merdeka;  ketiga  menyusun  usul  rencana  pembukaan  hukum  dasar.  Pembukaan  hukum dasar itu oleh Mr. Mohammad Yamin disebut dengan Piagam Jakarta, 22 Juni 1945.
Pada  tanggal  22  Juni  1945,  Panitia  Sembilan  langsung  mengadakan  rapat  di  rumah kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur  No. 56,  Jakarta. Rapat berlangsung  alot
karena  terjadi  perbedaan  pandangan  antarpeserta  rapat  tentang  rumusan  dasar  negara. Akhirnya,  disepakati  rumusan  dasar  negara  yang  tercantum  dalam  mukadimah
pembukaan  hukum  dasar.  Naskah  mukadimah  yang  ditandatangani  oleh  9  sembilan orang  anggota  Panitia  Sembilan,  terkenal  dengan  nama  Piagam  Jakarta  atau  Jakarta
Charter.  Mukadimah  tersebut  selanjutnya  dibawa  ke  sidang  BPUPKI  tanggal  10-17  Juli 1945.  Pada  tanggal  14  Juli  1945,  mukadimah  disepakati  oleh  BPUPKI.  Pada  tanggal  17
Juli 1945, sidang berhasil menyelesaikan rumusan Hukum Dasar. Apabila  kamu  perhatikan,  isi  mukadimah  Piagam  Jakarta  berbeda  dengan  isi
Pembukaan  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  hampir  sama.  Perbedaannya terdapat  dalam  kalimat  “...  dengan  kewajiban  menjalankan  syariat  Islam  bagi  pemeluk-
pemeluknya” pada naskah Piagam Jakarta diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Naskah yang telah diganti tersebutlah yang kemudian disahkan menjadi Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pengesahan UUD
Pada  tanggal  7  Agustus  1945  BPUPKI  dibubarkan  oleh  Jepang.  Sebagai  gantinya dibentuklah  Panitia  Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  PPKI  yang  beranggotakan  21
orang. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Kekalahan Jepang dalam  Perang  Dunia  II  membuka  kesempatan  bagi  bangsa  Indonesia  untuk
mempersiapkan  kemerdekaan  bangsa  Indonesia  atas  dasar  prakarsa  bangsa  Indonesia sendiri.  PPKI  yang  dibentuk  oleh  Jepang  kemudian  ditambah  anggotanya  menjadi  27
orang. Perubahan keanggotaan PPKI memiliki nilai strategis karena PPKI murni dibentuk bangsa  Indonesia  untuk  mempersiapkan  kelahiran  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia
dan  kesan  bahwa  PPKI  bentukan  Jepang  hilang.  Pada  tanggal  17  Agustus  1945,  bangsa Indonesia  memproklamasikan  kemerdekaannya  ke  seluruh  dunia.  Keesokan  harinya,
tanggal  18  Agustus  1945  PPKI  melaksanakan  sidang.  Keputusan  sidang  PPKI  adalah sebagai berikut.
1 Menetapkan Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden
Republik Indonesia. 2
Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3
Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat.
Dalam  Sidang  PPKI  tersebut,  beberapa  anggota  PPKI  yang  berasal  dari  Indonesia Timur  mengusulkan  untuk  menghilangkan  tujuh  kata  dalam
Piagam  Jakarta,  yaitu  “... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya ...”. Dengan jiwa kebangsaan,  pendiri  negara  menyepakati  perubahan  Piagam  Jakarta.  Dengan  demikian,
sila pertama Pancasila menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.  Melalui Berita Republik Indonesia
tanggal 15 Februari 1946, Penjelasan UUD menjadi bagian dari UUD 1945.
3. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Tokoh  bangsa  dan  pendiri  negara  Indonesia  merupakan  putra  terbaik  bangsa  yang memiliki  kemampuan  dan  visi  ke  depan  untuk  kebaikan  bangsa  Indonesia.  Anggota
BPUPKI  merupakan  tokoh  bangsa  Indonesia  dan  orang-orang  yang  terpilih  serta  tepat mewakili kelompok dan masyarakatnya pada waktu itu.
Anggota BPUPKI telah  mewakili  seluruh wilayah Indonesia, suku  bangsa, golongan agama,  dan  pemikiran  yang  berkembang  di  masyarakat  saat  itu.  Ada  dua  paham  utama
yang  dimiliki  pendiri  negara  dalam  sidang  BPUPKI,  yaitu  nasionalisme  dan  agama. Pendiri  negara  yang  didasarkan  pemikiran  nasionalisme  menginginkan  negara  Indonesia
yang  akan  dibentuk  merupakan  negara  nasionalis  atau  negara  kebangsaan,  sedangkan golongan agama menginginkan didasarkan salah satu agama. Berbagai perbedaan di antara
anggota  BPUPKI  dapat  diatasi  dengan  sikap  dan  perilaku  pendiri  negara  yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
BPUPKI  melaksanakan  sidang  dengan  semangat  kebersamaan  dan  mengutamakan musyawarah  dan  mufakat.  Ir.  Soekarno  dalam  sidang  BPUPKI  tanggal  1  Juni  1945
menyatakan, “. . . Kita hendak mendirikan suatu negara. Semua buat semua, bukan buat satu orang, bukan  buat satu golongan,  baik golongan  bangsawan  maupun golongan  yang
kaya, tetapi semua buat semua. . .” Dari pendapat Ir. Soekarno tersebut jelas terlihat bahwa
para  pendiri  negara  berperan  sangat  besar  dalam  mendirikan  negara  Indonesia,  terlepas dari para pendiri negara tersebut memiliki latar belakang suku dan agama yang berbeda.
Pertanyaan  dari  ketua  BPUPKI  dan  tanggapan  dari  seluruh  anggota  sidang  BPUPKI menunjukkan  bahwa  para  pendiri  negara  telah  mengutamakan  kepentingan  bangsa  dan
negara  di  atas  kepentingan  pribadi  dan  golongan  serta  mengutamakan  musyawarah mufakat dalam membuat keputusan tentang dasar negara dan Undang-Undang Dasar
Negara  Republik  Indonesia.  Keberhasilan  bangsa  Indonesia  memproklamasikan kemerdekaannya  merupakan  salah  satu  bukti  cinta  para  pahlawan  terhadap  bangsa  dan