oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, minta klien untuk melacak nyeri dari titik yang paling nyeri.
Keparahan S: Severe
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini
klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau nyeri berat. Namun
kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien serta tidak adanya batasan khusus
yang membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena memang pengalaman
nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda.
1.7 Nyeri Post Operasi
Nyeri postoperasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-
beda dari pasien ke pasien, dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Lokasi pembedahan mempunyai efek yang
sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri post operasi.
Nyeri post operasi biasanya ditemukan dalam pengkajian klinikal, nyeri post operasi merupakan topik yang menarik untuk dibahas dalam
Universitas Sumatera Utara
lingkup keperawatan. Dengan menggali nyeri post operasi akan membantu orang lain untuk mengerti dan dapat mengaplikasikan nyeri
post operasi kepada pasien yang mengalami pembedahan. Aspek dari nyeri post operasi adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri
yang mencakup persepsi dan perilaku tentang nyeri Suza, 2007. Toxonomi Comitte of the international Association untuk
pembelajaran tentang nyeri mendefenisikan nyeri post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosi yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial atau nyata atau menggambarkan terminology suatu kerusakan Alexander, 1987 .
Nyeri post operasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada jaringan yang terluka pada proses pembedahan yang dapat menstimulasi
hypersensitivitas pada system syaraf pusat, nyeri ini hanya dapat dirasakan setelah adanya prosedur operasi
www.surgeryencyclopedia.com. Nyeri post operasi dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi persepsi pasien tentang
perkembangan dan kesembuhanya. Lebih tinggi nyeri yang dirasakan pasien, maka makin rendah harapan sembuh menurut pasien berdasarkan
sifat subjektif nyeri, sulit mendapatkan hubungan langsung antara intensitas nyeri dengan tingkat komplikasi post operasi secara fisik dan
psikologis. Walaupun intensitas nyeri berhubungan dengan peningkatan kolaps beberapa alveoli di paru - paru atelektasis pada pasien bedah
Universitas Sumatera Utara
jantung Puntillo Weiss, 1994, diambil dari Torrance surginson, 1997.
Operasi pembedahan, seperti luka karena kecelakaan atau penyakit, menghasilkan kerusakan jaringan lokal dengan akibat
pelepasan zat alogenic dan dari rentetan rangsangan berbahaya, yang transduser oleh nociceptor ke impuls yang ditransmisikan ke neuraxis
dengan A delta dan C serat. Alogenic zat seperti kalium dan ion hidrogen, asam laktat, serotonin, bradikinin dan prostaglandin yang
merangsang dan nociceptors sensitif yang bertahan setelah operasi Suza, 2007.
Menurut Mc. Caffery Diambil dari Tamsuri, 2006. Teknik yang diterapkan dalam mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam
dua kelompok utama, yaitu tindakan pengobatan farmalogis dan tindakan nonfarmakologis tanpa pengobatan.
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan opioid narkotik, nonopioidNSAIDs Nonsteroid Anti-
Inflamasi Drugs, dan adjuvan, serta ko-analgesik. Analgesik opioid narkotik terdiri dari berbagai derivate dari opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek euphoria kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan
dengan reseptor opiate ada beberapa reseptor opiate sepertu mu, delta, dan alpa dan mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan
syaraf pusat.
Universitas Sumatera Utara
Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi juga menekan pusat pernapasan dan batuk di medulla batang otak. dampak lain
dari narkotik adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat. Analgesik non-opioid
analgesik non-narkotik atau sering disebut juga Nonsteroid Anti- InflammatoryDrugs, NSAIDs seperti aspirin, asetaminofen, dan ibu
profen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti-inflamasi dan anti-demam anti-piretik. Obat-obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri yang bekerja pada ujung-ujung syaraf perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan menurunkan kadar mediator peradangan
yang dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cedera Tamsuri, 2006. Terapi pada nyeri post operasi ringan sampai sedang harus
dimulai dengan menggunakan NSAIDs, kecuali kontraindikasi AHCPR, 1992 dikutip dar Potter Perry 2005. Walaupun mekanisme kerja
pasti NSAIDs tidak diketahui, NSAIDs diyakini bekerja menghambat sintesis prostaglandin McKenry dan Salerno, 1995
dan menghambat respon selular selama inflamasi. Kebanyakan NSAIDs bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi
transmisi dan resepsi stimulasi nyeri. Tidak seperti opiat, NSAIDs tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan juga tidak mengganggu
fungsi berkemih atau defekasi AHCPR, 1992 dikutip dari Potter Perry 2005.
Universitas Sumatera Utara
2. Fraktur