PENELITIAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN BIMA, SEMEN HOLCIM, DAN SEMEN GARUDA DENGAN NILAI FAS 0,40 ; 0,45 DAN 0,50
DENGAN NILAI FAS 0,40 ; 0,45 DAN 0,50
Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1
Pada Program StudiTeknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : DICKY SAPUTRA NIM : 20120110008
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i
DENGAN NILAI FAS 0,40 ; 0,45 DAN 0,50
Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1
Pada Program StudiTeknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : DICKY SAPUTRA NIM : 20120110008
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
iii
(Mahatma Gandhi)
“Tak ada tempat untuk pesimisme, masa depan harus dijemput dengan antusiasme.”
(Najwa Sihab)
“Sifat orang yang berilmu tinggi adalah merendahkan hati kepada manusia dan takut kepada tuhan”
(Nabi Muhammad SAW)
(4)
iv
Perencanaan dan pembuatan hingga terselesainya Tugas Akhir ini penulis tak lepas dari bantuan pihak-pihak yang sangat membantu bagi penulis , sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Warsono dan Ibu Nartem Tercinta yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah memberikan segalanya untukku menorehkan segala kasih sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu. Engkaulah Inspirasiku di saat aku rapuh & ketika semangat ku memudar.
2. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan dukungan, atas doa, nasehat, dukungan moril dan materil ,yang sering mempertanyakan Tugas Akir ini hingga selesai
3. Kepada para sahabat terbaik, kelompok jeruk atas kemauan saling berbagi cerita dan canda tawa yang membekas di hati.
4. Teman-teman civil A semuanya yang tak bisa terhitung (terimakasih atas dukungannya, bercandanya selama ini dan semuanya) maaf ya jikalau saudaramu ini ada salah kata atau kata-kata yang berlebihan.
(5)
v
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan tugas akhir dan menyusun laporan tugas akhir. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabat–sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulisan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kurikulum guna menyelesaikan studi Strata 1 pada jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Selama melaksanakan tugas akhir, maupun dalam menyelesaikan laporan penyusun banyak menerima kritik dan saran, dukungan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang senantiasa sangat bermanfaat tak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Ir. Anita Widianti M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ir. As’at Pujianto, M.T. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi laporan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Restu Faizah, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini.
4. Ibu Pinta Astuti, S.T., M.Eng. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan koreksi pada laporan tugas akhir ini.
(6)
vi
6. Seluruh Staff Tata Usaha Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, pengarahan dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Kepada rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil 2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penyusun ungkapkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan dan doanya.
Penyusun berharap semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Disadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga masih perlu adanya perbaikan dan saran dari pembaca. Penyusun juga berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Yogyakarta, Juli 2016
(7)
vii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 2
D. Manfaat ... 2
E. Batasan Masalah ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Penelitian Sebelumnya ... 4
B. Keaslian Penelitian ... 6
BAB III LANDASAN TEORI ... 8
A. Beton ... 8
B. Perancangan Campuran Adukan Beton ... 22
C. Slump ... 33
D.Kuat Tekan Beton ... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Lokasi Penelitian... 40
(8)
viii
A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton ... 48
1. Semen ... 48
2. Air ... 48
3. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus ... 48
4. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar ... 51
B. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) ... 52
C. Hasil Pengujian Slump ... 53
D. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA
(9)
ix
Gambar 3.3 Semen Holcim ... 16
Gambar 3.4 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Silinder Beton ... 24
Gambar 3.5.a Batas Gradasi Pasir Pada Daerah No. 1 ... 28
Gambar 3.5.b Batas Gradasi Pasir Pada Daerah No. 2 ... 28
Gambar 3.5.c Batas Gradasi Pasir Pada Daerah No. 3 ... 29
Gambar 3.5.d Batas Gradasi Pasir Pada daerah No. 4 ... 29
Gambar 3.6 Batas Gradasi Kerikil dengan Besar Butir Maksimum 20 mm ... 30
Gambar 3.7 Proporsi Agregat Halus Pada Agregat Maksimum 20 mm ... 31
Gambar 3.8 Hubungan Antara Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran Dan Berat Beton ... 32
Gambar 3.9 Kuat Tekan Beton Benda Uji Silinder ... 34
Gambar 3.10 Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap Kuat Tekan Beton... 37
Gambar 3.11 Pengaruh Jumlah semen Terhadap kuat Tekan Beton Pada Faktor Air Semen Sama ... 38
Gambar 3.11 Hubungan Jumlah Semen Dengan Kuat Tekan Beton Pada Faktor Air Semen 0,50 ... 39
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian ... 42
Gambar 5.1 Hasil Pengujian Gradasi Pasir ... 49
Gambar 5.2 Hubungan Antara Kuat Tekan Beton Semen Bima Dengan Faktor Air Semen Pada Umur 7 Hari ... 54
Gambar 5.3 Hubungan Antara Kuat Tekan Beton Semen Holcim Dengan Faktor Air Semen Pada Umur 7 Hari ... 56
Gambar 5.4 Hubungan Antara Kuat Tekan Beton Semen Garuda Dengan Faktor Air Semen Pada Umur 7 Hari ... 58
Gambar 5.5 Grafik Batang Hubungan antara Kuat Tekan Beton Dengan Nilai Factor Air Semen pada Semen Bima, Semen Holcim Dan Semen Garuda ... 60
(10)
x
FAS pada Semen Bima ... 62 Gambar 5.8 Hubungan Nilai Slump dan Kuat Tekan Beton Dengan
FAS pada Semen Holcim ... 62 Gambar 5.9 Hubungan Nilai Slump dan Kuat Tekan Beton Dengan
FAS pada Semen Garuda ... 63 Gambar 5.10 Hubungan Nilai Slump dan Faktor Air Semen ... 63
(11)
xi
Tabel 2.2 Perbedaan 6 Penelitian ... 7
Tabel 3.1 Beton Menurut Kuat Tekannya ... 10
Tabel 3.2 Berat Jenis Beton ... 10
Tabel 3.3 Persyaratan Atau kekuatan Agregat Kasar Untuk Beton ... 18
Tabel 3.4 Nilai Tambah M Jika Pelaksanaan Tidak Mempunyai Pengalaman .. 23
Tabel 3.5 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus ... 25
Tabel 3.6 Nilai Slump Beton Segar ... 25
Tabel 3.7 Perkiraan Kebutuhan Air Per m3 Beton ... 26
Tabel 3.8 Batas Gradasi Pasir ... 27
Tabel 3.9 Batas Gradasi Agregat Dengan Ukuran Butir Maksimum 20 mm ... 30
Tabel 3.10 Nilai Slump Beton Segar ... 33
Tabel 3.11 Beberapa Jenis Beton Menurut Kuat Tekannya ... 35
Tabel 3.12 Rasio Kuat Tekan Beton Berbagai Umur ... 35
Tabel 4.1 Variasi Dan Jumlah Benda Uji ... 46
Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir ... 49
Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Berat jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus ... 50
Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Berat jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar ... 51
Tabel 5.4 Kebutuhan Bahan Susun Untuk Tiap 1 m3 Adukan Beton Normal ... 52
Tabel 5.5 Kebutuhan Bahan Susun Untuk Tiap 1 Silinder Adukan Beton Normal ... 53
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Slump ... 53 Tabel 5.7 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Semen Bima Dengan Nilai
(12)
xii
(13)
xiii
Lampiran II Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
Lampiran III Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Lampiran IV Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Halus
Lampiran V Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
Lampiran VI Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Lampiran VII Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Lampiran VIII Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
Lampiran IX Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Kasar
Lampiran X Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar
Lampiran XI Perhitungan Campuran Beton
Lampiran XII Alat dan Bahan Pembuatan Benda Uji
Lampiran XIII Proses Pembuatan Benda Uji
(14)
(15)
xiv INTISARI
Beton semakin tahun semakin banyak digunakan baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, sebagai contoh pada tahun 1976 di Amerika Serikat di produksi beton 100 juta/tahun, di Canada 11 juta ton per tahun, sedang di Indonesia pada tahun 1985 diproduksi 14 juta ton. Sampai saat ini produksi Semen (portland cement) terus ditingkatkan seperti kita ketahui produksi Semen pada tahun 1998 mencapai 17.250.000 ton per tahun (Sutikno, 2003:2).
Pada penelitian ini campuran menggunakan tiga semen berbeda yaitu Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda dengan nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50. Dengan tujuan untuk mengetahui kuat tekan yang baik dari ketiga semen yang digunakan dan mengetahui nilai FAS yang baik jika digunakan pada ketiga semen tersebut. Perancangan campuran beton menggunakan SK SNI : 03-2834-2002 dan benda uji dibuat pada silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan beton dan dilakukan pada umur 7 hari.
Hasil penelitian kuat tekan beton Semen Bima memiliki kuat tekan rata-rata yang tinggi dengan nilai 24.8 MPa, 22.62 MPa, 21.48 MPa dibandingkan dengan Semen Holcim dengan nilai 24.29 MPa, 16.62 MPa, 12.54 MPa dan Semen Garuda dengan nilai 23.21 MPa, 21.07 MPa, 18.72 MPa berurut-urut pada FAS 0,40 ; 0,45 ; 0,50. Untuk nilai Faktor Air Semen (FAS) 0,40 ; 0;45 ; 0,50 yang digunakan pada Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda, kuat tekan beton yang tinggi didapat pada fas 0,40.
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Beton semakin tahun semakin banyak digunakan baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, sebagai contoh pada tahun 1976 di Amerika Serikat di produksi beton 100 juta/tahun, di Canada 11 juta ton per tahun, sedang di Indonesia pada tahun 1985 diproduksi 14 juta ton. Sampai saat ini produksi semen (portland cement) terus ditingkatkan seperti kita ketahui produksi semen pada tahun 1998 mencapai 17.250.000 ton per tahun (Sutikno, 2003:2)cit Syaiful-Beton.
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak dipakai pada saat ini yaitu beton normal. Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), Faktor Air Semen (FAS) dan zat tambahan (admixture) bila diperlukan. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis (Sutikno, 2003:1).
Kekuatan beton sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor bahan seperti Semen. Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak pakai dalam pengembangan fisik. Di dunia sebenarnya terdapat berbagai macam Semen, dan tiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan sifat-sifatnya yang khusus. Dan di indonesia sendiri terdapat berbagai macam merk dan jenis Semen, sebagai contoh Semen Holcim, Semen Tiga Roda, Semen Gresik dan ada beberapa pabrik semen baru seperti Semen Bima, Semen Garuda.
Namun dari beberapa semen yang ada di indonesia belum tentu sama spesifikasinya seperti yang di jelaskan pada SNI 15-0302-2004. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneiliti dengan membandingkan kuat tekan beton
(17)
beberapa Semen baru dan Semen lama dengan berbagai macam nilai Faktor Air Semen (FAS), supaya memberikan gambaran mengenai beberapa semen baru di indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka masalah-masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana nilai kuat tekan beton yang baik dari Semen Bima, Semen Garuda dan Semen Holcim ?
2. Bagaimana nilai faktor air semen yang baik dengan menggunakan fas 0,4 ; 0,45 ; 0,5 pada Semen Bima, Semen Garuda dan Semen Holcim ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang paling baik dari Semen Bima, Semen Garuda dan Semen Holcim
2. Untuk mengetahui nilai faktor air semen yang baik dari fas 0,40 ; 0,45 dan 0,50 pada Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai merk semen yang
baik di pasaran
2. Memberikan informasi mengenai nilai FAS yang baik apabila digunakan untuk beton normal
E. Lingkup Penelitian
Agar penulisan studi ini lebih terarah maka ditentukan pokok-pokok pembahasan. Adapun pokok-pokok pembahasan itu antara lain:
1. Semen yang digunakan dua jenis Semen baru yaitu Semen bima dan Semen garuda, dan satu Semen lama yaitu Semen holcim dengan kemasan 40 kg;
(18)
3. Agregat halus yang digunakan adalah agregat halus dari daerah Merapi; 4. Agregat kasar yang digunakan adalah agregat kasar dari daerah Clereng; 5. Benda uji kuat tekan beton silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm; 6. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari;
7. Langkah-langkah perencanaan campuran beton menggunakan SK –SNI 03-2834-2002.
(19)
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumya
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu dengan membandingkan kuat tekan beton dengan beberapa merk Semen :
1. Yuanda (2010), Penelitian yang dilakukan oleh Yuanda (210) yaitu tentang kuat tekan beton dengan menggunakan Semen Baturaja, Semen Padang dan Semen Holcim. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara satu sama lain dan membandingkan hasilnya. Faktor Air Semen (FAS) yang digunakan adalah FAS 0,5 dan benda uji berupa kubus beton dan diuji pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari. Dan kuat tekan rata-rata yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Kuat Tekan Beton menggunakan Semen Baturaja, Semen Padang dan Semen Holcim untuk beton rencana K-300 Merk
Semen
Kuat Tekan Beton Berdasarkan Umur
Ket
3 7 14 21 28
Baturaja 197,8 253,33 389 420 442
K-300 Padang 185,6 237,78 365,1 394,1 414,9
Holcim 163,3 200,00 315 340,1 358 Sumber : Yuanda, 2010
Dari hasil penelitian ini, kuat tekan beton yang paling tinggi adalah Semen Baturaja. Namun Semen Padang dan Semen Holcim juga dapat digunakan untuk beton normal dengan kuat tekan rencana K-300.
2. Meiryato (2013), Penelitian yang dilakukan oleh Meiryato (2013) yaitu tentang membandingkan Semen Gresik, Semen Holcim dan Semen Tiga
(20)
Roda, dengan judul “Waktu Alir, Kuat Tekan dan Kuat Tarik Pasta Sebagai Bahan Graut Dengan Berbagai Nilai FAS”. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan nilai Faktor Air Semen 0,45 ; 0,50 ; 0,55 ; 0,60 ; 0,65 ; 0,70. Benda uji kuat tekan beton berupa kubus ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm, sedangkan kuat tarik berupa angka delapan dan alat uji kelecakan menggunakan corong air. Dari hasil penelitian Semen Holcim memiliki waktu alir yang rendah pada setiap FAS dibandingkan Semen Gresik dan Semen Tiga Roda. Pada umur 28 hari rata-rata Semen Tiga Roda memiliki kuat tekan yang paling tinggi dibandingkan dengan Semen Gresik dan Semen Holcim.
3. Adnyana (2010), Penelitian yang dilakukan oleh Adnyana (2010) yaitu tentang “Perbedaan Kuat Tekan Beton Menggunakan Dua Jenis Semen”, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dua jenis merk Semen. Komposisi campuran yang dilakukan yaitu dengan perbandingan 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil, pengujian ini dilakukan dengan cara mencampuran dua jenis Semen pada proses pengadukan dengan berbagai volume perbandingan. Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Perbandingan volume yang digunakan adalah perlakuan dengan Semen Gresik (I), perlakuan dengan Semen Padang (II), Perlakuan dengan mencampur Semen Gresik dan Semen Padang 1 : 3 (III), perlakuan (IV) 1 Semen Gresik + 1 Semen Padang, perlakuan (V) 3 Semen Gresik + 1 Semen Padang. Dan dari hasil penelitian di dapat kuat tekan secara berurutan I ᵇᵏ= 209,85kg/cm2 ; pada perlakuan II ᵇᵏ = 184,12 kg/cm2 ; pada perlakuan III ᵇᵏ = 185,18 kg/cm2 ; pada perlakuan IV ᵇᵏ =191,99 kg/cm2 ; dan pada perlakuan V ᵇᵏ = 202,10 kg/cm2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Semen Gresik lebih kuat dari Semen Padang, namun kedua merk semen tersebut dapat digunakan untuk konstruksi bangunan.
4. Sari (2015), penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) meneliti tentang pengaruh jumlah semen dan fas terhadap kuat tekan beton dengan agregat yang berasal dari sungai. Mix design berdasarkan metode SK SNI
(21)
03-2847-2002. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang memberikan kekuatan tekan optimum serta mempelajari bagaimana pengaruh variasi Faktor Air Semen (FAS) dan jumlah semen terhadap kuat tekan beton. Benda uji yang dibuat adalah kubus yang berukuran 150 x 150 x 150 mm dengan variasi Faktor Air Semen (FAS) 0,4 ; 0,5 ; dan 0,6 sedang proporsi jumlah semen bervariasi dari 350kg, 400kg, 450kg, dan 500kg. Benda uji kubus diuji dengan beban tekan pada saat berumur 28 hari. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Air Semen (FAS) optimum berada pada FAS 0,4 dan dengan jumlah semen 350kg, yaitu sebesar 37,05 MPa. Kuat tekan tersebut memenuhi persyaratan beton mutu normal dengan nilai kuat tekan kurang dari 42 MPa pada umur 28 hari. 5. Widyanto (2016), penelitian yang dilakukan oleh Widyanto (2016)
meneliti tentang pengaruh faktor air semen (FAS) terhadap kuat tekan beton dengan agregat kasar bata ringan. Mix design berdasarkan metode SK SNI 03-2847-2002, pada penelitian ini menggunakan benda uji silinder berjumlah 3 buah untuk masing-masing faktor air semen (FAS) sebesar 0,4, 0,5 dan 0,6.Karena faktor air semen (FAS) sangat menentukan dalam kekuatan tekan beton. penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikuat tekan beton dengan menggunakan agregat kasar bata ringan dan dengan berbagai macam nilai FAS. Dari penelitian yang dilakukan bahwa dari tiga variasi FAS di peroleh FAS yang paling baik adalah FAS 0,4.
B. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang “Membandingkan Kuat Tekan Beton Semen Bima, Semen Garuda dan Semen Holcim dengan Nilai Fas 0,4 ; 0,45 ; 0,5” belum ada yang meneliti sebelumnya, segala bentuk kutipan pendapat atau temuan orang lain yang ada dalam penelitian ini dirujuk sesuai kaidah ilmiah yang benar, sehingga keaslian penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru yang bermanfaat bagi semuanya. Untuk perbedaan dari beberapa peneliti sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
(22)
Tabel 2.2 Perbedaan 6 penelitian
No. Peneliti Bahan yang digunakan Nilai FAS Pengujian yang dilakukan 1. Yuanda
(2010)
Semen : Semen Holcim, Semen Baturaja dan Semen Padang dengan kemassan 50 kg
Agregat Halus : Pasir Ogan
Agregat Kasar : Split Lahat
0.50 Kuat tekan beton yang dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari
2. Meiryato (2013)
Semen yang digunakan adalah Semen Holcim, Semen Gresik, dan Semen
Tiga Roda kemasan 40 kg
0,45; 0,50; 0,55; 0,60; 0,65 dan 0,70.
Waktu Alir, Kuat Tekan dan Kuat Tarik Pasta dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari.
3. Adnyana (2010)
Semen Gresik dan Semen Padang
Agregat Halus : Pasir Klungkung
Agregat Kasar : Kerikil Klungkung
0,60 Kuat Tekan Beton
4. Sari (2015)
Semen Tiga Roda
Yang divariasi dengan variasi 350 kg, 400 kg, 450 kg dan 500 kg.
Agregat Halus : Pasir Sungai Ranoyapo
Agregat kasar : Kerikil Lelema
0,40 ; 0,50 dan 0,60
Kuat tekan Beton
5. Widyanto (2016)
Semen Tiga Roda
Agregat Halus : Pasir Merapi
Agregat Kasar : Bata Ringan
0,40 ; 0,50 dan 0,60
Kuat Tekan Beton
6. Saputra (2016)
Semen Bima, Semen Garuda dan Semen Holcim
Agregat Halus : Pasir Merapi
Agregat Kasar : Batu Pecah Clereng
0,40 ; 0,45 dan 0,50
(23)
8 1. Pengertian Beton
Menurut SNI-03-2847-2002, beton ialah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Beton sendiri sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan gedung saat ini karena proses pengerjaannya yang cukup mudah.
Beton dibagi menjadi beberapa jenis salah satunya beton normal, beton mormal diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air dan agregat, adapun jenis beton khusus selain beton normal. Beton khusus biasanya beton yang ditambahkan dengan bahan khusus, misalnya pozolan, bahan kimia pembantu, serat, dan sebagainya. Tujuan pemberian bahan tambah ialah untuk menghasilkan beton khusus yang lebih baik daripada beton normal (Tjokrodimuljo, 2007).
2. Keunggulan dan Kelemahan Beton
Beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain mempunyai beberapa kelebihan, antara lain yaitu (Tjokrodimuljo, 2007)
a. Harganya relatif murah karena menggunakanbahan-bahan dasar yang umumnya tersedia di dekat lokasi pembangunan, kecuali semen portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit mendapatkan pasir atau kerikil harga beton agak mahal.
(24)
b. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya perawatan murah.
c. Kuat tekannya cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan baja tulangan yang kuat tariknya tinggi dapat dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat. Baja dan tulangan boleh dikatakan mempunyai koefisien muai yang hampir sama. Saat ini beton bertulang banyak dipakai untuk pondasi, kolom, balok, dinding, jalan raya, landasan pesawat udara, gedung, penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan sebagainya.
d. Beton segar dapat dengan mudah diangkat maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan dapat pula dipakai beberapa kali sehingga secara ekonomi menjadi murah.
Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan beton juga memiliki beberapa kekurangan, menurut (Tjokrodimuljo, 2007) kekurangan beton dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar bermacam-macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan dan cara pembuatannya bermacam-macam pula.
b. Beton keras mempunyai beberapa kelas kekuatan sehingga harus disesuaikan dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara perencanaan dan cara pelaksanaan bermacam-macam pula.
c. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara mengatasinya, misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat dan sebagainya.
(25)
3. Sifat Beton
Beberapa sifat beton yang dimiliki beton dan sering di pakai adalah (Tjokrodimuljo, 2007):
a. Kekuatan
Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya rendah. Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh pada sifat yang lain.
Tabel 3.1 Beton menurut kuat tekannya Jenis Beton Kuat Tekan (MPa) Beton sederhana Sampai 10 MPa
Beton normal 15 – 30 MPa Beton pra tegang 30 – 40 MPa Beton kuat tekan tinggi 40 – 80 MPa Beton kuat tekan sangat tinggi > 80 MPa Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
b. Berat jenis
Tabel 3.2 menjelaskan mengenai berat jenis beton yang digunakan untuk kontruksi bangunan.
Tabel 3.2 Berat jenis beton
Jenis beton Berat jenis Pemakaian
Beton sangat ringan < 1,00 Non struktur
Beton ringan 1,00 – 2,00 Struktur ringan
Beton normal 2,30 – 2,40 Struktur
Beton berat > 3,00 Perisai sinar X
(26)
c. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton tergantung pada modulus elastisitas agregat dan pastanya. Persamaan modulus elastisitas beton dapat diambil sebagai berikut (Tjokrodimuljo,2007:77)
Ee = (We)1,5 x 0,043 √f1e untuk We = 1,5-2,5 ………....(3.1)
Ee= √4700/f1e untuk beton normal ………....(3.2)
Dengan :
Ee = Modulud Elastisitas Beton, MPa
We = Berat jenis beton
F1e = Kuat tekan beton,MPa
d. Susutan Pengerasan
Volume beton setelah keras sedikit lebih kecil daripada volume beton waktu masih segar, karena pada waktu mengeras beton mengalami sedikit penyusutan karena penguapan air. Bagian yang susut adalah pastanya karena agregat tidak merubah volume. Oleh karena itu semakin besar pastanya semakin besar penyusutan beton. Sedangkan pasta semakin besar faktor air semennya maka semakin beasar susutannya.
e. Kerapatan Air
Pada bangunan tertentu sering beton diharapkan rapat air atau kedap air agar tidak bocor, misalnya : plat lantai, dinding basement, tandon air, kolam renang dan sebagainya.
4. Bahan Penyusun Beton
Seperti yang diuraikan diatas bahan penyusun beton normal ialah semen portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan air.
a. Semen Portland
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta.
(27)
Dengan proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen (Portland Cement) adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar karbonat atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung aluminia) dengan perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar dengan suhu 1400º C-1500º C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan dan dihaluskan sampai seperti bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira–kira 2–4 % persen sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan.
Bahan tambah lain kadang ditambahkan pula untuk membentuk semen khusus misalnya kalsium klorida untuk menjadikan semmen yang cepat mengeras. Semen biasanya dikemas dalam kantong 40 kg/ 50 kg (Sutikno, 2003:2).
Indonesia [Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam, (SK SNI S-04-1989F)] semen portland dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Jenis I, yaitu semen portland untuk konstruksi umum yang penggunaan tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lain.
2. Jenis II, yaitu semen portland untuk konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis III, yaitu semen portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis IV, yaitu semen portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.
5. Jenis V, yaitu semen portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
(28)
Semen portland yang digunakan disini adalah Semen Bima, Semen Garuda dan Semen Holcim, berikut adalah sejarah dan penjelasan mengenai Semen yang digunakan pada penelitian :
1. Semen Bima
PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT. STAR) adalah pemilik dan produsen Semen Bima. Pabrik Semen Bima yang dibangun diatas lahan seluas 43 Hektar, dimana peletakan batu pertama (ground breaking) dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Bibit Waluyu yang di dampingi oleh Bupati Banyumas Mardjoko berlokasi di Desa Tipar Kidul Kecamatan Ajibarang, Banyumas pada tanggal 8 Oktober 2012 berkomitmen untuk dapat memenuhi kebutuhan semen nasional secara merata.
Disamping itu PT. Sinar Tambang Arthalestari juga memiliki dan mengelola tambang Limestone dan Clay untuk kebutuhan sumber daya produksi. Pembangunan pabrik Semen Bima di awali dengan perencanaan yang matang serta perijinan yang lengkap sehingga pembangunan pabrik berjalan dengan lancar. PT. Sinar Tambang Arthalestari sudah mengantongi berbagai izin yang berkaitan dengan tata laksana penambangan maupun pembangunan pabrik, meliputi : rekomendasi teknis usaha pertambangan atau izin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi mineral bukan logam dari Gubernur Jateng, IUP eksplorasi dari Bupati Banyumas, serta izin prinsip penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal; perubahan izin lokasi pembangunan pabrik dari BPMPP Kabupaten Banyumas, dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan.
PT. STAR sebagai pengelola dan investor juga sudah mengantongi izin kelayakan lingkungan hidup kegiatan pembangunan pabrik semen terpadu dan izin lingkungan atas kegiatan pembangunan pabrik semen terpadu yang paling penting keberadaan pabrik tersebut sudah sesuai dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) serta RTRW Kabupaten Banyumas.
(29)
Diharapkan keberadaan pabrik Semen Bima dapat memberikan dampak lanjutan (multiplayer effect) terhadap perkembangan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Ajibarang dan Kabupaten Banyumas serta meningkatkan peran pembangunan nasional pada umumnya. Pembangunan pabrik Semen Bima merupakan proyek nasional yang sangat didukung oleh Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). (sumber : http://www.semenbima.com/history) Di pasaran daerah sekitar yogyakarta semen bima dengan kemasan 40 kg dijual dengan harga Rp. 47,000.00. – Rp. 55,000.00. Untuk Gambar Semen Bima dapat dilihat pada Gambar 3.1. :
Gambar. 3.1 Semen Bima 2. Semen Garuda
Pada tahun 2011 PT Jui Shin Indonesia mendirikan pabrik semen di Bekasi Jawa Barat, untuk memenuhi kebutuhan semen pada pasar industri,
(30)
pembangunan rumah tinggal, gedung, dan jaringan infrastruktur fisik (seperti jalan raya, jembatan, waduk, dll) di Indonesia yang berkembang semakin pesat. Di pasaran daerah sekitar yogyakarta Semen Bima dengan kemasan 40 kg dijual dengan harga antara Rp. 45,000.00. - Rp. 50,000.00. Untuk Gambar Semen Garuda dapat dilihat pada Gambar 3.2. :
Gambar 3.2 Semen Garuda 3. Semen Holcim
Semen holcim adalah salah satu produk dari Lafarger Holcim Group yang sudah beroperasi lebih dari 90 negara di seluruh dunia dengan pengalaman lebih dari 180 tahun. Di Indonesia terdapat empat pabrik di Lhoknga – Aceh, Narogong – Jawa Barat, Cilacap – Jawa Tengah dan Tuban – Jawa Timur. Semen Holcim merupakan semen lama yang banyak digunakan oleh masyarakat karena sudah lama berada di pasaran dibandingkan Semen Bima dan Semen garuda.
(31)
Semen Holcim sendiri di pasaran daerah sekitar yogyakarta dijual dengan harga kisaran antara Rp. 50,000.00 – Rp. 60,000.00, Untuk Gambar Semen Holcim dapat dilihat pada Gambar 3.3.. :
Gambar. 3.3 Semen Holcim b. Agregat
Agregat pada beton adalah sebagai bahan pengisi, walaupun hanya bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh pada sifat-sifat beton sehingga pemilihan agregat sangat penting dalam pembuatan beton. Agregat sendiri menempati 70 % volume beton. Pada umumnya agregat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm, b. Kerikil untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm, c. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
(32)
Untuk beton normal sendiri agregat yang digunakan adalah agregat halus dan agregat kasar. Menurut standar SK SNI S-04-1989-F, agregat untuk bahan bangunan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
A.Agregat Halus
a. Butir-butirnya tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %,
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 %
d. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dilakukan dengan percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap daripada warna standar e. Modulus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butiran sesuai standar
gradasi
f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat harus reaktif terhadap alkali,
g. Agregat halus dari laut atau pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
B.Agregat Kasar
a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5% bila diuji dengan goresan batang tembaga. Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los seperti Tabel 3.3
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika diuji dengan larutan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %,
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %,
d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali, e. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak bolek lebih dari 20 %
(33)
f. Modulus halus butir antara 6-7,10 dengan variasi butir sesuai standar gradasi,
g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari: 1/5 jarak terkecil antar bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ antar tulangan atau berkas tulangan.
Tabel 3.3. Persyaratan kekerasan/kekuatam agregat kasar untuk beton normal
Kelas dan mutu beton
Bejana rudeloff maksimum bagian yang
hancur
Mesin Los Angeles maksimum bagian
yang hancur, menembus ayakan
1,7 mm (persen) Ukuran butir 19-30 (mm) Ukuran butir 9,5-19 (mm) Kelas I
mutu B0 dan B1 30 32 50
Kelas II Mutu K-125 (fc’ = 10 MPa ) Sampai (fc’ = 20
MPa)
22 24 40
Kelas III Mutu diatas K-225
(fc’ = 20 Mpa)
14 16 27
(34)
c. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya paling murah. Dalam pembuatan beton air diperlukan untuk (Tjokrodimuljo, 2007) :
a. Bereaksi dengan semen portland
b. Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar mudah dikerjakan. Menurut SK SNI S-04-1989 F spesifikasi bahan bangunan A, air sebaiknya memenuhi syarat sebegai berikut :
a. Air harus bersih
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya yang dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton lebih dari 15 gram/liter,
d. Tidak mengandung Khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk beton pra-tegang kandungan khlorida tidak boleh 0,05 gram/liter,
e. Tidak boleh mengandung senyawa sulfat SO3 lebih dari 1 gram/liter.
Kualitas beton akan berkurang jika air yang digunakan mengandung kotoran,pengaruh lainnya pada saaat pengikatan awal adukan beton.
5. Perawatan beton
Perawatan beton ialah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak dipadatkan sampai proses hidrasi cukup sempurna (kira-kira selama 28 hari). Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga agar air didalam beton segar tidak keluar. Hal ini untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, maka oleh udara panas akan terjadi proses penguapan air dari permukaan beton segar, sehingga air dari dalam beton segar mengalir keluar, dan beton segar
(35)
kekurangan air untuk hidrasi, sehingga timbul retak-retak pada permukaan betonya. (Tjokrodimuljo, 2007 ).
Untuk menghindari terjadinya retak-retak pada beton karena proses hidrasi yang terlalu cepat, maka dilakukan perawatan beton dengan cara :
1. Menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab 2. Menaruh beton segar di atas genangan air
3. Menaruh beton segar di dalam air
Menurut SNI-2493-2011 perawatan benda uji beton di laboratorium dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menutup setalah pekerjaan akhir
Untuk menghindari penguapan air dari beton yang belum mengeras, benda segera ditutup setelah pekerjaan akhir, lebih dipilih plat yang tak menyerap dan reaktif atau lembaran plastik yang kuat, awet dan kedap air. Goni basah dapat digunakan untuk menutup, tetapi harus diperhatikan untuk menjaga goni tetap basah hingga benda uji dibuka dari cetakan. Letakan lembaran plastik di atas goni akan melindungi goni untuk tetap basah. Lindungi permukaan luar cetakan papan dari kontak dengan goni basah atau sumber air lainnya sedikitnya untuk 24 jam setelah silinder dicetak. Air dapat menyebabkan cetakan mengembang dan merusakkan benda uji pada umur awal.
b. Pembukaan Cetakan
Membuka benda uji dari cetakan 24 jam ± 8 jam setelah pencetakan. c. Lingkungan perawatan beton
Kecuali bila ada persyaratan lain, semua benda uji dirawat basah pada temperatur 23ºC ± 1,7ºC mulai dari waktu pencetakan sampai saat pengujian, dengan catatan temperatur dalam pasir basah atau di bawah goni basah atau bahan yang serupa akan selalu lebih rendah dari atmosfir sekitarnya jika penguapan terjadi. Penyimpanan selama 48 jam pertama perawatan harus pada lingkungan bebas getaran. Seperti yang diberlakukan pada perawatan
(36)
benda uji yang dibuka, perawatan basah berarti bahwa benda uji yang akan diuji harus memiliki air bebas yang dijaga pada seluruh permukaan pada semua waktu. Kondisi ini dipenuhi dengan merendam dalam air jenuh kapur dan dapat dipenuhi dengan penyimpanan dalam ruang jenuh air sesuai dengan AASTHO M 201. Benda uji tidak boleh diletakkan pada air mengalir atau air yang menetes. Rawat silinder beton struktur ringan sesuai dengan standar ini atau sesuai dengan SNI 03-3402-1994.
d. Benda uji kuat lentur
Merawat benda uji kuat lentur sesuai dengan a dan b, kecuali selama dalam penyimpanan untuk masa minimum 20 jam segera sebelum pengujian benda uji direndam dalam cairan jenuh kapur pada 23ºC ± 1,7ºC saat terakhir masa perawatan, antara waktu benda uji dipindahkan dan perawatan sampai pengujian diselesaikan. Pengeringan benda uji harus dihindarkan. Dengan catatan jumlah pengeringan yang relatif sedikit dari permukaan benda uji lentur akan menyebabkan tegangan tarik pada serat ekstrim yang akan mengurangi secara berarti kuat lentur yang seharusnya.
Lama pelaksanaan curing/perawatan beton sendiri berpengaruh pada beberapa hal antara lain :
a. Mutu / kekuatan beton (Strength) b. Keawetan struktur beton (Durability) c. Kekedapan air beton (Water Tightness)
d. Ketahanan permukaan beton (Wear Resistance)
e. Kestabilan volume yang berhubungan dengan susut atau pengembangan (volume stability : shrinkage and expansion)
Berikut adalah bebeerapa peraturan mengenai berapa lama pelaksanaan curing/perawatan beton :
a. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama : 1. 7 hari untuk beton normal
(37)
b. ASTM C – 150 mensyaratkan curing selama
1. Semen tipe I, waktu minimum curing selama 7 hari 2. Semen tipe II, waktu minimum curing selama 10 hari 3. Semen tipe III, waktu minimum curing selama 3 hari 4. Semen tipe IV, waktu minimum curing selama 14 hari
B. Perancangan Campuran Adukan Beton
Perancangan campuran adukan beton bertujuan untuk mengetahui komposisi atau proporsi jumlah bahan yang dibutuhkan untuk suatu campuran adukan beton. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan campuran beton adalah kuat tekan yang direncanakan pada umur 28 hari, sifat mudah dikerjakan(workability), sifat awet dan ekonomis. Adapun perancangan campuran adukan beton ini menggunakan SK SNI : 03-2834-2002 (Tjokrodimuljo, 2007), dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
1. Memilih kuat tekan beton yang direncanakan fc’ pada umur tertentu. 2. Menghiitung deviasi standar menurut ketentuan berikut :
a. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi persyaratan : mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan, dan hanya ada sebanyak 15 sampai 29 buah hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali Tabel. 3.4.
b. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi persyaratan : mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan f’cr harus diambil tidak kurang dari (fc’ + 12) MPa.
(38)
3. Menghitung nilai tambah
Perhitungan nilai tambah ( m ) dihitung dengan cara berikut :
1. Jika produksi beton mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dengan 2 rumus berikut dan diambil yang terbesar :
m = 1,34 . S ………...(3.3)
m = 2,33S – 3,5 ………...(3.4) 2. Jika produksi beton tidak mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai
tambah diambil dari Tabel. 3.4.
Tabel 3.4. nilai tambah m jika pelaksanaan tidak mempunyai pengalaman Kuat tekan yang direncanakan, fc’ (MPa) Nilai tambah (MPa)
Kurang dari 21 7,0
21 s.d 35 8,5
Lebih dari 35 10,0
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
4. Menghitung nilai kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :
f’cr = fc’ + m ………...(3.5) dimana : f’cr = kuat tekan rata-rata MPa
fc’ = kuat tekan yang direncanakan Mpa 5. Memilih jenis semen yang akan digunakan.
6. Memilih jenis agregat kasar dan agregat halus yang akan digunakan, agregat ini dalam bentuk alami atau di pecahkan.
(39)
7. Memilih nilai faktor air semen. Untuk benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dipergunakan seperti pada Gambar 3.4.
(40)
8. Menetapkan nilai faktor air semen maksimum dari Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai pembetonan dalam lingkungan khusus
Keadaan beton
Jumlah semen minimum Per m3 beton (kg)
Nilai faktor air semen maksimum Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasif atau uap korosif
Beton diluar ruangan bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
Beton yang masuk kedalam tanah : a. Mengalami keadaan basah dan
kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
Beton yang kontinue berhubungan : a. Air tawar
b. Air laut
275 325 325 275 325 0,60 0,52 0,60 0,62 0,55 Lihat Tabel 3.5.b Lihat Tabel 3.5.c
Sumber : SNI-T-15-1991-03:7 dalam Mulyono, 2004
9. Menetapkan nilai slump, dapat diperoleh dari Tabel 3.6. Tabel 3.6. Nilai Slump beton segar
Pemakaian Maksimum
(cm)
Minimum (cm) Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5 Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur
di bawah tanah
9 2,5
Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
(41)
10. Menetapkan ukuran agregat maksimum
11. Menentukan kebutuhan air, jika jenis agregat sudah ditentukan dipecah atau alami dan ukuran maksimum agregat sudah di tentukan, maka kebutuhan air dapat lihat Tabel 3.7 dan dihitung menurut Rumus 3.6.
A = 0,67Ah + 0,33 Ak ………...(3.6)
Dengan : A = jumlah air yang dibutuhkan , liter/m3
Ah = jumlah air yang dibutuhkan untuk agregat halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan untuk agregat kasarnya
Tabel 3.7. Perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton Besar
ukuran maks agregat
(mm)
Jenis agregat
Kebutuhan air per meter kubik beton (liter) Slump (mm)
0-10 10-30 30-60 60-180
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 196
Batu pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
12. Menghitung kebutuhan yang dibutuhkan dengan cara jumlah kebutuhan air (dari langkah ke-11) dibagi nilai faktor air semen.
(42)
14. Menentukan jumlah semen minimum, dapat dilihat pada Tabel. 3.6 di atas, kemudian pilih semen yang terbesar dari kedua semen tersebut.
15. Menentukan kebutuhan air dan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan, namun jika tidak dapat diabaikan atau tidak ada.
16. Menentukan susunan besar butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah dikenal dan sudah dilakukan analisa ayaknya menurut standar yang berlaku, kurva dari pasir dapat dibandingkan dengan kurva yang tertera dalam Tabel 3.8. atau Gambar 3.5.a. untuk gradasi pasir daerah 1, Gambar 3.5.b. untuk gradasi pasir daerah 2 dan berurutan unrtuk daerah 3 dan 4, dan Tabel 3.9. atau Gambar 3.6. untuk agregat kasar.
Tabel 3.8. Batas gradasi pasir
Lubang ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan (%) British
(mm)
ASTM
(No) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
4,75 3/16 in. 90-100 90-100 90-100 95-100
2,36 8 60-95 75-100 85-100 95-100
1,18 16 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 30 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 50 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 100 0-10 0-10 0-10 0-15
(43)
Gambar 3.5.a. Batas gradasi pasir pada daerah no.1
(44)
Gambar 3.5.c. Batas gradasi pasir pada daerah no.3
(45)
Tabel 3.9. Batas gradasi agregat dengan ukuran butir maksimum 20 mm Lubang ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan (%) British
(mm)
ASTM
(No) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
19 ¾ 100 100 100 100
9,6 3/8 45 55 65 75
4,8 3/16 30 35 42 48
2,4 8 23 28 35 42
1,2 16 16 21 28 34
0,6 30 9 12 21 27
0,3 50 2 3 5 12
0,15 10 0 0 0 2
Sumber : Mulyono, 2004
(46)
17. Menentukan prosentase pasir dengan menggunakan Gambar 3.7. dengan diketahuinya ukuran butir agregat maksimum (dari langkah ke-10), nilai slump (dari langkah ke-9), nilai faktor air semen (dari langkah ke-7), dan daerah susunan agregat (dari langkah ke-16), maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada Gambar 3.7. Dari prosentase jumlah pasir yang dibutuhkan maka dapat diketahui juga jumlah prosentase kebutuhan agregat kasar.
Gambar 3.7. Proporsi agregat halus pada agregat maksimum 20 mm 18. Menghitung berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :
bj camp = (Kh x bj h) + ( Kk x bj k) ……….…………...(3.7)
dengan :
bj camp = berat jenis agregat campuran
bj h = berat jenis agregat halus
bj k = berat jenis agregat kasar
(47)
kk = persentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan berat jenis agregat kasar diperoleh dari pemeriksaan laboratorium , namun jika belum ada maka dapat diambil sebebsar :
bj = 2,60 untuk agregat tak dipecah/alami
bj = 2,70 untuk agregat pecahan
19. Menentukan berat jenis beton menurut Gambar 3.8, sesuai dengan data kebutuhan air (dari langkah ke-11 atau ke-15) dan dari bj camp yang di dapat
dari langkah ke-18.
Gambar 3.8. Hubungan antara kandungan air, berat jenis agregat campuran dan berat beton
20. Menghitung kebutuhan agregat gabungan yang didapat dari berat jenis beton dikurangi jumlah kebutuhan semen dan di kurangi jumlah kebutuhan air. 21. Menghitung kebutuhan agregat halus yang besarnya adalah hasil kali
(48)
22. Menghitung kebutuhan agregat kasar yang besarnya adalah kebutuhan agregat gabungan (lankah ke-20) dikurangi kebutuhan agregat halus (langkah ke-21).
Dari langkah-langkah tersebut diatas dapat diketahui kebutuhan bahan campuran adukan beton 1 m3 beton.
C. Slump
Pada setiap pengerjaan beton, ada hal hal yang penting yang harus diperhatikan salah satu diantaranya adalah kelecakan beton segar. Kelecakan beton biasanya di periksa dengan uji slump untuk dapat memperoleh nilai slump yang kemudian dipakai sebagai tolak ukur kelecakan beton segar untuk kemudahannya dalam mengerjakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelecakan beton antara lain (Tjokrodimuljo) :
a. Jumlah air yang dipakai dalam adukan beton b. Jumlah pasta dalam campuran adukan, c. Gradasi agregat
d. Bentuk butiran agregat
e. Besar butir maksimum agregat.
Sebagai pedoman awal , besarnya nilai slump untuk berbagai macam pekerjaan pembetonan disarankan sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007) :
Tabel 3.10. Nilai Slump beton segar
Pemakaian Maksimum
(cm)
Minimum (cm) Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5 Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur di
bawah tanah 9 2,5
Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
(49)
D.Kuat Tekan Beton
Kinerja dalam sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan beton. Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban persatuan luas (Mulyono, 2004). Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat desak beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Nilai kuat tekan beton seringkali menjadi parameter utama untuk mengenali kinerja beton, karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c dengan satuan kg/cm2 atau
MPa (Mega Pascal). Nilai kuat tekan beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, oleh karena itu untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo, 2007).
Kuat tekan Silinder beton dapat dihitung dengan Persamaan 3.8 (SNI 031974-1990). Adapun Gambar uji kuat tekan beton dapat dilihat pada Gambar 3.9. berikut :
Gambar 3.9. Kuat tekan beton benda uji Silinder
��′ = � ………...(3.8) Dengan:
Fc’ = Kuat tekan Silinder beton (MPa) P = Beban tekan maksimum (kg) A = Luas bidang tekan (cm3)
(50)
Pengukuran kuat tekan beton dilakukan dengan membuat contoh benda uji berbentuk silinder atau kubus. Namun dalam penelitian ini benda uji yang digunakan berbentuk Silinder sehingga harus dikonversikan kedalam bentuk silinder untuk mengetahui kuat tekan yang sebenarnya. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa karena pengaruh bentuk maka kuat tekan beton dengan benda uji silinder menghasilkan kuat tekan sekitar 7,6156 (Tjokrodimuljo, 2007).
Berdasarkan kuat tekannya beton dapat dibagi beberapa jenis sebagaimana terdapat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya
Jenis Beton Kuat Tekan
Beton Sederhana (plain Concrete) Sampai 10 Mpa Beton Normal (Beton Biasa) 15-30 Mpa
Beton Pra Tegang 30-40 Mpa Beton Kuat Tekan Tinggi 40-80 Mpa Beton Kuat Tekan Sangat Tinggi >80 Mpa
Sumber: (Tjokrodimuljo, 2007).
Beton relatif kuat menahan tekan. Keruntuhan beton sebagian disebabkan karena rusaknya ikatan pasta dan agregat. Besarnya kuat tekan beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, antara lain (Tjokrodimuljo,2007) :
a. Umur beton
Kuat tekan beton akan bertambah tinggi dengan bertambahnya umur beton. Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju kenaikan semakin lambat. Laju kenaikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : faktor air semen, suhu sekeliling beton, semen portland dan faktor lain yang sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton.
Tabel 3.12. Rasio kuat tekan beton berbagai umur
(51)
Semen portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35 Semen portland dengan
mutu tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
Sumber : PBI 1971, NI-2, dalam Tjokrodimuljo, 2007:73 b. Faktor Air Semen
Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (wcr) adalah indikator yang penting dalam perancangan campuran beton karena FAS merupakan perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton. Jadi dapat dikatakan, Fungsi FAS, yaitu:
1. Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
2. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton.
Peningkatan jumlah air akan meningkatkan kemudahan pengerjaan dan pemadatan, tetapi akan mereduksi kekuatan beton, menimbulkan segregasi dan bleeding. Pada umumnya tiap partikel membutuhkan air supaya plastis sehingga dapat dengan mudah dikerjakan. Harus ada cukup air terserap pada permukaan partikel, yang kemudian air tersebut akan mengisi ruang antar partikel. Partikel halus memiliki luas permukaan yang besar sehingga butuh air yang banyak. Dilain pihak tanpa partikel halus beton tidak akan mencapai plastisitas. Jadi faktor air semen (FAS) tidak dapat dipisahkan dengan grading agregat.
Faktor Air Semen juga sangat berhubungan dengan kuat tekan beton seperti yang dijelaskan oleh L. J. Murdock dan K. M. Brook (1986), bahwa pada bahan beton dalam pengujian tertentu, jumlah air semen yang dipakai akan menentukan kuat tekan beton, asalkan campuran beton tersebut cukup plastis dan mudah untuk dikerjakan.
Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Jika FAS semakin rendah, maka beton akan semakin sulit untuk dipadatkan. Dengan demikian, ada suatu nilai FAS yang optimal yang dapat
(52)
menghasilkan kuat tekan beton yang maksimal. Menurut Tjokrodimulyo (2007) umumnya nilai FAS yang diberikan dalam praktek pembuatan beton min. 0,4 dan max. 0,65.
Hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan beton secara umum dapat ditulis menurut Duff Abrams (1919,dalam Shetty, 1997) sebagai berikut (lihat pula Gambar 3.10.)
�� = � ………..………...(3.9)
Dengan :
�� = kuat tekan beton
X = perbandingan volume antara air dan semen (faktor air semen) A,B = konstansta
Gambar 3.10. pengaruh faktor air semen terhadap kuat tekan beton c. Kepadatan beton
Kekuatan beton berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton yang kurang padat berarti berisi rongga sehingga kuat tekannya berkurang. Pengaruh kepadatan beton terhadap kuat tekan bisa dilihat pada Gambar 3.10.
(53)
Pasta semen dalam beton berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat. Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar butir-butir agregat terisi penuh dengan pasta semen, serta seluruh permukaan butir agregat terselimuti pasta semen. Jika pasta semen sedikit maka tidak cukup untuk mengisi pori-pori antar butir agregat dan tidak seluruh permukaan butir agregat terselimuti pasta semen, sehingga rekatan antar butir kurang kuat dan berakibat kuat tekan beton rendah. Akan tetapi, jika jumlah pasta semen terlalu banyak maka kuat tekan beton lebih didominasi oleh oleh pasta semen, bukan agregat. Karena pada umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah daripada agregat, maka jika terlalu banyak pasta semen kuat tekan beton menjadi lebih rendah. Pengaruh jumlah pasta semen terhadap kuat tekan beton dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor air semen sama (Tjokrodimuljo, 2007)
e. Jenis semen
Semen portland untuk pembuatan beton terdiri beberapa jenis. Masing-masing jenis semen portland mempunyai sifat tertentu, misalnya cepat mengeras dan sebagainya, sehingga mempengaruhi juga terhadap kuat tekan betonnya.
(54)
f. Sifat agregat
Agregat terdiri atas agregat halus dan agregat kasar. Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton antara lain (Tjokrodimuljo, 2007:75) :
1. Kekerasan permukaan
Karena permukaan agregat yang tkasar dan tidak licin membuat retakan antara permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat daripada permukaan agregat yang halus dan licin.
2. Bentuk agregat
Karena bentuk agregat yang bersudut misalnya pada batu pecah, membuat butir-butir agregat itu sendiri saling mengunci dan digeserkan berbeda dengan batu kerikil yang bulat. Oleh karena itu beton yang dibuat dari batu pecah lebih kuat daripada beton yang dibuat dari kerikil seperti pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Hubungan jumlah semen dan kuat tekan beton pada faktor air semen 0,5 (Tjokrodimuljo, 2007) 3. Kuat tekan agregat
Karena sekitar 70 % volume beton terisi oleh agregat, sehingga kuat tekan beton didominasi oleh kuat tekan agregat. Jika agregat yang dipakai mempunyai kuat tekan yang rendah akan diperoleh beton yang kuat tekannya rendah pula.
(55)
40
Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian berikut.
1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi,
2. Agregat kasar yang digunakan iyalah agregat yang di pecah/splite clereng yang diambil di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland tipe 1 Semen Holcim, Semen Bima, Semen Garuda kapasitas kemasan 40 kg.
4. Air yang memenuhi syarat dan layak diminum sebagai campuran beton, diambil dari laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Alat yang digunakan pada penelitian ini dari mulai pemeriksaan bahan sampai dengan benda uji, dengan uraian berikut:
1. Neraca, digunakan untuk menimbang berat bahan penyusun beton.
2. Saringan/ayakan, digunakan untuk mengukur ukuran agregat yang lolos saringan. 3. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, digunakan untuk
menakar volume air, berat jenis dan memeriksa kadar lumpur pasir
4. Kerucut Abrams dan baja penumbuk digunakan untuk mengukur nilai slump dari beton segar.
5. Oven, digunaka untuk mengeringkan sample dalam pemeriksaan bahan yang digunakan dalam campuran beton.
(56)
6. Cangkul/Cetok (sendok pengaduk), untuk mengaduk semua agregat dan semen hingga bersifat homogen.
7. Cetakan baja berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
8. Tempat adukan digunakan untuk mengaduk agregat dan pasta menjadi beton segar.
9. Mistar dan kaliper, diguakan untuk mengukur dimensi dari alat dan benda uji yang digunakan.
10.Mesin uji tekan beton berkapasitas maksimum 50 ton.
11.Erlenmeyer dengan merk Pyrex, untuk pemeriksaan berat jenis,
12.Mesin Los Angeles, digunakan untuk menguji tingkat keausan agregat kasar. 13.Concrete mixer/molen, digunakan untuk mengaduk dan mencampur bahan-bahan
penyusun beton.
14.Alat pengujian Pengujian Beton Segar flowabilty yang digunakan yaitu Slump
C. Pelaksanaan Penelitan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan suatu percobaan untuk mendapatkan data atau hasil yang dibutuhkan. Agar mencapai tujuan yang ditetapkan, penelitian ini mempunyai tahap-tahap yang harus dilaksanakan. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian bahan penyusun beton meliputi agregat halus dan agregat kasar, serta pengujian kuat tekan beton. Untuk Pemeriksaan semen dilakukan dengan melihat fisiknya secara visual, apakah semen itu produksi baru ataukah produksi lama dengan melihat apakah butiran semen terdapat butiran padat atau tidak. Sebelum melakukan penelitian harus dibuat bagan alir penelitian sebagaimana bagan alir pada Gambar 4.1. hal ini penting mengingat alur proses penelitian agar didapat data yang valid. Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan bagan alir yang terdapat pada Gambar 4.1.
(57)
Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian Persiapan Alat dan Bahan
Pemeriksaan Bahan
Agregat halus : 1. Gradasi 2. Kadar air 3. Berat jenis 4. Penyerapan air 5. Kadar lumpur 6. Berat satuan
Agregat Kasar 1. Berat jenis 2. Kadar air 3. Keausan 4. Kadar Lumpur 5. Berat Satuan
Spesifikasi
Pengadukan Mix Design
Perawatan Fas 0,40 ; 0,45 ; 0,50 Pembuatan Benda Uji Pengujian Beton segar
a. Slump b. Berat isi
Kesimpulan Analisis Data
Uji Tekan
Finish
Tidak
(58)
Pelaksanaan penelitian dilakukan dimulai dari persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan mix design, pembuatan benda uji hingga pengujian kuat tekan benda uji di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahapan penelitian tersebut dilakukan sebagai berikut :
1. Persiapan Alat dan Bahan
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan alat dan bahan. Persiapan alat yang dilakukan berbeda-beda pada tiap pengujiannya, sedangkan untuk bahan yang dipersiapkan berupa agregat halus, agregat kasar, dan semen Portland, untuk air disiapkan pada saat ketika akan dilaksanakan pengadukan beton.
2. Pengujian Bahan Dasar Beton
Pengujian bahan dasar beton bertujuan untuk mengetahui apakah bahan penyusun beton memenuhi kelayakan standar yang nantinya akan dipakai untuk campuran beton, untuk semen sendiri tidak dilakukan pengujian bahan semen hanya dilihat secara visual apakah terdapat gumpalan dan pembekuan atau tidak.
Pengujian bahan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang akan digunakan sebagai bahan penyusun beton dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain :
1. Pemeriksaan gradasi agregat halus
Pemeriksaan dilakukan dengan langkah-langkah berdasarkan SK SNI : 03-1968-1990 untuk mengetahui distribusi ukuran butiran pasir dengan menggunakan saringan atau ayakan standar ASTM C 136.
2. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada SNI : 03-1970-2008.
(59)
3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan berdasarkan SK SNI S-041989-F. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus. Seperti yang telah disyaratkan bahwa kandungan lumpur pada agregat halus tidak boleh lebih dari 5%.
4. Pemeriksaan kadar air agregat halus
Pemeriksaan kadar air dilakukan berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990 dengan tujuan untuk mengetahui angka persentasi dari kadar air yang terkandung dalam agregat halus.
5. Pemeriksaan berat satuan agregat halus (Pasir)
Berat satuan agregat yaitu perbandingan antara berat dan volume agregat termasuk pori-pori antar butirannya, penelitian dilakukan untuk mengetahui berat satuan agregat halus.
b. Pemeriksaan Agregat Kasar (Batu Pecah/Kerikil)
Agregat kasar yang akan digunakan sebagai bahan penyusun beton dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain :
1. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar berdasarkan SK SNI : 03-1968-1990 dan ASTM C127.
2. Pemeriksaan keausan agregat kasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan agregat kasar (split/kerikil), dengan menggunakan mesin Los Angeles. Pemeriksaan keausan agregat kasar ini berdasarkan SK SNI : 03-2417-1991.
3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan berdasarkan SK SNI S-041989-F. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat pada agregat kasar. Seperti yang telah disyaratkan bahwa kandungan lumpur pada agregat halus tidak boleh lebih dari 1%.
(60)
4. Pemeriksaan kadar air agregat kasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat pada agregat kasar. Pemeriksaan ini berdasarkan SK SNI : 03-971-1990. 5. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar
Berat satuan agregat yaitu perbandingan antara berat dan volume agregat termasuk pori-pori antar butirannya, penelitian dilakukan untuk mengetahui berat satuan agregat kasar.
3. Perancangan Campuran (Mix Design)
Perancangan Campuran adukan beton ini menggunakan SK SNI : 03-2834-2002 dan dengan nilai FAS 0,4 ; 0,45 ; 0,5.
4. Pembuatan Benda Uji
Sebelum dilakukan pembuatan benda uji yaitu mempersiapkan bahan-bahan sesuai takaran yang ditentukan di dalam mix design concrete. Metode pembuatan beton yaitu sebagai berikut:
a. Agregat kasar batu pecah dan agregat halus dicampur ke dalam Concrete Mixer,
b. Setelah agregat kasar batu pecah dan agregat halus (Pasir) sudah tercampur rata masukan semen berserta air ke dalam Concrete Mixer,
c. Kemudian campuran beton segar di keluarkan dari Concrete Mixer lalu di lakukan pemeriksaan slump,
d. Kemudian campuran beton segar dicetak kedalam cetakan silinder dengan tinggi 30 cm, diameter 15 cm, untuk jumlah benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.1.
(61)
Tabel 4.1. Variasi dan jumlah benda uji No. Jenis Semen Nilai Fas Jumlah Benda Uji
Kuat Tekan
Jumlah
1.
Semen Bima
0,4 3
9
0,45 3
0,5 3
2.
Semen Garuda
0,4 3
9
0,45 3
0,5 3
3.
Semen Holcim
0,4 3
9
0,45 3
0,5 3
Sumber : Mix Design, 2016 5. Pengujian Slump
Pengujian slump dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Membasahi kerucut abrams, meletakan ditempat basah, rata dan tidak menyerap air
b. Mengisi kerucut dalam tiga lapis, masing-masing sepertiga dari volumenya c. Menusuk setiap lapis sebanyak 25 kali tidak boleh masuk kepermukaan beton
sebelumnya
d. Meratakan bagian atasnya dan membersihkan dari beton segar yang tercecer setelah lapisan terakhir ditusuk
e. Menunggu sekitar 30 detik dan menarik kerucut tegak lurus vertical dengan perlahan
f. Meletakan tabung kerucut disamping beton segar tadi kemudian mengukur nilai slump yang terjadi
g. Mengulang sebanyak dua kali kemudian mencari nilai rata-rata untuk mendapat nilai slump yang disyaratkan.
6. Perawatan Benda Uji
Cara perawatan benda uji adalah adalah sebagai berikut:
(1)
hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil penelitian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Sumber : penelitian, 2016 b. Kadar Air Agregat kasar
Hasil pengujian kadar air kerikil di dapat nilai rata-rata sebesar 0.549 %. Oleh karena itu dapat disimpukan kerikil kering udara karena butir-butir agregat mengandung sedikit air (tidak penuh) di dalam porinya dan permukaan butirannya kering (Tjokrodimuljo,2007). Untuk hasil selengkapnya pengujian kadar air Agregat Kasar dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar
Sumber : penelitian, 2016
c. Kadar Lumpur Agregat Kasar
Kadar lumpur agregat kasar rata-rata diperoleh sebesar 1.75 % , kadar lumpur agregat kasar lebih besar dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F untuk beton normal kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1%.. Oleh karena itu sebelum digunakan untuk campuran beton agregat kasar dicuci terlebih dahulu. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar
Sumber : penelitian, 2016 d. Berat Satuan agregat Kasar
Berat satuan agregat kasar yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adalah sebesar 1,55 g/cm3. dengan ini agregat dapat digolongkan sebagai agregat normal karena berada di antara 1,50 – 1,80 (Tjokrodimuljo, 2007). Untuk Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil pemeriksaan berat satuan agregat kasar
Sumber : penelitian, 2016 e. Keausan Agregat Kasar
Keausan butir batu pecah yang diperoleh dari hasil pemeriksaan menggunakan mesin Los Angeles adalah 21,360 % lebih kecil dari batas maksimum yang ditetapkan yaitu, bahwa kekerasan atau kekuatan agregat kasar untuk beton normal tidak boleh lebih dari 40 % apabila agregat kasar diuji dengan mesin Los Angeles (Tjokrodimuljo, 2007). Untuk Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar selenngkapya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar
Sumber : penelitian, 2016
B.Hasil Perencanaan campuran beton
Perhitungan dari Perancangan campuran adukan beton dengan metode SK SNI : 03-2834-2002, rencana untuk
(2)
kebutuhan bahan adukan beton 1 m3 dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Kebutuhan bahan susun beton untuk tiap 1 m3 adukan beton
Sumber : penelitian, 2016
C.Hasil Pengujian Slump
Pengujian slump dilakukan pada saat pengadukan pencampuran beton, nilai slump yang didapat pada saat pengujian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil pengujian slump
Sumber : penelitian, 2016
D.Hasil Pengujian kuat tekan beton
Pada penelitian ini pengujian kuat tekan beton dengan Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda pada nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 dilakukan pada umur 7 hari. Untuk hasil pengujian kuat tekan beton pada tiap Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda dengan nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 adalah sebagai berikut :
1. Nilai Kuat Tekan Beton Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda a. Semen Bima
Hasil pengujian kuat tekan beton pada Semen Bima dengan nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 dapat dilihat pada Tabel 14,. sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil uji tekan beton Semen Bima
Sumber: penelitian, 2016
Dari hasil pengujian kuat tekan beton maka dapat diolah menjadi grafik persamaan antara faktor air semen dan kuat tekan beton. Untuk hasil grafik persamaan dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7. Grafik hubungan antara kuat tekan beton semen bima dan FAS
Berdasarkan grafik regresi pada Gambar 5.2. didapat rumus sebagai berikut: y = -33.2x + 37.909
R² = 0.8477
Dari rumus segresi dapat digunakan untuk mencari nilai optimum jika menggunakan FAS tertentu pada Semen Bima. Unruk perhitungan nilai optimum pada FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 adalah sebagai berikut :
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,40 y = -33.2x + 37.909
y = -33.2 (0,40) + 37.909 y = 24.629 MPa
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,45 y = -33.2x + 37.909
y = -33.2 (0,45) + 37.909 y = 22.969 MPa
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,50 y = -33.2x + 37.909
y = -33.2 (0,50) + 37.909 y = 21.309 MPa
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus segresi maupun dari pengujian kuat tekan beton didapat bahwa semen bima pada nilai FAS 0.40 memiliki kuat tekan paling tinggi dari nilai FAS 0,45 dan 0,50. Nilai Faktor Air Semen (FAS) sangat berpengaruh pada kuat tekan beton yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena jumlah semen semakin banyak pada nilai Faktor Air Semen yang kecil. Jumlah semen yang terlalu banyak menyebabkan pori-pori pada beton semakin kecil, Namun jika nilai
(3)
Faktor Air Semen terlalu kecil juga dapat mempengaruhi kekuatan beton, sebab FAS terlalu kecil pengadukannya susah jadi pencampuran tidak bisa merata.
b. Semen Holcim
Hasil pengujian kuat tekan beton pada Semen Holcim dengan nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 dapat dilihat pada Tabel 15. sebagai berikut :
Tabel 15. Hasil uji tekan Semen Holcim
Sumber : penelitian, 2016
Dari hasil pengujian kuat tekan beton maka dapat diolah menjadi grafik persamaan antara faktor air semen dan kuat tekan beton. Untuk hasil grafik persamaan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik hubungan antara kuat tekan beton Semen Holcim dan FAS
Berdasarkan grafik regresi pada Gambar 5. didapat rumus sebagai berikut: y = -117.57x + 71.289
R² = 0.9579
Dari rumus segresi dapat digunakan untuk mencari nilai optimum jika menggunakan FAS tertentu pada Semen Holcim. Unruk perhitungan nilai optimum adalah sebagai berikut :
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,40 y = -117.57x + 71.289
y = -117.57(0.40) + 71.289 y = 24.261 MPa
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,45 y = -117.57x + 71.289
y = -117.57(0.45) + 71.289 y = 18.3825 MPa
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,50 y = -117.57x + 71.289
y = -117.57(0.50) + 71.289 y = 12.504 MPa
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus segresi nilai kuat tekan beton optimum Semen Holcim terjadi pada Faktor Air Semen 0,40 dengan nilai 24,261 MPa dan untuk hasil pengujian kuat tekan beton didapat bahwa semen Holcim pada nilai FAS 0.40 memiliki kuat tekan paling tinggi dari nilai FAS 0,45 dan 0,50. Nilai Faktor Air Semen (FAS) sangat berpengaruh pada kuat tekan beton yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena jumlah semen semakin banyak pada nilai Faktor Air Semen yang kecil. Jumlah semen yang terlalu banyak menyebabkan pori-pori pada beton semakin kecil, Namun jika nilai Faktor Air Semen terlalu kecil juga dapat mempengaruhi kekuatan beton, sebab FAS terlalu kecil pengadukannya susah jadi pencampuran tidak bisa merata.
c. Semen Garuda
Hasil pengujian kuat tekan beton pada Semen Garuda dengan nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 dapat dilihat pada Tabel 16. sebagai berikut :
Tabel 16. Hasil uji kuat tekan beton semen garuda
Sumber : penelitian, 2016
Dari hasil pengujian kuat tekan beton maka dapat diolah menjadi grafik persamaan antara faktor air semen dan kuat tekan beton. Untuk hasil grafik persamaan dapat dilihat pada Gambar 9.
(4)
Gambar 9. Grafik hubungan antara kuat tekan semen garuda dan FAS
Berdasarkan grafik regresi pada Gambar 5.4. didapat rumus sebagai berikut: y = -44.867x + 41.193
R² = 0.7286
rumus 5.5 dapat digunakan untuk mencari nilai optimum jika menggunakan FAS tertentu pada Semen Holcim. Unruk perhitungan nilai optimum pada FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 adalah sebagai berikut : Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,40 y = -44.867x + 41.193
y = -44.867(0.40) + 41.193 y = 23.2462 MPa
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,45 y = -44.867x + 41.193
y = -44.867(0.45) + 41.193 y = 21.0028 MPa
Analisis Hitungan pada nilai FAS 0,50 y = -44.867x + 41.193
y = -44.867(0.50) + 41.193 y = 18.7595 MPa
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus segresi nilai kuat tekan beton optimum Semen Garuda terjadi pada Faktor Air Semen 0,40 dengan nilai 23,2462 MPa dan untuk hasil pengujian kuat tekan beton didapat bahwa semen Holcim pada nilai FAS 0.40 memiliki kuat tekan paling tinggi dari nilai FAS 0,45 dan 0,50. Pada nilai FAS 0,40 memiliki nilai Slump paling rendah dari pada FAS 0,45 dan 0,50 nilai slump juga sangat berpengaruh pada kuat tekan beton seperti halnya nilai Faktor Air Semen. 2. Perbandingan Kuat Tekan Beton dengan
Semen Bima, Semen Holcim dan Semen garuda
Untuk mengetahui kuat tekan beton yang baik dari Semen Bima, Semen Holcim
dan Semen garuda maka dibuatlah grafik batang seperti pada Gambar 10. sebagai berikut :
Gambar 10. . Grafik Batang Hubungan antara Kuat Tekan Beton dengan Nilai Faktor Air Semen Pada Semen Bima, Semen
Holcim dan Semen Garuda
Dari gambar 7.. dapat dilihat bahwa kuat tekan paling tinggi dari ketiga jenis Semen pada Faktor Air Semen 0,40. Dari gambar 5.5. Semen Bima pada tiap Faktor Air Semen memiliki kuat tekan paling tinggi dari Semen Holcim dan Semen Garuda, hal ini disebabkan karena Semen Bima memiliki nilai slump yang rendah dari Semen Holcim dan Semen Garuda. Sedangkan pada FAS 0,45 dan 0,50 Semen Garuda memiliki kuat tekan paling tinggi dari Semen Holcim pada FAS 0,40 Semen holcim memiliki kuat tekan paling tinggi dari Semen Garuda, hal ini disebabkan karena Semen garuda pada FAS 0,45 dan 0,50 memiliki nilai slump yang rendah dari Semen Holcim. Nilai Slump yang tinggi dapat mengurangi kuat tekan beton dan nilai slump yang rendah dapat meningkatkan kuat tekan beton, namun nilai slump yang rendah membuat proses pencampuran yang kurang merata dan mengakibatkan banyak rongga pada beton. Pada saat penelitian dengan melihat secara visual waktu proses pengadukan Semen Holcim rata-rata menjadi encer dari Semen Bima dan Semen Holcim, hal ini menyebabkan kuat tekan beton menurun. Dari hasil pengujian juga didapat bahwa dua jenis semen baru yaitu Semen Bima dan Semen Garuda mengalami penurunan kuat tekan yang tidak terlalu jauh apabila nilai FAS membesar, berbeda dengan Semen Holcim yang merupakan produk semen
(5)
lama. Perbedaan penurunan sendiri dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 5. dan Gambar 6.
3. Pengaruh Nilai slump terhadap kuat tekan beton
Untuk mengetahui pengaruh slump terhadap kuat tekan beton maka dibutuhkan Data uji kuat beton, nilai Slump dan Faktor Air Semen. Dari data tersebut maka didapat grafik seperti pada Gambar 11. Gambar 12.. dan Gambar 13..
Gambar 11.Grafik Hubungan antara nilai slump dan kuat tekan beton pada Semen
Bima
Gambar 12.Grafik Hubungan antara nilai slump dan kuat tekan beton pada Semen
Holcim
Gambar 13.Grafik Hubungan antara nilai slump dan kuat tekan beton pada Semen
Garuda
Dari gambar 11., gambar 12. dan gambar 13. dapat dilihat bahwa nilai slump sangat berpengaruh terhadap nilai kuat tekan beton. Jika nilai slump tinggi maka beton mudah dikerjakan namun memiliki kuat
tekan rendah, tetapi jika nilai slump rendah beton akan memiliki kuat tekan tinggi namun sulit untuk dikerjakan. Untuk nilai slump tertinggi terjadi pada nilai Faktor Air Semen 0,50, hal ini disebabkan karena jumlah semen pada FAS 0,50 sedikit dibandingkan dengan ada FAS 0,40 dan 0,45. Jumlah pasta semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat. Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar butir-butir agregat terisi penuh dengan pasta semen. (Tjokrodimuljo, 2007).
6. Kesimpulan dan Saran
A.Kesimpulan
Dari hasil pengujian kuat tekan beton Semen Bima, Semen holcim dan Semen garuda dengan nilai FAS 0,40 ; 0,45 dan 0,50 diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian kuat tekan beton umur 7
hari, Semen Bima memiliki kuat tekan rata-rata yang tinggi dengan nilai 24.8 MPa, 22.62 MPa, 21.48 Mpa berurut-urut pada FAS 0,40 ; 0,45 ; 0,50 dibandingkan dengan Semen Holcim dengan nilai 24.29 MPa, 16.62 MPa, 12.54 MPa berurut-urut pada FAS 0,40 ; 0,45 ; 0,50 dan Semen Garuda dengan nilai 23.21 MPa, 21.07 MPa, 18.72 MPa berurut-urut pada FAS 0,40 ; 0,45 ; 0,50.
2. Dari penelitian yang dilakukan pada Semen Bima, Semen Holcim dan Semen Garuda didapat bahwa Faktor Air Semen paling baik dari tiga nilai Faktor Air Semen yang digunakan adalah 0,40.
B.Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kuat tekan beton dengan berbagai nilai FAS dan dengan membandingkan Semen dari merk lain
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menambahkan bahan adiktif agar menghasilkan beton dengan kuat tekan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, 2010. Perbedaan Kuat Tekan Beton Menggunakan Dua Jenis Semen.
(6)
Duff Abrams (1919,dalam Shetty, 1997). Hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan beton.
http://www.holcim.co.id/
http://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html
http://syaiful-beton.blogspot.co.id/ (diakses 17 November 2011)
http://www.semenbima.com/
Meiryato, 2013. Waktu Alir, Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Pasta Sebagai Bahan Graut Dengan Berbagai Nilai FAS, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mulyono, T. 2004, Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta
Murdock, L. J., Brook, K. M., 1986. Bahan dan Praktek Beton, Terjemahan Ir. Stephanus Hindarko, Erlangga, Jakarta.
Sari, 2015. pengaruh jumlah semen dan FAS terhadap kuat tekan beton dengan agregat yang berasal dari sungai, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Tjokrodimuljo, K. 2007, Teknologi Beton,
KMTS FT UGM, Yogyakarta. SK SNI : 03-1970-2008:”Cara Uji Berat
Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus”.
SK SNI 03-1968-1990:” Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar”.
SK SNI 03-1974-1990 :”Metode Pengujian Kuat Tekan Beton”.
SNI 03-1970-1990 : “Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus”.
SNI 03-1971-1990 : “Metode Pengujian Kadar Air Agregat”.
SNI 03-2847-2002 : “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung”.
SNI 2493-2011 : “Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium ”.
Widyanto, 2016. Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap Kuat Tekan Beton
Dengan Agregat Kasar Bata
Ringan (Variasi Faktor Air Semen 0,4, 0,5 dan 0,6), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Yuanda, 2010. Penelitian Kuat tekan Beton
Dengan Menggunakan Semen
Baturaja, Semen Pasang dan Semen Holcim