untuk siklus Krebs
Orton, 1983).
peroksidase
untuk
dan
(Tanksley dan
(PER) memegang peranan utama
dalam sintesis polimer lignin, juga berperan sebagai
mengoksidasi hormon IAA, dengan donor If2 diperoleh dari
H202 untuk reaksi oksidasinya (Brewbaker, Nagai, dan Liu,
1985).
menyebar
sehingga
Enzim-enzim
luas
ini sangat berperan
dalam
paling
berbagai
banyak
dalam tanaman,
spesies dan
digunakan
jaringan,
dalam
studi
elekstroforesis.
Pada sistem enzim PER dari 6 pita yang muncul dapat
dikelompokkan menjadi 6 pola pita berbeda (Gambar 2). Pada
sistem enzim
GOT
dijumpai juga
sedangkan pada sistem enzim EST
37
6 pita
(Gawbar 3 ) ,
muncul 4 pita (Gambar 4 ) -
Gambar 2. Xeragsman pola pita isozim peroksidase
I
oarbsr 3. lCezagaman pola pita i s o r b glutamat
oksaxoasetat trancraminase
38
,
O u r b a r 4. Keragamn
Kedua sistem
isorrim estuascr
pola p i t a
enzim i n i hanya
masing a t a s 2 pola p i t a berbeda
Dari 6 macam pola p i t a
dapat
digolongkan rasimg-
.
sistem enzim PER tevnyab
populasi kelapa yang berasal d a r i koleksi plasma nut99h di
Kebun Percobaan Mapanget (Sulut) hanya m e m i l i l c i
pola p i t a y a i t u pola p i t a 1, 2,
Kebun Percobaan Bone-bone
3,
4
macam
Ban 5 , Renudian
(Sulsel) hanya Wliki 5 ncau
pola p i t a yaitu pola p i t a 1, 3, 4, 5, dan 6, sedmgkan
pada populasi k e l a p di Kebun Percobaan Pakuwm dijurpai
enam macam pola p i t a (Tabel 10, 11, dan 12).
Perbedaan
keragaman d i t i g a kebun percobaan i n i karena pola p i t a
4
hanya d i m i l i k i oleh populasi kelapa dalam Kalbar I/1 a s a l
Kalbar yang ditanam di K.P.
Bone-bone dan kelapa dalaw
Riau asal Riau yang ditanam di K.P. Pakuwon, dan pola pita
6 hanya dimiliki oleh kelapa dalam Kalbar II/2 asal Kalbar
dan Sumbar I1 asal Sumbar yang ditanam- di K.P.
serta kelapa dalam
Riau
yang
Bone-bone
ditanam di K.P.
Pakuwon.
Pola pita 4 dari sistem enzim PER ini pernah dijumpai pada
kelapa hibrid PB121 dari K.P.
1988).
Pakuwon (Novarianto, &
Sistem enzim GOT dan EST
ah.,
(yang masing-masing
menunjukkan 2 macam pola pita) pada umumnya terdapat pada
sebagian
besar populasi kelapa di ketiga kebun koleksi
tersebut.
Pewarisan Pola Pita Isozim Kelapa
Studi pewarisan pola pita isozim bertujuan untuk
mengetahui pola pewarisan alel-ale1 pola pita
tersebut.
isoziw
Melalui persilangan buatan antar pola pita yang
sama dan yang berbeda, diharapkan akan dapat menjelaskan
segregasi dan perpaduan secara bebas antar afel dari lokus
enzim.
Melalui pola pewarisan
ini diharapkan dapat
diketahui jumlah ale1 dan lokus dari setiap sistem enzim
yang dipelajari.
Studi ini didasarkan hanya pada 3 pola pita PER yaitu
PER-1, PER-2, dan PER-3 yang dimiliki oleh populasi kelapa
GKN
(pola 2), DTA, DBI, dan DPU (pola 1 dan 3).
Jumlah
tetua kelapa yang digunakan dalam silangan ini 47 pohon.
Kelapa GKN 16 pohon, DTA 6 pohon,
pohon, dan KHINA
15 pohon.
DBI 5 pohon,
DPU 5
Dari setiap pohon banyaknya
persilangan yang dibuat 1-2 tandan bunga.
Rata-rata bunga
betina 21 buah per tandan, dan buah hasil silangan umur 3
bulan sekitar
5-6
buah per tandan.
1992 buah yang dipanen sebanyak
305
Pada bulan Agustus
butir dari berbagai
macam silangan.
Pola Pewarisan Sistem Enzim Peroksidase (PER)
Hasil silangan pola pita sistem enzim PER disajikan
pada Tabel 7 .
Hasil
penyerbukan sendiri tetua kelapa
berpola pita 1 mewariskan turunan yang terdiri dari satu
bibit berpola pita 1 dan lima bibit berpola pita 3.
Sedangkan tetua kelapa
berpola pita 2.
berpola pita 2
seluruh keturunan
Penyerbukan sendiri tetua kelapa berpola
pita 3 ternyata mewariskan turunan 17 bibit berpola pita 3
dan dua bibit berpola pita 1.
Silangan antar ketiga pola pita dan resiprokalnya
mewariskan pola pita 3 pada generasi F1
.
Silangan pola
pita 1x2 dan resiprokalnya menghasilkan 11 bibit, pola
pita 1x3 dan resiprokalnya 6 bibit, sedangkan silangan
pola pita
2x3
dan resiprokalnya
39
bibit.
KHINA-1, KHINA-
2, dan KHINA-3 berturut-turut adalah hibrid hasil silangan
GKN dengan DTA, DBI, dan DPU.
Walaupun tetua hibrid ini
tidak diketahui pohon asalnya tetapi pola pitanya untuk
GKN sudah dianalisis berpola pita 2 sedangkan untuk DTA,
DBI, dan DPU kalau tidak pola pita 1 maka gola pita 3.
Pohon KHINA-1, KHINA-2, dan KHINA-3 merupakan generasi F1,
dan untuk mendapatkan bibit generasi F2 dipilih
dari tiap hibrid dan dibuat menyerbuk sendiri.
5
po