Pengembangan Profesionalisme Guru di Jepang

sama, kedisiplinan yang sama dengan sistem pendidikan yang serupa. Namun adanya kurikulum baru menyadarkan mereka bahwa setiap anak punya potensi yang berbeda dengan lainnya, dan inilah yang harus dibina. Kurikulum yang baru bersifat fleksibel dan memungkinkan sekolah untuk meramu kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah dan siswa yang mendaftar. Sebagai contoh, di SMP, selain mata pelajaran wajib, siswa juga ditawarkan dengan mapel pilihan. Dengan adanya kurikulum baru ini, training besar-besaran dilakukan untuk mengubah pola pikir guru-guru Jepang. MEXT juga merevisi beberapa buku pelajaran, dan secara hampir bersamaan mengusulkan pemberlakuan 5 hari sekolah dan adanya jam khusus untuk pengembangan jiwa sosial siswa melalui integrated course atau sougoteki jikan. Kurikulum di level sekolah disusun dengan kontrol penuh dari The Board of Education di Tingkat Prefectur dan municipal distrik. Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education chuuou shingi kyouiku kai pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Beberapa hal berikut harus diperhatikan ketika sekolah menyusun kurikulumnya : a. Mengacu kepada standar kurikulum nasional. b. Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani siswa c. Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar d. Memperhatikan step perkembangan siswa e. Memperhatikan karakteristik course pendidikanjurusan pada level SMA Secara garis besar penyusunan kurikulum sekolah adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tujuan sekolah b. Mempelajari standar kurikulum, dan korelasinya dengan tujuan sekolah c. menyusun course wajib dan pilihan untuk SMP dan SMA d. Mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar.

2. Pengembangan Profesionalisme Guru di Jepang

Salah satu agenda reformasi pendidikan di jepang adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam rencana reformasi yang di susun National Comission of Edicational Reform NCER yang di tuangkan dalam “The Raibow Plan” Pada tahun 2001, Poin ke-5 menyatakan bahwa tenaga guru yang profesional dihasilkan melalui beberapa cara, diantaranya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga suasana kerja ysng kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurag cakap dibidangnya. Sebagai bentuk pelaksanaan keputusan tersebut, Central Educational council mengeluarkan kebijakan berupa”shin kyouka seido” sistem evaluasi guru yang baru pada tahun 2002 dan “kyouinmenkyou koushin seido” pembaharuan sertifikasi mengajar Pada tahun 2006. Menteri pendidikan , olahraga, Budaya, sains dan teknologi MEXT Selanjutnya menyusun peraturan pelaksanaannya, dan pada tahun 2005 sekitar 88 prefektur telah telah menerapkannya. Ada dua poin yang tersirat dalam kedua kebijakan tersebut yaitu, perlinya mengembangkan sistem evaluasi guru dan uji kelayakan terhadap sistem sertifikasi yang selama ini berjalan. Kebijakan ini sekalipun mendapa protes dari kalangan pendidik terutama yang tergabung dalam Teacher Union, tetapi evaluasi guru telah diterapkan di hampir semua prefektur. Sedangkan kebijakan pembaruan lisensi mengajar masih dalam tahap sosialisasi. Pengaruh dalam bidang pengelolaan tenaga kependidikan utamanya terlihat dalam kebjakan evaluasi guru, sertifikasi guru, sistem penggajian guru, dan kualifikasi tenaga pendidikan yang menjadi semakin ketat. Untuk menjamin bahwa guru-guru memiliki kemampuan dasar yang standar sebagai tenaga pengajar, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban akan kualitas pendidikan yang terjamin kepada pihak konsumen, maka sertifikasi guru di berlakukan di berbagai negara sejak bebrapa dekade yang lalu. Pentingnya sertifikasi guru di jepang mencuat pada masameiji saat di keuarkannya UU tentang tentang tenaga kependidikan pada tahun 1849 Law for certifikation of education Personnel. Perundingan ini mengalami revisi beberapa kali hingga pada tahun 1988. Kobayashi 1993 menjelaskan bahwa perundangan ini menunjukan bahwa pemerintahan yang bersifat sentralistik masih berpengaruh kuat di bidang pendidikan. Kebijakan tentang pengembangan guru diatur secara hukum oleh kemetrian pendidikan dan dilaksanakan secara top-down oleh lapisan administratur di bawahnya. Penerapan kebijakan evaluasi guru yang dibebankan kepada Kyouikuiinkai atau the Board of education yang da disetiap prefektur, dan pemantauan langsung oleh MEX, menyebakan kebijakan ini di anggap tidak mengakar . Evaluasi guru di perlukan sebagai parameter untuk mengukur pencapauan prestasi kerja guru, sekaligus sebagai titik tolak pengembangan program pendidikan guru selanjutnya. Evaluasi guru jua merupakan bagian dari siklis keprofesionalan seseorang ketika dia memutuskan untuk menerjuni profesi guru. Terlepas dari tujuan aslinya untuk meningkatkan kualitaspendidikan disekolah, kebijakan evaluasi guru juga diwarnai unsur politik yang melbatkan birokrat dan pertikaian patai. Berikut model dan pendekatan Evaluasi guru di jepang  Penilaian dalam sistem evaluasi guru yang lama kinmuhyoutei dilakukan berdasarkan hasil penilaian atasan atau kepala sekolah saja, sehingga keobjektivan dan kebenaran penilaian tidak dapat diperyanggungjawabkan. Olehnya itu banyak pihak yang menentag metode ini termasuk teacher union. Sistem evaluasi guru yang baru memilikim karakteristik yaitu penilaian didasarkan pada dua komponen, Self-evaluation jikohyoukaatau evaluasi mandiri dan penilaian dari kepala sekolah. Penilaian mandiri bertujuan untuk mendorong guru untuk memiliki komitmen terhadap rencana dan tujuan yang di tuliskannya, sekaligus untuk membantu guru memahami letak kekurangan dan kelebihan atau potensi dirinya yang perlu di perbaiki atau dikembangkan. Adapun penilaian terhadap kualitas guru oleh kepala sekolah dan wakilnya berimbas kepada penentuan gaji, pengembangan karir dan jga moral guru. Yaitu bahwa guru-guru yang mendapatkan penilaian kurang baik akan berusaha untuk memperbaiki diri dan kualitas kerjanya. Berdasarkan laporan dari komite pemeriksa sistem evaluasi guru prefektur nagano, disebutkan bahwa ada beberapa poin yang ditentukan sebagai target penilaian Yaitu: a. Penilaian berdasarkan kualifikasi akademik guru, dan kegiatan mengajar di dalam kelas berdasarkan petunjuk pengajaran yang dikeluarkan MEXT. b. Pembimbingan dan pembinaan kepada siswa berupa pengarahan tentang perkebangan siswa dan kebiasaan sehari-hari serta penaganan kelas. Dalam hal ini setiap guru diharuskan untuk memahami jiwa anak, sikap, prilaku dan perkembangan jasmani dan rohaninya, serta mampu mengarahkannya kepada kebiasaan belajar dan semangat hidup. c. Kemampuan mengrahkan siswa berdasarkan kemampuanny, bakat dan kemampuan akademiknya, baik secara pribadi maupun bekerja sama dengan keluarga anak. d. Kemampuan membina anak untu bekerja sama dalam kegiata atau event khusus diluar jam pelajaran disekolah. e. Peran guru dalam menjemen sekola, kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat, memahami dan berusaha untuk mencapai tujuan sekolah. f. Kemampuan guru untuk membina kerja sama dengan orang tua murid dan komponen asyarakat. g. Semangat dan motivasi guru untuk mengembangkan diri dan meningkatkan potensi melalui kegiatan penelitian dan training. Sertifikasi guru di jepang berbeda dengan diIndonesi, sertifikasi guru di jepang melalui sistem perkuliahan dengan kurikulum baku dan tes Sedangkan di Indonesia, Pemerintah dengan maksud menekan anggaran dan memudahkan para guru untuk memperoleh sertifikat menerapkan sistem portofolio. Berdsarkan peraturan sertfikasi tenaga pendidik tahun 1998, setiap calon guru harus menjalani pendidikan guru di universitas atau sekolah tinggi yang telah diakreditas Oleh MEXT. Pada tahu 2003 terdapat 85 Universitas diepang telah memperoleh akreditasi untuk menyelenggarakan pendidikan guru. Tahun 2003 sebanyak 60 guru SD adalah lulusan pendidikan keguruan yang dikelola oleh universitas, akademi atau sekolah tingi, sedangkan 60 guru SMP dan 80 guru SMA adalah lulusan universitas non kependidikan.

3. Pendidikan Karaker di Jepang