Gerak Brown Adsorpsi Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat

KOLOID A. Dasar Teori Koloid, merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran partikel-partikelnya antara 10 -7 dan 10 -5 cm. Dalam system koloid, terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun Nampak sebagai disperse homogeny, namun koloid merupakan disperse heterogen. Larutan, merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil 10 -7 cm, sehingga tidak dapat diamati dibedakan antara partikel pendispersi dan partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra.Larutan adalah campuran antara fase terdispersi berupa zat padat, gas, maupun cair dengan fase pendisperinya yaitu zat cair.Larutan merupakan campuran homogeny. Suspensi atau dispersi kasar, merupana sistem dispersi dengan ukuran relatif besar 10 -5 cm yang tersebar merata dalam medium pendispersinya.Suspenss yaitu campuran heterogen antar fasa terdispersi dengan medium pendispersinya. Fasa terdispersi biasaanya berupa zat padat yang ukurannya lebih besar sehingga akan membentuk endapan jika disatukan didiamkan dalam beberapa saat. Sifat-sifat Koloid a. Efek Tyndall Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall 1820 – 1893, seorang ahli Fisikabangsa Inggris. Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama. Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi warna biru yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah warna merah lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah. Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: - Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut - Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu - Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut

b. Gerak Brown

Gerak brown merupakan gerak patah-patah zig-zag partikel koloid yang terus menerus dan hanya dapat diamati denganmikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati.Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi pengendapan. c. Elektroforesis Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode elektrode positif sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode elektrode negatif. Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasites DNA pada jenazah korban pembunuhan jenazah tak dikenal

d. Adsorpsi Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat

lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya. Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol FeOH3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit tablet yang terbuat dari karbon aktif dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas. e. Koagulasi Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi. System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan dispersi. 1. Cara Kondensasi Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika. Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut. 2. Cara Dispersi Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik cara busur bredig. a. Cara Mekanik Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air. b. Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi pemecah.Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. c. Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.

B. Tujuan

a. Siswa dapat membedakan larutan, koloid, dan suspense b. Siswa dapat membuat koloid dengan cara kondensasi dan cara dispersi c. Siswa dapat melakukan percobaan mengenai sifat-sifat koloid

C. Alat dan Bahan D. Cara Kerja

A. Sistem Koloid 1. Mengisi 6 tabung reaksi masing-masing dengan ± 5 ml akuades

2. Menambahkan : a. ± seujung spatula gula tebu ke dalam tabung ke-1

b. ± seujung spatula terigu ke dalam tabung ke-2 c. ± seujung spatula susu instan ke dalam tabung ke-3 d. ± seujung spatula urea ke dalam tabung ke-4 e. ± seujung spatula serbuk detergen ke dalam tabung ke-5

f. ± seujung spatula belerang ke dalam tabung ke-6