menawarkan jasa-jasa baik untuk membantu Portugal mengembalikan keamanan dan ketertiban umum di Timor Portugis dalam rangka membantu proses
dekolonisasi.
20
Kekerasan yang terjadi di Timor Portugis telah membuat ribuan orang mengungsi ke wilayah Indonesia. Alasan kemanusiaan mendorong Indonesia
untuk melindungi, memberi tempat berteduh, makan, dan pakaian serta memelihara kesehatan. Proses dekolonisasi yang sejak mula berkembang secara
tidak wajar, tidak tertib, dan tidak damai, dan mencapai puncaknya apa yang dinamakan dengan kemerdekaan sepihak yang dilakukan oleh partai Fretilin.
Tindakan sepihak ini mengakibatkan memorandum Roma sulit dilaksanakan, sedangkan Portugal yang bertanggung jawab telah menyatakan di PBB bahwa
pemerintahannya tidak mampu mengatasi keadaan di Timor Portugis. karena itu Indonesia dapat memahami sepenuhnya dan menganggap pernyataan yang
kemudian dikeluarkan oleh keempat partai politik lainnya di wilayah itu, UDT, KOTA, Apodeti, dan Trabhalista yang secara bersama-sama atas nama rakyat
Timor Portugis melepaskan diri dari penjajahan dan menyatukan diri kedalam Negara Kesatuan Republik Indoesia.
C. Deklarasi Kemerdekaan Sepihak Partai Fretilin
1. Konferensi Tingkat Tinggi di Macau, 26-28 Juni 1975
Pada akhir bulan Mei pemerintah Portugis di Lisboa mengumumkan akan diselenggarakannya cimeira konferensi tingkat tinggi di Macau pada
20
Ibid.
pertengahan juni, yang akan dihadiri oleh wakil-wakil pemerintahan MFA di Timor, dengan mengundang wakil-wakil tiga perkumpulan politik UDT,
Apodeti, dan Fretilin di Timor. Sedangkan yang memimpin konferensi adalah wakil-wakil dewan revolusi Portugis di Lisboa. Pembicaraan-pembicaraan yang
diselenggarakan oleh pemerintahan MFA di Dili dengan perkumpulan- perkumpulan politik Timor pada 7 Mei, yang diboikot oleh Apodeti dan yang
membuat untuk pertama kalinya Portugal mengakui hak kemerdekaan bagi Timor Timur, oleh Lisboa dianggap terlalu terburu-buru. Meskipun Lisboa berjalan
dengan kecepatan penuh dalam menjalankan kesepakatan-kesepakatan di semua tanah jajahan lainnya, karena alasan tertentu, mungkin tekanan dari Jakarta, pada
bulan Mei 1975 mereka memperlambat proses dekolonisasi Timor Timur.
21
Perundingan-perundingan di Dili antara pemerintahan MFA dan Apodeti berhasil meyakinkan partai pro-integrasi ini untuk hadir. Di dalam partai Fretilin
terjadi perdebatan mengenai apakah akan menghadiri cimeira atau tidak. Sejumlah pemimpin tertinggi partai Fretilin berada diluar negeri saat itu. Ketua
partai Fretilin Xavier do Amaral dan wakilnya Nicolau Lobato berada di Afrika menghadiri perayaan kemerdekaan Mozambique. Mari Alkatiri juga di Afrika
sedang Jose Manuel Ramos Horta berada di Australia menjalankan kegiatan diplomatik untuk front. Sebuah kelompok di dalam komite sentral berpendapat
bahwa Apodeti hadir, Fretilin tidak perlu menghadiri konferensi tingkat tinggi
21
Helen Mary Hill, op cit., hlm. 163.
dengan alasan tidak masuk akal membahas dekolonisasi dengan sebuah partai yang hanya ingin mengubah bentuk status kolonial Timor Timur.
22
Pengaturan-pengaturan mengenai pelaksanaan proses dekolonisasi di Timor Timur akan dirancangkan pada bulan juni ini jika wakil-wakil dari
pemerintahan pusat Portugis, pejabat-pejabat wilayah jajahan itu serta pemimpin- pemimpin partai politik bersedia bertemu di macao. Pembicaraan-pembicaraan itu
diharapkan akan menghasilkan suatu persetujuan menegnai cara-cara pelaksanaan proses dekolonisasi yang akan ditandatangani oleh ketiga partai tersebut. Seorang
duta besar berkeliling Portugal, mayor Victor Alves dalam suatu keterangannya di Jakarta hari Rabu mengatakan bahwa ia dalam suatu kunjungannya ke Timor
Portugis baru-baru ini telah mempersiapkan hal-hal yang menyangkut pertemuan di Macau tersebut.
Mayor Alves tiba di Jakarta hari Selasa yang lalu untuk suatu kunjungan sehari dalam perjalanan dari Dili, ibukota Timor Portugis ke Bangkok Thailand.
Selama di Jakarta yang olehnya dinamakan suatu kunjungan tidak resmi ia telah bertemu dengan wakil kepala badan koordinasi intelijen negara, letnan Jendral Ali
22
Seorang sumber dalam departemen luar negeri Australia memberi tahu Helen Mary Hill, pada akhir Mei bahwa Indonesia akan diwakili dalam
konferensi tingkat tinggi Macau. Far Eastern Economic Review, 1 Agustus 1975 melaporkan bahwa delegasi Portugis paling tidak menyelenggarakan dua
pertemuan rahasia dengan pejabat-pejabat Indonesia di sebuah hotel di Hongkong. Tidak diketahui apa yang dibicarakan pada pertemuan-pertemuan
tersebut, yang tampaknya diselenggarakan sebelum dan sesudah perundingan Timor, tetapi diyakini bahwa masa depan politik wilayah Portugis dan
kemungkinan pengambil alihan oleh Indonesia menjadi agenda utama pertemuan.
Murtopo yang ia namakan “seorang kawan lama”. Tetapi ia tidak bersedia memberikan suatu keterangan apapun juga mengenai pertemuannya itu.
23
Pandangan lain ditunjukan oleh Jose Manuel Ramos Horta, ia condong berpartisipasi dalam pertemuan di Macau dengan alasan karena Portugal telah
mengakui hak kemerdekaan dan mengajukan program pemerintahan peraliahan. Apodeti harus mematuhi hasil pemilihan umum dan lebih baik mengajak mereka
dalam pemerintahan peralihan dimana pandangan mereka bisa dikalahkan dengan suara terbanyak, daripada menghadapi resiko menyingkirkan mereka dan
mendorong mereka menjalankan metode-metode bawah tanah. Ketika menjadi jelas bahwa Lisboa menjauh dari pengakuan sebelumnya tentang hak Timor
Timur untuk merdeka, partai Fretilin memutuskan tidak ambil bagian dalam konferensi di Macau.
Kemungkinan keputusan untuk tidak mengahadiri cimeira itu tidak akan diambil kalau saja pemimpin Fretilin ada di Dili saat itu. tetapi begitu suatu
keputusan telah dibuat, semua pemimpin Fretilin akan membelanya baik pribadi yang bersangkutan setuju ataupun tidak. Keputusan ini dasarnya adalah anggapan
bahwa apapun yang disepakati di Macau tidak akan bisa berjalan tanpa Fretilin dan karena mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan dari
pemerintahan MFA di Dili, yaitu pengakuan hak kemerdekaan dan jadwal waktu untuk pemilihan umum, tidak ada lagi yang bisa dicapai dalam pertemuan ini.
Mereka mungkin menganggap bahwa pertemuan ini merupakan peristiwa dalam mana tekanan Indonesia bisa berpengaruh. Dalam siaran Pers yang dibuat di
23
Sinar Harapan, Timor Portugis, Pelaksanaan Proses Dekolonisasi Ditentukan Juni di Macao. 22 Mei 1975.
Australia oleh Jose Ramos Horta alasan yang diberikan untuk ketidak hadiran mereka adalah:
1 Pemerintah Portugis telah mengakui pada 7 Mei 1975 prinsip hak
untuk merdeka bagi rakyat Timor Timur, sesuai dengan pernyataan Semesta Hak Asasi Manusi dan Piagam PBB.
2 Apodeti secara kategoris menolak prinsip ini dan menyatakan
Timor Timur sebagai Provinsi ke 27 Indonesia. Sikap yang jelas tidak demokratis ini adalah usaha untuk mengekang hak dasar
rakyat Timor Timur. Karena itu Fretilin tidak bisa ikut serta dalam suatu proses yang menyerang hak-hak mendasar rakyat Timor
Timur. 3
Partai Fretilin memperoleh mayoritas dukungan rakyat dan karena itu proses dekolonisasi tidak akan berhasil tanpa kerja sama partai
kami.
24
Pembicaraan-pembicaraan tentang masa depan Timor Portugis yang sedianya akan dilangsungkan di Macau mulai hari minggu ditangguhkan sampai
waktu yang tidak ditentukan. Menurut juru bicara angkatan bersenjata di Macau yang merupakan wilayah jajahan Portugis itu, penangguhan tersebut disebabkan
oleh persoalan-persoalan di Timor Portugis yang tidak dijelaskan persoalan- persoalan apa yang terjadi sat itu. Tetapi diduga bahwa hal itu adalah karena
24
Jose Ramos Horta, Sekretaris Komite Politik Fretilin, siaran pers, 27 Juni 1975 di Canberra, Australia. Helen Mary Hill, op cit., hlm. 164.
terdapatnya perbedaan-perbedaan pendapat antara partai politik menengenai masa depan Timor Portugis tersebut yang akan diwakili dalam perundingan ini.
25
Persoalan pertama, adalah mengenai petisi partai Apodeti untuk bergabung dengan Republik Indonesia seperti yang dinyatakan oleh Jose Manuel Ramos
Horta dalam konferensi pers di Canberra. Ribuan rakyat Timor Portugis yang tergabung atau menjadi simpatisan-simpatisan partai Apodeti yang datang dari
seluruh pelosok wilayah jajahn Portugis, telah menyatakan keinginan dan bertekad untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Pernyataan tekad mereka
itu telah dicetuskan dalam sebuah bentuk sebuah petisi yang ditujukan kepada presiden RI di Dili oleh anggota-anggota Partai Apodeti baru-baru ini dalam
rangka peringatan hari ulang tahun pertama partai tersebut yang jatuh pada tanggal 1 Juni. Konsul Republik Indoneisia, Tomodok, ketika menerima petisi
tersebut menyatakan akan meneruskannya kepada Presiden Suharto dan pernyataan konsul RI tersebut disambut dengan sorak-sorai oleh ribuan rakyat
kota Dili yang ikut datang ke konsulat RI untuk menyerahkan petisi tersebut.
26
Persoalan berikutnya, mengenai pertemuan masalah Timor Portugis dan dua partai politik yakni UDT dan Apodeti pada hari kedua telah membahas sekitar
gagasan pemerintahan sementara yang diusulkan oleh penguasa Lisboa. Delegasi Apodeti telah mengajukan keberatan terhadap salah satu pasal yang berbunyi
terdiri dari wakil ketiga partai politik di Timor UDT, Apodeti, dan Fretilin. Pemerintah sementara itu akan dibentuk 110 hari setelah program dekolonisasi di
25
Sinar Harapan, pembicaraan Masa Depan Timor Portugis Ditangguhkan. 16 Juni 1975.
26
Sinar Harapan, Petisi Partai Apodeti Gabung dengan RI. 11 Juni 1975.
undangkan dan berfungsi sampai terpilihnya suatu badan perwakilan pada Oktober 1976.
Juru bicara delegasi Portugal Mayor Fransisco Mota yang juga menjadi kepala urusan politik, belum bersedia mengungkapkan taraf perundingan sekaran
itu dan juga mengenai sekitar pasal tersebut. Namun Mota mengatakan: “lihat saja proses dekolonisasi dibekas jajahan portugal lainnya seperti di Mozambiq,
Angola, dan Guinea. Itu mungkin dapat dijadikan contoh negara yang mengadakan dekolonisasi disana adalah sama”.
27
Ia yakin perbedaan-perbedaan yang timbul selama pembicaraan akan dapat diatasi. Pihak Apodeti dikabarkan
mengajukan keberatan terhadap gagasan pemerintah peralihan tersebut, karena tidak yakin kemana arahnya proses pertemuan tersebut. Apodeti ingin langsung,
dalam artian Timor Timur bukanlah Mozambiq, kata seorang wakil partai tersebut. Apodeti membendaki langsung ke tahap pemilihan suatu dewan
perwakilan dimana nantinya akan jelas nampak, partai mana yang mendapat dukungan lebih luas. Ia yakin Apodeti lebih unggul dan masalah integrasi dengan
RI akan terjadi dengan sendirinya. Delagasi Apodeti dipertemuan macau ini merasa didiskriminasikan
dibandingkan dengan pelayanan terhadap UDT, karena Apodeti dikabarkan tidak diperbolehkan mengadakan konferensi pers, sedangkan UDT diperbolehkan.
Delegasi pemerintah Portugal mengadakan perubahan-perubahan terhadap gagasan aslinya setelah menampung pendapat-pendapat kedua partai dalam
pertemuan terpisah. Sabtu pagi direncanakan rentetan pertemuan terakhir dan
27
Sinar Harapan, pertemuan macau mulai bahas soal pemerintahan peraliahan di Timor Portugis. 28 Juni 1975.
pertemuan Macau ini yang resminya disebut suatu pertemuan puncak akan diakhiri dengan suatu upacara gubernur. Pada peristiwa itu diduga suatu
pernyataan resmi bersama akan diumumkan kemudian. Ketika membuka cimeira Macau 26 Juni 1975, Victor Alves sangat
menyesalkan ketidak hadiran Fretilin dan memperingatkan bahwa ketidak hadiran Fretilin bisa membahayakan program pemerintah Portugis untuk memberi rakyat
Timor apa yang mereka inginkan. Konferensi tingkat tinggi yang diselenggarakan secara terpisah untuk UDT dan Apodeti ini mengeluarkan sebuah komunike yang
menegaskan kembali hak rakyat Timor Timur untuk menentukan nasib sendiri bukan untuk merdeka. Pertemuan ini membahas rancangan undang-undang
tentang dekolonisasi yang kemudian disahkan oleh dewan revolusi Lisboa. Undang-undang ini menetapkan:
a Dewan komisaris tinggi akan dikepalai oleh seorang komisaris tinggi
Portugis yang dibantu oleh lima sekretaris bersama yang terdiri dari tiga orang Timor mungkin satu orang dari setiap perkumpulan
politik, dan dua orang Portugis. Komisaris tinggi mempunyai satu suara.
b Sebuah dewan pemerintahan konsultatif yang terdiri dari dua orang
wakil yang dicalonkan oleh tiga belas dewan daerah dan empat anggota harus dicalonkan oleh setiap perkumpulan politik, seluruhnya
38 anggota. c
Pemilihan majelis rakyat diselenggarakan bulan Oktober 1976.
d Penghapusan kedaulatan Portugis pada bulan Oktober 1978, tetapi
dengan ketentuan bisa diubah sesuai dengan kehendak sejati rakyat Timor.
28
Para pemimpin Fretilin menganggap cimeira itu tidak ada, dan mereka menjawab kritik-kritik tentang ketidak-hadiran wakil mereka dengan cara
menyerang motivasi partai-partai lain yang pergi ke Macau, yaitu Apodeti sebenarnya hadir untuk berunding dengan personil intelijen Indonesia yang hadir
disana dan UDT untuk berunding dengan pengusaha-pengusaha Hong Kong yang mau menanamkan modal di Timor, dan menyatakan bahwa Apodeti maupun
UDT tidak ada yang benar-benar yakin bahwa pemilihan umum yang direncanakan itu akan berlangsung karena keduanya merencanakan strategi lain.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik, menegaskan Rabu malam bahwa perundingan adalah kunci daripada penyelesaian di Timor Portugis.
Indonesia akan ikut menganjurkan keparada partai di Timor Portugis supaya berunding karena ini merupakan kunci daripada penyelesaian-penyelesaian
masalah-masalah yang ada. Penegasan ini dikemukakan di lapangan terbang Halim Perdanakusuma setibanya di tanah air. Sebagai permulaan bulan ini telah
mengadakan perundingan selama tiga hari di Roma dengan Menalu Portugal E. Melo Antunes untuk membicarakan penyelesaian proses dekolonisasi Timor
Portugis. Menlu Adam Malik mengatakan: “Kita ini di luar pertikaian, hanya
28
Helen Mary Hill, loc cit., hlm. 165.
berbatasan. Kita harus atur agar semua pihak lekas berunding. Kalau berunding tidak berhasil kita bicara lagi”.
29
Atas pertanyaan Adam Malik mengatakan bahwa ia menilai perundingannya di Roma berhasil. Untuk pertama kalinya kita mencapai
“understanding” secara resmi dengan Portugal, baru untuk pertama kalinya “hitam diatas putih Portugal mengakui bahwa dia bertanggung jawab soal Timor
Portugis.
30
Sesuai yang dikatakan oleh Menlu Adam Malik bahwa penyelesaian peoses dekolonisasi di Timor Portugis akan dilakukan oleh pemerintah Portugal
dengan semua partai-partai yang ada di Timor Portugis. Sekarang yang diakui ada tiga yaitu, Fretilin, Apodeti, dan UDT. Dalam penyelesaian masalah tersebut,
Portugal akan berkonsultasi dan bekerja sama dengan Indonesia. Mengenai pengungsi-pengungsi yang lari ke wilayah RI, Menlu Adam
Malik mengatakan bahwa mereka akan segera dipulangkan, sebab tidak mungkin mengadakan perundingan kalau tidak ada penduduknya.
31
Tetapi ia tidak menjelaskan kapan pengungsi-pengungsi akan dipulangkan. Mengenai tempat
perundingan nanti akan terserah kepada mereka. Tetapi Indonesia juga bersedia menyediakan tempat. Menlu Adam Malik juga menjawab pertanyaan kapan
perundingan-perundingan itu akan dilaksanakan; “Kita inginkan agar proses dekolonisasi secepat mungkin terlaksana di Timor Portugis”.
32
29
Sinar Harapan, RI di Luar Pertikaian Timor Portugis, Malik: Tugas Kita Atur Perundingan. 6 November 1975.
30
Ibid.
31
Ibid.
32
Ibid.
2. 10 Agustus 1975: UDT berusaha melancarkan kudeta dan memulai
perang saudara.
Pada hari Senin 11 Agustus 1975 penduduk Dili bangun pagi melihat jalan-jalan dipenuhi oleh anggota UDT bersenjata yang melarang mereka
meninggalkan rumah. Dimulai pukul 1 siang pada hari itu, dengan mwnggunakan senjata dari kepolisian yang mereka dapatkan dengan cara menyandera kepala
polisi, UDT mengambil alih bandar udara, pusat komunikasi dengan Marconi, dua jalan besar utama Dili dan stasiun air. Semua komunikasi dengan dunia luar
diputus. Kebanyakan pemimpin-pemimpin partai Fretilin pergi meninggalkan Dili menuju kawasan pergunungan pada malam hari sebelumnnya, setelah
memperoleh informasi beberapa hari sebelumnya bahwa UDT berencana melancarkan kudeta.
Menurut siaran pers partai Fretilin tanggal 13 September 1975, beberapa hari sebelumnya Fretilin telah memberi tahu pejabat-pejabat Portugis bahwa UDT
merencanakan tindakan itu, tetapi Gubernur Lemos Pires tidak melakukan tindakan apapun untuk mencegahnya. Selama beberapa hari, sulit untuk
mengetahui apa tujuan UDT melancarkan kudeta. UDT kemudia mengadakan demonstrasi-demonstrasi anti-komunis, menuntut pengusiran lima orang Portugis
termasuk Cristovao Santos, Mayor Mota, dan Mayor Jonatas yang mereka sebut “komunis”. Sebelum serangan anti-komunis UDT dipusatkan pada anggota-
anggota tertentu partai Fretilin, khususnya Antonio Carvarinho Mau Lear, Vicente Reis Sahe, dan Roque Rodriguez.
33
Segera setelah mendengar terjadinya upaya kudeta yang dilakukan UDT, Gubernur Lemos Pires memanggil sidang komisi dekolonisasi MFA. Portugis
menyepakati tiga prinsip: menghindari banjir darah, membuat UDT dan Fretilin untuk berunding, dan bahwa mereka tidak bisa mendukung posisi UDT untuk
menyingkirkan pemimpin-pemimpin Fretilin. Menggunakan Fernando do Carmo sebagai perantara, Portugis menghubungi para pemimpin Fretilin di gunung-
gunung untuk menyampaikan 15 syarat yang harus dipenuhi sebelum mereka mau berunding dengan UDT dan Portugis. Yang terpenting dari syarat-syarat ini
adalah: UDT harus segera melucuti senjatanya, mundur dari kedudukannya dan
menghentikan demonstrasi-demonstrasi yang provokatif, ketidakamanan dan pembunuhan, tentara-tentara Timor dari garnisun Dili mengambil-alih
kembali atas kota, komunikasi dengan dunia luar dibuka kembali dengan akses semua pihak, pasukan para komando Portugis hanya digunakan
untuk perlindungan Gubernur dan pejabat-pejabat Portugis di Dili, orang- orang yang ditahan UDT segera dibebaskan, para perunding Fretilin agar
dijamin keamanannya termasuk pengawalan oleh seorang tentara timor, dan perundingan dilakukan hanya melalui Gubernur sebagai wakil
Portugal. Syarat selanjutnya adalah Fretilin harus bisa memastikan bahwa semua tuntutan telah dipenuhi sebelum wakil-wakil mereka duduk
bersama Portugis.
34
Gubernur dan pejabat-pejabat lain tidak melakukan tindakan apapun
mengatakan, bahwa mereka menunggu kedatangan utusan dari Lisboa. Sementara itu anggota-anggota UDT menangkapi para pemimpin dan anggota terkemuka
33
Ibid., hlm. 168.
34
Jolliffe Jill, East Timor: nationalism colonialsm, St.Lucia, Univ.of Queensland Press, 1978, hlm. 122.
Fretilin. Pada tanggal 15 Agustus 1975, komite sentral Fretilin menyadari tidak adanya solusi damai, dan memutuskan untuk menyerukan perlawanan bersenjata
di seluruh wilayah Timor Timur. Pada tanggal 17 Agustus di tahun yang sama komite sentra Fretilin, yang mengadakan sidang di Aileu, mengumumkan bahwa
mereka tidak lagi mengharapkan dipenuhinya lima belas syarat yang diajukan kepada Portugis dan bahwa pemerinthan MFA telah mengabaikan permintaan
mereka agar keinginan Fretilin untuk berunding, dan syarat-syaratnya dipublikasikan. Mereka tidak mendengar bahwa Portugis membantah pernyataan
UDT di radio bahwa Fretilin menolak berunding. Komite sentral Fretilin kemudian menyerukan kepada semua pendukung
di seluruh Timor Timur untuk bekerja sama dengan semua unsur angkatan bersenjata di Timor untuk menjaga keamanan dan kedamaian di wilayah Timor
Timur.
35
Malam harinya, Rogerio Lobato, yang berperan penting dalam penyusunan strategi Fretilin pada periode ini, berhasil mendapatkan dukungan
dari tentara-tentara Timor di pangkalan Aileu. Hari berikutnya, satuan angkatan bersenjata di Maubisse mengumumkan dukungannya kepada Fretilin. Sebagian
pernyataan dari angkatan bersenjata Maubisse menyebutkan: Demi menjaga keamanan dan ketertiban kehidupan dan kesejahteraan
rakyat kita, angkatan bersenjata di pusat latihan Aileu dan kompi infantri ringan 10 di Maubisse memutuskan meninggalkan apartidarismo sikap
berat sebelah, menyatakan dengan jelas dan tegas sikapnya bersama Fretilin untuk membela rakyat.
36
35
Ibid., hlm. 130.
36
Ibid., hlm. 132.
Pernyataan ini juga menegaskan keinginan untuk menyelanggarakan perundingan antara Fretilin dengan UDT tetapi tanpa syarat apapun, perlucutan
senjata UDT, kontrol wilayah negeri oleh pasukan militer Timor dan penyerahan komando militer dari Portugis ke Perwira-perwira dan sersan-sersan Timor
melalui pemilihan. Pernyataan yang serupa muncul dari satuan-satuan lain yang bermarkas di barak pusat Taibesse, pinggiran Dili. Setelah diperoleh dukungan
dari orang Timor dalam militer, jelas bahwa secara militer Fretilin lebih kuat dibanding dengan UDT.
37
Pada 20-27 Agustus pecahlah pertempuran yang hebat dan berdarah di Timor Timur. Banyak kejadian anggota-anggota satu satu
keluarga terpecah antara menjadi anggota Fretilin dan UDT. Mulai dari hari kup UDT sampai akhir pertempuran besar sekitar 27
Agustus adalah masa dimana pimpinan Fretilin berpindah tangan ke Nicolau Lobato, adiknya Rogerio, dan Alarico Fernandes. Mereka masing-masing
memegang peranan penting dalam mengalahkan pasukan-pasukan UDT, memperoleh waktu untuk menyusun kembali pimpinan Fretilin dan memenangkan
dukungan orang-orang Timor anggota angkatan bersenjata ke pihak Fretilin yang semuanya penting bagi kemenangan Fretilin. Masa ini adalah masa ketika
persatuan partai Fretilin diuji. Tujuan UDT adalah mendesak pemimpin- pemimpin Fretilin yang moderat untuk menyingkirkan sayap kiri, tetapi mereka
menolak berbuat demikian. Seluruh program dekolonisasi menjadi berantakan dengan perginya
sejumlah anggota penting MFA dan juga pemimpin UDT dengan menggunakan
37
lihat Jolliffe, East Timor., hlm. 120-143 berisi tentang perang saudara yang terjadi di Timor Timur.
kapal laut dan kapal terbang ke Australia. Para pemimpin Fretilin sangat berkeinginan mengalahkan UDT dan dengan demikian sangat jelas untuk
memperlihatkan kekuatan dari partai Fretilin. Mereka yakin, kekuatan moral mereka berasal dari kenyataan bahwa UDT yang merusak proses dekolonisasi dan
memicu terjadinya perang saudara. Sejak terjadinya kudeta, Gubernur Lemos Pires menjadi tidak dihormati oleh Fretilin yang yakin bahwa ia bisa mencegah
UDT melancarkan aksinya.
3. Kemerdekaan Sepihak Partai Fretilin
Selama dua bulan pertama pemerintahan pemerintahan Fretilin di Timor Timur, pemimpin Fretilin bersepakat tentang perlunya Portugis kembali untuk
merundingkan jadwal waktu kemerdekaan. Sejalan dengan harapan ini, semua lembaga Portugis tetap tak tersentuh dan dijaga oleh Fretilin. Pada awal
November 1975 kemungkinanl pernyataan kemerdekaan menjadi persoalan politik yang penting didalam Fretilin. Di dalam Fretilin ada berbagai pandangan
menegnai persoalan ini. Xavier do Amaral cenderung menginginkan Portugis kembali, dengan biaya apapun, untuk memberikan bantuan ekonomi,
infrastruktur, dan sebagainya. Nicolau Lobato, wakilnya, berposisi tanpa kompromi ketika Portugis tidak menanggapi usulan diplomatik dan mengusulkan
pernyataan kemerdekaan sepihak. Anggota-anggota tentara, yang sebagian besar bertempur di perbatasan,
awalnya cenderung mendukung pandangan Xavier do Amaral dan menghargai hak Portugis untuk kembali. Akan tetapi ketika secara militer mereka kesulitan,
khususnya setelah jatuhnya Atabae, dilaporkan bahwa tentara di front mendesak kemerdekaan. Mereka ingin bertempur sebagai pembela sebuah negeri merdeka.
Kalau orang Timor Timur mati bertempr membela tanah air, mereka ingin mati untuk membela Timor Timur yang merdeka, bukan untuk sebuah provinsi
Portugal. Kelompok yang lebih radikal yang mencakup Mau Lear, Vicente Sahe, Goinixet Bonaparte, dan saudarinya Mosa Muki Bonaparte sudah lama
mendukung pernyataan kemerdekaan sepihak.
38
Proklamasi kemerdekaan sepihak yang dicetuskan oleh Partai Fretilin pada tanggal 28 November 1975 di lapangan Dos Boa Ventura Dili yang menyatakan
berdirinya apa yang menamakan dirinya sebagai negara Republik Demokrasi Timor Timur. Dalam proklamasi ini dilakukan penurunan bendera Portugal dan
pengibaran bendera Fretilin. Fransisco Xavier do Amaral, ketua partai Fretilin menjadi Presiden. Berdasarkan konstituante yang dibuat, presiden berkewajiban
menunjuk seorang perdana menteri. Personal kabinet disusun oleh perdana menteri, kemudian diusulkan pengangkatannya kepada presiden. Dua orang
mantan mahasiswa komunis berhaluan Moist yang datang dari Portugal dalam kabinet itu adalah, Abillio Araujo sebagai Menteri Perekonomian Sosial dan
Antonio Duarte Carvarino sebagai Menteri Peradilan Sosial.
39
Beberapa orang menteri lain, diantaranya Jose Manuel Ramos Horta sebagai Menteri Luar Negerei, Alarico Jorge Fernandez Menteri Urusan
Pertahanan dan keamanan dalam negeri, dan Vicente Reis sebagai Menteri
38
Helen Mary Hill, op cit., hlm. 198.
39
Hendro Subroto, Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur., Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm. 115.
Tenaga Kerja merangkap Menteri Negara. Kabinet terdiri dari 12 orang menteri dan 2 orang wakil menteri. Proklamasi sepihak yang dilakukan oleh Fretilin,
disimpulkan oleh keempat partai yang mewakili suara terbanyak bagi rakyat Timor Timur sebagai langkah yang disengaja untuk melanggar berbagai upaya
tercapainya hasil penyelesaian politik secara adil dan damai.
4. Reaksi atas deklarasi kemerdekaan Partai Fretilin
Pemerintah Indonesia menyesalkan tindakan Partai Fretilin yang mengproklamirkan kemerdekaan Timor Portugis secara sepihak pada hari jumat,
28 November 1975. Dinyatakan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk pertentangan dengan usaha yang secara terus menerus dilakukan oleh
pemereintah Indonesia ke arah tercapainya tindakan penentuan nasib sendiri oleh rakyat Timor Portugis seperti yang telah disepakati oleh ketiga partai Timor
Portugis, pemerintah Portugal, dan juga oleh pemerintah Indonesia sendiri. Pernyataan pers pemerintah Indonesia mengenai apa yang disebut pernyataan
sepihak kemerdekaan Timor Portugis oleh Fretilin di bacakan sabtu siang oleh Mashuri SH di istana merdeka selesai mengadakan pertemuan dengan Presiden
Suharto. Pernyataan selengkapnya adalah sebagai berikut; Pemerintah RI sangat menyesalkan tindakan sepihak oleh partai Fretilin
seperti telah diberitakan oleh siaran radio dan pers luar negeri berupa apa yang disebut pernyataan kemerdekaan Timor Portugis pada tanggal 28
November 1975. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan usaha terus menerus yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia kearah tercapainya
tindakan penentuan nasib sendiri oleh rakyat Timor Portugis melalui perundingan seperti telah disepakati ketiga partai Timor Portugis,
pemerintah Portugal dan pemerintah Indonesia sendiri. Dinyatakan kembali secara resmi dalam memorandum of “understanding” sebagai
hasil perundingan antara kedua pemerintah itu dan juga telah disetujui oleh ketiga partai tersebut. Sebagai diketahui oleh pemerintah Australia telah
menyatakan persetujuannya atas terselenggaranya perundingan antara
pemerintah Portugal dan ketiga partai tersebut, dan malah menawarkan tempat perundingan di australia.
40
Portugal membenarkan, bahwa pemerintah Indonesia menyesalkan pernyataan sikap pemerintah Portugal sendiri, seperti yang telah
disampaikan oleh Menteri kerjasama Portugal Victor Crespo kepada Dubes RI di Lisbon Ben Mang Reng Say pada tanggal 28 November 1975
sore hari yang maksudnya jelas membenarkan tindakan yang dilakukan oleh Fretilin itu. Padahal menurut pemerintah Indonesia kesediaan untuk
berunding dari Apodeti dan UDT dengan mengusulkan Bali sebagai tempat perundingan sama sekali tidak beralasan untuk dipresentasikan
sebagai seolah-olah kedua partai itu menolak untuk berunding.
41
Portugal mengecam di PBB Perserikatan Bangsa-bangsa hari Sabtu, 29
November 1975, apa yang disebut pernyataan kemerdekaan secara sepihak yang diumumkan oleh partai Fretilin di Timor Portugis, dan membenarkan pula tidak
mampu berbuat apa-apa mengenai tindakan Fretilin itu dan meminta kerjasama PBB. Dalam sepucuk surat yang diajukan kepada Sek Jenderal PBB Kurt
Waldheim untuk disebarluaskan sebagai dokumen PBB. Kuasa Usaha Portugal Antonio Da Costa Lobo menjelaskan usaha-usaha negerinya untuk
mempertemukan gerakan-gerakan kemerdekaan di Timor Portugis dalam perundingan di Australia dalam beberapa hari untuk membicarakan mengenai hak
menentukan nasib sendiri untuk rakyat Timor.
42
Tindakan secara paksa yang dilakukan oleh Fretilin yang menyatakan kemerdekaan secara sepihak, selain menambah kegelisahan dalam pertikaian
antara partai-partai politik di Timor Portugis. tindakan itu juga telah menyulitkan ,
40
Sinar Harapan, Tindakan Sepihak Fretilin. RI Sesalkan Pem. Portugal. 1 Desember 1975.
41
Ibid.
42
Sinar Harapan, Portugal Kecam dan Australia Tidak Akui Tindakan Fretilin.1 Desember 1975.
jika tidak mungkin dicapai suatu persetujuan antara partai-partai tersebut. Dengan perkataan lain, kata Costa Lobo;
Berdasarkan situasi yang timbul sekarang ini, penguasa Portugal tidak mempunyai daya dan upaya untuk menjamin normalisasi bagi situasi di
Timor. Kerja sama yang lebih sempurna dengan PBB merupakan suatu keharusan dalam usaha untuk suatu penyelesaian damai dan melalui
perundingan untuk memecahkan masalah dekolonisasi Timor Portugis guna menghormati keinginan rakyat.
43
Surat tersebut diajukan setelah pernyataan kemerdekaan yang dinyatakan oleh Fretilin dan sebelum pernyataan yang dikeluarkan oleh UDT dan Apodeti yang
menyatakan Timor Portugis masuk wilayah Indonesia. Sementara itu, menurut berita AP dari Canberra, Australia tidak akan
mengakui klaim-klaim kemerdekaan yang dinyatakan oleh Fretilin pada tanggal 28 November. Menteri Luar Negeri Australia dalam pemerintah sementara
dibawah pimpinan M. Frasse, Andrew Peacock, mengatakan bahwa pemerintah Australia tidak akan menerima bahwa Fretilin mewakili semua rakyat Timor
Portugis. australia akan meneruskan pengakuan terhadap Portugal sebagai yang berdaulat dikoloni tersebut. Peacock mengulangi lagi tawaran yang diberikan oleh
pemerintah Australia untuk menyediakan suatu kesempatan di bumi Australia bagi perundingan-perundingan damai oleh semua partai yang terlibat dalam
pertikaian Timor Portugis. Proklamasi tandingan juga diploklamirkan oleh partai-partai politik yang
lain seperti UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabhalista pada tanggal 29 November
43
Ibid.
1975 di Balibo. Dalam proklamasi ini juga lebih dikenal dengan deklarasi Balibo, yang isinya sebagai berikut:
Pada bagian awal Proklamasi Integrasi berbunyi: Kami rakyat Timor Timur dan daerah-daerah bawahannya dalam hal ini
diwakili oleh Apodeti, UDT, KOTA, dan Trabhalista setelah mengadakan analisa dengan seksama, menyesalkan proklamasi sepihak Fretilin yang
dituangkan menjadi “Proklamasi Kemerdekaan” atas wilayah Timor Portugal, sedangkan sikap demikian itu, nampaknya disetujui oleh
Pemerintah Portugal dan hasil dari fakta ini sama sekali bertentangan dengan kepentingan-kepentingan rakyat Timor-Timur.
Pada bagian akhir Proklamasi Integrasi berbunyi: Merasa bahwa karena tindakan kaum kolonialis Portugal dan Belanda
yang hampir selama 500 tahun memisahkan hubungan darah, hubungan persaudaraan dan etnis moral dan kebudayaan dengan rakyat Indonesia
dari pulau Timor. Melihat bahwa saat ini harus dianggap sebagai kesempatan yang baik untuk membangun kembali ikatan-ikatan tradisional
yang kuat dengan bangsa indonesia. Atas nama Allah Yang Maha Kuasa dan berdasarkan alasan yang dikemukakan tadi, kami, dengan khidmat
menyatakan integrasi dari seluruh wilayah koloni Portugis dengan bangsa Indonesia dan proklamasi ini merupakan pernyataan paling tinggi dari
perasaan-perasaan rakyat Timor Portugis. sesuai dengan isi proklamasi integrasi ini, maka pemerintah Indonesia diminta untuk mengambil
langkah-langkah yang perlu gunauntuk melindungi kehidupan yang sekarang merasa dirinya sebagai bagian rakyat Indonesia yang sedang
hidup di bawah teror dan praktek-praktek fasis dari Fretilin yang direstui oleh pemerintah Portugis.
44
Deklarasi Balibo ditandatangani oleh Gulherme Maria Gonsalves Ketua
Presidium dan Alexandrino Borrocue anggota presidium atas nama partai Apodeti, Fransisco Lopes da Cruz dan Domingos Oliviera sebagai Presiden dan
Sekretaris Jenderal atas nama partai UDT, Jose Martin sebagai Presiden KOTA, dan Domingos C Pereira sebagai anggota pimpinan partai Trabhalista. Namun
pemerintah Indonesia dalam waktu dekat akan menyatakan sikap terhadap pernyataan proklamasi partai-partai tersebut. Menteri Penenrangan Mashuri
44
Hendro Subroto, loc cit..
selesai sidang dewan stabilisasi ekonomi nasional di Binagraha selasa siang belum memastikan apakah akan menolak proklamasi demikian atau dalam bentuk lain.
Indonesia selalu beraspirasi dan paralel dengan segala niat dan sikap untuk membebaskan diri dari tindasan kolonialisme. Kita menilai, tindakan Fretilin
adalah sebagai kelanjutan dari sikap kolonialisme. Kalau partai ini memang pro anti-kolonialisme, mestinya harus memberi kesempatan melakukan referendum
dengan suasana tertib dan damai, dengan partai lainnya. Sekarang yang mereka lakukan adalah tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Mereka sekarang
seolah-olah menggiring pihak-pihak lain. Menpen Mashuri mengatakan; Masalah Timor Portugis adalah suatu “political game” permainan politik
yang dibelakangnya ada kepentingan masing-masing pihak. Indonesia, sesuai dengan landasan negara tidak mempunyai ambisi teritorial, dan
mengusahakan kesejahteraan rakyat dengan tahapan-tahapan pembangunan. Dari pengalaman, pembangunan tidak akan berhasil tanpa
kondisi yang mantap. Kalau Portugal bertanggung jawab, mereka tidak akan menyerahkan aparatur atau persenjataan kepada salah satu partai.
Partai Fretilin diberi kesempatan untuk menguasai persenjataan dan dengan senjata itu mereka melakukan teror.
45
Aksi penolakan kemerdekaan sepihak yang dilakukan oleh Fretilin juga
datang dari negara Malaysia dan Inggris. Malaysia memandang Timor Timur masih tetap berada di bawah kedaulatan Portugal. Menurut jurubicaranya, bahwa
malaysia selama ini selalu berpendirian bahwa Portugal bertanggung jawab bagi pelaksanaan secara tertib dekolonisasi Timor Timur yang didasarkan pada prinsip-
prinsip PBB. Sementara itu, Inggris telah menerima permintaan dari apa yang menamakan diri “Republik Demokrasi Timor Timur” untuk mengakuinya, tapi
dengan tegas menolak untuk berbuat demikian. Pejabat-pejabat Inggris yang
45
Sinar Harapan, terhadap Proklamasi Parpol-parpol Timor Portugis: RI Umumkan Sikap Dalam Waktu Dekat. 3 Desember 1975.
berwenang mengatakan permintaan itu tercantum dalam surat kawat yang diterima oleh kementerian luar negeri Inggris, tapi pemerintah Inggris tidak akan
menjawabnya.
46
Inggris memandang Timor Timur sebagai wilayah yang menjadi tanggung jawab Portugal dan menyokong di lanjutkannya usaha-usaha untuk mencapai
penyelesaian melalui perundingan bagi masalah Timor Timur atas dasar penentuan nasib sendiri. Pemerintah Australia yang sejak semula menolak
pernyataan kemerdekaan sepihak Fretilin tersebut dan hanya mengakui Portugal sebagai satu-satunya pemerintah yang sah disana sudah memerintahkan
pengungsian orang-orang Australia yang masih berada di Timor Timur, setelah tersiar berita bahwa pasukan-pasukan pro Indonesia Apodeti, UDT, KOTA, dan
Trabhalitas tidak lama lagi mungkin akan menyerang Dili. Indonesia menyerukan kepada PBB untuk bekerjasama dengan Portugal
dengan tujuan menjamin hak-hak rakyat Timor Portugis untuk menentukan masa depan politik sendiri. Drs. Anwar Sani, wakil tetap Indonesia di PBB, telah
berbicara tentang sebuah resolusi yang diajukan dalam sidang panitia PBB mengenai wilayah-wilayah terjajah oleh malaysia. Selain oleh Malaysia, resolusi
itu disponsori pula oleh Australia, Fiji, Indonesia, Jepang, Selandia Baru, Filiphina, dan Muangthai. Resolusi itu, jika kita setujui, akan mengantar majelis
umum PBB untuk menyatakan bahwa pembicaraan antara partai-partai politik di Timor Portugis dan Portugal akan mengakhiri perjuangan politik di wilayah
46
Sinar Harapan, Malaysia dan Inggris Tolak Proklamasi Pihak Fretilin. 4 Desember 1975.
tersebut dan mengantar kearah terlaksananya dengan tertib hak untuk menentukan nasib sendiri. Anwar Sani mengatakan:
Pemerintah Indonesia menginginkan agar PBB, terutama panitia khusus PBB mengenai dekolonisasi, melanjutkan kerjasamanya dengan
pemerintah Portugal. Pembentukan misi dari suatu panitia khusus tersebut untuk berkunjung ke Timor Portugis hendaknya dipertimbangkan pada
waktu yang tepat.
47
Portugal sudah memberitahukan kepada PBB menegnai wilayah-wilayah terjajah itu, majelis umum PBB dikehendaki untuk:
a. Menegaskan kembali hak-hak rakyat Timor Portugis yang tak
dapat dicabut untuk menentukan nasib sendiri, untuk mendapakan kemerdekaan dan kebebasan dan untuk menentukan status politik
mereka di masa depan sesuai dengan prinsip-prinsip piagam PBB dan Deklarasi menegenai pemebrian kemerdekaan kepada negara-
negara dan rakyat-rakyat yang masih terjajah. b.
Menyerukan kepada partai politik di Timor Portugis untuk menanggapi dengan positif usaha-usaha negara yang memegang
pemerintahan Portugal untuk menemukan suatu penyelesaian secara damai melalui perundingan antara mereka dan pemerintah
protugal. c.
Memintah kepada pemerintah Portugal untuk meneruskan kerjasamanya dengan panitia khusus dan mengundang panitia ini
47
Sinar Harapan, Resolusi di PBB: Hak-hak Rakyat Timport Untuk Merdeka Ditegaskan Kembali. 5 Desember 1975.
untuk mengirim sebuah misi guna berkunjung ke Timor Portugis selekas mungkin.
48
48
Ibid.
BAB IV PENYELESAIAN MASALAH TIMOR TIMUR