Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada umumnya di jenjang sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan terdapat mata pelajaran Pendidikan Agama, sesuai dengan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan “pembaharuan sistem
pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi pelaksanaan pendidikan agama
serta akhlak mulia”. Pasal-pasal tersebut merupakan landasan hukum keberadaan mata
pelajaran agama di sekolah-sekolah, sehingga tingkat satuan pendidikan wajib mengadakan mata pelajaran agama untuk peserta didiknya. Menurut
pelaporan data pokok Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Pembinaan SMK 2013: 1 terdapat 1626 SMA dan 1663 SMK di Jawa Barat yang
mengadakan program mata pelajaran agama. Jika data SMA dan SMK tersebut dijumlahkan maka ada 3289 SMKSMA di Jawa Barat yang
melaksanakan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sekaligus pengadaan program mata pelajaran agama didalamnya, sementara itu
pelaksanaan program mata pelajaran pendidikan agama bertujuan untuk menjadikan peserta didik sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa serta berakhlaq mulia. Dari data tersebut bisa dilihat potensi program mata pelajaran agama untuk menjadikan manusia berakhlaq
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mulia sangat besar, karena untuk wilayah Jawa Barat saja terdapat 3289 sekolah jenjang SMASMK yang melaksanakan program mata pelajaran
agama untuk peserta didiknya. Adapun yang dimaksud dengan mata pelajaran agama dalam penelitian ini adalah mata pelajaran PAI Pendidikan Agama
Islām. Pendidikan Agama Islām di sekolah adalah “proses program pendidikan
yang menanamkan nilai- nilai Islām melalui proses pembelajaran, baik di
kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islām disingkat PAI” Syahidin, 2009: 1.
Kedudukan dan peran pendidikan Islām sebagai mata pelajaran juga
ditegaskan oleh Ramayulis 2008: 41 bahwa: I
stilah Pendidikan Agama Islām PAI di Indonesia dipergunakan untuk mata pelajaran di lingkungan sekolah-sekolah yang berada di bawah
pembinaan Departemen Pendidikan Nasional, Pendidikan Agama dalam hal ini agama Islām termasuk dalam struktur kurikulum.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kedudukan dan peran PAI merupakan media untuk membina kepribadian peserta didik secara utuh
dengan harapan kelak mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T. Tujuan PAI sebagai pengubah prilaku peserta didik
menuju ke arah kesempurnaan ahlak diperjelas oleh Shihab dalam Syahidin, 2009: 12 sebagai berikut:
Tujuan PAI disekolah umum adalah untuk melahirkan para agamawan yang berilmu, bukan para ilmuwan dalam bidang agama. Artinya yang
menjadi titik tekan PAI di sekolah umum adalah pelaksanaan ajaran agama dikalangan para calon intelektual yang ditunjukan dengan adanya
perubahan perilaku murid ke arah kesempurnaan ahlak.
Dari pendapat Quraish Shihab di atas, kita dapat mengetahui bahwa tujuan penyelenggaraan PAI di sekolah adalah untuk menghasilkan peserta
didik yang berahlakul karimah, yang berjiwa agama bukan peserta didik yang hanya berpengetahuan agama saja.
Namun pada kenyataannya misi besar pendidikan Indonesia untuk memanusiakan manusia melalui pengadaan program mata pelajaran agama itu
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belum tercapai secara masif. Dewasa ini banyak catatan hitam mewarnai dunia pendidikan Indonesia, misalnya kasus-kasus yang dimuat dalam
berbagai situs penyedia informasi berikut : 1.
Menurut Muslimah Solopos, 2012: 1 mengemukakan bahwa Perilaku seks di kalangan pelajar di Wonogiri bagaikan gunung es. Banyak kasus
mulai seks bebas hingga pencabulan dan pemerkosaan. Hasil pendataan Siti Muslimah pegiat LSM Masyarakat Wonogiri Peduli Perempuan dan
Anak MWPPA, 80 kasus-kasus pencabulan, pemerkosaan serta kekerasan seks lainnya di kalangan pelajar berakhir dengan mediasi.
Sementara, yang berlanjut ke proses hukum tak sampai 5. Sisanya, sebagian melalui pernikahan paksa dan sebagian pelaku kabur.“tahun ini,
yang berlanjut ke proses hukum hanya 24 kasus. Adapun yang berujung damai, kabur hingga tak diketahui saya kira mencapai ratusan kasus
,” katanya seraya menyebutkan kasus asusila merata pada anak SMP hingga
SMA dan sederajat. 2.
Menurut Priliawito dan Ruqoyah Metro News, 2012: 1 mengemukakan bahwa sederet Tawuran Pelajar di Jabodetabek Sejak Awal 2012 Sebanyak
12 kasus menyebabkan kematian, ungkap data KPAI Jumat, 28 September 2012, 06:42.
3. Menurut Media
online Tv One News
editor, 2012: 1 melansir Data Tawuran Pelajar Selama 2010-2012. Tawuran pelajar sekolah menjadi
potret buram dalam dunia pendidikan Indonesia. Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih
dari 100 pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang
menewaskan 12 pelajar. 4.
Menurut Rumeksa dan Sutono Surya, 2012: 1 mengemukakan bahwa peredaran narkoba di Kabupaten Jombang, yang melibatkan kalangan
pelajar, mulai ke tingkat yang mencemaskan. Ini karena jumlah kasus narkoba yang melibatkan pelajar meningkat tajam. Dalam kurun satu
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahun, pada 2012, tercatat ada 86 kasus narkoba yang menjerat para pelajar. Angka tersebut meningkat sekitar 90 persen lebih, jika dibanding
tahun sebelumnya, 2011. 5.
Menurut Ina Kaltimtoday, 2012: 1 mengemukakan bahwa Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada seminar Sinergi
Pemerintah dan Industri Perfilman Nasional dalam Membentuk Masyarakat Madani yang diselenggarakan oleh FISIP Universitas
Padjadjaran Bandung pada 9 Mei 2010, juga menyatakan keprihatinannya ketika membaca hasil survei terakhir dari KPA yang mengungkapkan
bahwa; 97 dari 4.500.000 remaja pada 12 kota besar di Indoensia, siswa SMP pernah menonton video porno, 90 mengaku pernah berciuman,
62,7 melakukan hubungan suami istri dan 21 siswa SMA pernah melakukan aborsi. Survei tersebut dilakukan terhadap 4.500 remaja di 12
kota besar di seluruh Indonesia. Karena itu menurut Menteri Kominfo, pornografi menjadi keprihatinan yang serius bagi bangsa dan negara ini,
karena tidak hanya berdampak pada yang bersangkutan, tapi juga memberikan ancaman bagi lingkungan sekitar dengan meningkatnya
jumlah korban pelecehan seks, pemerkosaan dan perilaku menyimpang lainnya.
Data di atas menunjukan adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan Indonesia dengan kenyataan pendidikan Indonesia. Untuk mencapai sebuah
tujuan, harus dilakukan sebuah upaya dalam proses pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Yang dimaksud dengan proses disini adalah aktivitas
pembelajaran Pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik. Ramayulis 2010: 241-242 mengemukakan bahwa:
Proses pembelajaran dalam pendidikan Islām sebenarnya sama dengan
proses pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakannya adalah bahwa dalam pendidikan Islām proses maupun hasil belajar
selalu inhern, dengan keIslāman; keIslāman melandasi aktivitas belajar, menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya.
Oleh karena itu Syahidin 2009: 4 mengemukakan “Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islām di sekolah dewasa ini di hadapkan kepada
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tantangan besar baik secara eksternal maupun internal”. Adapun yang dimaksud dengan tantangan eksternal merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi pada kehidupan masyarakat karena kemajuan iptek yang begitu cepat. Dalam kondisi kehidupan seperti ini pertukaran informasi, budaya, pola hidup
antar bangsa terjadi secara alamiah dan tanpa ada filterisasi nilai-nilai budaya yang jelas. Hal ini bisa menyebabkan pergeseran norma-norma budaya dan
membahayakan bagi kehidupan beragama di Indonesia. Adapun tantangan secara internal adalah tantangan yang muncul dari dalam program
pelaksanaan PAI itu sendiri, tantangan internal dalam pelaksanaan PAI di sekolah yang
pertama
adalah adanya perbedaan pandangan masyarakat terhadap keberadaan PAI di sekolah. Pertama, ada yang memandang PAI
seperti mata pelajaran lainnya.
Kedua
, ada yang memandang PAI tidak sekedar mata pelajaran yang dimuat secara tertulis di dalam kurikulum tetapi
PAI bertanggung jawab membangun peserta didik menjadi pribadi “Ins n
K mil”. Selain itu, perencanaan program pelaksanaan PAI kurang jelas. Dalam tataran perencanaan program maupun dalam pelaksanaannya masih
belum optimal, perencanaan program pelaksanaan PAI disekolah masih banyak kelemahannya antara lain:
a. Upaya merombak kerangka berpikir dikotomis dilakukan masih bersifat
parsial tidak terpadu dengan menggunakan strategi yang jelas. b.
Pendekatannya masih cenderung normatif. c.
Kurikulum yang dirancang boleh dikatakan menawarkan minimum kompetensi ataupun minimum informasi bagi peserta didik.
d. Pengajar kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin dapat
dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.
Dari problematika di atas, masalah pelaksanaan pendidikan Islām akan
menjadi masalah besar jika tidak dicarikan solusinya, khususnya bagi guru- guru agama dan para pakar pendidikan. Hal ini berpangaruh terhadap
pencapaian tujuan diadakannya pendidikan Islām yaitu mewujudkan peserta
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didik yang beriman dan bertakwa kepada Allāh S.W.T serta berahlak mulia,
banyak faktor yang menyebakan prblematika tersebut terjadi, adapun menurut penulis sebab-sebab terjadinya problematika di atas karena beberapa faktor
berikut: 1.
Kualitas kompetensi Pendidik yang belum mumpuni. 2.
Peserta didik yang tidak disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 3.
Pola pendidikan Islām yang belum jelas dan masih cenderung normatif. Hal senada dengan apa yang dikemukakan oleh Syahidin 2009:
5 “bahwa pendekatan pelaksanaan Pendidikan Agama
Islām masih cenderung normatif”. Dari ketiga
gap
masalah pendidikan di atas, penulis memilih poin ketiga sebagai permasalahan utama yang akan diteliti, yaitu tentang Pola pendidikan
Islām yang belum jelas dan masih cenderung normatif, karena dengan pola pendidikan
Islām yang sudah jelas, proses pendidikan Islām akan berjalan terarah dan tepat sasaran, maksudnya pola pendidikan
Islām itu akan menjadi panduan yang jelas dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan
Islām. Jika masalah utamanya adalah prilaku indisipliner peserta didik maka hal ini bisa
diatasi dengan cara membuat pola pendidikan Islām yang didesain untuk
membentuk karakter disiplin peserta didik, sehingga prilaku indisipliner peserta didik tersebut dapat berubah menjadi peserta didik yang memiliki
pribadi muslim berdisiplin tinggi. Tujuan pendidikan itu akan bergantung pada berhasil atau tidaknya proses pendidikan itu sendiri. Dari problematika tersebut
munculah sebuah pertanyaan bagai mana pola pendidikan Islām yang dapat
membentuk karakter disiplin peserta didik?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu diadakan sebuah penelitian bentuk sebagai upaya dalam
menemukan sebuah pola pendidikan Islām yang dapat membentuk karakter
peserta didik tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini diupayakan sebagai langkah nyata untuk memecahkan problematika di atas. Adapun sekolah yang
akan menjadi sumber penelitian yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Informatika dan Teknologi IT Boarding School Daarut Tauhiid yang terletak di
lingkungan pondok pesantren Daarut Tauhiid. Pondok pesantren Daarut
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISL M DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tauhiid adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di jalan Geger Kalong Girang komplek Setiabudhi Indah RW 03 RT 03 No. 57 F, Desa Isola
Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Sekolah ini dikenal masyarakat Geger Kalong dengan sebutan
nama “SMK DT”. SMK Daarut Tauhiid Boarding School merupakan sekolah umum yang
berbasis pesantren dan memiliki visi dan misi mengedapankan Tauhīdullah.
Sekolah tersebut merupakan perpaduan sekolah umum dan pesantren, pola keagamaan yang sangat dominan dalam kegiatan pembelajarannya akan sangat
berpengaruh terhadap pembinaan dan pengembangan pribadi siswa, kegiatan yang bersifat co kurikuler atau ekstra kurikuler PAI yang diadakan di sekolah
tersebut akan mendukung juga bagi pencapaian tujuan pelaksanaan PAI. Setiap sekolah pasti mempunyai program tersendiri dalam upaya meningkatkan
kualitas peserta didiknya, begitupun dengan SMK Daarut Tauhiid Boarding school, sekolah ini sangat memperhatikan perkembangan kualitas peserta
didiknya, terutama dibidang kedisiplinan, pola pendidikan yang Islāmi dalam
membentuk karakter disiplin inilah yang menjadi ciri khas dari SMK Daarut Tauhiid Boarding school. Untuk itu penulis berminat untuk meneliti tentang
Pola Pendidikan Islāmi di SMK Daarut Tauhiid Boarding school. Adapun judul dalam penelitian ini adalah
“Pola Pendidikan Islām da
lam Membentuk Karakter Disiplin Studi Deskriptif di SMK Daarut Tauhiid Boarding School
Tahun Ajaran 20122013
”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah