8
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. AcuanTeori Area danFokus yang Diteliti 1.  Keaktifan siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan keaktifan siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Aktif dimaksudkan
bahwa  dalam  proses  pembelajaran,  guru  harus  menciptakan  suasana sedemikian  rupa  sehingga  peserta  didik  aktif  mengajukan  pertanyaan,
mengemukakan  gagasan  dan  mencari  data  dan  informasi  yang  mereka perlukan  untuk  memecahkan  masalah.
1
Sehingga,keaktifan  siswa  dalam proses  pembelajaran  merupakan  keterlibatan  siswa  dalam  bentuk  sikap,
pikiran, perhatian dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan  proses  pembelajaran  dan  memperoleh  manfaat  dari  kegiatan
tersebut.Keaktifan  siswa  dalam  proses  pembelajaran  akan  menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa lainnya.
Sehingga,  dengan  adanya  keaktifan  siswa  dalam  proses  pembelajaran  akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Keaktifan  siswa  dalam  belajar  merupakan  unsur  dasar  yang  sangat
penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Sebab, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka
sendiri  melalui  pengalaman  belajarnya  serta  keaktifan  siswa  tersebut  sangat penting  dalam  rangka  pembentukan  generasi  yang  kreatif  yaitu  mampu
menghasilkan  sesuatu  untuk  kepentingan  dirinya  dan  orang  lain.Sehingga dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan terlibat secara
langsung  dan  mereka  akan  terus  berusaha  untuk  mampu  mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
1
Dasim  Budimansyah,  PAKEM  Pembelajaran  Aktif,  Kreatif,  Efektif  dan  Menyenangkan,  PT. Ganesindo, 2009, Cet.3, h.70
Dasim  Budimansyah  menegaskan  bahwa,  “jika  pembelajaran  tidak memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  berperan  aktif,  maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar”.
2
Karena,  dalam pandangan  psikologi  modern,
“belajar  bukan  hanya  sekedar  menghapal sejumlah  fakta  atau  informasi  akan  tetapi  peristiwa  mental  dan  proses
berpengalaman ”.
3
Namun, “keaktifan  siswa  dalam  pembelajaran  bukan
berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru sehingga guru tidak perlu memainkan  perannya  dalam  pembelajaran.  Tetapi,  aktifitas
belajar  siswa diciptakan
dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar siswa
”.
4
Hal  ini  berarti  pengajaran  yang  didesain  guru  harus  berorient  asi pada keaktifan siswa.Sehingga, baik guru maupun siswa sama-sama berperan
secara penuh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Keaktifan  siswa  dalam  pembelajaran  diharapkan  bertujuan  untuk
memperoleh hasil belajarberupa  perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik  secara  seimbang.  Dengan  demikian,  keaktifan  siswa  dalam
pembelajaran tidak menghendaki pembentukan siswa yang  secara intelektual cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan, akan tetapi membentuk siswa
yang  cerdas  serta  memiliki  sikap  positif  dan  keterampilan.  Dalam  hal  ini, senada  dengan  ungkapan  Wina  Sanjaya  bahwa
“keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas
nonfisik  seperti  mental,  intelektual  dan  emosional ”.
5
Oleh  sebab  itu,  aktif tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahuinya secara
pasti.  Namun,  untuk  mengetahui  proses  pembelajaran  memiliki  kadar keaktifan yang tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa
dalam  pembelajaran  baik  dalam  perencanaan  pembelajaran,  proses pembelajaran  maupun  dalam  mengevaluasi  pembelajaran.  Semakin  siswa
terlibat ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi.
2
Ibid.
3
Wina  Sanjaya,  Strategi  Pembelajaran  Berorientasi  Standar  Proses  Pendidikan,  Ed.1  Jakarta: Kencana,2010, Cet.7, h.136
4
Rusman,  Model-model  Pembelajaran  Mengembangkan  Profesionalitas  Guru,  Ed.2,  Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Cet. 5, h. 394
5
Op.cit.,141