Tinjauan teori yang digunakan .Kerangka Konseptual

Gambar 2.1.7.4 Model Membangun Citra Dari gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa perusahaan,lembaga,atau suatu instansi merupakan sumber dari sebuah pesan.yang diwujudkan dalam berbagai program kegiatan sebagai pesannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan salah satu tujuan terpenting yang akan diraih oleh suatu perusahaan, lembaga, instansi. Sehingga diperlukan usaha agar dapat tercapainya citra yang baik Building Good Image, salah satunya melalui kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh perusahaan,lembaga,atau instansi tersebut.

2.1.8. Tinjauan teori yang digunakan

Dalam penelitian ini peneliti juga menggambarkan mengenai Proses Model Pembangunan Citra. Dan bila dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek Sumber : Soleh Soemirat Elvinaro ardianto,2000 dalam Dasar dasar Public Realions Gambar 2.1.8 Model membangun citra Dari gambar diatas, dapat kita ketahui Kejaksaan Tinggi Jawa Barat merupakan sumber dari sebuah pesan, yang diwujudkan dalam berbagai program kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan salah satu tujuan terpenting yang harus diraih oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui Humasnya.

2.1.9. Tinjauan Media Humas Yang Digunakan

2.1.9.1.Pengertian dan Fungsi Website Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman hyperlink. Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Humas Website www.kejati- jabar.go.id Publik Citra yang diperoleh Sumber : Pemikiran Peneliti interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti Friendster,facebook,Multiply, dll. Dalam sisi pengembangannya, website statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh pengguna maupun pemilik. Penggunaan website sudah menjadi suatu perhatian oleh banyak kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, pemasaran, praktisi media massa, perusahaan, hingga instansi pemerintahan. Dari website ini banyak kalangan menggunakannya sebagai media promosi, alat penjualan, hingga memberikan materi informasi yang berkaitan gambaran detail suatu instansi atau lembaga. Tak hanya itu dengan adanya website banyak orang yang berlomba-lomba untuk dapat mempromosikan dirinya. Hal ini ditandai dengan adanya situs- situs atau website yang memberikan fasilitas untuk dapat berhubungan dengan orang banyak, seperti jejaring sosial facebook, friendster, twitter, blog, myspace, dan website lainnya. Kini semakin maraknya penggunaan website oleh berbagai orang dan juga kalangan, maka membuat perusahaan maupun instansi pemerintahan menggunakan website perusahaan. Menurut Kriyantono website perusahaan merupakan : “Sarana komunikasi yang pertama kali dan paling populer dilihat oleh organisasi.Karena itu, pada abad ini setiap perusahaan mesti melengkapi sarana komunikasinya dengan membuat website. ” Kriyantono, 2008:260 Adanya penggunaan website pada suatu perusahaan ataupun lembaga dalam penyampaian informasi tidak terjadi begitu saja tanpa adanya peran seseorang atau divisi dalam pengelolaannya. Pengelolaan website untuk menyampaikan informasi kepada khalayak biasanya dilakukan Public Relations atau Hubungan Masyarakat Humas. Bagi suatu lembaga yang ada saat ini khususnya Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, website bisa jadi suatu identitas yang menunjukkan jati diri lembaga. Selain itu website juga bisa menjadi suatu jembatan penyambung antara lembaga dengan dunia luar.Website yang baik dengan konten yang selalu diperbaharui bisa membuat suatu lembaga dikenal oleh masyarakat. Masyarakat tidak perlu lagi datang untuk melihat kantor dan kegiatan lembaga. Cukup melihat dari website yang kita miliki, orang akan tahu kegiatan apa saja yang kita lakukan, sekaligus menjadi tempat berinteraksi dua arah.Website juga akan membuat lembaga menjadi terlihat professional, karena dengan website, orang bisa mengakses ke lembaga tersebut tanpa terbatas ruang dan waktu, bisa diakses di mana saja dan bisa melayani masyarakat manapun. Lebih efektif dan efisien. 2.2.Kerangka Pemikiran 2.2.1. Kerangka Teoritis Rhenald Kasali mengungkapkan dalam buku “Management Public Relations ”, bahwa seseorang telah melakukan proses apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu melakukan pengumpulan fakta,membuat perencanaan melakukan tindakan dan berkomunikasi serta mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan. Maka, indikator proses kerja Humas terdiri dari:

1. Pengumpulan fakta,Dalam tahap ini,penelitian yang dilakukan

berkaitan dengan opini,sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi.Setelah itu baru dilakukan pengevaluasian fakta-fakta dan informasi yang masuk untuk menentukan keputusan berikutnya.Pada tahap ini akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan lembaga,yaitu what’s our problem?Apa yang menjadi problem kita .

2. Perencanaan, pada tahap ini seorang praktisi PR sudah

menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan.langkah- langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program,termasuk anggarannya.

3. Mengkomunikasikan dan pelaksanaan,Dalam tahap ini

informasi yang berkenaan dengan langkah-langkah yang akan dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya. 1 1 Rhenald Kasali. 2008.Management Public Relations.Hal.82-87

4. Evaluasi , Proses PR selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan

diakhiri pula dengan pengumpulan fakta.Untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum,seorang praktisi PR perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil.Seperti biasa,selesainya suatu permasalahan selalu akan diikuti oleh permasalahan baru,maka tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu.Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama,atau setelah suatu masa berakhir.Pengukuran ini menjawab pertanyaan :”How did we do?”.

2.2.2 .Kerangka Konseptual

Seseorang dikatakan telah melakukan proses apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu melakukan pengumpulan fakta,membuat perencanaan , kemudian melakukan aksi dan komunikasi yang direncanakan dalam bentuk kegiatan, , dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. Pada kerangka konseptual, Peneliti akan menerapkan indikator proses ke dalam masalah penelitian, yaitu proses kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya  Melakukan Pengumpulan fakta yaitu dengan cara mencari informasi tentang apa yang terjadi dilapangan sehingga informasi yang didapat dan di publish di website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat merupakan fakta bukan asumsi.  Membuat perencanaan, yaitu menentukan masalah yang dihadapi, publik sasaran, dan tujuan yang ingin dicapai oleh Humas Kejaksaan tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website Kejati- jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya  Aksi dan Komunikasi yaitu yaitu bentuk, sifat yang dilakukan oleh humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat berupa penyampaian dalam kegiatan tersebut yaitu berupa suatu permintaan ataupun amanat dan nasihat yang akan disampaikan oleh humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan Website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya  Evaluasi yaitu melakukan penilaian dari hasil yang telah dilakukan dan sebagai upaya Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat untuk program selanjutnya, diantaranya mengetahui faktor yang menghambat dalam proses kerja humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui pengelolaan website www.Kejati-jabar.go.id dalam membangun citra positif lembaganya. 44

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Kejaksaan Sebelum Reformasi Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah lama ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertenru di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta. Seorang peneliti Belanda, W. F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat negara di Zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa 1350-1389 M. Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini di pimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi. Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H. H. Juynboll, yang mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas opzichter atau hakim tertinggi oppenrrechter. Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda, bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.