Dasim Budimansyah menegaskan bahwa, “jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar”.
2
Karena, dalam pandangan psikologi modern,
“belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi peristiwa mental dan proses
berpengalaman ”.
3
Namun, “keaktifan siswa dalam pembelajaran bukan
berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru sehingga guru tidak perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi, aktifitas
belajar siswa diciptakan
dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar siswa
”.
4
Hal ini berarti pengajaran yang didesain guru harus berorient asi pada keaktifan siswa.Sehingga, baik guru maupun siswa sama-sama berperan
secara penuh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran diharapkan bertujuan untuk
memperoleh hasil belajarberupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam
pembelajaran tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan, akan tetapi membentuk siswa
yang cerdas serta memiliki sikap positif dan keterampilan. Dalam hal ini, senada dengan ungkapan Wina Sanjaya bahwa
“keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas
nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional ”.
5
Oleh sebab itu, aktif tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahuinya secara
pasti. Namun, untuk mengetahui proses pembelajaran memiliki kadar keaktifan yang tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa
dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi pembelajaran. Semakin siswa
terlibat ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi.
2
Ibid.
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 Jakarta: Kencana,2010, Cet.7, h.136
4
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Cet. 5, h. 394
5
Op.cit.,141
. a.Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan
1.1 Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kegiatan pembelajaran.
1.2 Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun rancangan pembelajaran.
1.3 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber
belajar yang diperlukan. 1.4
Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akandigunakan.
b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran
1.1 Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai denganwaktu yang telah ditentukan.
1.2 Siswa belajar secara langsungexperiental learning. Dalam proses
pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan,
melakukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
1.3 Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif. 1.4
Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan
pembelajaran. 1.5
Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang
diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung. 1.6
Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan
keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembelajaran atau proses tanya jawab tidak di dominasi oleh siswa-siswa tertentu.
c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran
1.1 Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukannya. 1.2
Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
1.3 Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara
lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.
6
Selanjutnya, Yuhdi Munadi 2011 mengemukakan ciri-ciri pokok pembelajaran aktif, antara lain adalah:
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 Jakarta: Kencana,2010, Cet.7, h.141-142
a. Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa
dan dialog antara siswa dengan guru dan bisanya memanfaatkan sumber- sumber belajar yang bervariasi media pembelajaran.
b. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan sikap berikut:
1.1 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat
1.2 Mendorong setiap siswa untuk ikut berbuat
1.3 Mendorong setiap siswa utuk ikut aktif mencari sumber
c. Menantang, yakni ditandai dengan sikapsebagai berikut:
1.1 Mendorong kompetensi antar siswa
1.2 Mengundang siswa untuk terlibat penuh
1.3 Membangkitkan gairah belajar siswa.
7
Selanjutnya, secara khusus Wina Sanjaya mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bertujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, artinya siswa
tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui
keaktifan siswa diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.
8
2. Metode Diskusi a. Pengertian diskusi
Menurut Suryosubroto yang dikutip dalam Trianto, menjelaskan bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
9
Senada dengan pendapat tersebut, Nana Sudjana yang dikutip dalam Abdul Madjid menjelaskan
bahwa diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih
teliti tentang sesuatu.
10
Sedangkan, Abdul Madjid sediri mengemukakan
7
Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, Cet.2, h.33
8
Op.cit.,h.138
9
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, Jakarta:Kencana, 2010, Cet.4, h.122
10
AbdulMadjid, PerencanaanPembelajaran, Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2011, Cet. 8, h. 142