Karakteristik Penderita Infeksi Pasca Operasi Fiksasi Interna Ekstremitas Bawah di Instalasi Bedah Pusat RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Juni 2014

(1)

HASIL PENELITIAN MAGISTER

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARAKTERISTIK PENDERITA INFEKSI PASCA OPERASI

FIKSASI INTERNA EKSTREMITAS BAWAH DI INSTALASI

BEDAH PUSAT RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

JANUARI 2012 - JUNI 2014

OLEH

ICHSAN FAHMI PEMBIMBING

dr. CHAIRIANDI SIREGAR, SpOT(K)

DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HASIL PENELITIAN MAGISTER

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARAKTERISTIK PENDERITA INFEKSI PASCA OPERASI

FIKSASI INTERNA EKSTREMITAS BAWAH DI INSTALASI

BEDAH PUSAT RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

JANUARI 2012 - JUNI 2014

PENELITI

117117002 dr. Ichsan Fahmi

PEMBIMBING

NIP. 196309241989031002 dr. Chairiandi Siregar SpOT(K)

DISETUJUI OLEH

KETUA DEPARTEMEN KETUA PROGRAM STUDI

ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI FK-USU DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI FK-USU

Prof. dr. Hafas Hanafiah, SpB. SpOT (K) FICS d

NIP.140055625 NIP. 196309241989031002


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, karunia dan hidayahNya, akhirnya saya dapat menyelesaikan penelitian akhir program magister saya yang berjudul ”KARAKTERISTIK PENDERITA INFEKSI PASCA OPERASI FIKSASI INTERNA EKSTREMITAS BAWAH DI INSTALASI BEDAH PUSAT RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2014”. Penelitian ini merupakan karya ilmiah saya untuk menyelesaikan Program Magister Pendidikan Dokter Spesialis Program Studi Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian akhir program magister ini dapat saya selesaikan berkat bantuan, kerjasama, bimbingan, didikan dan motivasi dari semua pihak, baik dari keluarga, guru-guru saya (supervisor), semua rekan-rekan residen selama mengikuti pendidikan serta semua pihak yang membantu kelancaran administrasi. Sebagai rasa hormat saya atas selesainya pendidikan magister ini, maka perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih kepada

dr. Chairiandi Siregar SpOT(K), sebagai pembimbing penelitian ini dan sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi atas kesediaannya membimbing saya dan mempercayakan kepada saya untuk melakukan penelitian ini. Semoga menjadi amalan ibadah.

Prof. dr. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT(K). Kepala Departemen Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi FKUSU dan Guru Besar Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi dengan


(4)

rasa hormat saya menyampaikan terima kasih atas bimbingan dan didikan kepada saya. Semoga menjadi amalan ibadah.

Prof. dr. Nazar Moesbar, SpB, SpOT(K). Guru Besar Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi FKUSU saya sampaikan dengan rasa hormat dan terima kasih atas bimbingan dan didikan kepada saya. Semoga menjadi amalan ibadah.

Dengan rasa hormat juga saya ucapkan terima kasih kepada dr. Nino Nasution SpOT(K), dr. Otman Siregar SpOT(K)Spine, dr. Husnul F. Albar SpOT,dr.Pranajaya D. Kadar SpOT(K)Spine, dr. Aga Putra Ketaren,SpOT, dr. Heru Ramadhani,SpOT, dr. Iman Dwi Winanto,SpOT, atas bimbingan dan didikan kepada saya, semoga menjadi amalan ibadah.

Rekan-rekan residen saya ucapkan terima kasih atas kerjasama dan dorongan selama bersama-sama mengikuti pendidikan. Kepada istriku tercinta Rika Susanthy, S.Psi atas doa, dukungan, kesabaran, dan pengertian yang diberikan selama pendidikan magister ini, dan ketiga anak saya tercinta Maharanhy Assyifa Fahmi, Amallea Fadhilla Fahmi, Nura Safithra Adhana Fahmi. Tak lupa dan tak akan terlupakan pula kedua orang tua saya H.Sunari dan Hj.Aisyah serta kedua mertua saya Drs.H.Zailand Izhar dan Hj.Ermawathy, begitu juga kakak-kakak dan adik- adik saya ucapkan terima kasih atas dorongan dan doa yang diberikan selama pendidikan.


(5)

Akhir kata, saya menyadari bahwa penelitian ini sangatlah jauh dari sempurna dan merupakan bantuan bagi saya untuk mendapatkan kritik dan saran. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Orthopaedi dan Traumatologi.

Medan 2015


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR DIAGRAM... vi

ABSTRAK... ... 1

BAB I PENDAHULUAN... 4

I.1. Latar Belakang Masalah... 4

I.2. Rumusan Masalah... 5

I.3. Tujuan Penelitian... 5

I.4. Manfaat Penelitian... 5

I.4.1. Manfaat Teoritik... 5

I.4.2. Manfaat Praktik Langsung... 6

I.4.3. Manfaat Bagi Peneliti... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 16

III.1. Jenis Penelitian... 16

III.2. Lokasi Penelitian... 16

III.3. Sasaran Penelitian... 16

III.4. Kriteria Inklusi dan eksklusi ………. 17

III.5. Pelaksanaan Penelitian... 17

III.6. Sampel... 17

III.7. Analisa Data... 17

III.8. Jadwal Penelitian……….. 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19

IV.1. Hasil Penelitian... ... 19


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 26

V.1. Kesimpulan... 26

V.2 Saran... ... 27


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Frekuensi penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan jenis kelamin... 19 Diagram 2. Frekuensi penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan umur... 20 Diagram 3.Frekuensi penderita infeksi berdasarkan pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan lokasi ... 21


(9)

ABSTRACT

Background : The surgical site infection in Orthopaedic surgery is a disaster for both the patient and surgeon. Although the incident was reduced because modernization of device and facility in the operating theatre but in developing country the incidence is still on rise. In addition to less data regarding characteristics of infectious patients and number of post internal fixation surgery that is conducted in Center of Operation Theatre of RSUP H Adam Malik Medan by the Orthopaedic surgeons.

Objective: The objective is to study the characteristics of patients developing infection post internal fixation surgery of the lower extremities in the Center of Operation Theatre of RSUP H. Adam Malik Medan.

Method: This study is conducted using retrospective descriptive method using medical record data of the patients that undergo internal fixation surgery of the lower extremities in the Center of Operation Theatre of RSUP H. Adam Malik Medan within the period of January 2012 – June 2014. The characteristics assessed in this study includes age, gender, site of the infection, history of internal fixation surgery (implants) and risk factors.

Results: There were 25 patients (5.9%) out of 420 people that developed infection and undergo internal fixation surgery of the lower extremities. The characteristics of the patients that developed infection comprised of 23 male patients( 92%) and 2 female patients (8%) with the age less than 30 years old is 11 patients (42%), 30-60 years old is 11 patients (42%) and age above than 30-60 years old is 3 patients( 12%). According to the site of the infection it is found that there were 13 patients has infections originating from the femur (52%), tibial area 8 patients( 32%), ankle area 1 patient (4%) and the combination of multiple sites are 3 patients all together. From the data of 25 patients that developed infection it is found that there were 4 smokers and 2 patients suffering from diabetes and 3 elderly patients (above 60 years old).

Conclusion: Based on the study it is obtained that patients developing infection post internal fixation surgery of the lower extremities in RSUP H. Adam Malik is still considered high. In order to reduce the rates that is increasing, there should be intensive management and control for the patients that undergo internal fixation. This is due to rate of infection will increase the cost of hospitalization and medical treatment for the patient and also the hospital. This will also increase the mortality and morbidity rate. In this study, the risk factor relating to the surgical site


(10)

infection is unclear although it is known that the risk factors such as elderly age, duration of operation, smoker, diabetes mellitus, length of stay in the ward and mucosal damage around the fracture site causes one to develop infection.


(11)

ABSTRAK

Latar belakang : Infeksi luka operasi pasca operasi fiksasi interna merupakan masalah bagi pasien dan dokter Orthopaedi. Walaupun angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna telah berkurang karena kemajuan teknologi dan fasilitas ruang operasi yang lebih lengkap, namun di negara berkembang masih cukup tinggi. Ditambah lagi belum adanya data mengenai karakteristik penderita infeksi dan angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna yang dilakukan di instalasi bedah pusat RSUP H.Adam Malik Medan oleh dokter Orthopaedi.

Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah di instalasi bedah pusat RSUP H. Adam Malik Medan

Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dekskritif retrosfektif terhadap data rekam medis pasien yang melakukan tindakan fiksasi interna ekstremitas bawah di instalasi bedah pusat RSUP H.Adam Malik Medan dalam kurun waktu Januari 2012- juni 2014. Dengan karakteristik penilaian meliputi umur, jenis kelamin, lokasi infeksi, riwayat operasi fiksasi interna, dan faktor resiko.

Hasil : Sebanyak 25 penderita infeksi (5.9%) dari 420 orang yang dilakukan tindakan fiksasi interna ekstremitas bawah dengan karakteristik penderita terdiri dari : laki-laki 23 orang (92%) dan perempuan 2 orang (8%), dengan usia dibawah 30 tahun 11 orang (42%), usia 30-60 tahun sebanyak 11 orang (42%) serta usia diatas 60 tahun sebanyak 3 orang (12%). Berdasarkan lokasi infeksi ditemukan 13 orang di daerah femur (52%), tibia 8 orang (32%), ankle 1 orang (4%) dan kombinasi lebih satu lokasi 3 orang (12%). Dari data 25 orang yang menderita infeksi ditemukan perokok 4 orang dan yang memiliki penyakit gula (diabetes) sebanyak 2 orang selain faktor resiko usia lanjut 3 orang (diatas 60 tahun).

Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh angka kejadian infeksi pada pasien-pasien pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik masih tergolong tinggi. Oleh karena itu perlu adanya penanganan dan manajemen (kontrol) yang lebih untuk mengurangi angka kejadian infeksi pada pasien-pasien yang dilakukan pemasangan fiksasi interna. Hal ini dikarenakan kejadian infeksi akan meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan yang tidak sedikit baik bagi penderita maupun pihak rumah sakit dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien. Pada penelitian ini tidak diketahui secara pasti faktor resiko yang berhubungan secara signifikan dan mempengaruhi terjadinya infeksi,


(12)

walaupun secara umum diketahui faktor resiko seperti usia lanjut, lamanya operasi, perokok, diabetes, perawatan pasca operasi dan kerusakan kulit serta jaringan lunak daerah fraktur dapat mempengaruhi terjadinya infeksi.


(13)

ABSTRACT

Background : The surgical site infection in Orthopaedic surgery is a disaster for both the patient and surgeon. Although the incident was reduced because modernization of device and facility in the operating theatre but in developing country the incidence is still on rise. In addition to less data regarding characteristics of infectious patients and number of post internal fixation surgery that is conducted in Center of Operation Theatre of RSUP H Adam Malik Medan by the Orthopaedic surgeons.

Objective: The objective is to study the characteristics of patients developing infection post internal fixation surgery of the lower extremities in the Center of Operation Theatre of RSUP H. Adam Malik Medan.

Method: This study is conducted using retrospective descriptive method using medical record data of the patients that undergo internal fixation surgery of the lower extremities in the Center of Operation Theatre of RSUP H. Adam Malik Medan within the period of January 2012 – June 2014. The characteristics assessed in this study includes age, gender, site of the infection, history of internal fixation surgery (implants) and risk factors.

Results: There were 25 patients (5.9%) out of 420 people that developed infection and undergo internal fixation surgery of the lower extremities. The characteristics of the patients that developed infection comprised of 23 male patients( 92%) and 2 female patients (8%) with the age less than 30 years old is 11 patients (42%), 30-60 years old is 11 patients (42%) and age above than 30-60 years old is 3 patients( 12%). According to the site of the infection it is found that there were 13 patients has infections originating from the femur (52%), tibial area 8 patients( 32%), ankle area 1 patient (4%) and the combination of multiple sites are 3 patients all together. From the data of 25 patients that developed infection it is found that there were 4 smokers and 2 patients suffering from diabetes and 3 elderly patients (above 60 years old).

Conclusion: Based on the study it is obtained that patients developing infection post internal fixation surgery of the lower extremities in RSUP H. Adam Malik is still considered high. In order to reduce the rates that is increasing, there should be intensive management and control for the patients that undergo internal fixation. This is due to rate of infection will increase the cost of hospitalization and medical treatment for the patient and also the hospital. This will also increase the mortality and morbidity rate. In this study, the risk factor relating to the surgical site


(14)

infection is unclear although it is known that the risk factors such as elderly age, duration of operation, smoker, diabetes mellitus, length of stay in the ward and mucosal damage around the fracture site causes one to develop infection.


(15)

ABSTRAK

Latar belakang : Infeksi luka operasi pasca operasi fiksasi interna merupakan masalah bagi pasien dan dokter Orthopaedi. Walaupun angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna telah berkurang karena kemajuan teknologi dan fasilitas ruang operasi yang lebih lengkap, namun di negara berkembang masih cukup tinggi. Ditambah lagi belum adanya data mengenai karakteristik penderita infeksi dan angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna yang dilakukan di instalasi bedah pusat RSUP H.Adam Malik Medan oleh dokter Orthopaedi.

Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah di instalasi bedah pusat RSUP H. Adam Malik Medan

Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dekskritif retrosfektif terhadap data rekam medis pasien yang melakukan tindakan fiksasi interna ekstremitas bawah di instalasi bedah pusat RSUP H.Adam Malik Medan dalam kurun waktu Januari 2012- juni 2014. Dengan karakteristik penilaian meliputi umur, jenis kelamin, lokasi infeksi, riwayat operasi fiksasi interna, dan faktor resiko.

Hasil : Sebanyak 25 penderita infeksi (5.9%) dari 420 orang yang dilakukan tindakan fiksasi interna ekstremitas bawah dengan karakteristik penderita terdiri dari : laki-laki 23 orang (92%) dan perempuan 2 orang (8%), dengan usia dibawah 30 tahun 11 orang (42%), usia 30-60 tahun sebanyak 11 orang (42%) serta usia diatas 60 tahun sebanyak 3 orang (12%). Berdasarkan lokasi infeksi ditemukan 13 orang di daerah femur (52%), tibia 8 orang (32%), ankle 1 orang (4%) dan kombinasi lebih satu lokasi 3 orang (12%). Dari data 25 orang yang menderita infeksi ditemukan perokok 4 orang dan yang memiliki penyakit gula (diabetes) sebanyak 2 orang selain faktor resiko usia lanjut 3 orang (diatas 60 tahun).

Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh angka kejadian infeksi pada pasien-pasien pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik masih tergolong tinggi. Oleh karena itu perlu adanya penanganan dan manajemen (kontrol) yang lebih untuk mengurangi angka kejadian infeksi pada pasien-pasien yang dilakukan pemasangan fiksasi interna. Hal ini dikarenakan kejadian infeksi akan meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan yang tidak sedikit baik bagi penderita maupun pihak rumah sakit dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien. Pada penelitian ini tidak diketahui secara pasti faktor resiko yang berhubungan secara signifikan dan mempengaruhi terjadinya infeksi,


(16)

walaupun secara umum diketahui faktor resiko seperti usia lanjut, lamanya operasi, perokok, diabetes, perawatan pasca operasi dan kerusakan kulit serta jaringan lunak daerah fraktur dapat mempengaruhi terjadinya infeksi.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Infeksi merupakan kasus yang sering terjadi mengikuti pasien-pasien trauma Orthopaedi. Penanganan infeksi khususnya Osteomielitis membutuhkan perhatian yang serius dari ahli bedah orthopaedi karena cukup kompleks dan sukar serta membutuhkan waktu perawatan yang lama serta biaya yang tidak sedikit dalam penanganannya. Kasus Osteomielitis dan infeksi pasca operasi fiksasi interna merupakan bencana atau masalah bagi pasien dan dokter ahli bedah. Pasien dengan Osteomielitis akan meningkatkan pemakaian antibiotik, memperlama perawatan di rumah sakit, tindakan debridement yg berulang serta memperlama proses rehabilitasi.1

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Shoaib Khan dan teman-teman di RS pendidikan Ayub, Abbottabad Pakistan ditemukan bahwa dari 104 pasien operasi fiksasi interna, laki-laki 67 (64,42%) dan perempuan 37 (35,58%), penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna sebanyak 6 pasien (5,76%) terjadi pada kisaran umur kurang dari 30 tahun 1 orang (0.96%), umur 30-60 tahun 2 pasien (1.92%) dan diatas 60 tahun 3 pasien (2.88%).3

Infeksi dapat terjadi setelah dilakukan tindakan operasi tapi lebih umum terjadi pada pasien yang mengalami cedera oleh energi tinggi (baik fraktur terbuka

atau tertutup) dan pada pasien yang immuno compromised. Fiksasi interna

dianggap menambah resiko terjadinya infeksi. Menegakkan diagnosa infeksi dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, histopatologi dan mikrobiologi serta radiologi.3,13


(18)

Mikroorganisme dapat masuk kedalam tulang dan sendi melalui kulit (luka robek, luka tikam, fraktur terbuka dan luka operasi) maupun melalui darah yang berasal dari daerah yang jauh seperti hidung dan mulut, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan saluran kemih. Hal ini tergantung dari tipe bakteri yang masuk, lokasi infeksi, dan reaksi imun penderita.1

I.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dianalisis seperti belum adanya data mengenai karakteristik dari penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna di Medan, khususnya di RSUP Haji Adam Malik.

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prevalensi dari karakteristik penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna pada kasus fraktur tertutup di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk mengurangi dan pencegahan terhadap timbulnya kasus infeksi pasca operasi fiksasi interna di kemudian hari.

I.4. Manfaat Penelitian I.4.1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Osteomielitis dan infeksi yang terjadi pasca operasi fiksasi interna, sehingga dapat menyadari pentingnya tindakan sterilisasi yang baik bagi ahli bedah, pasien, instrumen pendukung selama operasi dan pemberian antibiotik broad spektrum serta perawatan pasca operasi.


(19)

I.4.2. Manfaat Praktek Langsung

Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh data mengenai angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna di instalasi bedah pusat rumah sakit Adam Malik khususnya dibagian ekstremities bawah ditinjau dari gambaran epidemiologisnya yang dapat dijadikan bahan masukan dalam hal persiapan operasi, selama operasi berlangsung serta penanganan pasien pasca operasi.

I.4.3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan program studi magister, serta dapat menambah wawasan bagi penulis dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kerangka Teoritis

II.1.1 Definisi

Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi infeksi di tulang dan sumsum tulang. Infeksi pada tulang dapat terjadi melalui aliran darah, trauma dan fiksasi interna (implant). Organisme yang paling umum menyebabkan terjadinya infeksi yaitu staphylococcus aureus. Adanya proses infeksi maka tubuh akan memberikan respon perlawanan dengan mengisolasi dan menghancurkannya. Tanda-tanda osteomielitis yaitu berupa, nyeri, kemerahan dan bengkak sekitar tulang yang terinfeksi serta berkurangnya fungsi.1

II.1.2. Insidensi

Infeksi yang terjadi pasca pemasangan implant (fiksasi interna) dapat terjadi pada pasien semua usia. Banyak faktor yang mempengaruhi untuk terjadinya infeksi pasca pemasangan implant (fiksasi interna), lamanya operasi berlangsung, usia lanjut, perokok, penyakit penyerta seperti diabetes mellitus dan adanya luka dikulit. 2,3,12

Penelitian yang dilakukan di rumah sakit pendidikan Abbottabad Fakultas Kedokteran Ayub Pakistan oleh Muhammad Shoaib Khan dkk, mulai bulan April sampai Oktober tahun 2007 menunjukkan bahwa insidensi terjadinya infeksi pasca operasi pemasangan implant (fiksasi interna) pada kasus-kasus fraktur tertutup sebanyak 6 orang (5.76%) dari 104 pasien yang dioperasi. Sebanyak 67 orang


(21)

laki-laki dan 37 orang perempuan. Dari 6 orang pasien yang mengalami infeksi tersebut usia diatas 60 tahun sebanyak 3 orang (2.88%), usia 30 – 60 tahun sebanyak 2 orang (1.92%) dan usia dibawah 30 tahun sebanyak 1 orang (0.96%). Pada pasien yang terinfeksi tersebut, sebanyak 3 kasus prosedur operasi dijalankan selama lebih dari 2 jam, dan yang pelaksanaan prosedur operasinya kurang dari 2 jam sebanyak 2 kasus, sedangkan 1 kasus pelaksanaan operasinya selama 1 jam.3

Dari penelitian yang dilakukan di rumah sakit pendidikan Abbottabad tersebut, 6 orang pasien yang mengalami infeksi pasca tindakan operasi fiksasi interna, mempunyai faktor resiko perokok sebanyak 2 orang, usia lanjut diatas 60 tahun sebanyak 3 orang dan 1 orang memiliki penyakit diabetes.3

II.1.3. Gambaran Klinis

Dalam menegakkan diagnosa suatu infeksi (Osteomielitis, Septik Arthritis) pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengidentifikasi gejala sistemik dari infeksi perlu dilakukan. Adanya keluhan berupa rasa nyeri, demam, luka operasi yang cenderung tidak mengering, timbul kemerahan, dan cenderung untuk timbul benjolan dengan atau tidak adanya sinus terutama didaerah luka operasi. Pada kasus yang telah lama akan terbentuk sinus dengan jaringan yang menebal dan mengerut pada daerah sinus, serta adanya seropurulent discharge. 1,8,9,12

II.1.4. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan x-ray akan tampak adanya proses resorpsi tulang (penebalan), proses destruksi pada tulang, sklerotik pada daerah sekitar tulang, dan reaksi periosteal. Pemeriksaan penunjang lain berupa Radioisotope scintigraphy


(22)

yang cukup sensitive tetapi tidak spesifik.1,4 Dengan 99mTc-HDP scan tampak adanya peningkatan aktivitas dari fase perfusi dan fase tulang. 67 Ga-Citrate atau 111

in Labelled leukosit berguna untuk menunjukkan focus yang tersembunyi atau infeksi yang tersembunyi dan lebih spesifik untuk Osteomielitis.1,4

Pada pemeriksaan laboratorium, jumlah leukosit bisa normal, laju endap darah dan sel darah putih akan meningkat. C-reactive protein, procalcitonin, dan level cytokine inflammatory bisa meningkat. Kultur organisme dari daerah sinus harus dilakukan, termasuk kultur jaringan dan cairan, untuk menentukan antibiotik yang sensitive, dan dilakukan secara berulang karena adanya perubahan karakteristik dari mikroorganisme dan bahkan dapat menjadi resisten.1,9

II.1.5. Klasifikasi Osteomielitis

Klasifikasi osteomielitis menurut Cierny-Maderd dipublikasikan pada 1985

yang didasarkan pada keterlibatan anatomi dari tulang. Tipe 1, medullary

Osteomielitis yaitu keterlibatan dari endosteal. Pada tipe II superfisial osteomielitis, dimana infeksi berada diluar permukaan tulang, dengan tidak adanya jaringan lunak yang menutupinya. Pada Tipe III terdapat sequester, dan sering dijumpai kombinasi dari tipe ini dengan tipe I dan II. Sedangkan pada tipe IV, difus Osteomielitis, yang melibatkan segmen dari tulang, dan lebih tidak stabil.7,9


(23)

II.1.6. Penanganan Osteomielitis

Penanganan pasien-pasien infeksi pasca tindakan operatif fiksasi interna dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi The ICS (Infection, Callus, Stability). Tipe 1, infeksi dengan fiksasi yang stabil dan dari hasil x-ray sudah tampak perkembangan atau pembentukan callus. Penanganan pasien dengan kondisi diatas dapat secara konservatif, dengan kontrol infeksi melalui prosedur medico-surgery atau antibiotik dan debridement, kemudian setelah healing dapat dilakukan tindakan removal inplant. Tipe 2, infeksi dengan fiksasi yang stabil, adanya scar atau tanpa adanya pertumbuhan callus. Dapat diterapi dengan mempertahankan implant atau fiksator, kontrol infeksi melalui prosedur medico-surgery seperti tipe 1, percepat bone healing melalui physical stimulation (low intensity pulsed ultrasound, pulsed electromagnetic fields,etc), biological factors (growth factors, bone graft, etc) dan prosedur limited surgery (e.g. dinamization). Tipe 3, adanya infeksi dengan fiksasi yang tidak stabil dan belum terdapatnya callus formation. Pada tipe ini ditangani dengan removal implant dan digantikan dengan jenis fiksator atau implant yang diperlukan dan penanganan infeksi.11

Penanganan pasien-pasien Osteomielities pasca fiksasi interna membutuhkan tindakan yang agresif, mulai dari tindakan pembedahan sampai kombinasi dengan antibiotik. Dapat berupa irigasi dan drainase sendi bahkan tindakan operasi maupun arthroscpy (Septik Arthritis). Antibiotik yang digunakan ditujukan untuk menghentikan penyebaran infeksi ke tulang yang sehat dan untuk mengontrol gejala akut. Pemilihan antibiotik didasarkan pada studi bakteriologik (kultur) dan untuk penggunaan jangka panjang serta mampu untuk melakukan penetrasi ke bagian tulang yang sklerotik dan tidak sklerotik. Contohnya Fusidic acid, klindamycin, dan cephalosporin. Bakteri yang menyebabkan Osteomielitis


(24)

pasca pemasangan implant (fiksasi interna) mempunyai kemampuan untuk dapat resisten terhadap efek antibiotik karena pembentukan biofilm.1,2,4,14

Prosedur surgery (debridement) dilakukan dengan membuang seluruh

jaringan lunak yang mati dan terinfeksi, termasuk jaringan tulang yang devitalisasi. Identifikasi tulang yang telah mati dapat dilakukan dengan menggunakan injeksi dari sulphan blue dimana, tulang yang telah mati tidak berwarna sementara tulang yang masih hidup akan berwarna hijau, dan mengenai kemungkinan kulit pasien akan berwarna hijau untuk sementara harus diberitahukan ke pasien. Double-lumen tubes diletakkan pada kavitas yang memproduksi pus, dan setiap 4 jam sekali dilakukan penyuntikan antibiotik yang sesuai kedalam tube dengan sebelumnya mengeluarkan cairan yang ada didalam tube menggunakan suction bertekanan rendah (ini lebih rapi dibandingkan dengan continuous irigasi, dimana biasanya lebih sering gagal karena dapat gagal beberapa hari kemudian diakibatkan leakage dari lukanya). Injeksi kedalam kavitas dan drainase harus dilakukan secara terus menerus sampai discharge yang keluar steril (biasanya 3-6 minggu).1

Tindakan alternative dengan penggunaan porous gentamycin untuk

mensterilkan kavitas. Hal ini diketahui lebih mudah tetapi lebih mudah gagal. Porous gentamycin bead harus dikeluarkan dalam 2-3 minggu.1

Untuk mencegah terjadinya infeksi yang berulang dan mempercepat proses penyembuhan yaitu dengan mengisi daerah kosong yang ditinggalkan pada tulang setelah jaringan tulang yang telah mati dibuang dengan menggunakan living atau potensial living material. Salah satu metode yang baik adalah papineau technique dan transfer flap otot. Papineau technique yaitu mengisi kavitas yang ditinggalkan dengan menggunakan cancellous bone graft kecil (lebih baik autogenous) yang


(25)

dicampur dengan antibiotik dan bila memungkinkan area ini ditutup dengan menggunakan otot dan kulit dan dijahit dengan tidak tension.

Pada kasus yang sulit diatasi seperti pada kasus infeksi yang berhubungan dengan nonunion fraktur, dimungkinkan untuk mengexcisi tulang yang telah mati dan celah yang ditinggalkan diatasi dengan Ilizarov method dari bagian yang viable dari diafisis yang tersisa. 1,6

Keberhasilan dalam penanganan kasus-kasus Osteomielitis sulit untuk diukur. Karena sering ditemukan secara klinis infeksi teratasi dengan obat-obatan, namun beberapa tahun kemudian dapat timbul kembali bahkan lebih parah. 1

II.1.7. Infeksi luka Operasi

Berdasarkan Centers for Disease Control (CDC) dan National Healthcare Safety Network (NHSN), luka operasi terdiri dari superficial incisional, deep incisional (organ/space). Dari klasifikasi luka operasi tersebut, ditetapkan bahwa yang termasuk dalam kriteria dan klasifikasi infeksi luka operasi (Surgical Site Infection/SSI) adalah sebagai berikut :

SSI superficial incisional, merupakan infeksi luka operasi :

1. Terjadi dalam 30 hari setelah tindakan operasi, dan

2. Infeksi yang hanya melibatkan kulit dan jaringan subckutaneus, dan 3. Terdapat sedikitnya satu dari ketentuan dibawah ini ;

a.adanya purulent atau drainase dari superficial incision b.Adanya microorganism yang diperoleh dari kultur

c.terdapat sedikitnya tanda dan gejala infeksi, nyeri atau tenderness, swelling, kemerahan atau panas dan kultur postif atau tanpa kultur.15


(26)

SSI deep incisional, merupakan infeksi luka operasi :

1. Terjadi dalam 30 hari setelah operasi tanpa pemasangan implant atau dalam 1 tahun dengan adanya pemasangan implant, dan

2. Melibatkan deep soft tissue (fascia, otot), dan 3. Sedikitnya terdapat salah satu dibawah ini :

a. Terdapat purulent

b. Kultur positif atau tanpa kultur jika pasien memiliki tanda dan gejala infeksi seperti demam, nyeri lokal atau tenderness.15

II.2. Kerangka Konsepsional

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Infeksi Pasca Pemasangan Implant pada fraktur tertutup Ekstremitas

bawah

Karakteristik Penderita

• Jenis kelamin

• Umur

• Lokasi infeksi

• Riwayat operasi

• Penyakit penyerta atau faktor resiko


(27)

II.3. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :

1. Infeksi luka operasi yang terjadi dalam setahun pasca operasi

2. Fiksasi interna dengan plate & screw, intra medullary nailing. Dengan keterangan variabel independen sebagai berikut ;

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah identitas pasien yang dikategorikan dengan skala nominal, yaitu :

1. Pria 2. Wanita

b. Umur

Umur adalah usia responden (penderita Osteomielitis dan infeksi) yang dihitung berdasarkan usia terakhir saat dilakukan penelitian, yang dikategorikan dengan skala kategorik, yaitu :

1. <30 tahun 2. 30-60 tahun 3. > 60 tahun

c. Lokasi Infeksi

Lokasi infeksi dibedakan atas dibagian mana dari ekstremitas bawah yang timbul infeksi, dikategorikan dengan skala nominal, yaitu :

1. Os. femur 2. Os.tibia-fibula 3. Hip joint


(28)

4. Knee joint 5. Ankle Joint 6. Pedis

7. Kombinasi dua atau lebih lokasi

d. Riwayat Operasi

Pada penderita trauma (fraktur), apakah telah dilakukan tindakan fiksasi interna yang dikategorikan dengan fiksasi :

1. Plate and screw

2. Intramedularry nailing

e. Penyakit Penyerta atau Faktor Resiko

Penyakit penyerta atau faktor resiko yang diderita pasien yang mempengaruhi timbulnya Osteomielities pasca fiksasi interna seperti perokok, diabetes mellitus.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yang bersifat deskriptif retrospektif. Deskriptif retrospektif adalah suatu penelitian yang dilakukan secara retrospektif untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai gambaran karakteristik dari umur, jenis kelamin, lokasi infeksi, riwayat operasi pemasangan fiksasi interna, dan penyakit penyerta atau faktor resiko yang berhubungan dengan insidensi terjadinya Osteomielitis pasca pemasangan fiksasi interna.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan rekam medis penderita fraktur tertutup yang telah menjalani operasi fiksasi interna bagian ekstremitas bawah dan didiagnosa dengan Osteomielitis pasca operasi fiksasi interna yang berobat pada rentang waktu Januari 2012 - Juni 2014.

III.3. Sasaran Penelitian

Pasien dengan fraktur tertutup yang menjalani operasi fiksasi interna bagian ekstremitas bawah di RSUP Haji Adam Malik Medan dan melaksanakan pengobatan baik itu rawat jalan di poliklinik Orthopaedi maupun pasien yang rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan pada rentang waktu Januari 2012 – Juni 2014.


(30)

III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi : Data rekam medik pasien yang didiagnosa dengan

infeksi pasca operasi fiksasi interna di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Juni 2014

Kriteria eksklusi : Data rekam medik pasien yang tidak jelas dan tidak lengkap

III.5. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada penderita yang menjalani operasi fiksasi interna bagian ekstremitas bawah di RSUP Haji Adam Malik dan datang berobat di RSUP Haji Adam Malik medan dan didiagnosa dengan infeksi atau Osteomielitis pasca operasi fiksasi interna pada rentang periode waktu Januari 2012 - Juni 2014 yang datanya diambil berdasarkan rekam medis pasien.

III.6. Sampel

Sampel diambil dari rekam medik penderita yang didiagnosa dengan Osteomielitis pasca operasi fiksasi interna yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan pada rentang waktu Januari 2012 - Juni 2014.

III.7. Analisa data

Analisa data berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data sekunder yang dikumpulkan melalui rekam medik pasien yang berobat dalam kurung waktu Januari 2011 - Juni 2014. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(31)

III.8. Jadwal Penelitian N o Jenis Kegiatan Waktu (2014)

September Oktober Nopember Desember Januari (2015)

1

Penelusuran

kepustakaan X X X

2 Penyusunan proposal X X

X X X

X X 3 Pembacaan

proposal X

4

Pelaksanaan

penelitian X

X X X 5 Analisa data dan penyusunan laporan

X X X

6 Pembacaan hasil X 7 Penggandaan hasil X


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

Dari data rekam medis yang telah dikumpulkan selama kurun waktu 2,5 tahun dari Januari 2012 sampai Juni 2014 didapatkan data penderita infeksi pasca pemasangan fiksasi interna ekstremitas bawah di instalasi bedah pusat RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 25 kasus (5.95%) dari 420 pasien yang menjalani tindakan operasi fiksasi interna. Dimana dari 420 orang, sebanyak 261 laki-laki dan 159 perempuan, dengan usia dibawah 30 tahun 183 orang, usia 30 sampai 60 tahun sebanyak 212 orang dan diatas 60 tahun 25 orang.

Karakteristik penderita infeksi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari diagram dibawah (diagram 1).

Diagram 1. Distribusi frekuensi penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan jenis kelamin di RSUP HAM Januari 2012 –Juni 2014

92%

8%

jenis kelamin

laki laki


(33)

Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwasanya penderita infeksi pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 23 (92%) dan perempuan sebanyak 2 (8%).

Karakteristik penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan umur dapat dilihat pada diagram dibawah.

Diagram 2. Distribusi frekuensi penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan umur di RSUP HAM Januari 2012 – Juni 2014

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwasanya penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah paling banyak pada usia dibawah 60 tahun (88%) dan paling sedikit dibawah 60 tahun (12%).

44% 44%

12%

0 2 4 6 8 10 12

< 30 tahun 30-60 tahun >60 tahun

3 11 112


(34)

Karakteristik penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan lokasi terjadinya infeksi dapat ditunjukkan oleh diagram dibawah.

Diagram 3. Distribusi frekuensi penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah berdasarkan lokasi terjadinya infeksi di RSUP HAM Januari 2012 – Juni 2014

Diagram diatas menunjukkan bahwasanya selama kurun waktu Januari 2012 – Juni 2014 lokasi terjadinya infeksi paling banyak di femur 52 % (13 orang) dan tibia 32 % (8 orang) dari 420 orang yang telah dilakukan operasi fiksasi interna ekstremitas bawah.Sedangkan pada hip dan knee serta pedis tidak ditemukan data pasien yang terinfeksi.

Namun bila dipersentasikan atau diperbandingkan jumlah kasus infeksi berdasarkan lokasi terjadinya dengan jumlah tindakan operasi fiksasi interna dari

0 10 20 30 40 50 60

Persentasi

Persentasi

12% 52%

4 % 32%


(35)

masing-masing lokasi, persentasi kejadian infeksi di femur termasuk lebih kecil dibandingkan dengan infeksi di tibia dan ankle joint seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Lokasi fiksasi interna

jumlah Angka kejadian

Infeksi Persentase femur tibia hip knee ankle pedis kombinasi 249 73 36 13 11 1 37 13 8 - - 1 - 3 5,20% 10,96% 0 % 0% 9,09% 0% 8,10%

Jumlah 420 25

Karakteristik penderita infeksi berdasarkan riwayat operasi menunjukkan semua penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna mengalami riwayat operasi dengan plate and screw (100%).


(36)

Karakteristik penderita infeksi berdasarkan faktor resiko dapat dilihat pada tabel dibawah.

Faktor resiko Jumlah

Perokok 4

Diabetes mellitus 2

Usia lanjut 3

Dari table tersebut diatas terlihat bahwasanya dari 25 orang yang menderita infeksi pasca operasi fiksasi interna, 9 orang diantaranya memiliki faktor resiko yaitu perokok 4 orang, diabetes 2 dan usia lanjut 3 orang.

IV.2. Pembahasan

Angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah dari penelitian yang telah dilakukan terhadap data pasien dari Januari 2012 – Juni 2014 sebesar 5,95 % dari 420 pasien. Angka ini termasuk tidak rendah jika merujuk pada angka standar yang dapat diterima yaitu kurang dari 1% untuk kejadian infeksi luka operasi. Namun jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit pendidikan lainnya, angka ini tidak jauh berbeda. Penelitian yang dilakukan Muhammad Shoaib Khan dan teman-teman di rumah sakit pendidikan Ayub, Abbottabad Pakistan, angka kejadian infeksi sebesar 5.76% dari April 2007 – oktober 2007. Dan dari penelitian mereka diketahui juga bahwa hasil penelitian lain di rumah sakit di Pakistan angka infeksi menunjukkan angka 7.8%. Penelitian yang dilakukan oleh Rudy Kaprisyah di RS Dr. Soedarso Pontianak tahun 2013


(37)

angka kejadian infeksi pasca fiksasi interna pada luka tertutup sebesar 8%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nazri dan Halim tahun 2004 di Malaysia menunjukkan angka yang tinggi yaitu 73.1% (30 dari 41 orang).

Data mengenai angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna khususnya ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik belum ada yang melakukan penelitian. Pada penelitian ini didapatkan data penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna di RSUP H. Adam Malik dalam kurun waktu Januari 2012 – Juni 2014 dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah penderita laki-laki mendominasi yaitu 92 % (23 orang) dibandingkan perempuan yang hanya 8 %. Sedangkan karakteristik berdasarkan usia menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada usia muda dan dewasa atau usia sekolah dan produktif yaitu 88%, hal ini dikarenakan mobilitas yang tinggi pada seorang laki-laki apalagi usia muda dan dewasa yang beresiko untuk terjadinya cedera berulang atau trauma pada daerah bekas luka operasi serta beresiko untuk terpaparnya luka operasi dengan mikroorganisme. Ditambah lagi tingkat kepatuhan dan kepedulian yang kurang terhadap perawatan luka pada seorang laki-laki dibanding perempuan.

Dari penelitian ini karakteristik berdasarkan lokasi terjadinya infeksi menunjukkan bahwa lokasi terjadinya infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah terbanyak di daerah femur yaitu 52% dan tibia 32%. Hal ini dapat dipahami karena ekstremitas bawah terutama daerah tulang panjang yaitu femur dan tibia paling sering mendapatkan trauma dengan kekuatan yang besar yang merusak jaringan lunak sekitar tulang yang patah yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya infeksi, ditambah lagi lebih besarnya peluang daerah tersebut terpapar mikroorganisme karena mudah kotor.


(38)

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwasanya pasien-pasien yang mengalami infeksi diantaranya 6 orang mempunyai faktor resiko berupa diabetes mellitus dan perokok serta berusia lanjut sebanyak 3 orang.

Dari penelitian ini menunjukkan juga kalau semua pasien yang terinfeksi mempunyai riwayat operasi fiksasi interna dengan plate and screw.


(39)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan angka kejadian infeksi pada pasien-pasien pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik masih tergolong tinggi. Oleh karena itu perlu adanya penanganan dan manajemen (kontrol) yang lebih untuk mengurangi angka kejadian infeksi pada pasien-pasien yang dilakukan pemasangan fiksasi interna. Hal ini dikarenakan kejadian infeksi akan meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan yang tidak sedikit baik bagi penderita maupun pihak rumah sakit dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien.

Pada penelitian ini tidak diketahui secara pasti faktor resiko yang berhubungan secara signifikan dan mempengaruhi terjadinya infeksi, walaupun secara umum diketahui faktor resiko seperti usia lanjut, lamanya operasi, perokok, diabetes, perawatan pasca operasi dan kerusakan kulit serta jaringan lunak daerah fraktur dapat mempengaruhi terjadinya infeksi. Operator saat dilakukan operasi dapat mempengaruhi hasil dan lamanya operasi serta kemungkinan terjadinya infeksi, akan berbeda bila yang melakukan tindakan operasi seorang dokter ahli bedah orthopaedi dibandingkan seorang residen atau dokter yang sedang mengikuti pendidikan orthopaedi. Hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.


(40)

V.2. Saran

1. Untuk mengurangi angka kejadian infeksi luka operasi pasca operasi fiksasi interna khususnya pada ekstremitas bawah dilingkungan departemen orthopaedi dan traumatologi RSUP H. Adam Malik Medan maka perlu adanya peningkatan sterilisitas prosedur operasi baik dari operator dan asisten maupun unsur pendukung termasuk ruangan operasi.

2. Mengurangi lamanya perawatan di rumah sakit sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi. Karena hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi untuk terjadinya infeksi luka operasi yaitu infeksi nosokomial.

3. Memberikan informasi dan pengertian kepada masyarakat tentang infeksi pasca operasi dan pentingnya perawatan luka pasca operasi dengan selalu berobat jalan di poliklinik orthopaedi.

4. Untuk melengkapi penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi pasca operasi fiksasi interna dilingkungan departemen orthopaedi dan traumatologi RSUP H. Adam Malik.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Salomon L, Warwi ck J, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 8th Edition, 2001, 27-49.

2. Andrew H. Schmidt, MD, and Marc F. Swiontkowski, MD, Pathophysiology of Infections After Internal Fixation of Fractures,J Am Acad Orthop Surg 2000;8:285-291

3. Muhammad Shoaib Khan, Saif ur Rehman, Mian Amjad Ali, Babar Sultan, Shahid Sultan,

INFECTION IN ORTHOPEDIC IMPLANT SURGERY, ITS RISK FACTORS AND OUTCOME, J Ayub Med Coll Abbottabad 2008;20(1)

4. Salter R.B. Inflammatory Disorders of Bones and Joints. Textbook of Disorders and Injuries of The Musculoskeletal System, 3rd edition, 1999, 216-218.

5. Canale S.T, Beaty J,H. Chronic Osteomielitis, Campbell’s Operative Orthopaedics. 11th edition, 2008, 702-705.

6. Cierny G, DiPasquale D. Treatment of Chronic Infection. Journal of The American Academy of Orthopaedics Surgeons, 2006, S105-S110Craigen M.A.C, Blyth M.J.G, et al.

The Changing Epidemiology of Osteomielitis In Children. J Bone Joint Surgery, 2001 ; 83-B; 99-102.

7. Willis K, Osteomielitis, Stanford University Medical Media and Technologies. Available

fsrom : URL:http:

8. Fosberg A.J, Potter Kyle B. Diagnosis and Management Of Chronic Infection. Journal of The American Academy of Orthopaedics Surgeons, 2011, S8-S19.


(42)

9. Buckwelter J, Einhorn T, Simon S. Infection in Orthopaedics, Orthopaedic Basic Science.

American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2nd edition, 2000, 240-258.

10.Simpson A.H, Deakin M, Latham J.M. The Effect of The Extent of Surgical Resection on Infection. The Journal of Bone and Joint Surgery, 2001, 83-B:403-407.

11.

Infected Plates and Nail After Fracture Synthesis

12.

13.Craigen M.A.C, Blyth M.J.G, et al. The Changing Epidemiology of Osteomielitis In Children. J Bone Joint Surgery, 2001 ; 83-B; 99-102.

14.Mark E.Shirtliffi, Jon T.Mader, Acute septic arthritis, Center for Biofilm Engineering, Montana State University, and Marine Biomedical Institute, Division of Infectious Disease, The University of Texas, 530.

15.Greene R Linda, etc, Surgical Wound Definitions and Diagnosis, Guide to Elimination of Orthopedic Surgical Site Infections, APIC, Washington, DC 2010, 17-18.


(1)

33 angka kejadian infeksi pasca fiksasi interna pada luka tertutup sebesar 8%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nazri dan Halim tahun 2004 di Malaysia menunjukkan angka yang tinggi yaitu 73.1% (30 dari 41 orang).

Data mengenai angka kejadian infeksi pasca operasi fiksasi interna khususnya ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik belum ada yang melakukan penelitian. Pada penelitian ini didapatkan data penderita infeksi pasca operasi fiksasi interna di RSUP H. Adam Malik dalam kurun waktu Januari 2012 – Juni 2014 dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah penderita laki-laki mendominasi yaitu 92 % (23 orang) dibandingkan perempuan yang hanya 8 %. Sedangkan karakteristik berdasarkan usia menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada usia muda dan dewasa atau usia sekolah dan produktif yaitu 88%, hal ini dikarenakan mobilitas yang tinggi pada seorang laki-laki apalagi usia muda dan dewasa yang beresiko untuk terjadinya cedera berulang atau trauma pada daerah bekas luka operasi serta beresiko untuk terpaparnya luka operasi dengan mikroorganisme. Ditambah lagi tingkat kepatuhan dan kepedulian yang kurang terhadap perawatan luka pada seorang laki-laki dibanding perempuan.

Dari penelitian ini karakteristik berdasarkan lokasi terjadinya infeksi menunjukkan bahwa lokasi terjadinya infeksi pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah terbanyak di daerah femur yaitu 52% dan tibia 32%. Hal ini dapat dipahami karena ekstremitas bawah terutama daerah tulang panjang yaitu femur dan tibia paling sering mendapatkan trauma dengan kekuatan yang besar yang merusak jaringan lunak sekitar tulang yang patah yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya infeksi, ditambah lagi lebih besarnya peluang daerah tersebut terpapar mikroorganisme karena mudah kotor.


(2)

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwasanya pasien-pasien yang mengalami infeksi diantaranya 6 orang mempunyai faktor resiko berupa diabetes mellitus dan perokok serta berusia lanjut sebanyak 3 orang.

Dari penelitian ini menunjukkan juga kalau semua pasien yang terinfeksi mempunyai riwayat operasi fiksasi interna dengan plate and screw.


(3)

35 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan angka kejadian infeksi pada pasien-pasien pasca operasi fiksasi interna ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik masih tergolong tinggi. Oleh karena itu perlu adanya penanganan dan manajemen (kontrol) yang lebih untuk mengurangi angka kejadian infeksi pada pasien-pasien yang dilakukan pemasangan fiksasi interna. Hal ini dikarenakan kejadian infeksi akan meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan yang tidak sedikit baik bagi penderita maupun pihak rumah sakit dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien.

Pada penelitian ini tidak diketahui secara pasti faktor resiko yang berhubungan secara signifikan dan mempengaruhi terjadinya infeksi, walaupun secara umum diketahui faktor resiko seperti usia lanjut, lamanya operasi, perokok, diabetes, perawatan pasca operasi dan kerusakan kulit serta jaringan lunak daerah fraktur dapat mempengaruhi terjadinya infeksi. Operator saat dilakukan operasi dapat mempengaruhi hasil dan lamanya operasi serta kemungkinan terjadinya infeksi, akan berbeda bila yang melakukan tindakan operasi seorang dokter ahli bedah orthopaedi dibandingkan seorang residen atau dokter yang sedang mengikuti pendidikan orthopaedi. Hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.


(4)

V.2. Saran

1. Untuk mengurangi angka kejadian infeksi luka operasi pasca operasi fiksasi interna khususnya pada ekstremitas bawah dilingkungan departemen orthopaedi dan traumatologi RSUP H. Adam Malik Medan maka perlu adanya peningkatan sterilisitas prosedur operasi baik dari operator dan asisten maupun unsur pendukung termasuk ruangan operasi.

2. Mengurangi lamanya perawatan di rumah sakit sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi. Karena hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi untuk terjadinya infeksi luka operasi yaitu infeksi nosokomial.

3. Memberikan informasi dan pengertian kepada masyarakat tentang infeksi pasca operasi dan pentingnya perawatan luka pasca operasi dengan selalu berobat jalan di poliklinik orthopaedi.

4. Untuk melengkapi penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi pasca operasi fiksasi interna dilingkungan departemen orthopaedi dan traumatologi RSUP H. Adam Malik.


(5)

37 DAFTAR PUSTAKA

1. Salomon L, Warwi ck J, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 8th Edition, 2001, 27-49.

2. Andrew H. Schmidt, MD, and Marc F. Swiontkowski, MD, Pathophysiology of Infections After Internal Fixation of Fractures,J Am Acad Orthop Surg 2000;8:285-291 3. Muhammad Shoaib Khan, Saif ur Rehman, Mian Amjad Ali, Babar Sultan, Shahid Sultan,

INFECTION IN ORTHOPEDIC IMPLANT SURGERY, ITS RISK FACTORS AND OUTCOME, J Ayub Med Coll Abbottabad 2008;20(1)

4. Salter R.B. Inflammatory Disorders of Bones and Joints. Textbook of Disorders and Injuries of The Musculoskeletal System, 3rd edition, 1999, 216-218.

5. Canale S.T, Beaty J,H. Chronic Osteomielitis, Campbell’s Operative Orthopaedics. 11th edition, 2008, 702-705.

6. Cierny G, DiPasquale D. Treatment of Chronic Infection. Journal of The American Academy of Orthopaedics Surgeons, 2006, S105-S110Craigen M.A.C, Blyth M.J.G, et al. The Changing Epidemiology of Osteomielitis In Children. J Bone Joint Surgery, 2001 ; 83-B; 99-102.

7. Willis K, Osteomielitis, Stanford University Medical Media and Technologies. Available

fsrom : URL:http:

8. Fosberg A.J, Potter Kyle B. Diagnosis and Management Of Chronic Infection. Journal of The American Academy of Orthopaedics Surgeons, 2011, S8-S19.


(6)

9. Buckwelter J, Einhorn T, Simon S. Infection in Orthopaedics, Orthopaedic Basic Science. American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2nd edition, 2000, 240-258.

10.Simpson A.H, Deakin M, Latham J.M. The Effect of The Extent of Surgical Resection on Infection. The Journal of Bone and Joint Surgery, 2001, 83-B:403-407.

11.

Infected Plates and Nail After Fracture Synthesis

12.

13.Craigen M.A.C, Blyth M.J.G, et al. The Changing Epidemiology of Osteomielitis In Children. J Bone Joint Surgery, 2001 ; 83-B; 99-102.

14.Mark E.Shirtliffi, Jon T.Mader, Acute septic arthritis, Center for Biofilm Engineering, Montana State University, and Marine Biomedical Institute, Division of Infectious Disease, The University of Texas, 530.

15.Greene R Linda, etc, Surgical Wound Definitions and Diagnosis, Guide to Elimination of Orthopedic Surgical Site Infections, APIC, Washington, DC 2010, 17-18.