Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat kekosmopolitan yang dimiliki oleh responden sebagian besar dalam kategori kurang kosmopolit yaitu
sebesar 46. Namun lain halnya jika dilihat dari rata-rata responden termasuk dalam klasifikasi cukup kosmopolit. Berdasarkan hasil
wawancara, sebagian besar responden menjawab bahwa responden menggunakan media-media elektronik serta media cetak sebagai sarana
hiburan saja, karena menurut responden acara yang sering ditampilkan dalam media-media tersebut berupa sinetron, musik, dan juga acara
kriminalitas, sedangkan untuk acara tentang pertanian sangat jarang ditayangkan.
4. Lamanya berusahatani
Lama berusahatani merupakan lamanya usahatani yang telah dilakukan
oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam melakukan kegiatan usahataninya berkisar 15-39
tahun. Secara rinci keadaan lamanya berusahatani yang dimiliki responden dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran responden berdasarkan lamanya berusahatani
Interval lama berusahatani tahun
Klasifikasi Jumlah
jiwa Persentase
15,00 – 23,00
Baru 29
58 23,01
– 31,01 Cukup lama
16 32
31,02 – 39,00
Lama 5
10
Jumlah 50
100 Rata-rata = 23 baru
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar 58 lamanya berusaha tani responden termasuk dalam klasifikasi baru. Demikian pula halnya
jika dilihat dari rata-rata responden termasuk dalam klasifikasi baru 23 tahun.
5. Frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan
Frekuensi mengikuti penyuluhan merupakan banyaknya kegiatan
penyuluhan yang diikuti petani dalam satu kali proses musim tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi responden dalam
mengikuti kegiatan penyuluhan sebagian besar 60 termasuk dalam klasifikasi tinggi. Secara rinci frekuensi mengikuti penyuluhan dapat
dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran responden berdasarkan frekuensi mengikuti kegiatan
penyuluhan
Interval frekuensi mengikuti penyuluhan
kali Klasifikasi
Jumlah jiwa
Persentase
4,00 – 6,00
Rendah 5
10 7,00
– 9,00 Sedang
15 30
10,00 – 12,00
Tinggi 30
60
Jumlah 50
100 Rata-rata = 10 Tinggi
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar 60 frekuensi mengikuti penyuluhan responden termasuk dalam klasifikasi tinggi.
Demikian pula halnya jika dilihat dari rata-rata responden termasuk dalam klasifikasi tinggi 10 kali. Dominasi nilai pada klasifikasi tinggi
ini membuktikan bahwa frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan
sudah sangat baik. Frekuensi mengikuti penyuluhan responden mempunyai skor terendah 4 sebanyak 1 orang pada lampiran
rekapitulasi variabel Y. Kondisi lapang menunjukkan bahwa responden Bapak Suryadi mengikuti penyuluhan sebanyak 4 kali dikarenakan
pekerjaan responden selain menjadi petani juga sebagai tengkulak. Responden Bapak Suryadi harus mengambil barang-barang
dagangannya di tempat lain untuk di jualnya ke pasar-pasar atau ke tempat agen penampung barang-barangnya. Barang-barang yang di
jualnya berupa barang-barang pertanian, sesuai dengan sifat barang tersebut yaitu mudah busuk, maka barang-barang dagangannya harus
segera dijual. Adapun rekapitulasi data variabel faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi petani dalam mengikuti Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT padi hibrida disajikan pada
Tabel 14.
Tabel 14. Rekapitulasi data variabel faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam mengikuti Program Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT padi hibrida
Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam
mengikuti Program SL-PTT Skor
rata-rata Klasifikasi
X1 : Tingkat pendidikan X2 : Luas lahan garapan
X3 : Tingkat kekosmopolitan X4 : Lama berusahatani
X5 : Frekuensi mengikuti penyuluhan 9 th
0,53 ha 4 kali
23 th 10 kali
Sedang Sedang
Cukup kosmopolit Baru
Tinggi
C. Deskripsi Motivasi Petani dalam mengikuti Program SL-PTT padi
hibrida Variabel Y
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu SL-PTT
adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana
usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis
dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Tujuan utama pemerintah
menggalakkan penanaman padi hibrida adalah tidak lain untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi. Dinas Tanaman dan
Hortikultura, 2008. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani
terhadap Program SL-PTT padi hibrida digali dengan beberapa pertanyaan meliputi indikator : keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran Sekolah
Lapang SL dan penerapan teknologi yang sesuai dengan anjuran SL.
1. Keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran Sekolah Lapang SL