Statistik Rujukan di berbagai pelayanan Kesehatan

4. Tingkat Kedua Sekunder Fasilitas Pelayanan Kesehatan di tingkat KabupatenKota. 5. Tingkat Ketiga Tersier Fasilitas Pelayanan Kesehatan di tingkat Propinsi. 1,12,13,16

2.2. Statistik Rujukan di berbagai pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian di Republik Honduras, Ohama et al.2004 menemukan bahwa dari 25 unit pelayanan kesehatan, tercatat rata-rata angka rujukan kasus nasional sebesar 15,8 , regional 4, di wilayah rumah sakit daerah 2,8 , dan pada unit pelayanan kesehatan dasar sebesar 0,8. Sistem rujukan berkembang tidak memuaskan, disebabkan antara lain : rendahnya angka rujukan pada semua tingkat pelayanan. Fenomena rujuk potong kompas by pass phenomena di rumah sakit tingkat menengah. Demikian juga kesalahpengertian tenaga kesehatan tentang terminologi rujukan. 20,21,22 Departemen Kesehatan 2008 , membuat strategi khususnya strategi operasional rujukan dengan membentuk rantai kerjasama antara Pemerintah, Organisasi Profesi IDI,IBI,POGI,Organisasi wanita,LSM dan peran serta masyarakat sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan AKI dan mengatasi hambatan – hambatan dalam mendeteksi dan penanganan obstetri resiko tinggi. Sehingga diharapkan dengan estimasi taksiran kehamilan resiko tinggi bumil risti adalah 15 – 20 dari jumlah seluruh ibu hamil dan diharapkan akan terjaring dalam sistem rujukan. Universitas Sumatera Utara Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian maternal dan neonatal dibanyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan yang difokuskan pada periode intrapartum. Fokus penanganan pada periode intrapartum ternyata berhasil di Thailand sehingga pada tahun 1984 AKI hanya 50100.000 kelahiran hidup, Malaysia dan Sri Lanka pada tahun yang sama AKI berkurang 50 dari sebelumnya. Keberhasilan ini ternyata dicapai dengan berbagai upaya dan faktor pendukung jangka panjang seperti pelatihan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehata rujukan yang disertai jaminan pembiayaan pelayanan kesehatan, sistem jaga mutu, dan perbaikan sistem kinerja serta manajemen informasi yang baik. 16 Pitchforth, E,et al 2007, mengatakan bahwa sisi baik dari pelayanan intra partum adalah pelayanan yang tidak membutuhkan perubahan radikal pada sumberdaya dan proses pelayanan tetapi lebih pada pemilihan periode kritis yang akan membawa dampak bermakna terhadap upaya penurunan AKI dan mengedepankan akses serta kualitas pelayanan pada daerah atau negara dengan sumber daya terbatas. 10 Para Ahli percaya bahwa fokus pada periode intrapartum diharapkan dapat mencapai target AKI dibawah 200100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Fokus periode intrapartum perlu dukungan 24 jam pelayanan di fasilitas kesehatan rujukan. Yang tidak dapat dipungkiri adalah masih adanya fasilitas rujukan yang belum dapat 24 jam melayani pasien serta perilaku tenaga kesehatan yang belum paham sepenuhnya artiperjalanan proses persalinan. 10 Universitas Sumatera Utara Apabila kita menekankan periode intrapartum maka kita harus paham betul dan menghayati pengertian sistem rujukan dalam bidang obstetri karena rujukan bukan sekedar mengirim pasien ke rumah sakit tetapi harus tahu apa konsekuensinya secara keseluruhan. 10,16 Keefektifan RTW Rujukan Tepat Waktu atau fokus pada proses intra partum telah dibuktikan di beberapa Negara seperti Sri Lanka, Thailand dll. Murray SF dkk 2001 mengatakan bahwa untuk mencapai sistem rujukan yang efektif perlu suatu instrument : 1. Adanya Pusat Sistem Rujukan yang baik 2. Komunikasi 2 arah secara lisan maupun tulisan 3. Transportasi yang tersedia dan terencana. 4. Protokol yang disepakati untuk deteksi dini adanya penyulit 5. Tenaga yang terlatih 6. Kerjasama tim antar tingkat referralrujukan 7. Sistem catatan rekam medik yang seragam 8. Mekanisme yang jelas sehingga tidak ada bypass dalam sistem rujukan seperti informasi yang jelas tentang arti rujukan, biaya dll Delapan instrumen ini hanya sebagai pemandu saja, dimana pada pelaksanaannya untuk tiap daerah tidak sama dalam kombinasi instrumen ini. 13 Pembe AB dkk 2010 dalam penelitiannya di Tanzania tentang efektifitas dalam sistem rujukan ibu hamil menyatakan bahwa hambatan yang paling banyak terjadi karena faktor demografi, transportasi dan biaya. 33 Universitas Sumatera Utara Pemerintah Indonesia pada tahun 2006, melalui SK Menkes No.331MenKesSKV2006 tentang Renstra Depkes 2005 – 2009 diantaranya menjelaskan bahwa strategi pemantapan rujukan melalui : 1. Reorientasi DinkesRS KabupatenKota 2. Perbaikan Mutu Pelayanan Klinik dan Non Klinik 3. Mobilisasi sumber daya 4. Perbaikan sistem jaringan informasi, rujukan serta Manajemen 5. Perbaikan Manajemen Dinkes KabKotaRumah Sakit 6. Pelatihan 7. Monitoring, Evaluasi, Perbaikan 8. Perbaikan koordinasi inter-sektoral 9. Kesinambungan kelembagaan 10. Penyusunan Kesepakatan strategi manajemen. Pada tahun 2008, melalui Kepmenkes no :828MenkesSKIX2008, dijelakan secara rinci tentang defenisi operasional apa yang harus dicapai dalam melayani ibu hamil, melahirkan serta nifas, mulai dari langkah kegiatan serta target yang harus dicapai. 26 Murray SF, Pearson FC 2006, kunci untuk mencapai sukses dalam sistem rujukan amat kompleks, walaupun telah terbukti bahwa ada keuntungan bila seorang wanita dengan penyulit persalinan, dapat dengan cepat mencapai pusat pelayanan yang optimal. Dalam prakteknya sistem rujukan sampai saat ini belum baik dalam pencatatan dan pelaporan, demikian pula belum didukung dengan teori yang baik pula. Untuk itu Universitas Sumatera Utara perlu di dukung penelitian sosial dan klinik untuk menutup kesenjangan dan kelangkaan literatur. Walaupun sistem rujukan dapat dibuat universal tetapi patut juga sistem rujukan dengan memperhatikan faktor lokal seperti kondisi geografis, budaya, sosio ekonomi, agama dll. 16,19,32 Hussein J dkk 2010 menjelaskan lebih lanjut mengenai defenisi 3 terlambat yang dikemukakan Tahddeus Maine pada 1994, pada fase I dipengaruhi juga oleh jarak dan dana yang dipunyai pasien. Pada fase II menyangkut faktor transportasi dan biaya serta sistem komunikasi. Sedangkan fase III adalah paling kompleks karena menyangkut pelayanan persalinan seperti sumber tenaga, perilakumoralitas dan ketrampilan tenaga kesehatan, perlengkapan alat, obat, dan kemudahan mendapatkan darah, serta struktur manajemen yang mengelola rumah sakit. Fase ke-3 terlambat ini yang amat berpengaruh dalam sistem rujukan, karena pelaksanaannya amat kompleks. 15,16,23,29 Proses rujukan antara pelayanan tingkat dasar dan tingkat lanjut di daerah pedesaan sering ditemukan masalah yang kompleks. Macintyre dan Hotchkiss 1999 menguraikan bahwa masalah dalam proses rujukan meliputi mutu pelayanan yang kurang baik, ketersediaan tenaga yang terampil yang rendah. Begitu juga suplai obat dan peralatan diagnosa medis yang tidak cukup, serta infra struktur komunikasi, dan transportasi yang kurang memadai. 13,16,30 Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Teori