Pengaturan Tentang Pemberian Air Susu Ibu ASI Eksklusif

5036 serta Pasal 129 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan sebagai pertimbangan. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif ini terdiri dari 10 Bab beserta penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, yang di antaranya ialah: Bab I satu terdiri dari Pasal 1 mengenai ketentuan umum serta definisi kata yang kemudian terkait dengan bab-bab selanjutnya dan Pasal 2 yang berisi tujuan dari peraturan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif yang dimaksud dengan: 1. Air Susu Ibu atau ASI ialah cairan hasil sekeresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif atau ASI Eksklusif ialah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dlahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan danatau mengganti dengan makanan atau minuman lain. 3. Bayi ialah anak dari baru lahir sampai berusia 12 bulan. 4. Keluarga ialah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga. 5. Susu formula bayi ialah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia enam bulan. 6. Fasilitas pelayanan kesehatan ialah suatu alat danatau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, danatau masyarakat. 7. Tenaga kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan danatau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Bab II dua terdiri dari Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 mengenai tanggung jawab yang menjelaskan bahwa pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupatenkota memiliki tanggung jawab dalam program pemberian ASI Eksklusif dimulai dari menetapkan, melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI Eksklusif, sosialisasi, memberikan pelatihan tekhnis konseling, menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas layanan kesehatan dan tempat sarana umum, mengintegrasikan materi mengenai ASI eksklusif pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi tenaga kesehatan, membina, memonitoring, mengevaluasi dan mengawasi program pemberian ASI Eksklusif baik di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat kerja, maupun tempat sarana umum, menyelenggarakan, memanfaatkan , dan memantau penelitian dan pengembangan program pemberian ASI Eksklusif, mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai ketentuan, hingga menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif sesuai dalam skala nasional, provinsi atau kabupaten. Bab III tiga terdiri dari lima bagian yang masing-masing didalamnya terdapat Pasal yang mengatur mengenai ASI Eksklusif, di antaranya: a. Bagian kesatu terdiri dari Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 berisi penegasan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya, kecuali jika ada indikasi medis yang sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. b. Bagian kedua terdiri dari Pasal 9 dan Pasal 10 mengenai Inisiasi Menyusu Dini IMD. c. Bagian ketiga terdiri dari Pasal 11 dan Pasal 12 mengenai pendonor ASI. d. Bagian keempat terdiri dari Pasal 13 mengenai informasi dan edukasi yang wajib diberikan oleh tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan. e. Bagian kelima terdiri dari Pasal 14 mengenai sanksi administratif yang diterima baik oleh tenaga kesehatan maupun penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan yang dimaksud. Bab IV empat terdiri dari Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 mengenai penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya. dimana di dalam masing-masing pasal terdiri dari larangan pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Bab V lima terdiri dari Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36 mengenai tempat kerja dan tempat sarana umum yang diwajibkan untuk mendukung program ASI Eksklusif dengan menyediakan fasilititas khusus untuk menyusui danatau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan. Bab VI enam terdiri dari Pasal 37 mengenai dukungan masyarakat. Bab VII tujuh terdiri dari Pasal 38 mengenai pendanaan. Bab VIII delapan terdiri dari Pasal 39 mengenai pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dilakukan oleh menteri, menteri terkait, kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, dan bupatiwalikota baik pada situasi normal maupun pada situasi bencana atau darurat.

D. Pihak-pihak Yang Berkaitan dengan Pemberian Air Susu Ibu ASI

Eksklusif

1. Tenaga kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan merupakan sumber daya kesehatan yang paling utama karena dengan adanya tenaga kesehatan, semua sumber daya kesehatan yang lain seperti fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan serta teknologi dan produk teknologi dapat dikelola secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang diharapkan. 21 Secara hukum, tenaga kesehatan di Indonesia telah diatur melalui Undang-Undang terbaru yakni UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Tenaga Kesehtan, yang dimaksud dengan tenaga kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan danatau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dengan kata lain tenaga kesehatan berarti semua 21 Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta:Jakarta, 2010, hlm. 97. orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak.

2. Jenis Tenaga Kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menjelaskan adanya berbagai macam tenaga kesehatan, yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik dari segi latar belakang pendidikannya maupun jenis pelayanan atau upaya kesehatan yang dilakukan. Adapun jenis tenaga kesehatan menurut UU ini, meliputi tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, teaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, serta tenaga kesehatan lainnya. Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam: 1 Tenaga medis ialah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis. 2 Tenaga psikologi klinis ialah psikologi klinis. 3 Tenaga keperawatan ialah berbagai jenis perawat. 4 Tenaga kebidanan ialah bidan. 5 Tenaga kefarmasian ialah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 6 Tenaga kesehatan masyarakat ialah episemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatisti dan kependudukan, serta tenaga kesehatan dan reproduksi keluarga. 7 Tenaga kesehatan lingkungan ialah tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan. 8 Tenaga gizi ialah nutrisionis dan dietisien. 9 Tenaga keterapian fisik ialah fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara dan akupuntur wicara. 10 Tenaga keteknisian ialah perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisienoptometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, serta audiologis. 11 Tenaga teknik biomedika ialah radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboraturium medik, fisiikawan medik, radioterapis, serta ortotik prostetik. 12 Tenaga Kesehatan tradisional ialah tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.

3. Tenaga Kesehatan Yang Berhubungan Langsung Dengan Ibu dan Bayi

Tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan ibu dan bayi ialah dokter, perawat dan bidan. a. Dokter Dokter adalah orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan menurut hukum dan pelayanan di bidang kesehatan. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 11 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan dokter ialah suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat.