KAJIAN SUMBER PAKELIRAN DARTA YA PURNA GANESA

16

BAB II KAJIAN SUMBER

Penulisan skrip karya ini, penggarap mempergunakan beberapa acuan dari berbagai sumber yang dijadikan dasar dalam membuat karya seni Pakeliran Darta Ya Purna dengan lakon Ganesa yaitu : 1. Pakeliran Padat Pembentukan dan Penyebaran, oleh: Sudarko, 2003. Buku ini mengulas tentang bagaimana memadatkan sebuah karya seni, khususnya seni pedalangan yang biasa dipentaskan 2-3 jam dibali, dan 6-8 jam di Jawa. Untuk itu, Sudarko mencoba mencarikan solusi agar dapat mengurangi waktu pertunjukan dengan cara memadatkannya, namun tidak mengurangi substansi cerita. Buku ini juga mengulas bagaimana awal pembentukan pakeliran padat, konsep dasarnya, bagaimana kehidupan pakeliran padat serta beberapa contoh cerita yang sudah dijadikan pakeliran padat. 2. Estetika Sebuah Pengantar, oleh: A.A. Made Jelantik, 2004. Buku yang secara umum mengungkapkan keindahan yang meliputi keindahan alam dan keindahan alam buatan manusia. Dengan demikian kesenian dapat dikatakan merupakan salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan 2004:13. Ada tiga aspek dasar keindahan yang menjadi unsur-unsur estetika yang terkandung kedalam benda dan peristiwa kesenian yaitu: wujud atau rupa appearance yang terdiri dari bentuk form atau unsur yang mendasar dan susunan atau struktur structure; bobot yang terdiri dari tiga aspek yaitu: suasana mood, gagasan idea, 17 ibarat atau pesan massage; penampilan yang mengandung tiga unsur yaitu: bakat talent, ketrampilan skil, sarana atau media. Buku ini dalam garapan Sidakarya mampu memberikan faedah-faedah tentang keindahan manusia ataupun alam dalam melakukan sebuah ritual. 3. Retorika Sebagai Ragam Bahasa Panggung Dalam Seni Pertunjukan Wayang Kulit Bali, oleh: Ketut Rota, 1990. Buku ini mengulas tentang kebahasaan terutama aspek-aspek penggunaan bahasa sebagai ragam tutur. Dalam pertunjukan wayang kulit Bali, tutur atau retorika sangat diperlukan dalam dialog-dialog. Salah satu ragam tutur yang banyak digunakan adalah ragam tutur alternasi, alternasi yang dimaksud adalah penggunaan gaya bahasa berselang seling seperti tutur bahasa kawi dengan tutur bahasa Bali, tutur berbentuk tembang dengan tutur ganjaran prosa, tutur berirama panjang, tinggi dan keras, dengan tutur berirama pendek, rendah dan lemah. Di samping itu ragam tutur alternasi juga menggunakan ragam tutur yang lain seperti: ragam tutur epentesis yaitu penggunaan gaya bahasa dengan menyelipkan bahasa lain kedalam dialog, ragam tutur repetisi adalah gaya bahasa yang berulangan bunyi, suku kata, kata atau kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Relevansinya dengan garapan, adanya pengulangan suku kata atau kata serta kalimat yang terjadi dalam kalimat yang terjadi dalam dialog antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Buku ini merupakan sebuah power yang 18 paling utama dalam membuat garapan, tanpa penyusunan kata-kata atau retorika yang benar mustahil sebuah garapan di katakan bagus. 4. Purana Sumber Ajaran Hindu Komprehensif, oleh: Made Titib, 2004. Buku ini menguraikan tentang ajaran Purana secara lengkap seperti misalnya; pengertian dan masa penyusunan Purana, kedudukan Purana dalam susastra Hindu, topic dan pengelompokan kitab-kitab Purana, dan pokok-pokok ajaran Purana. Karena lengkapnya informasi yang penggarap dapat dalam buku ini, maka literatur ini penggarap gunakan sebagai salah satu dari tinjauan sumber garapan. Selain itu, pokok-pokok ajaran purana yang disampaikan Made Titib sangat sesuai dengan amanat lakon yang penggarapkan inginkan. Adapun penjelasan tersebut adalah: a Sraddha, yang mengulas tentang; brahmavidya, atmavidya, karmaphala, samsarapunarjanma, dan moksa. b Tata susila, mengulas tentang; dasar etika dan moralitas, catur purusartha empat tujuan hidup manusia, caturwarnya empat profesi manusia. c Acara, yaitu menguraikan tentang; sadacara, tempat suci pemujaan, upacara pancayadnya, tirthayatra, hari raya hari suci Vijaya Dasami, Holi, dll, Sivaratri, dan Saraswati. 5. Siwa Purana vol. II, oleh; Gede Oka Sanjaya, Surabaya, Paramita 2011. Buku ini menjelaskan tentang kitab Purana yang terdiri dari kitab Purana Pokok Mahapurana dan kitab Purana Minor Upapurana. Dari buku ini pula sumber cerita yang penggarap olah menjadi sebuah Karya Seni 19 Pakeliran Darta Ya Purna dengan lakon Ganesa. Ke 18 upapurana yang salah satu bagiannya yaitu Siwa Purana terdiri dari;Sanat Kumar, Narasimha, Naradiya, “Siwa”, Durwasa, Kapila, Manawa, Usana, Warenia, Kalika, Samba, Saura, Aditya, Maheswara, Dewibhagawatam, Wasistha, Uisumdharmamottara, dan Nilamata Purana. Sedangkan Purana terdiri dari: Brahma, Padma, Visnu, CivaWayu, Bhagawata, Narada, Markandeya, Agni, Bhavisya, Bhrahmavaivarta, Lingga, Varaha, Skanda, Vamana, Kurma, Matsya, Garuda, dan Brahmanda Purana. 6. Weda Sabda Suci Pedoman Praktis Umat Hindu, oleh: I Made Titib, 1998. Buku ini banyak menjelaskan secara lengkap perihal seluk beluk Veda, seperti; pengertian Veda, kedudukan kitab suci Veda, Para Rsi dan Chanda Veda, Konsep Ketuhanan Dalam Veda, Pembagian Kitab Suci Veda yang di dalamnya ada penjelasan Itihasa dan Purana. Kalimat tersebut berbunyi: “ Itihasa Puranabhayam vedam samupabrmhayet, Bibhetyalpasruad vedo mamayam praharisyati ”Vayu Purana I.20. Artinya: Hendaknya Veda dijelaskan melalui sejarah Itihasa Dan Purana sejarah dan mitologi kuna Veda merasa takut Kalau seorang yang bodoh membacanya, Veda berpikir Bahwa dia orang yang akan memukulku. 7. Manajemen Organisasi Pertunjukan, oleh; Achsan Permas, dkk, Jakarta, PT. Sadodadi, 2003: 44. Buku ini memberikan cara mengatasi kondisi dan situasi yang dihadapi dalam menggarap dengan mempertimbangkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. 8. Wayang Kulit Purwa, oleh: Soediro Satoto, Jakarta, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi 1985: 23, menjelaskan 20 struktur drama ke dalam enam tahap: eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan. Jenis pengaluran yang dipergunakan alur dramatik secara pekat jenuh dalam aspek pementasan teatrikal membantu alur dramatiknya. 21

BAB III PROSES KREATIVITAS