Ruang Lingkup. Ruang lingkup garapan Pakeliran Darta Ya Purna dengan lakon Ganesa

13

1.5 Ruang Lingkup. Ruang lingkup garapan Pakeliran Darta Ya Purna dengan lakon Ganesa

yang disajikan tanggal 24 mei 2013 terdiri-dari strukturpembabakan sebagai- berikut : Babak I Adegan 1: Dimulai dari sebuah kisah, seorang kakek yang sedang menghaturkan sesajen kehadapan Hyang Widhi dengan manifestasinya yang berwujud Ganesa. Adegan 2: Tiba-tiba datang seorang ibu yang sedang mengejar dan memarahi anaknya sendiri dengan membawa sapu lidi karena kebandelan anaknya. Sambil mengumpat, anaknya terus dikejar tetapi si anak lari mendekati kakenya. Adegan 3: Kejadian itu mengakibatkan talam si kakek jatuh, dan anak kecil tersebut minta perlindungan pada kakeknya. Setelah si kakek berhasil meredakan suasana, akhirnya sang kakek meneruskan menghaturkan sesajinya. Adeganh 4: Sang cucu bertanya tentang keberadaan Dewa Ganesa yang di berikan sesaji oleh sang kakek. Selanjutnya sang kakek menceritakan kisah Ganesa. Adegan 5: Dewi Parwati melakukan penyucian diri atau mandi di taman Khayangan. Dari semua malakotoran Sang Dewi, terbentuklah sebuah patung. Dengan kesaktian Sang Dewi, patung tersebut di hidupkan sehingga menjadi seorang anak yang amat tampan dan sakti yang diberi nama Ganesa. Mulai saat itu Dewi Parwati menjadikan anaknya tersebut sebagai anaknya sendiri serta 14 menugaskan menjadi pengawal pribadinya terutama saat lagi mandi, agar tidak seorangpun boleh masuk ke areal taman. Babak II Adegan 1 : Di Gunung Kelasa, Dewa Siwa berkeinginan bertemu dengan istrinya. Maka Beliau mengutus para abdiNya yaitu para gana dan para dewata untuk menemui Dewi Parwati. Adegan 2 : Para Gana dan Siwa berangkat ke taman untuk menemui Dewi Parwati. Adegan 3 : Pasukan Dewa Siwa dilarang memasuki wilayah pertamanan, sehingga terjadi pertempuran yang sangat sengit. Namun para gana yang dibantu oleh para dewata tidak mampu menghadapi kesaktian Ganesa. Adegan 4: Dewa Siwa turun tangan sendiri sehingga kepala Ganesa berhasil dipenggal oleh senjata TrisulaNya. Adeagan 5: Mengetahui anaknya mati, Dewi Parwati sangat marah dan berubah wujud menjadi DurgaBairawi, dan hendak membunuh segalanya termasuk para dewa. Adegan 6: Dewa Siwa amat terkejut karena tidak mengetahui kalau Ganesa adalah anak istrinya, dan para dewa kemudian minta maaf kepada Durga. Durga bisa memaafkan para dewa, apabila Ganesa bisa dihidupkan kembali. Namun segala yang sudah terbunuh oleh Trisula tidak mungkin bisa di hidupkan kembali, kecuali dengan menggunakan kepala lain. Adegan 7: Dewa Siwa menyarankan para dewa pergi ke wilayah utara untuk mencari sebuah kepala sebagai penggati kepala Ganesa. Akhirnya dengan 15 mempertimbangkan waktu para dewa menemukan gajah yang dipenggal kepalanya sebagai penggati kepala anak Ganesa. Adegan 8: Dengan kekuatan Dewa Siwa, Ganesa bisa hidup kembali dengan berkepala gajah, diberikan anugerah kekuatan dan kesaktian, diangkat sebagai pemimpin para dewa oleh para dewa, dianugrahi sebagai Dewa Penghalau segala rintangan oleh Ibunya Dewi Parwati, diangkat sebagai putra oleh Dewa Siwa dan menjadi pemimpin para gana dengan gelar Ganapati. 16

BAB II KAJIAN SUMBER

Penulisan skrip karya ini, penggarap mempergunakan beberapa acuan dari berbagai sumber yang dijadikan dasar dalam membuat karya seni Pakeliran Darta Ya Purna dengan lakon Ganesa yaitu : 1. Pakeliran Padat Pembentukan dan Penyebaran, oleh: Sudarko, 2003. Buku ini mengulas tentang bagaimana memadatkan sebuah karya seni, khususnya seni pedalangan yang biasa dipentaskan 2-3 jam dibali, dan 6-8 jam di Jawa. Untuk itu, Sudarko mencoba mencarikan solusi agar dapat mengurangi waktu pertunjukan dengan cara memadatkannya, namun tidak mengurangi substansi cerita. Buku ini juga mengulas bagaimana awal pembentukan pakeliran padat, konsep dasarnya, bagaimana kehidupan pakeliran padat serta beberapa contoh cerita yang sudah dijadikan pakeliran padat. 2. Estetika Sebuah Pengantar, oleh: A.A. Made Jelantik, 2004. Buku yang secara umum mengungkapkan keindahan yang meliputi keindahan alam dan keindahan alam buatan manusia. Dengan demikian kesenian dapat dikatakan merupakan salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan 2004:13. Ada tiga aspek dasar keindahan yang menjadi unsur-unsur estetika yang terkandung kedalam benda dan peristiwa kesenian yaitu: wujud atau rupa appearance yang terdiri dari bentuk form atau unsur yang mendasar dan susunan atau struktur structure; bobot yang terdiri dari tiga aspek yaitu: suasana mood, gagasan idea,