Jumlah perusahaan yang diteliti ada sebanyak 11 perusahaan tambang, yaitu PT. Adaro Energy Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Persero
Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Vale Indonesia Tbk, Delta Dunia Makmur Tbk, Elnusa Tbk, Energi Mega
Persada Tbk, Garda Tujuh Buana Tbk, Medco Energi Internasional Tbk dan Resource Alam Indonesia Tbk.
Dalam hal ini sampel yang diambil yaitu data rasio keuangan pada laporan keuangan tahunan selama 3 periode 2012-2014 pada PT. Adaro Energy Tbk,
Tambang Batubara Bukit Asam Persero Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Vale Indonesia Tbk, Delta Dunia Makmur Tbk,
Elnusa Tbk, Energi Mega Persada Tbk, Garda Tujuh Buana Tbk, Medco Energi Internasional Tbk dan Resource Alam Indonesia Tbk. Sehingga diperoleh 33 anggota
sampel.
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada
penelitian ini menelaah atau mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi berupa laporan keuangan.
2. Studi pustaka
Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data
tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini penulis juga menggunakan
media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data- data penelitian yang dilakukan.
3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.2.5.1.Rancangan Analisis
Menurut Umi Narimawati 2010:41 mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:
“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”
Peneliti melakukan analisis terhadap data yang sudah dijabarkan dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif yang dinyatakan dengan angka-angka
dan pengujiannya menggunakan metode statistic yang dibantu dengan program SPSS. Dengan demikian penelitian ini dinyatakan sebagai penelitian kuantitatif.
Metode analisis kuantitatif menurut Sugiyono 2013:147; “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi tanpa diambil sampelnya jeas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian
dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.”
3.2.5.1.1. Metode Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif. Menurut Sukmadinata, N. S 2011, penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia. Untuk mengukur Laba per Lembar Saham EPS, Nilai Perusahaan PBV dan Tingkat Pengembalian Saham digunakan
rumus-rumus sebagai berikut: 1.
Laba per Lembar Saham EPS
2. Nilai Perusahaan PBV
3. Tingkat Pengembalian Saham Return Saham
4. Rumus Perkembangan
Maka dari rumus-rumus diatas akan diperoleh hasil perkembangan dari Laba per Lembar Saham EPS dan Nilai Perusahaan PBV terhadap Tingkat
Pengembalian Saham di perusahaan tambang yang terdaftar di BEI periode 2012- 2014.
3.2.5.1.2 Metode Verifikatif
Analisis verifikatif merupakan analisis yang digunakan untuk membahas data kuantitatif. Rancangan analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Laba per
Lembar Saham EPS dan Nilai Perusahaan PBV terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan tambang yang terdaftar di BEI. Dalam melakukakan
penelitiannya penulis menggunakan rancangan analisis statistik. Adapun langkah-langkah dalam pengujian statistik yang digunakan penulis
adalah sebagai berikut :
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan pada tujuan dan hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini, maka metode analisis data yang dapat diterapkan adalah analisis regresi berganda.
Dilihat dari jenis penilitian ini yang merupakan penelitian korelasi, metode analisis data dengan menerapkan analisis regresi berganda menjadi suatu pilihan yang patut
digunakan. Melalui analisis ini dapat dilihat pengaruh atau hubungan antara variabel bebas independent variable dengan variabel terikat dependent variable. Dengan
analisis regresi berganda maka dapat diketahui seberapa besar Laba per Lembar Saham EPS dan Nilai Perusahaan PBV yang merupakan variabel bebas
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham sebagai variabel terikat. Persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Keterangan : Y = Tingkat Pengembalian Saham Return Saham
X1 = Laba per Lembar Saham EPS X2 = Nilai Perusahaan PBV
α = Konstanta β
1
= Koefisien Regresi Variabel X
1
β
2
= Koefisien Regresi Variabel X
2
ε = Variabel pengganggu
2. Uji Asumsi Klasik
Suatu metode dapat dikatan baik ketika memenuhi standar tertentu sehingga dapat mendapatkan hasil penelitian yang relevan dengan apa yang terjadi di lapangan.
Untuk memenuhi standar tersebut diperlukan beberapa uji terhadap asumsi data yang terdapat dalam penelitian Alfian Lisdias, 2013: 62. Berikut ini merupakan uji
asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini: a.
Uji Normalitas Menurut Santoso 2001:94 “Uji normalitas berkaitan dengan uji sebuah
distribusi data, apakah sebuah data bisa dianggap berdistribusi normal ataukah tidak. Dengan data yang berdistribusi normal maka hasil penelitian akan lebih
valid dan dapat mempresentasikan keadaan yang sebenarnya dari kejadian di lapangan”.
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika
signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan.
Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di
bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Salah satu pengujian untuk analisis regresi adalah uji multikolinearitas. Asumsinya adalah data penelitian harus terbebas dari gejala multikolinearitas.
Sehingga perlu untuk melakukan uji multikolinearitas. Santosa dan Ashari 2005:238 berpendapat bahwa
”Gejala munculnya multikolinearitas adalah gejala korelasi antar variabel independen. Untuk
dapat melihat gejala multikolinearitas, dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS. Jika nilai toleransi masing-masing variabel bebas
0,1 dan VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung gejala multikolinearitas”.
“Untuk menentukan apakah hubungan antara dua variabel bebas memiliki masalah multikolineritas adalah melihat Signifikan 2-tailed, jika nilainya
lebih kecil dari 0,05 α=5 maka diindikasikan memiliki gejala
multikolinearitas yang serius. Dari seluruh nilai Signifikan 2-tailed di atas, dapat disimpulkan seluruh variabel penjelas tidak terbebas dari masalah
multikolinearitas ” Andryan Setyadharma: 7.
c. Uji Autokorelasi
“Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, maksud korelasi dengan
diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya ata nilai periode sesudahnya” Santoso dan Ashari, 2005:240.
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 Singgih Santoso, 2012:241. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin Watson DW untuk mendeteksi uji
autokorelasi. Namun secara umum bisa diambil patokan: Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Gejala
varians yang
tidak sama
ini disebut
dengan heteroskedastisitas, sedangkan adanya gejala residual yang sama dari satu
pengamatan ke pengamatan lain disebut dengan homoskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Singgih
Santoso, 2012:238. Menurut
Singgih Santoso
2012:240 untuk
mendeteksi adanya
heteroskedastisitas yaitu : “deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik di atas di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di
studientized. Maka dasar pengambilan keputusan : Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik point-point yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3. Analisis Korelasi
Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Adapun rumus yang digunakan menurut
Sugiyono 2012:248 adalah sebagai berikut:
Keterangan: r = Koefisien korelasi
X = Laba per Lembar Saham EPS dan Nilai Perusahaan PBV Y = Tingkat Pengembalian Saham
N = Jumlah tahun Hasil Perhitungan akan memberikan tiga alternatif, yaitu:
a. Apabila nilai r mendekati positif + satu variabel berarti variabel X mempunyai
hubungan yang kuat dengan positif terhadap variabel Y. b.
Apabila nilai r mendekati negatif - berarti variabel X mempunyai pengaruh yang kuat dan negatif terhadap perkembangan variabel Y.
c. Apabila nilai r mendekati nol 0 maka variabel X kurang mempengaruhi
terhadap perkembangan variabel Y, hal ini berarti bahwa bertambahnya atau berkurangnya variabel Y tidak mempengaruhi variabel X.
Menurut Sugiyono 2012:250 untuk dapat memberikan penafsiran besar kecilnya koefisien korelasi, dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah 0,20
– 0,399 Rendah
0,40 – 0,599
Sedang 0,60
– 0,799 Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber: Statistika untuk Penelitian; Sugiyono; 2011
Kolerasi dapat positif atau negatif. Kolerasi positif menunjukan arah yang sama antar variable, yaitu jika variable X1 dan X2 besar, maka variable Y akan
semakin besar. Sebaliknya kolerasi negative menunjukan arah yang berlawanan, yaitu jika variable X1dan X2 besar, maka variable Y menjadi kecil.
4. Koefisien Determinasi
Pengertian Koefisien Determinasi menurut Supranto dalam Yuni 2008:5, “koefisien determinasi adalah bagian dari keragaman total variabel Y terikat yang
dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman variabel X bebas, yaitu koefisien yang mengukur besarnya persentase kontribusi variasi X terhadap Y
”.
a. Analisis Koefisien Determinasi Simultan
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase yang diberikan laba per lembar saham dan nliai perusahaan terhadap tingkat pengembalian saham secara
simultan, adapun rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah :
Sugiyono, 2006 Dimana :
KD = Koefisien Determinasi r = Kuadrat Koefisien Korelasi
100 = Pengali yang dinyatakan dalam presentase
b. Analisis Koefisien Determinasi Parsial
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase yang diberikan Laba per Lembar Saham EPS dan Nilai Perusahaan PBV terhadap tingkat pengembalian
saham secara parsial. Rumus koefisien determinasi yang dikemukakan oleh oleh
Gujarati 2003:172 adalah sebagai berikut:
Keterangan: B = Beta nilai standardized coefficients
Zero order = Matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat Dimana apabila :
Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah.
KD = r
2
×100
KD = B x Zero Order x 100