Proses Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Melalui Pengelolaan Website www.kejati-jabar.go.id Dalam Membangun Citra Positif Lembaganya

(1)

MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGANYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana (S1) Program Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas

Oleh :

Nama : Lia Marlianti Nim : 41807112

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

MELALUI PENGELOLAAN WEBSITE WWW.KEJATI- JABAR.GO.ID DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGANYA

Oleh

LIA MARLIANTI NIM.41807112

Skripsi ini dibawah bimbingan Melly Maulin .P, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proses Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Melalui Pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya.Ditinjau dari pengumpulan fakta,perencanaa n,aksi dan komunikasi serta evaluasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan dan pencarian di Internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data,reduksi data,display data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengumpulan fakta yang dilakukan oleh Humas Kejaksaan Tinggi Jawa barat dilakukan secara on the spot atau survei langsung ke lapangan.Perencanaan yang dilakukan yaitu terus mengupdate isi berita setiap detik perkembangan hukum diwilayah Jawa Barat.Aksi dan Komunikasi dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data,bahan keterangan yang nantinya diolah untuk dijadikan suatu informasi yang layak sesuai dengan fakta bukan asumsi.Sedangkan evaluasi hasil yang dicapai yaitu sudah diakses oleh sekitar 24.496.000 pengunjung terhitung catatan terakhir pada bulan juni 2012 yang diprediksi kedepan semakin banyak jumlah pengunjungnya.

Kesimpulan bahwa proses kerja humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya bertujuan untuk memperkenalkan instansi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, memberikan citra positif lembaga kepada masyarakat, pengenalan struktur keorganisasian Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan mempermudah masyarakat untuk mengetahui perkembangan penanganan perkara dan hasilnya sudah cukup baik itu terlihat dari hasil yang telah dicapai yaitu pengunjung website yang semakin bertambah dari tahun ke tahunnya .

Saran, sebaiknya portal-portal yang ada di website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dibuat lebih menarik baik dari segi tampilan ataupun isi selain itu diperbanyak gallery fhoto dan videonya supaya masyarakat lebih tertarik untuk membuka website tersebut.

Kata Kunci: Humas,Pengumpulan fakta,perencanaan,aksi dan komunikasi, evaluasi,Website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(3)

iv

BUILDING A POSITIVE IMAGE AGENCY By :

LIA MARLIANTI NIM.41807112

The Research under guadiance Melly Maulin .P, S.Sos., M.Si.

Intention of this research is to Process of Public Relations Through the Attorney General of West Java Management website www.kejati-jabar.go.id in building a positive image its institutions.Research Employment Relations discusses the process that includes the collection of facts, planning, action and communication and evaluation.

Research is a qualitative approach, whereas the method used is descriptive method.The process of selecting informants using purposive sampling techniques. In addition, data collection techniques with in-depth interviews, observation, library research and Internet searching. Data analysis techniques used are data collection, data reduction of data, display data and drawing conclusions..

The results obtained that the gathering of facts by the Public Relations West Java High Court conducted a survey on the spot or carried directly to lapangan.Perencanaan keep updating the news content every second of the legal developments in the region and Communication West Java.Action implemented through data collection , material information will be treated to an appropriate information in accordance with the facts instead of asumsi.While evaluation of the results achieved are already accessible to visitors about 24.496 million as of the last record in June 2012 that predicted the future an increasing number of visitors.

Conclusion that the public relations work of West Java High Court through the management of website www.kejati-jabar.go.id in building a positive image of the institution aims to introduce the agency of West Java High Court, giving a positive image to the public institutions, introduction of the organizational structure of the High Court of West Java and easier for people to learn the handling of the case and the result is good enough it can be seen from the results already achieved the visitors was increasing from year to year. Advice, portal-portal should be available on the website of West Java High Court made more attractive both in terms of appearance or the contents otherwise reproduced fhoto gallery and video so that people are more interested in opening. Key Words: public relations, gathering facts, planning, action and communication, evaluation, the West Java High Court website


(4)

v Assalamua’laikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Skripsi ini berjudul Proses Kerja Humas Kejaksaan Tinggi jawa Barat melalui pengelolaan website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya . Hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini telah dilewati sebagai suatu tantangan yang seharusnya dijalani, di samping sebagai pemenuhan kewajiban yang memang semestinya dilaksanakan.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang membantu penulis, sehingga pembuatan skripsi ini dapat selesai, untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Mamah, Bapak, Anakku Keysha dan juga Suamiku tercinta yang selalu memberikan do’a restu, kasih sayang, cinta, perhatian, motivasi, dan limpahan materi yang tidak akan pernah terbalas hingga kapanpun.


(5)

vi

1. Yth, Bpk Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo,Drs.,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas segala bentuk Perizinan yang diberikan yang berhubungan dengan kegiatan akademik.

2. Yth, Bpk Drs.Manap Solihat,M.Si.,selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations, terima kasih atas segala bentuk Perizinan yang diberikan yang berhubungan dengan kegiatan akademik, dan juga ilmu yang diberikan selama penulis berada di Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth, Ibu Melly Maulin .P, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing Penulis, dari mulai pembuatan hingga penyelesaian skripsi ini, terima kasih untuk motivasi, serta bimbingan yang diberikan, kesabaran, waktu dan tempat, serta masukan-masukan dan nasehat-nasehat yang selalu diluangkan dan diberikan kepada penulis.

4. Yth, Ibu Rismawaty,.S.Sos., M.Si, selaku Dosen Wali, yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan masukan-masukan yang sangat berarti bagi peneliti.

5. Yth, seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, Ibu Desayu Eka Surya,S.Sos.,M.Si,Ibu Iin Rahmi Handayani,Sos.,M.Si, Bpk Adiyana Slamet,S.IP.,M.Si,


(6)

vii

Dra.Kiki Zakiah,M.Si, Bpk Drs.Odji Kurniadi,M.Si, Bpk Drs.Alex Sobur,M.Si, Bpk Ferry Darmawan,S.Sos.,M.Si, Ibu Dr.Ani Yuningsih,Dra.,M.Phil yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada Penulis.

6. Yth, Ibu R.R Sri Intan Fajarini S.Ikom dan Ibu Astri Ikawati, A.M.Kom, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM.

7. Yth. Bapak Atang Bawono,SH,MH ( Kasi Penkum Humas Kejati ) Ibu Yeni Sulastri,SH ( Kasubsi Humas Kejati ),Bapak Rudi Dwi Prasetyono (Staf Sospol / Tim Redaksi website Kejati ) Terima kasih atas bantuannya kepada penulis dengan memberikan informasi tentang apa yang diteliti oleh penulis, dan juga semua Pegawai Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang telah membantu Penulis.

8. Yts, Semua keluarga yang banyak mendukung penulis, terima kasih buat Kakakku Asep yang selalu memberi motivasi,teteh Fisi, Bibi Yani, Mama Dede, yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.

9. Semua teman-temanku yang banyak membantu penulis, Dan semua anak Ik 3 angkatan 2007 dan juga anak Humas 3 2010, yang


(7)

viii

Akhir kata, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandung, Agustus 2012


(8)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 12

1.2.1. Pertanyaan Makro………..12

1.2.2. Pertanyaan Mikro………...12

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ... 13

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Hakikat dan Definisi Komunikasi ... 16

2.1.2. Proses Komunikasi ... 19

2.1.3. Tujuan Komunikasi ... 20

2.1.4. Komponen-komponen Komunikasi ... 21

2.1.4.1. Komunikator dan Komunikan...22


(9)

x

2.1.5. Konteks Komunikasi...25

2.1.6. Tinjauan Public Relations...26

2.1.6.1. Pengertian Public Relations...26

2.1.6.2. Tujuan Public Relations...28

2.1.6.3. Ciri-ciri Public Relations...29

2.1.6.4. Fungsi Public Relations...29

2.1.6.5. Tugas Public Relations...30

2.1.6.7. Proses Public Relations...32

2.1.7. Tinjauan Citra...34

2.1.7.1. Pengertian Citra...34

2.1.7.2. Jenis-jenis Citra...34

2.1.7.3. Citra Lembaga...36

2.1.7.4. Pembangunan Citra...36

2.1.8. Tinjauan Teori yang digunakan...37

2.1.9. Tinjauan Media Humas yang digunakan...38

2.1.9.1.Pengertian dan Fungsi Website………..……38

2.2. Kerangka Pemikiran ... 40

2.2.1. Kerangka Teoritis ... 40

2.2.2. Kerangka Konseptual ... 42

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Kejaksaan ... 44

3.1.2. Logo dan Arti Logo Kejaksaan ... 53

3.1.3. Visi dan Misi Kejaksaan ... 54

3.1.4. Job Description kejaksaan Tinggi Jawa Barat...58


(10)

xi

………..……….…...

3.1.7. Sarana Dan Prasarana Kejaksaan Tinggi Jawa Barat...75

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Desain Penelitian ... 77

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 78

3.2.3. Teknik Penentuan Informan ... 80

3.2.4. Teknik Analisa Data...81

3.2.5. Lokasi dan waktu Penelitian...83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskripsi Identitas Informan ... 86

4.2. Deskripsi Hasil penelitian ... 93

4.2.1. Pengumpulan Fakta yang dilakukan oleh Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Melalui Pengelolaan Website www.Kejati-Jabar.Go.Id Dalam Membangun Citra Positif Lembaganya…….96

4.2.2 Perencanaan yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya...99

4.2.3. Aksi dan Komunikasi Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Melalui Pengelolaan Website www.kejati-jabar.Go.Id Dalam Membangun Citra Positif Lembaganya...103

4.2.4.Evaluasi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya………..105


(11)

xii

Citra Positif Lembaganya...106

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian...108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... .116

5.2. Saran ... .117

5.2.1. Saran Bagi Lembaga...117

5.2.2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya...118

DAFTAR PUSTAKA...120

LAMPIRAN-LAMPIRAN...122


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Saat ini dunia telah memasuki era informasi yang akan berkembang dan terus berkembang. Informasi menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua orang, semua kalangan baik itu instansi pemerintah maupun swasta bahkan semua negara. Negara-negara maju tidak pernah lepas dari penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Salah satu ukuran maju tidaknya suatu negara adalah penguasaan TIK.Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dalam hal ini kita sebut Komputer akan terus berkembang dengan pesatnya baik itu Perangkat Kerasnya (Hardware) maupun Perangkat Lunaknya (Software). Sudah banyak kita lihat dan dengar di semua bidang sudah menggunakan komputer yang sangat membantu pekerjaan manusia.Pentingnya teknologi informasi dalam penyelenggaraan pelayanan public di tubuh pemerintah Indonesia sudah disadari sejak awal.Berbagai lembaga pemerintah seakan berlomba untuk memunculkan web atau situs pelayanannya masing-masing.

“Website merupakan halaman situs sistem informasi yang dapat diakses secara cepat. Website ini didasari dari adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui perkembangan teknologi informasi, tercipta suatu jaringan antar komputer yang saling berkaitan”¹. Jaringan yang

¹http://www.dadi.comoj.com/index.php?p=1_23_Era-Public-Relations-Web,Rabu/28- 12-2011/Pkl.20.00WIB


(13)

dikenal dengan istilah internet secara terus-menerus menjadi pesan–pesan elektronik, termasuk e-mail, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar individu atau komputer.

Internet memberikan berbagai macam fasilitas yang dapat dirasakan pengguna, karena internet dapat menjadi media pertukaran dan penyampaian informasi. Salah satu fasilitas yang digunakan sebagai media pertukaran dan penyampaian informasi, HTTP:// (HyperText Transfer Protocol). HTTP yaitu serangkaian aturan komunikasi yang memungkinkan browser melakukan transaksi data dengan server web. Dengan HTTP untuk mengakses website, pengguna tidak perlu menuliskan HTTP:// diawal kalimat. Pengguna dapat dimudahkan dalam mengakses dengan langsung menulis nama domain bagian kedua website tersebut.

Penggunaan website sudah menjadi suatu perhatian oleh banyak kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, pemasaran, praktisi media massa, perusahaan, hingga instansi pemerintahan. Dari website ini banyak kalangan menggunakannya sebagai media promosi, alat penjualan, hingga memberikan materi informasi yang berkaitan gambaran detail suatu instansi atau lembaga. Tak hanya itu dengan adanya website banyak orang yang berlomba-lomba untuk dapat mempromosikan dirinya. Hal ini ditandai dengan adanya situs-situs atau website yang memberikan fasilitas untuk dapat berhubungan dengan orang banyak, seperti jejaring sosial facebook, friendster, twitter, blog, myspace, dan website lainnya. Kini semakin maraknya penggunaan website oleh berbagai orang dan juga kalangan, maka membuat perusahaan


(14)

maupun instansi pemerintahan menggunakan website perusahaan. Menurut Kriyantono website perusahaan merupakan :

“Sarana komunikasi yang pertama kali dan paling populer dilihat oleh organisasi.Karena itu, pada abad ini setiap perusahaan mesti melengkapi sarana komunikasinya dengan membuat website.” (Kriyantono, 2008:260) Adanya penggunaan website pada suatu perusahaan ataupun lembaga dalam penyampaian informasi tidak terjadi begitu saja tanpa adanya peran seseorang atau divisi dalam pengelolaannya. Pengelolaan website untuk menyampaikan informasi kepada khalayak biasanya dilakukan oleh Public Relations atau Hubungan Masyarakat (Humas). Public Relations atau Hubungan Masyarakat (Humas) menurut definisi dari Rex Harlow dalam Effendy adalah,

“Fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama; melibatkan manajemen dalam perasalahan atau persoalan; membantu manajemen menjadi tahu mengenai dan tanggap terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”. (Effendy, 1993:118)

Untuk itu sekarang perusahaan,lembaga atau instansi memiliki divisi khusus yang berfungsi menjembatani atau menjadi saluran penghubung, baik di lingkungan dalam perusahaan itu sendiri, yaitu antara pimpinan dengan karyawan (internal public) maupun antara perusahaan dengan pihak luar (external public), yang diantaranya adalah masyarakat atau pelanggan. Divisi


(15)

khusus tersebut dikenal dengan nama Public Relations atau Hubungan Masyarakat (Humas).

Public Relations atau Humas suatu perusahaan atau lembaga merupakan ujung tombak dan sebagai jembatan penghubung antara pihak perusahaan dengan berbagai pihak yang menjadi khalayaknya. Dalam realita praktik Public Relations di perusahaan, bertujuan menciptakan pemahaman publik, membangun citra korporat (perusahaan atau lembaga), membangun opini publik, serta membentuk niat yang baik dan bekerja sama.

Adapun definisi Public Relations dalam kamus Fund and Wagnal American Standard Desk Dictionary dikutip oleh Linggar Anggoro:

Public Relations adalah segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya”. (Anggoro, 2000 : 2)

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa Public Relations dalam suatu lembaga atau instansi pemerintahan sangatlah penting dan sudah menjadi kebutuhan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa Public Relations merupakan ujung tombak dalam menyebarkan informasi yang harus disosialisasikan kepada publik, baik internal maupun eksternal.

Sebagaimana yang dikatakan Oemi Abdurachman dalam bukunya Dasar Dasar Public Relations ” bahwa Public Relations mempunyai atau memiliki 2 kegiatan utama,yaitu kegiatan internal ( kegiatan yang berhubungan dengan pihak perusahaan ) dan kegiatan eksternal ( kegiatan yang berhubungan dengan pihak diluar perusahaan )” ( Abdurachman,2001:35).


(16)

Memasuki era globalisasi Public Relations atau Humas kini dapat mempublisitaskan instansinya dengan jangkauan luas secara langsung. Salah satu cara untuk melakukan itu semua yaitu dengan menggunakan berbagai kecanggihan teknologi. Banyaknya perusahaan yang melakukan kegiatan publikasi Public Relations atau Humas menggunakan internet, kegiatan tersebut dikenal dengan sebagai konsep Public Relations On The Net. Konsep ini merupakan suatu pemikiran baru di kalangan perusahaan dan instansi pemerintahan untuk memanfaatkan kehadiran media baru, yakni internet. Pemanfaatan tersebut digunakan Public Relations atau Humas sebagai media publikasi baru yang lebih dimudahkan dan dituntut untuk mampu mengikuti zaman yang serba digital. Public Relations Net atau Electronic Public Relations (e-PR) adalah penerapan dari perangkat ICT (Information and Communication 7 Technologies) untuk keperluan Public Relations. Seluruh kegiatan kehumasan dapat dilakukan didalam internet dari mulai melakukan kegiatan publikasi sampai melakukan customer relations, management juga dapat dilakukan di Internet.

Bagi suatu lembaga yang ada saat ini khususnya Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, website bisa jadi suatu identitas yang menunjukkan jati diri lembaga. Selain itu website juga bisa menjadi suatu jembatan penyambung antara lembaga dengan dunia luar.

Website yang baik dengan konten yang selalu diperbaharui bisa membuat suatu lembaga dikenal oleh masyarakat. Masyarakat tidak perlu lagi datang untuk melihat kantor dan kegiatan lembaga. Cukup melihat dari website yang


(17)

kita miliki, orang akan tahu kegiatan apa saja yang kita lakukan, sekaligus menjadi tempat berinteraksi dua arah.Website juga akan membuat lembaga menjadi terlihat professional, karena dengan website, orang bisa mengakses ke lembaga tersebut tanpa terbatas ruang dan waktu, bisa diakses di mana saja dan bisa melayani masyarakat manapun. Lebih efektif dan efisien.

Untuk memberikan informasi kepada pegawai ataupun kepada masyarakat tentang segala kegiatan yang dilakukan ataupun berbagai macam hal yang berhubungan dengan kejaksaan. Kejaksaan Tinggi Jawa barat menganggap Website adalah saluran yang dianggap cukup efisien dan efektif untuk memberikan informasi kepada pegawainya ataupun masyarakat selain itu dengan adanya website kejati-jabar.go.id,diharapkan dapat membangun citra positif kejaksaan dimata masyarakat. Terhubung secara online melalui website dengan berbagai kemudahan bagi setiap penggunanya. Baik informasi maupun aspirasi dapat diakses secara real time, sehingga informasi dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pihak yang membutuhkan, tanpa terhambat oleh ruang, waktu serta biaya.

Website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat baru disahkan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2011 website ini dibuat untuk mengakomodir tuntutan transparansi dalam penyelenggaraan tugas dan kewenangan kejaksaan dan sebagai upaya untuk mengupayakan pemberian pelayanan public yang lebih berkualitas khususnya di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat .

Melalui website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ini, ditampilkan data penanganan perkara, baik perkara Tindak Pidana Umum (PIDUM), Tindak


(18)

Pidana Khusus (PIDSUS), maupun perkara Perdata dan Tata Usaha Negara (DATUN) se wilayah Jawa Barat, dan informasi lain yang dinilai layak untuk diketahui masyarakat, juga terdapat tampilan berita kegiatan-kegiatan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang sedang dilaksanakan oleh seluruh pegawai Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negeri se wilayah Jawa Barat.

Dengan hadirnya website ini di tengah-tengah masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berkomunikasi secara aktif dengan Kejaksaan dan peresmian website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat www.kejati-jabar.go.id menjadi langkah awal dari upaya Kejaksaan untuk bekerja secara transparan dan akuntabel. Website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat http://kejati-jabar.go.id dapat digambarkan pada gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.1

Website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat www.kejati-jabar.go.id


(19)

Keberadaan website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat merupakan suatu bentuk kemajuan teknologi dalam mendukung proses penyampaian informasi kejaksaan kepada masyarakat melalui medianya sendiri. Penggunaan website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Kejati-jabar.go.id dapat mempermudah kerja Humas seperti saat menginformasikan agenda kegiatan kejaksaan yang harus diperbaharui setiap waktu. Jika menggunakan media konvensional informasi agenda kegiatan kejaksaan yang disiarkan terbatas, karena Humas harus menulis pada papan kegiatan yang memiliki ukuran terbatas.Dikarenakan website ini baru disahkan dalam waktu satu tahun lebih sehingga perlu sosialisasi dari pihak humas kejaksaan itu sendiri,salah satu cara untuk mensosialisakan website ini adalah dengan memberitahukan adanya website kejaksaan kepada masyarakat di setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak kejaksaan ataupun ditulis di papan pengumuman kejaksaan.

Adapun menu-menu yang terdapat di dalam website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat kejati-jabar.go.id diantaranya adalah :

a. Berita : Berisi informasi seputar kegiatan yang dilakukan oleh kejaksaan Tinggi Jawa Barat

b. Galeri kegiatan : Berisi Fhoto-fhoto dan video kegiatan yang dilakukan oleh kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

c. Info Perkara : Berisi info seputar pelanggaran hukum yang dilakukan oleh para tersangka berikut pasal-pasal pelanggarannya.


(20)

d. Sarana : Berisi Informasi seputar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kejaksaan Tinggi Jawa barat e. Profil : Berisi informasi tentang semua hal yang

berhubungan dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat diantaranya tugas,wewenang serta fungsi kejaksaan. f. Pengaduan : Berisi pengaduan masyarakat yang berkaitan

dengan dugaan pelanggaran perilaku ataupun ketidakpr ofesion alan Jaksa dan Pegawai dalam melaksanakan tugas serta pengaduan masyarakat terkait dugaan tindak pidana korupsi.

g. Peraturan : Berisi Informasi tentang Undang-undang yang berkaitan dengan pelanggaran hukum

Dari semua menu yang ada di dalam website kejaksaan Tinggi Jawa Barat gallery kegiatan lah yang sering diakses oleh masyarakat karena dengan begitu masyarakat jadi tau kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dengan melihat fhoto-fhoto tersebut.

Menurut Bertrand , dalam buku nya Public Relations: Principle problem, yang dikutip Onong U. Effendy, fungsi Public Relations adalah sebagai berikut:

1. It should be serve the publics interest (Mengabdi kepada kepentingan umum).


(21)

3. Stress Good Moral and manners (Menitik beratkan kepada moral dan perilaku yang baik). (Effendy,1999; 31)

Dari pemaparan definisi dan fungsi Public Relations tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu ciri khas proses Public Relations adalah sebagai berikut:

1. Menunjukan kegiatan tertentu (action)

3. Kegiatan yang jelas (activities) Adanya perbedaan khas dengan kegiatan lain (different)

4. Terdapat suatu kepentingan tertentu (important) 5. Adanya kepentingan bersama (common interst)

6. Terdapat komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic

Communication).

Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat


(22)

bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Perlu ditambahkan, “Kejaksaan mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai 2Jaksa Pengacara Negara”. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.

Untuk membangun citra positif lembaga kejaksaan itulah Kejaksaan Tinggi Jawa Barat memiliki Humas sebagai pelaksana dari semua jenis kegiatan yang ada di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ,dengan berbagai kegiatan dan upaya yang dilakukan,juga dengan melaksanakan urusan pelayanan informasi public yakni memberikan informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan Kejaksaan yang bertujuan untuk membangun citra kejaksaan kepada masyarakat luar,adapun beberapa tugas Humas yang termasuk kedalam layanan jasa public yaitu :

 Melaksanakan pelayanan Public pencari berita dari media cetak maupun media elektronik

 melakukan penyiapan dan pemantauan berita-berita serta menampung aspirasi dan pendapat umum mengenai masalah dalam masyarakat yang berkaitan dengan Kejaksaan dan pelaksanaan hubungan dengan

²


(23)

lembaga legislatif di daerah, instansi pemerintah, mass media dan masyarakat.

 Melakukan dan memberikan penyuluhan hukum ke daerah-daerah untuk membimbing masyarakat taat hukum

 Menyusun bahan Press Release berdasarkan data informasi dari unit kerja dan masyarakat untuk membentuk opini public yang positif bagi instansi

 Melayani masyarakat maupun LSM dalam melakukan pelaporan pengaduan baik dilingkungan instansi pemerintah maupun di lingkungan Kejaksaan sendiri

 Pelaksanaan pendokumentasian, pendistribusian dan pelaksanaan tugas.

Citra baik dan positif tidaklah mudah didapat,melainkan dengan usaha yang maksimal.untuk itu diharapkan dengan adanya humas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan melalui pengelolaan website kejaksaan www.kejati-jabar.go.id,akan berusaha membangun citra baik dan positif dari masyarakat umumnya dan khususnya di kalangan internalnya sendiri,dan pencitraan lembaga pun waktu demi waktu akan semakin ditingkatkan.

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1.Pertanyaan Makro

 Bagaimana Proses Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya?


(24)

1.2.2.Pertanyaan Mikro

 Bagaimana Pengumpulan fakta yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya ?

 Bagaimana Perencanaan yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya ?

 Bagaimana Aksi dan Komunikasi yang Disampaikan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya ?

 Bagaimana Evaluasi yang Dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya ?

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menjelaskan Proses Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati -jabar.go.id dengan melakukan berbagai macam peng umpulan fakta,perencanaan,pelaksanaan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan dalam membangun citra positif Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

1.3.2. Tujuan Penelitian


(25)

1. Untuk mengetahui Pengumpulan fakta yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

2. Untuk mengetahui Perencanaan yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

3. Untuk mengetahui Aksi dan Komunikasi yang disampaikan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

4. Untuk mengetahui Evaluasi Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

5. Untuk mengetahui Proses Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmiah bagi Ilmu Komunikasi, khususnya tentang

Proses Kerja Humas dalam suatu lembaga pemerintahan. 1.4.2. Kegunaan Praktis


(26)

Kegunaan penelitian ini merupakan suatu pembelajaran,pembekalan ilmu mengenai proses kerja humas atau Public Relations dalam meningkatkan citra positif bagi perusahaan atau lembaga.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan mengenai proses kerja Humas suatu lembaga pemerintahan mampu memberikan konstribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu komunikasi khususnya ilmu humas di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) program studi ilmu komunikasi dan sebagai masukan informasi yang lebih jelas bagi peneliti

selanjutnya yang ada hubungannya dengan masalah ini. Diharapkan menjadi

literatur dalam menambah wawasan dan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan tema yang sama.

3. Lembaga

Diharapkan hasil dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan masukan yang positif bagi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat khususnya tentang proses kerja Humas Kejaksaan itu sendiri.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Hakikat dan Definisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communocare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama, jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian. Pada hakikatnya komunikasi adalah “pernyataan antar manusia”, dimana ada proses interaksi antara dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu.

Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena “Setiap masyarakat manusia baik primitif maupun modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi”.(Rakhmat, 1986:1). Pernyataan tersebut, didukung pula dengan pernyataan lain, yaitu 90% kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi” (Soesanto,1977:2). Dari dua pernyataan tersebut, tergambarkan bagaimana komunikasi


(28)

menjadi salah satu kebutuhan manusia yang hakiki, dan menjadi ajang sekaligus sarana penyampaian gagasan dan isi kepala kepada orang lain.

Jika berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang salah dan benar, definisi diuraikan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media tertentu atau justru terlalu luas misalnya, komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan makhluk hidup lainnya.

Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981), adalah : “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19).

Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya” (Effendy, 1993 :28).Berbeda dengan kedua definisi diatas, M.O. Palapah dan Atang, dimana “Komunikasi sebagai Ilmu tentang pernyataan manusia yang menggunakan lambang-lambang yang berarti” (Palapah, dan Atang, 1983 :9).

Beragamnya definisi mengenai komunikasi menuntun kita untuk lebih mengenal komunikasi secara konseptualisasi, dimana komunikasi terdiri


(29)

dari tiga konseptualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot (Mulyana, 2000 : 61-68) :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Suatu pemahaman mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang atau suatu lembaga kepada seseorang (sekelompok orang lainnya baik secara langsung atau melalui media. Jadi komunikasi dianggap sebagai proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan ini menyeratakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala. Komunikasi sebagai interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah. Namun pandangan ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima karena itu masih berorientasi pada sumber jadi masih bersifat mekanis dan statis.

3. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi bersifat dinamis, lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dan


(30)

nonverbal bisa diketahui dengan langsung, konsep ini tidak membatasi komunikasi sebagai komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Komunikasi dilihat sebagai proses dinamis yang berkesinambungan mengubah perilaku-perilaku pihak yang berkomunikasi.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (Symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang


(31)

relatif jauh dan komunikan yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi,film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Menurut (Effendy 2003 : 8), tujuan dari komunikasi adalah: 1. Perubahan sikap (attitude change)

2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change) 4. Perubahan social (social change).

Sedangkan tujuan komunikasi pada umumnya menurut Hafied Cangara adalah mengandung hal-hal sebagai berikut:

a. Supaya yang disampaikan dapat dimengerti

Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan (komunikator).

b. Memahami orang

Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya. Jangan hanya berkomunikasi dengan kemauan sendiri.


(32)

c. Gagasan dapat diterima oleh orang lain

Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan kehendak.

d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu

Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. (Hafied,2002: 22).Manfaat dari tinjauan pustaka mengenai tinjauan mengenai Ilmu Komunikasi yaitu suatu ilmu komunikasi basis pertama dalam penelitian dan merupakan suatu kajian khusus dalam penelitian, dimana proses penelitian tersebut memerlukan proses komunikasi dan alur komunikasi yang terjadi antara peneliti dengan objek maupun subjek yang diteliti, seperti halnya komponen komunikasi yang tidak dapat terpisahkan dalam proses selama komunikasi berlangsung ditinjau dari tujuan komunikasi yaitu apa yang dapat dimengerti, memahami orang, gagasan dapat diterima orang dan menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu.

2.1.4 Komponen-komponen Komunikasi

Menurut Effendy (2000:6), Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)


(33)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Berdasarkan komponen-komponen tersebut Lasswell menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.4.1 Komunikator dan Komunikan

Kita menggunakan istilah sumber-penerima, karena sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus penerima (pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh, atau tersenyum. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca,dan sebagainya (Devito, 1997 : 27). Tetapi ketika kita mengirim pesan kita juga menerima pesan. Anda menerima pesan kita sendiri (kita mendengar diri sendiri, merasakan gerak tubuh sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh kita sendiri) dan kita menerima pesan dari orang lain secara visual, melalui pendengaran atau bahkan melalui rabaan dan penciuman. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita memandangnya untuk mendapatkan tanggapan untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan dan sebagainya. Ketika kita menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, kita menjalankan fungsi penerima .


(34)

2.1.4.2 Pesan

Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000 : 11).

Bahasa adalah lambang yang paling banyak dipergunakan, namun tidak semua orang pandai berkata-kata secara tepat yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaannya. Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik namun gerakan tubuh hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas. Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu, kedua lambang itu sama-sama terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada orang lain.

2.1.4.3 Media

Media sering disebut sebagai saluran komunikasi, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran, kita mungkin menggunakan dua atau tiga saluran secara simultan (Devito, 1997 :28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengar (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan


(35)

(saluran olfaktori), dan sering kita saling menyentuh itupun komunikasi (saluran taktil).

Media juga dapat dilihat dari sudut media tradisional dan modern yang dewasa ini banyak dipergunakan (Effendy, 2000 : 37). Tradisional misalnya kontongan, bedug, pagelaran seni, dan lain-lain sedangkan yang lebih modern misalnya surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, internet yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, audio dan audio-visual.

2.1.4.4 Efek

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlihat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Pertama Anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis atau mengevaluasi sesuatu, ini adalah efek intelektual atau kognitif. Kedua Anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi dan perasaan Anda, ini adalah efek afektif. Ketiga Anda mengkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan non verbal yang patut, ini adalah efek psikomotorik (Devito, 1997 : 29).


(36)

2.1.5. Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari :

1. Aspek bersifat fisik; seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis; seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial; seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu; yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.


(37)

2.1.6. Tinjauan Public Relations 2.1.6.1.Pengertian Public Relations

Menurut Frank Jeffkins, definisi Public Relations adalah: “Segala bentuk komunikasi berencana ke luar dan ke dalam antara sebuah organisasi dengan masyarakat dengan tujuan memperoleh sasaran tertentu yang berhubungan dengan saling pengertian (mutual understanding)”. (Jeffkins, 1992: 2)

Menurut J. C. Seidel, Public Relations Director, Division of Housing, State of New York yang dikutip oleh Abdurrachman adalah:

“Public Relations is the continuing process by which management

endeavors to obtain goodwill and understanding of its customer, its employees and the public at large, inwardly through self analysis and correction, outwardly through all means of expression” (Public Relations adalah proses yang continue dari usaha-usaha manajemen ke dalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan).(Abdurrachman, 2000: 24-25)

Menurut W. Emerson Reck, Public Relations Director, Colgate University dalam (Abdurrachman, 2001 : 25) adalah:

“Public Relations is the continued process keying policies, services and actions to the best interest of those individual and groups whose confidence and goodwill an individual or institutions covets, and secondly, it is the interpretation of these policies, services and actions to assure complete understanding and appreciation”. (Public Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka.Kedua, pelaksanaan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya).


(38)

Public Relations menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny A Rusli, adalah “Berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau setiap produknya” (Kotler,2000: 265)

Public Relations juga dijelaskan dalam beberapa definisi yang satu sama lain berbeda namun esensinya sama. Menurut Edward L. Bernays dalam (Rachmadi, 1992 : 19) mengatakan bahwa Public Relations mempunyai tiga arti diantaranya:

 Penerangan masyarakat

 Persuasi untuk merubah sikap dan tingkah laku masyarakat.  Usaha untuk mengintegrasikan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, dapat dilihat adanya kesamaan pokok pikiran mengenai Public Relations yaitu:

1. Public Relations merupakan kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari public atau masyarakat.

2. Sasaran Public Relations merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi atau perusahaan.

3. Public Relations adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara suatu badan atau organisasi dengan masyarakat melalui suatu komunikasi timbal balik antara dua arah. Hubungan harmonis ini


(39)

timbul dari mutual understanding, mutual confidence, dan image yang baik untuk mencapai opini publik yang positif.

4. Public Relations adalah suatu proses yang continue ke luar dan ke dalam organisasi atau perusahaan dari usaha-usaha manajemen dan proses penetapan serta pelaksanaan kebijaksanaan demi kepentingan langganannya, pegawainya, dan publik umumnya.

Semua hal di atas dapat dilaksanakan oleh Public Relations dengan menunjukan hal-hal yang positif tentang apa yang telah dilaksanakan dandirencanakan. Memberikan keterangan-keterangan kepada publik dengan jujur. Selain itu juga sikap yang simpatik, ramah dan kata-kata sopan yang menunjukkan perhatian pada public welfare (kesejahteraan masyarakat).

2.1.6.2.Tujuan Public Relations

Menurut Oemi Abdurachman, dalam bukunya Dasar Dasar Public Relations, adalah “mengembangkan Goodwill dan memperoleh opini publik yang favourable image atau menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang baik dengan berbagai public” .(Abdurachman,2001; 34). Menurut Oemi Abdurachman tujuan Public Relations terbagi 2, yaitu:

1. Tujuan Internal

Membina hubungan baik antara manajemen dengan pegawai sehingga tercipta komuniaksi timbal balik.

2. Tujuan Eksternal

Mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar badan instansi, hingga terbentuk opini publik.


(40)

Dapat disimpulkan bahwa tujuan Public Relations adalah untuk membentuk, menciptakan, dan mempertahankan citra positif (+) dari suatu perusahaan atau organisasi.

2.1.6.3. Ciri Ciri Public Relations

Menurut Onong U. Effendy, dalam buku nya Human Relations dan Public Relations, ciri dari Public Relations adalah sebagai berikut :

1. Public Relations adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik.

2. Public Relations merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi dan publik yang menjadi sasarannya. Baik itu publik internal maupun publik eksternal.

3. Operasionalisasi Public Relations adalah membina hubungan yang baik dan harmonis dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi ataupun dari pihak luar. (Effendy,1999; 31).

2.1.6.4. Fungsi Public Relations

Fungsi atau peranan adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh Public Relations sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang Public Relations. Jadi, Public Relations dikatakan berfungsi apabila telah mampu melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan dan menjamin kepentingan publik.


(41)

Secara garis besar fungsi Public Relations adalah:

 Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan atau instansi dengan publiknya (Maintain Good Communications).

 Melayani kepentingan publik dengan baik (Serve public s interest).  Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan atau instansi dengan baik

(Maintain good morals & Manners).

SedangkanSedangkan Cutlip & Center1 menyebut fungsi Public Relations sebagai berikut :

 Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

 Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan Menyebarkan informasi dari instansi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada instansi.

 Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan instansi untuk kepentingan umum.

 Membina hubungan secara harmonis antara perusahaan dan public, baik internal maupun eksternal.

2.1.6.5.Tugas Public Relations

Dari paparan fungsi dan tujuan di atas, dapat dijabarkan tugas Humas. Menurut Rachmat Krisyantono dalam Buku Public Relations Writing (Krisyantono, 2008:23) tugas seorang Public Relations adalah sebagai berikut:


(42)

Publications & Publicity, yaitu mengenalkan perusahaan kepada publik, Misalnya membuat tulisan yang disebarkan ke media, Newsletter, artikel, dan lainnya.

Events, mengorganisasikan event atau kegiatan sebagai upaya membentuk citra.

News, pekerjaan seorang Public Relations adalah menghasilkan produk-produk tulisan yang sifatnya menuyebarkan informasi kepada publik, seperti press release, newsletter, berita, dan lain-lain. Karena itu, dituntut menguasai teknik-teknik menulis (Public Relations Writing).

Community Involement, Public Relations mesti membuat program – program yang ditujukan untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitarnya.

Identity-Media, merupakan tugas Public Relations dalam membina hubungan dengan media (pers). Sangat penting untuk memperoleh publisitas media.

Lobbying, Public Relations sering melakukan upaya persuasi dan negosiasi dengan berbagai pihak.

Social Investement, tugas Public Relations untuk membuat program-program yang bermanfaat bagi kepentingan dan kesejahteraan sosial.


(43)

2.1.6.7. Proses Public Relations

Seorang petugas Humas tidak cukup dibekali dengaan kemampuan berkomunikasi untuk menyebarkan informasi dan menerima informasi, tapi juga harus mampu mencari solusi pemecahan setiap permasalahan yang timbul akibat dari kecenderungan maupun kebijakan organisasi terhadap publik-publiknya. Oleh sebab itu, petugas Humas harus memahami fungsi dan proses Humas.

Salah satu fungsi Humas adalah menjalin komunikasi dengan publik-publik organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam konteks ini, tujuan organisasi dibantu pencapaiannya melalui Humas dengan cara meningkatkaan kepercayaan publik, menjaga atau memperbaiki prestise organisasi, mendeteksi dan menangani isu-isu yang berkembang dan mengatasi kesalahpahaman dan prasangka.

Dalam prosesnya Humas harus melalui beberapa Tahapan, di antaranya : 1. Tahap Pengumpulan Fakta

Humas dalam melakukan kebijakannya atau dalam menangani masalah tidak dilakukan secara asal-asalan, tapi harus didasarkan pada fakta- fakta. 2. Menyusun rencana dan perancangan program Humas

Yaitu, rencana yang terkait dengan komunikasi antar organisasi dengan publik, misalnya dengan mengkomunikasikan program organisasi. Ada baiknya publik diberitahu tentang langkah langkah yang dilakukan perusahaan. Melalui berbagai kegiatan publisitas dan promosi, contohnya dengan memanfaatan media elektronik, media massa ( mengundang media


(44)

untuk peliputan , menulis siaran pers/membuat press release , membuat situs internet) atau dengan pemberian informasi langsung (pameran), penyebaran brosur, dan lain sebagainya. Intinya dapat menunjukkan kepedulian organisasi terhadap publik.

3. Mengambil Tindakan dan berkomunikasi

Langkah ketiga adalah mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing public dalam rangka mencapai tujuan program.Pertanyaan dalam langkah ini adalah “ Siapa yang harus melakukan dan menyampaikan,dan kapan,di mana,dan bagaimana caranya?”

4. Evaluasi

Ditujukan untuk melihat apakah program kegiatan yang direncanakan berjalan dengan baik ? Apakah bisa mencapai tujuan atau belum mencapai tujuan ? Bila ternyata bisa mencapai tujuan, hal itu dapat dijadikan acuan dalam menjalankan kegiatan yang sama. Bila belum, kita harus bertanya mengapa bisa demikian? Hal ini berarti ada kesalahan dari program atau rencana yang telah dibuat dan tugas Humas adalah bisa menentukan langkah-langkah penyempurnaan dan memperbaikinya.

Selanjutnya, agar Public Relations dapat melaksanakan tugas-tugas dalam menjalankan fungsinya, lembaga yang menaungi Public Relations itu juga harus memiliki struktur yang tepat. Karena bila struktur dibuat itu keliru maka keleluasaan gerak Public Relations akan terhambat dan atau bila pekerjaan yang dibebankan kepada sebuah bidang atau lembaga itu tidak


(45)

proporsional, maka akan melahirkan kinerja yang buruk pula. Dalam segala usaha, kegiatan atau program yang dilakukan oleh Public Relations adalah bentuk upaya mencapai tujuan utama Public Relations itu sendiri, yakni Citra yang positif.

2.1.7.Tinjauan Citra 2.1.7.1. Pengertian Citra

Citra merupakan tujuan utama dari suatu instansi atau perusahaan. Terutama untuk bagian humas. juga merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai. Pengertian citra sendiri masih abstrak(intangible), dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif dari publiknya.(Ruslan,2003: 68)

Bertolak dari penjelasan diatas, lain halnya yang dikemukakan oleh Bill Canton dalam Sukatendel (1990), yang mengatakan bahwa citra adalah

Image: the impression, the feeling, the conception which the public has of a company; a consciously created impression of a object, person or organization (Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi)“.

2.1.7.2. Jenis jenis Citra

Berikut jenis jenis citra menurut Rosady Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi yang mengutip pendapat daripada Frank Jeffkins adalah sebagai berikut :

1. Citra Cermin (Mirror Image)

Adalah Citra yang yang diyakini oleh perusahaan atau instansi yang bersangkutan terutama para pimpinannya, yang selalu merasa


(46)

dalam posisi yang terbaik tanpa menanggapi kesan dari orang lain yang ada di sekitarnya.

2. Citra Kini (Current Image)

Adalah citra yang merupakan kesan baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan, berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimanya, sehingga dalam posisi tersebut humas akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice) hingga muncul kesalah pahaman yang menyebabkan citra kini ditanggapi secara negatif.

3. Citra Keinginan (Wish Image)

Adalah Citra yang merupakan seperti apa yang ingin dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga atu pruduk yang lebih di kenal(Good Awareness), menyenangkan, dan diterima dengan kesan positif.

4. Citra Perusahaan (Coorporate Image)

Adalah Citra yang berkaitan dengan sosok perusahaan atau instansi sebagai tujuan utama .yakni bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta dapat diterima oleh publik.

5. Citra Serbaneka (Multiple Image)

Adalah Citra yang merupakan pelengkap daripada citra perusahaan.Dimana disini pihak humas menampilkan pengenalan(Awa reness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name,


(47)

seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dan penampilan daripada para profesionalnya.

6. Citra Penampilan (Performance Image)

Adalah Citra yang lebih ditujukan pada subjek, bagaimana penampilan para profesionalnya pada perusahaan atau instansi yang bersangkutan.

2.1.7.3. Citra lembaga

Citra lembaga adalah fragile commodity (Komoditas yang rapuh atau mudah pecah), namun kebanyakan perusahaan yang meyakini bahwa citra lembaga yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang.(Elvinaro,2002:111).

2.1.7.4. Pembangunan Citra

Citra merupakan kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta fakta atau kenyataan. Komunikasi secara tidak langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Berikut ini adalah orientasi Public Relations, yakni Proses membangun Citra (Image Building) dapat dilihat sebagai Model Komunikasi dalam Public Relations.


(48)

Gambar 2.1.7.4 Model Membangun Citra

Dari gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa perusahaan,lembaga,atau suatu instansi merupakan sumber dari sebuah pesan.yang diwujudkan dalam berbagai program kegiatan sebagai pesannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan salah satu tujuan terpenting yang akan diraih oleh suatu perusahaan, lembaga, instansi. Sehingga diperlukan usaha agar dapat tercapainya citra yang baik (Building Good Image), salah satunya melalui kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh perusahaan,lembaga,atau instansi tersebut.

2.1.8. Tinjauan teori yang digunakan

Dalam penelitian ini peneliti juga menggambarkan mengenai Proses Model Pembangunan Citra. Dan bila dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Sumber Komunikator

Pesan Komunikan Efek


(49)

Gambar 2.1.8 Model membangun citra

Dari gambar diatas, dapat kita ketahui Kejaksaan Tinggi Jawa Barat merupakan sumber dari sebuah pesan, yang diwujudkan dalam berbagai program kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan salah satu tujuan terpenting yang harus diraih oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui Humasnya.

2.1.9. Tinjauan Media Humas Yang Digunakan 2.1.9.1.Pengertian dan Fungsi Website

Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya

Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek

Kejaksaan Tinggi Jawa

Barat

Humas

Website

www.kejati-jabar.go.id

Publik

Citra yang diperoleh


(50)

interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti Friendster,facebook,Multiply, dll. Dalam sisi pengembangannya, website statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh pengguna maupun pemilik.

Penggunaan website sudah menjadi suatu perhatian oleh banyak kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, pemasaran, praktisi media massa, perusahaan, hingga instansi pemerintahan. Dari website ini banyak kalangan menggunakannya sebagai media promosi, alat penjualan, hingga memberikan materi informasi yang berkaitan gambaran detail suatu instansi atau lembaga. Tak hanya itu dengan adanya website banyak orang yang berlomba-lomba untuk dapat mempromosikan dirinya. Hal ini ditandai dengan adanya situs-situs atau website yang memberikan fasilitas untuk dapat berhubungan dengan orang banyak, seperti jejaring sosial facebook, friendster, twitter, blog, myspace, dan website lainnya. Kini semakin maraknya penggunaan website oleh berbagai orang dan juga kalangan, maka membuat perusahaan maupun instansi pemerintahan menggunakan website perusahaan. Menurut Kriyantono website perusahaan merupakan :

“Sarana komunikasi yang pertama kali dan paling populer dilihat oleh organisasi.Karena itu, pada abad ini setiap perusahaan mesti melengkapi sarana komunikasinya dengan membuat website.” (Kriyantono, 2008:260) Adanya penggunaan website pada suatu perusahaan ataupun lembaga dalam penyampaian informasi tidak terjadi begitu saja tanpa adanya peran seseorang atau divisi dalam pengelolaannya. Pengelolaan website untuk


(51)

menyampaikan informasi kepada khalayak biasanya dilakukan Public Relations atau Hubungan Masyarakat (Humas).

Bagi suatu lembaga yang ada saat ini khususnya Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, website bisa jadi suatu identitas yang menunjukkan jati diri lembaga. Selain itu website juga bisa menjadi suatu jembatan penyambung antara lembaga dengan dunia luar.Website yang baik dengan konten yang selalu diperbaharui bisa membuat suatu lembaga dikenal oleh masyarakat. Masyarakat tidak perlu lagi datang untuk melihat kantor dan kegiatan lembaga. Cukup melihat dari website yang kita miliki, orang akan tahu kegiatan apa saja yang kita lakukan, sekaligus menjadi tempat berinteraksi dua arah.Website juga akan membuat lembaga menjadi terlihat professional, karena dengan website, orang bisa mengakses ke lembaga tersebut tanpa terbatas ruang dan waktu, bisa diakses di mana saja dan bisa melayani masyarakat manapun. Lebih efektif dan efisien.

2.2.Kerangka Pemikiran 2.2.1. Kerangka Teoritis

Rhenald Kasali mengungkapkan dalam buku “Management Public Relations”, bahwa seseorang telah melakukan proses apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu melakukan pengumpulan fakta,membuat perencanaan melakukan tindakan dan berkomunikasi serta mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan.


(52)

Maka, indikator proses kerja Humas terdiri dari:

1. Pengumpulan fakta,Dalam tahap ini,penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini,sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi.Setelah itu baru dilakukan pengevaluasian fakta-fakta dan informasi yang masuk untuk menentukan keputusan berikutnya.Pada tahap ini akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan lembaga,yaitu what’s our problem?(Apa yang menjadi problem kita ).

2. Perencanaan, pada tahap ini seorang praktisi PR sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan.langkah-langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program,termasuk anggarannya.

3. Mengkomunikasikan dan pelaksanaan,Dalam tahap ini informasi yang berkenaan dengan langkah-langkah yang akan dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya.1

1


(53)

4. Evaluasi , Proses PR selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta.Untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum,seorang praktisi PR perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil.Seperti biasa,selesainya suatu permasalahan selalu akan diikuti oleh permasalahan baru,maka tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu.Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama,atau setelah suatu masa berakhir.Pengukuran ini menjawab pertanyaan :”How did we do?”.

2.2.2 .Kerangka Konseptual

Seseorang dikatakan telah melakukan proses apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu melakukan pengumpulan fakta,membuat perencanaan , kemudian melakukan aksi dan komunikasi yang direncanakan dalam bentuk kegiatan, , dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan.

Pada kerangka konseptual, Peneliti akan menerapkan indikator proses ke dalam masalah penelitian, yaitu proses kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

 Melakukan Pengumpulan fakta yaitu dengan cara mencari informasi tentang apa yang terjadi dilapangan sehingga informasi yang didapat dan di publish di website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat merupakan fakta bukan asumsi.


(54)

 Membuat perencanaan, yaitu menentukan masalah yang dihadapi, publik sasaran, dan tujuan yang ingin dicapai oleh Humas Kejaksaan tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

 Aksi dan Komunikasi yaitu yaitu bentuk, sifat yang dilakukan oleh humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat berupa penyampaian dalam kegiatan tersebut yaitu berupa suatu permintaan ataupun amanat dan nasihat yang akan disampaikan oleh humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya

 Evaluasi yaitu melakukan penilaian dari hasil yang telah dilakukan dan sebagai upaya Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat untuk program selanjutnya, diantaranya mengetahui faktor yang menghambat dalam proses kerja humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya.


(55)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

3.1.1. Sejarah Kejaksaan Sebelum Reformasi

Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah lama ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertenru di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.

Seorang peneliti Belanda, W. F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat negara di Zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini di pimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H. H. Juynboll, yang mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda, bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.


(56)

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevasinya dengan jaksa dan kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang memerintahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier Van Justitie di dalam siding Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten Residen.

Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan Belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:

a. Mempertahankan sagala peraturan Negara b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana

c. Melaksanakan putusan pangadilan pengadilan pidana yang berwenang Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kantara, khususnya dalam menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam Wetboek van Strafrecht (WvS).

Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difingsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintahan zaman pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No. 3/1942, No. 2/1944 dan No. 49/1944. Eksistensi Kejaksaan itu berada pada semua jenjang Pengadilan, yakni sejak Saikoo Hooin (Pengadilan Agung), Koootooo Hooin (Pengadilan Tinggi) dan Tihooo Hooin (Pengadilan Negeri).


(57)

Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan memilki kekuasaan untuk :

1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran 2. Menuntut Perkara

3. Menjalankan putusan Pengadilan dalam perkara criminal

4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku.

Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.

Kejaksaan RI terus mangalami berbagai perkambangan dan dinamika secara terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 priode kepemimpinam Jaksa Agung. Seiring


(58)

dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk Negara dan sistem Pemerintahan.

Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 Ketentuan-Ketentua Pokok Kejaksaan RI. Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat Negara penegak hukum yang bertugas sebagai penuntut umum (Pasal 1), penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan Kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Repunlik Indonesia. Perkembangan itu juga mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi serta tata cara institusi Kejaksaan yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 tertanggal 20 November 1991.


(59)

Masa Reformasi

Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap pemerintahan Indonesia serta lembaga penegak hokum yang ada, khususnya dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi. Kerena itulah, memasuki masa reformasi Undang-Undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran Undang-Undang ini disambut gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekeuasaan pemerintah, maupun pihak lainya.

Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. dalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-undang”. Kejaksaan sebagai pengendalian proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hokum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Karena itulah, Undang-undang Kejaksaan yang baru dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga Negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan cara teknik wawancara mendalam (Indepht Interview) kepada Humas Kejaksaan Tinggi Jawa barat beserta masyarakat dan juga wartawan mengenai proses kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya maka penulis memperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan fakta yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya, dimana Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melakukan riset / survei untuk mengumpulkan fakta bukan asumsi. Dengan cara langsung ke lapangan mencari informasi baik itu dari tv info,Koran,ataupun dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hukum atau apapun itu tentang Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan yang dianggap dapat dijadikan informasi yang dapat dimasukan ke dalam website kejaksaan Tinggi jawa barat yang kemudian di publikasikan.

2. Perencanaan yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya yaitu akan merubah tampilan homepage website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menjadi semakin baik dan menarik sehingga masyarakat


(2)

luas lebih banyak melihat home page atau website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ,selain itu rencana tim redaksional website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat akan terus mengupdate isi berita setiap detik perkembangan hukum diwilayah Jawa Barat sehingga citra positif Kejaksaan khususnya Kejaksaan Tinggi Jawa Barat terus meningkat dimata masyarakat.

3. Aksi dan komunikasi yang dilakukan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya adalah mengadakan penyuluhan-penyuluhan hukum, menghimpun pengaduan dari masyarakat tentang perkara-perkara yang sedang ditangani seperti kasus pidana korupsi dan lain sebagainya.Informasi yang diberikan adalah informasi yang positif,menarik dan factual seputar masalah hukum di wilayah Jawa barat khususnya

4. Evaluasi Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya,bahwa proses kerja humas kejaksaan Tinggi Jawa Barat sudah cukup baik itu terlihat dari hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan terlihat yaitu sudah diakses oleh sekitar 24.496.000 pengunjung terhitung catatan terakhir pada bulan juni 2012 yang diprediksi kedepan semakin banyak jumlah pengunjungnya seiring dengan peningkatan super admin dengan menerapkan SOP yang dibuat oleh Kejaksaan Agung dengan memastikan kontinuitas dan aktualitas isu website.


(3)

5.2 Saran

Dalam penelitian yang dilakukan ini, Peneliti memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

5.2.1. Bagi Lembaga

1. Proses Kerja Humas kejaksaan Tinggi Jawa Barat diharapkan akan menjadi lebih lagi agar citra positif Kejaksaan Tinggi Jawa Barat senantiasa terjaga. 2. Humas kejaksaan Tinggi Jawa Barat senantiasa membina hubungan baik

dengan publik luar seperti masyarakat dan juga wartawan,seperti lebih mengoptimalkan media eksternal lembaga yang dimiliki yakni melalui website www.kejati-jabar.go.id dalam mempromosikan lembaga, dengan lebih sering menyampaikan infomasi mengenai keberhasilan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dalam menuntaskan perkara hukum yang ada di wilayah Jawa Barat yang tentunya akan dapat membangun citra positif lembaga. 3. Sebaiknya portal-portal yang ada di website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

dibuat lebih menarik baik dari segi tampilan ataupun isi selain itu diperbanyak gallery fhotonya supaya masyarakat lebih tertarik untuk membuka website tersebut.


(4)

5.2.2.Bagi Peneliti

1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, lebih dapat memahami penelitian secara baik agar ke dalaman penelitian dapat tercapai dan harus dengan bijak dalam memilih informan agar informasi yang di dapatkan dapat memenuhi kebutuhan penelitian.

2. Untuk mahasiswa selanjutnya yang akan menyusun skripsi mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan memanfaatkan peluang proses pembuatan skripsi sebagai pengaplikasian keilmuan selama kuliah.

3. Menggunakan waktu-waktu yang kosong untuk mencari data dan informasi mengenai judul skripsi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Abdurrachman, Oemi. 2001. Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Komunikasi. Bandung PT Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Jefkins, Frank. 1998. Public Relations. Jakarta : Erlangga

Kasali,Rhenald.2008.Manajemen Public Relations: Konsep dan aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Moleong, Lexy J,.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Moore, Frazier. 2005. Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi. Bandung : Rosdakarya

Mulyana,Dedi .Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Rakhmat,Jallaludin.1991.Metode Penelitian Komunikasi.Bandung : Remaja Rosdakarya

Ruslan, Rosady. 2008. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : Grafindo Persada


(6)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung : Rosdakarya

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor. Ghalia Indonesia

Sumber lain :

2011/Pkl.19.00

http://www.dadi.comoj.com/index.php?p=1_23_Era-Public-Relations-Web, Rabu/30-11-2011/Pkl.20.00 WIB

http://kejati-jabar.go.id

http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-responden-dan-informan-penelitian/, Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan (narasumber) penelitian, Senin/28-11-2011, 18.00