pendekatan program linier fuzzy menjadi program linier biasa dengan fungsi objektif tunggal, digunakan kriteria maximin. Kriteria pengambilan keputusan Maximin
dikenal dengan pandangan yang pesimis berlaku penghindar resiko untuk suatu hasil yang akan dicapai diwaktu yang akan datang. .Dengan kata lain, kita harus menerima
keadaan terburuk. Pada tulisan ini akan dibandingkan penyelesaian program linier fuzzy dengan menggunakan kriteria pengambilan keputusan Maximin dan
penyelesaian program linier fuzzy dengan menggunakan kriteria pengambilan keputusan laplace. Kriteria laplace dan maximin sama-sama kriteria pengambilan
keputusan di bawah ketidakpastian. Kriteria laplace mengasumsikan bahwa setiap kejadian memiliki nilai peluang untuk terjadi tetapi jika informasi untuk kejadian itu
tidak mencukupi maka peluang untuk setiap kejadian diasumsikan sama. Nilai peluang untuk kejadian dari
dianggap sama, dimana
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis memilih judul untuk skripsi
ini, yaitu “ Perbandingan Kriteria Keputusan Maximin Dengan Kriteria Keputusan Laplace Pada Pencarian Solusi Program Linier Fuzzy
”.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan dalam tulisan ini adalah membandingkan bagaimana suatu permasalahan program linier fuzzy diselesaikan dengan mentransformasikan kriteria
pengambilan keputusan maximin pada langkah-langkah pencarian solusinya dan program linier fuzzy diselesaikan dengan mentransformasikan kriteria pengambilan
keputusan laplace pada langkah-langkah pencarian solusinya.
1.3 Batasan Masalah
Tulisan ini dibatasi untuk masalah program linier fuzzy dengan fungsi objektif fuzzy dan kendala scrip. Fungsi keanggotaannya dibatasi pada bilangan fuzzy triangular
untuk parameter fuzzy yang terdapat pada fungsi objektif.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tinjauan Pustaka
B.D. Nasendi 1984 dalam bukunya „ Program Linear dan Variansinya‟ mengatakan bahwa program linear merupakan suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang
analisis-analisisnya memakai model matematika dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah, kemudian dipilih mana yang terbaik di
antaranya dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut tentang alokasi sumber daya dan dana yang terbatas guna mencapai tujuan atau
sasaran yang diinginkan secara optimal. Zimmerman 1991 dalam tulisannya mengemukakan tujuan dan batasan-batasan
yang dipresentasikan dengan himpunan fuzzy dan pembuat keputusan dapat menetapkan sebuah tingkat ide untuk nilai dari fungsi objektif yang ingin dicapai.
Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo 2004 dalam bukunya „Aplikasi Logika Fuzzy Untuk pendukung Keputusan‟ mengemukakan jika apabila persoalan program
linier akan dibuat pada lingkungan fuzzy maka model program linier klasik akan mengalami sedikit perubahan yaitu:
1. Bentuk imperatif pada fungsi objektif tidak lagi benar-benar “maksimum”
atau “minimum”, karena ada beberapa hal yang perlu mendapat pertimbangan dalam suatu sistem.
2. Tanda pada batasan dalam kasus maksimasi dan tanda pada batasan
dalam kasus minimasi tidak lagi bermakna crisp secara matematis, namunsedikit mengalami pelanggaran makna. Hal ini juga disebabkan karena
adanya beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam sistem yang mengakibatkan batasan tidak dapat didekati secara tegas.
Bentuk umum dari program linier fuzzy adalah Maksimumkan :
Kendala
Universitas Sumatera Utara
di mana dan semuanya adalah bilangan fuzzy kabur.
= Parameter yang dijadikan kriteria optimisasi, atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan.
= Peubah pengambilan keputusan atau kegiatan yang ingin dicari; yang tidak diketahui.
Koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan kegiatan yang bersangkutan dalam kendala ke-
i
. = Sumber daya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang
bersangkutan disebut pula konstanta atau nilai sebelah kanan dari kendala ke-
i
. Z = Nilai skalar kriteria pengambilan keputusan suatu fungsi tujuan.
Operasi penambahan dan perkalian adalah operasi-operasi aritmatika fuzzy, dengan tanda
dan menyatakan urutan bilangan fuzzy. Pada umumnya, pemecahan
permasalahan program linier fuzzy diawali dengan mengkonversikan permasalahan tersebut ke dalam bentuk program linier. Hasil akhirnya diperoleh dalam bentuk
bilangan nyata yang menggambarkan kompromi dari bilangan-bilangan fuzzy yang diproses di dalamnya.
1.5 Tujuan Penelitian