Management , per l u di l akukan r ekal kul asi SDH yang di har apkan dapat menj adi base l i ne pembangunan kehut anan di masa dat ang dan sekal i gus sebagai bahan eval uasi kebi j akan yang t el ah di t er apkan sel ama i ni .
Rekal kul asi penut upan l ahan t el ah di l akukan t er hadap kawasan hut an sel ur uh Indonesia ber dasar kan dat a di gi t al penut upan l ahan skal a 1:250.000 hasi l penaf sir an ci t r a Landsat 7 ETM+ Li put an t ahun 1999 2000. Rekal kul asi dil akukan t er hadap kawasan hut an sesuai f ungsi nya, yai t u Hut an Li ndung, Hut an Konser vasi dan Hut an Pr oduksi yang
di r i nci menj adi Hut an Pr oduksi HP, Hut an Pr oduksi Ter bat as HPT dan Hut an Pr oduksi yang dapat di -Konver si HPK. Penaf sir an penut upan l ahan pada masi ng-masi ng f ungsi hut an secar a gar i s besar di kel ompokkan ke dal am hut an pr i mer , hut an sekunder , hut an t anaman, non hut an dan t i dak ada dat a.
Hasi l r ekal kul asi menunj ukkan bahwa l ahan ber hut an pada: 1 hut an l i ndung sel uas 20,80 j ut a ha at au 69, 6 dar i hut an l i ndung yang di l akukan r ekal kul asi sel uas 29, 89 j ut a ha; 2 hut an konser vasi sel uas 12, 879 j ut a ha at au 65, 2 dar i hut an konser vasi yang di l akukan r ekal kul asi sel uas 19, 74 j ut a ha; 3 hut an pr oduksi sel uas 48, 953 j ut a ha
at au 58,5 dar i hut an pr oduksi yang dil akukan r ekal kul asi sel uas 83,67 j ut a ha.
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hut an t ropis Indonesia sebagai modal pembangunan nasional memiliki manf aat yang nyat a bagi kehidupan bangsa Indonesia, baik manf aat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi. Unt uk it u dalam pengurusan dan pengelolaan hut an diperlukan perlindungan dan pemanf aat an secara berkesinambungan bagi kesej aht eraan
masyarakat , baik generasi sekarang maupun yang akan dat ang. Penyelenggaraan pengelolaan hut an yang bert uj uan unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanj ut an, ant ara lain dilakukan dengan
menj amin keberadaan hut an dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional sert a mengopt imalkan aneka f ungsi hut an yang meliput i f ungsi konservasi, f ungsi lindung, dan f ungsi produksi unt uk mencapai manf aat lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lest ari sebagaimna yang diamanat kan oleh UU
No. 41 Tahun 1999 Pasal 3.
Penyelenggaraan kehut anan berasaskan manf aat dan lest ari, sehingga set iap pelaksanaan penyelenggaraan kehut anan harus memperhat ikan keseimbangan dan kelest arian unsur lingkungan, sosial dan budaya, sert a ekonomi. Dalam pemanf aat an hut an dan kawasan hut an pun harus disesuaikan dengan f ungsi pokok hut an
t ersebut . Unt uk menj amin st at us, f ungsi, kondisi hut an dan kawasan hut an dilakukan upaya perlindungan hut an yait u mencegah dan membat asi kerusakan dan pengurangan
luas t ut upan hut an yang disebabkan oleh perbuat an manusia dan t ernak, kebakaran, hama dan penyakit sert a berbagai gej ala alam l ainnya. Perlindungan hut an dan konservasi alam bert uj uan menj aga hut an, kawasan hut an dan lingkungannya, agar f ungsi hut an t ercapai secara opt imal dan lest ari.
Sebagaimana t ercant um dalam Undang-undang Kehut anan No. 41 t ahun 1999 guna mencapai t uj uan secara maksimal dan merupakan umpan balik bagi perbaikan dan at au penyempurnaan pengurusan hut an lebih lanj ut , Pemerint ah dan Pemerint ah Daerah waj ib melakukan pengawasan kehut anan. Demiki an pula masyarakat dan
at au perorangan t urut berperan sert a dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan kehut anan baik langsung maupun t idak langsung sehingga masyarakat dapat menget ahui rencana perunt ukan hut an dan pemanf aat annya.
Berdasarkan dat a yang ada, sumber daya hut an selama periode 1985-1997 unt uk 3 pulau besar yait u Sumat era, Kalimant an dan Sulawesi mengalami laj u def orest asi seluas ± 1, 6 j ut a ha per t ahun Baplan, 1998 yang ant ara lain di sebabkan oleh pengelolaan hut an yang t idak t epat , pembukaan kawasan hut an dalam skala besar
unt uk berbagai keperluan pembangunan, over cut t ing dan i l l egal l ogi ng, penj arahan, perambahan, okupasi lahan dan kebakaran hut an. Oleh karena it u pemant auan
kondisi sumberdaya hut an t ingkat nasional perl dilakukan secara periodik paling t idak 3 t ahun sekali. Dat a kondisi sumberdaya hut an di seluruh Indonesia sebagai bagian dari sist em inf ormasi kehut anan merupakan bahan pendukung dal am perencanaan pembangunan
kehut anan di masa mendat ang yait u sebagai bahan dalam kegiat an pemant auan moni t or i ng dan pengawasan t erhadap pengelolaan hut an yang t elah dilaksanakan.
Sehubungan dengan hal t ersebut di at as, maka dilakukan Rekalkulasi Sumber Daya Hut an, khususnya rekalkulasi penut upan lahan pada kawasan hut an, baik di dalam Hut an Konservasi, Hut an Lindung, maupun Hut an Produksi di seluruh Indonesia. Hasil Rekalkulasi SDH t ahun 2003 ini merupakan upaya melengkapi dan
menyempurnakan hasil rekalkulasi t ahun 2002 dengan menambahkan dat a penut upan lahan Provinsi Papua. B.
Tuj uan
Tuj uan rekalkulasi sumberdaya hut an adalah unt uk menyaj ikan dat a kondisi penut upan lahan pada kawasan hut an yait u pada Hut an Konservasi, Hut an Lindung dan Hut an Produksi sebagai bahan dalam perencanaan pengelolaan hut an secara lest ari S
ust ai nabl e For est Management . C.
Sasaran
Tersedianya dat a penut upan lahan pada hut an konservasi, hut an lindung, dan hut an produksi. D.
Ruang Lingkup
Penut upan lahan per provinsi seluruh Indonesi a, baik kawasan hut an maupun Areal Penggunaan Lain yang dirinci ke dalam 24 kelas.
BAB II METODOLOGI