2.1.6 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue 2.1.6.1 Distribusi Menurut Orang
Di Asia Tenggara, epidemik DBD terjadi pertama pada tahun 1950-an. Pada tahun 1975, penyakit DBD menjadi salah satu penyebab hospitalisasi dan
kematian terutama pada anak-anak Sembel, 2010. Umumnya penyakit DBD memang menyerang anak-anak karena kecenderungan waktu main anak-anak
adalah di dalam ruang Ginanjar, 2012: 23.
2.1.6.2 Distribusi Menurut Tempat
Endemis demam dengue mulai terjadi pada tahun 1779-1780 di Asia, Afrika dan Amerika Utara. Sampai saat ini penyebaran demam berdarah dengue
masih terpusat di daerah tropis, yaitu Australia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India dan sekitarnya, Afrika, Amerika Latin dan sebagian Amerika
Serikat. Pada awal tahun 2004, penyakit DBD menyerang hampir di seluruh wilayah di Indonesia, terutama di Jakarta dan sekitarnya Sembel, 2010.
2.1.6.3 Distribusi Menurut Waktu
Menurut Sukowati, sejak pertengahan tahun 1970-an dibandingkan dengan 100 tahun yang lalu episode El Nino lebih sering, menetap dan intensif.
Perubahan iklim dapat memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar
ke daerah yang kekebalan populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang kurang. Selain perubahan iklim faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi penularan DBD adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk dan transportasi Kemenkes RI, 2010.
Indeks Curah Hujan ICH yang merupakan perkalian curah hujan dan hari hujan dibagi dengan jumlah hari pada bulan tersebut. ICH tidak secara langsung
mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk, tetapi berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Tersedianya air dalam media akan menyebabkan telur nyamuk
menetas dan setelah 10 – 12 hari akan berubah menjadi nyamuk. Bila manusia
digigit oleh nyamuk dengan virus dengue maka dalam 4 - 7 hari kemudian akan timbul gejala DBD. Sehingga bila hanya memperhatikan faktor risiko curah hujan,
maka waktu yang dibutuhkan dari mulai masuk musim hujan hingga terjadinya insiden DBD adalah sekitar 3 minggu. Demikian pula hasil penelitian Weeraratne
dkk 2013 yang menyatakan bahwa wilayah yang berbeda curah hujan di Sri Lanka mempengaruhi keberadaan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Berdasarkan pengamatan terhadap ICH yang dihubungkan dengan kenaikan jumlah kasus DBD, maka pada daerah dengan ICH tinggi perlu kewaspadaan
sepanjang tahun, sedangkan daerah yang terdapat musim kemarau maka kewaspadaan terhadap DBD dimulai saat masuk musim hujan, namun ini bila
faktor-faktor risiko lain telah dihilangkantidak ada Kemenkes RI, 2010
Gambar 2.3 Pola Kasus DBD tahun 2006-2009 Sumber: Kemenkes RI 2010: 9
2.1.7 Pengobatan Penderita