Dampak pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan terhadap degradasi lingkungan di jawa barat

-

---------------

--------

VI. DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KEMISKINAN TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN
Berdasarkan hasil estimasi parameter 12 persamaan perilaku yang
disajikan dalam bagian V dapat ditarik substansi temuan empiris, babwa
pertumbuhan ekonomi adalab faktor dominan penentu degradasi lingkungan di
Jawa Barat. Hal ini tercemrin pada besamya angka elastisitas setiap parameter
perkernbangan output ekonomi terhadap laban kritis per kapita, BODp, TDSp, CO

dan C02p. Sedangkan kondisi sosial ekonomi yang ditunjukan oleh angka Gini
Rasio (GR) dan tingkat kemiskinan knnmg responsifterhadap tingkat pencemaran

air baik jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel GR elastis dalam jangka
panjang terhadap luas laban kritis per kapita

Melalui simulasi historis dengan skenario yang sudah diungkapkan daJam

bagian IV akan dibuktikan bagaimanakah dampak dari pertumbuhan ekonomi dan
kemiskinan terhadap degradasi lingkungan.

6.1. Pengarub Kenaikan PDRB
Variabel PDRB didabulukan sebagai vari.bel yang mengalami peruhahan
karena perubaban kualitas lingkungan dalam perspektif ekonomi lingkungan

terjadi

karena

adanya

aktivitas

ekonomi

untuk

memenuhi


kebutuhan

penduduknya. PDRB merupakan total produksi barang dan jasa yang diproduksi

oleh masyarakat yang ada di suatu wilayah selama kunm waktu tertentu. Dari sisi
lapangan usaha PDRB mencakup 9 sektor ekonomi, yakni sektor primer, sekunder

dan tersier.

Proses produksi sektor sekunder yakni industri pengolaban yang

----,----------,'-セML@

VII. RESPON PELAKU EKONOMI TERHADAP
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
Hasil estimasi dari model yang sudah dijelaskan dalam b.gian V,
menunjukkan babw. ada tidakny. kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan
baik untuk laban kritis, pencemaran air maupun udara temyata sarna saja. Hal ini


ditunjukkan dengan rendabnya nilai t-hitung, Meskipun demikian landa parameter
estimasi negatif, bahwa kebijakan sebenamya dapat mendorong penurunan
degradasi lingkungan. Angka elastisitasny. sangat kecil baik jangka pendek
maupun jangka panjang untuk seluruh vari.bel degradasi lingkungan, bahwa
kebijakan lingkungan kurang responsif terhad.p degradasi lingkungan. Kondisi
tersebut secara implisit mengisyaratkan bahwa implementasi kebijakan-kebijakan
tersebut belum betj.lan optimal, Oalam bab ini akan dikaji meng.p. kebijakan
lingkungan belum beIjalan optimal yang dikaitkan dengan eksistensi hak
kepemilikan,

7.1. Kasus Laban Kritis
7.1.1. Laban Kritis Milik Masyarakat
Pada tabun 2005 luas labari kritis di wilayab Jabar meneapai 580 397 ha.
Oari luas labari kritis tersebut, 158 274 ha diantaranya merupakan hUIan

konservasi, hutan lindung, serta hutan produksi. Sementara laban kritis milik
perkebunan besar luasnya 26 180 ha dan laban kritis ntilik masyarak.t 395 943 ha.

Kenyataan ini menarik perhatian dimana area laban kritis terluas justru milik
masyarakat atau ntilik pribadi, karena secara Ieori kepemilikan secara pribadi

menjarnin alokasi sumberdaya elisien dan teIjaganya up.ya konservasi karena

....•...

_----------,--'._--------_._._.

VIII. SIMULASI HISTORIS DAMPAK DEGRADASI
LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN KEMISKINAN
Dalam pembahasan dua bab sebelwnnya terungkap bahwa pertumbuban

ekonomi seiring dengan proses industrialisasi telah menimbulkan dampak buruk
terhadap kualitas air dan udara namun memberikan peluang turunnya luas laban
kritis,
Terdapat dua hal mendasar dihalik pennasaIaban pencemaran air dan
udara, per/ama terkait dengan karakteristik industri yang menimbulkan banyak

limbah. KedUll, sifat open access dari air dan udara sehingga mendorong over
eksploitasi. Keberadaan kebijakan pengendalian pencemaran air dan udara yang
bias pada tipe CAC tidak bekerja sebagaimana mestinya karena ketidakpabaman

pibak-pihak terkait dan lemahnya sistem monitoring, Fakta ini berdasarkan pada
hasil estimasi untuk variabel dununy kebijakan dan basil survei.
Dengan demikian akumulasi BODp, msp, CO dan C02p akan semakin
menumpuk

seiring

pengendaliannya

dengan

belum

pertumbuban

berjalan

optimal,

ekonomi

Menurut

selama
pemikiran

kebijakan
Pezzey,

produktivitas lingkungan yang menurun akan berdampak Pada turunnya
pertumbuban ekonomi sehingga meningkatkan ketimpangan pendapatan dan

kemiskinan.
Dalam bab ini akan dibuktikan seberapa besar dampak dari peningkatan
degradasi lingkungan terhadap pertumbuban ekonomi dan kemiskinan, Melalui
simuiasi ketiga indikator lingkungan akan nampak perbedaan dampak dari
ketiganya,

IX. SIMULASI RAMALAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN


Berdasarkan seluruh pembahasan dari simulasi historis dan evaluasi
implementasi kebijakan lingkungan ditemukan kunci untuk memperbaiki
degradasi lingkungan yang dihadapi Jawa Bara!, yakni mengubab pola
pertumbuhan ekonomi dan melengkapi kebijakan lingkungan yang ada dengan
tipe kebijakan yang berbasis pasar serta meningkatkan kepedulian lingkungan.
Pola pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi
yang berbasis selctor jasa yang lebih sedikit mengbasi1kan limbab dibandingkan
dengan selctor industri pengolahan. Sedangkan kebijakan lingkungan yang

berbasis pasar adalah instrumen kebijakan yang memberikan insentif buat
pencemar untuk mengurangi limbahnya melalui perhitungan benefit dan biaya.
Up.y. peningk.tan

kepedulian

lingkungan

merupakan

langkah strategis


berdasarkan peta permasa1ahan yang ditemukan dari basil survei dan estimasi

model. Hasil survei mengindikasikan bahwa efektivitas pelaksanaan kebijakan
lingkungan yang rendah terkait pula dengan rendabnya tingkat kepedulian pibak-

pihak: pencemar. Sementara hasil estimasi menunjukan bahwa tingkat kepedulian
memiliki tingkat responsivitas yang cukup tinggi.
Orientasi pertumbuhan ekonomi yang berbasis selctor jasa harus diciptakan
diantaranya melalui kebijakan alokasi input seperti kredit perbankan yang lebih

besar proporsinya untuk sector tersebut. Untuk menghindari dampak negatif dari
peningkatan output selctor jasa terhad.p distribusi pendapatan, maka perlu
dikembangkan kebijakan spesifIk perbaikan distribusi pendapatan diantaranya

X. ALTERNATIF KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Dalam pembahasan bagian IX tentang simulasi ramalan clampak kebijakan
pembangunan berkelanjutan, belum terungkap alternatif kebijakan yang bisa
dijajaki untuk diterapkan di Jawa Barat mengingat keterbatasan model yang

mengakomodir adanya kebijakan lingkungan melalui variabel dununy. Dalam
simulasi tersebut yang diskenariokan adalab peningkatan kepedulian lingkungao

yang diproksi oleh rata-rata lamanya sekolab. Dalam bab ini akan dibabas
beberapa altematif kebijakan lingkungan untuk memperbaiki kebijakan yang
sudabada.
Hasil survei menunjukan babwa implementasi kebijakan CAC dalam

mengendalikan pencemaran air dan udara tidak efektif karena tidak. mengandung
insentif bagi pencemar untuk mengintemalisasikan ekstemalitas. Selain itu
kemampuan monitoring yang lemah memberikan peluang besar bagi pencemar

untuk mengbindari aluran baku mutu limbab. Oleh karena itu perlu dijajaki
kemungkinan menerapkan kebijakan lain untuk melengkapi kebijakan yang sudab
ada.
Tabel 40 menunjukan tipe-tipe kebijakan pengendalian kerusakan
lingkungan. Preferensi ke tipe CAC yakni regulasi lingkungan yang menyangkut
standarisasi, larangan, penjatahan. penetapan area, dan kewajiban atau ke tipe

berbasis pasar/insentif sangat terganhmg pada sejauhmana pemahaman para

pembuat kebijakan terbadap faktor-faktor determinasi permasalaban lingkungan di
daerahnya.

Mセ

XI. SIMPULAN DAN SARAN

11.1 Simpulan
Berdasarkan seluruh pembabasan dap.t ditarik simpulan sebagai berikut:

I. Labau kritis per k.pita lebih ditentukan oleh kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan karena tekanan jumlab penduduk dan pengangguran. Sedangkan
pencemaran air dan udara lebili ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi yang

sejalan dengan proses industrialisasi di J.wa Bara!.
2. Dalam kasus labau kritis milik masyarakat bak kepemilikan terdefmisikan
dengan baik, hanya di labau kritis milik pemerintah tidak terpenuhi

karakteristik enforceability. Sedangkan air dan udara bersifat open access
yang menimbulkan peluang besar teIjadinya over eksploitasi.


3. Hasil survei memperkuat simpulan sebelumnya bahwa efektivitas kebijakan
penanganan

labau

kritis

sang.t

tergantung

pada

perbaikan

tingkat

kesejahteraan masyarakat Sementara regulasi aturan baku mutu limbah cair
dan emisi (CAC) cenderung tidak ditaati karen. urtit pengolab limbah

menaikan biaya produksi'. limbah terserap air, tidak ada sanksi, dan tidak ada
peluang keIjasama mengatasi pencemaran.
4. Berdasarkan simulasi historis terbukti bahwa meningkatnya degradasi
Iingkungan telah menurunkan pertwnbuhan ekonomi dan meningkatkan
kemiskinan. Luas laban kritis per kapita memberikan dampak butuk yang
lebili besar terhadap perekonomian dibandingkan dengan pencemaran air dan
udara karena karakteristik kerusakan menyangkut gangguan keseimhangan

ekosistem.