Budaya Lokal Sebagai Potensi Dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Asmat
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
BUDAYA LOKAL SEBAGAI POTENSI DALAM PENGEMBANGAN
KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) KABUPATEN ASMAT
L. Edhi Prasetya1
1
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jakarta
Jl. Srengseng Sawah,Jagakarsa, Jakarta 12640 Telp 021 7864730
Email: [email protected]
Abstrak
Kabupaten Asmat di Propinsi Papua memiliki luas wilayah Kabupaten Asmat mempunyai luas
wilayah ± 23.746 Km2 , dengan Kondisi fisik dasar sebagian besar (80 %) adalah rawa. Kabupaten
Asmat memiliki karakteristik budaya yang sangat khas. Produk budaya tangible berupa ukiran dan
kerajinan dari suku Asmat juga sangat terkenal hingga ke luar negeri. Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI) yang ditetapkan oleh Presiden
Republik Indonesia diterapkan dalam kerangka mencapai tujuan yaitu penyiapan kawasan dengan
keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Potensi Kabupaten Asmat untuk dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bertujuan
meraih peluang investasi melalui pendekatan kewilayahan, ketersediaan dan rencana pengembangan
infrastruktur di masa mendatang sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi wilayah/kawasan
secara signifikan. Potensi budaya lokal Asmat, akan dikaji kembali, dan dilakukan studi lebih
mendalam, untuk kemudian hasil studi tersebut, bersama hasil studi lain menyangkut demografi,
sumber daya alam, transportasi, mitigasi bencana dan lain sebagainya akan melengkapi kajian
komprehensif menyangkut kesiapan Kabupaten Asmat untuk pengembangan kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Kabupaten Asmat. Beberapa hal yang menjadikan alasan menga pa Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) penting untuk dikembangkan di Kabupaten Asmat. Asmat yang merupakan sebuah
wilayah pemerintahan yang baru, masih menghadapi sejumlah persoalan dalam proses pembangunan
sehingga kebijakan otonomi khusus papua, harus di terjemahkan dan ditindaklanjuti dalam bentuk
program kegiatan strategis yang tepat sasaran dan terukur. Kondisi alam Kabupaten Asmat, berupa
sungai dalam ukuran yang besar dan berhulu pada lereng pengunungan tengah papua bagian
selatan, dapat menjadi alur lalu lintas/ gerbang dan nadi pembangunan kawasan Asmat dan Papua
tengah, pada sisi lain geografis Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan, dan menjadi
pintu gerbang untuk pengembangan wilayah kabupaten lainnya di bagian tengah Papua.
Kata kunci: budaya lokal, potensi budaya, pengembangan KEK
Pendahuluan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Special Economic Zone (SEZ), adalah suatu kawasan yang
ditetapkan untuk menyediakan lingkungan yang secara internasional kompetitif serta bebas dari berbagai hambatan
dalam rangka memacu peningkatan ekspor nasional. Konsep ini antara lain dapat ditemukan di India dan Filipina. Di
India dikenal tiga jenis SEZ: (1) SEZ for multi-product, yaitu SEZ yangterdiri dari sejumlah perusahaan yang
tergolong dalam lebih dari satu sektor, yang di dalamnya juga terdapat kegiatan perdagangan dan pergudangan; (2)
SEZ for specific sector yaitu SEZ bagi satu sektor tertentu saja (bisa lebih dari satu perusahaan) atau SEZ untuk
berbagai jenis pelayanan bagi satu sektor saja (seperti dalam pelabuhan atau bandar udara); dan (3) SEZ for Free
Trade and Warehouse yaitu SEZ yang secara khusus menyediakan pelayanan fasilitas kegiatan perdagangan bebas
dan pergudangan, fasilitasnya bisa untuk kegiatan yang multi sektor maupun untuk satu sektor tertentu saja.
Konsep lain yaitu, KEK sebagai sebuah kawasan dengan kebijakan ekonomi terbuka yang didalamnya
mencakup Free Trade Zone (FTZ), Export Processing Zone (EPZ), Pelabuhan (Port), High Tech Industrial Estate
dan lain sebagainya atau dikenal dengan sebutan zones within zone . Konsep ini memberikan otoritas kepada badan
pelaksana untuk mengoperasionalkan KEK, yang secara penuh dijalankan atas mandat dari pemerintah pusat. Model
seperti ini dapat ditemukan di Cina.
Special Economic Zone (SEZ) atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu upaya yang
banyak diterapkan oleh berbagai negara untuk menarik investasi asing dengan memberikan fasilitas dan perlakuan
khusus pada kawasan-kawasan tertentu di negara tersebut. Bank Dunia pada tahun 2007 memperkirakan, sekurang
A-23
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
kurangnya terdapat 3000 proyek pengembangan kawasan ekonomi khusus (SEZ) yang tersebar di 120 negara.
(sumber : Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Asmat)
Beberapa hal yang menjadikan alasan mengapa Kawasan-kawasan Ekonomi Khusus (KEK) penting untuk
dikembangkan di Indonesia, antara lain yaitu:
Penurunan peringkat daya saing dan rendahnya arus penanaman modal. Menurut data Bank Dunia, Indonesia
pada tahun 2006 mengalami penurunan peringkat daya tarik investasi dari urutan 131 dari 175 negara tahun 2005
menurun menjadi urutan 133 dari 178 negara di tahun 2006.
Segi prosedur dan peraturan di Indonesia yang rumit, tercatat ada 12 prosedur untuk memulai usaha, 19
prosedur memperoleh izin usaha, 7 prosedur pendaftaran tanah dan bangunan serta 39 prosedur hukum kontrak.
Banyak dan rumitnya prosedur dalam menjalankan usaha di Indonesia mengakibatkan waktu yang diperlukan
bertambah panjang. Untuk membuka usaha diperlukan waktu: 105 hari untuk membuka usaha, 196 hari memperoleh
izin usaha dan 42 hari pendaftaran tanah dan bangunan. Disamping prosedur perizinan yang rumit, untuk menutup
usaha di Indonesia juga diperlukan waktu selama 5,5 tahun. Masih ditambah masalah tenaga kerja, baik rekrutmen
maupun pemutusan hubungan kerja. Biaya PHK di Indonesia dianggap masih tinggi yaitu 108 kali upah mingguan.
Hal tersebut menyebabkan meningkatnya biaya ekspor maupun impor yaitu sekitar US$ 623-667 per container.
Menurut Asian Development Bank (ADB) bersama Japan Bank for Internasional Cooperation (JBIC) bahwa
ketersediaan infrasturktur di Indonesia seperti transportasi, listrik dan telepon masih tertinggal dibandingkan dengan
beberapa negara di Asia Timur, di sisi lain Indonesia mempunyai keunggulan upah pekerja yang rendah serta pasar
domestik yang terus berkembang, meski mempunyai beberapa kelemahan yaitu: insentif pajak yang belum menarik
dibanding negara lain, belum berkembang klaster industry, kondisi sosial dan keamanan kurang stabil, sistem
perpajakan yang rumit dan kurang transparan, perburuhan yang kurang kondusif. Upaya untuk meningkatkan
penanaman modal melalui pemberian insentif dan kemudahan bagi penanam modal (PP No.45 Tahun 2008)
tergolong masih rendah. Disisi lain banyak peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah serta pungutanpungutan lainnya justru membebani kalangan pelaku usaha termasuk penanam modal sehingga cenderung kontra
produktif, mengakibatkan daya saing daerah dan nasional bidang investasi semakin menurun.
Kabupaten Asmat mempunyai luas wilayah ± 23.746 Km2 , yang terdiri dari Distrik Sawa Erma, Distrik
Akat, Distrik Suator, Distrik Pantai Kasuari, Distrik Fayit, Distrik Atsy, dan Distrik Agats. Kondisi fisik dasar
Kabupaten Asmat sebagian besar (80 %) adalah rawa (swamp) atau lahan basah (wetlands) dan 20 % berupa lahan
kering (upland ). Lahan di Kabupaten Asmat selalu basah dan tumpat air ( waterlogged ) dalam waktu hampir
sepanjang tahun minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Wilayah Kabupaten Asmat
memiliki bentuk topografi yang landai dengan ketinggian antara 0 – 100 meter di atas permukaan air laut. Sebagian
besar kondisi alam berupa dataran rendah dan dataran pantai landai, hanya sebagian kecil di Distrik Sawa Erma
yang berupa daerah perbukitan.
Kabupaten Asmat merupakan suatu daerah yang sangat luas, penduduknya masih banyak yang tinggal di
bagian-bagian tertentu dan merupakan masyarakat terasing. Pembangunan masyarakat Asmat sebagian besar diatur
oleh pemerintah, dan masyarakat Asmat sebagai penduduk masyarakat kecil masih belum dapat menentukan arah
pembangunannya sendiri. Walaupun demikian, masyarakat Asmat memiliki cita-cita dan aspirasi yang harus
mendapatkan perhatian dari kebijakan pemerintah.
Upaya pembangunan masyarakat Asmat mengakibatkan perubahan kebudayaan yang berlangsung cepat, dan
telah memunculkan berbagai ekses negatif. Dalam masyarakat Asmat juga muncul suatu golongan yang sudah
merasakan kehidupan luar dan sedikit pendidikan. Tetapi mereka belum mampu untuk mandiri dan bersifat
produktif., selain itu, kesejahteraan yang diharapkan belum kunjung tiba, sehingga membutuhkan pelayanan sosial
dalam aksesibilitasnya yang lebih baik.
Masyarakat Asmat memiliki keunikan tersendiri dengan adat istiadat yang dimilikinya. Mereka memiliki
mata pencaharian sebagai peramu sagu, berburu binatang, dan mencari ikan di sungai, danau maupun pinggiran
pantai. Mereka juga menanam buah-buahan dan tumbuhan serta akar-akaran. Pada saat ini yang menjadi keunikan
masyarakat Asmat, bahwa mereka belum mengolah hasil pertanian dan alam lingkungannya, dan mereka juga masih
tergantung pada lingkungan alam. Dasar organisasi masyarakat Asmat adalah keluarga-keluarga monogami atau
kadang-kadang poligami, tapi walaupun demikian terdapat pada kesatuan dalam keluarga besar.
Karakteristik masyarakat Asmat khas lainnya adalah mereka bersifat nomaden; berpindah-pindah tempat
tinggal. Hal ini terjadi sehubungan dengan mata pencaharian mereka sebagai peramu, berkebun dengan cara
mendapatkan lahan yang bisa dijadikan tempat menghasilkan dari pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Berdasarkan kondisi tersebut, maka strategi pengembangan sosial budaya yang paling penting untuk
kesejahteraan yang lebih baik antara lain : pola pengembangan budaya, pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan kebudayaan Asmat yang dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas masyarakat dengan
memperhatikan kearifan lokal budaya Asmat.
Kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Asmat adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan. Kawasan ini perlu diprioritaskan pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan
A-24
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
penataan ruang segera dalam kurun waktu rencana. Untuk menyusun rencana bagi pengembangannya, terlebih
dahulu perlu diidentifikasi kawasan strategis kabupaten tersebut.
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap :Tata ruang di wilayah sekitarnya; Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;
dan/atau Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jenis kawasan strategis, antara lain adalah :Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan, yang menjadi kewenangan pemerintah pusat;Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi;Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis dari sudut pandang budaya di Kabupaten Asmat meliputi :
Kawasan Sentra Budaya;
Kawasan sentra budaya ini meliputi kawasa-kawasan yang merupakan sentra kegiatan budaya suku asli meliputi
pusat kegiatan ukiran dan kegiatan adat. Adapun kawasan yang dialokasikan meliputi di Sawaerma dan Atsy.
Kawasan situs wisata
Kawasan situs wisata adalah kawasan-kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan situs-situ wisata yang telah
dikaji sebelumnya dan ditetapkan sebagai warisan leluhur. Untuk itu keberadaanya hendaknya dipertahankan dan
dilindungi. Keberadaan kawasan situs wisata ini tersebut di berbagai wilayah di Kabupaten Asmat.
Beberapa hal menjadi alasan mengapa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) penting untuk dikembangkan di
Kabupaten Asmat, antara lain yaitu: (1) Asmat merupakan sebuah wilayah pemerintahan yang baru, masih
menghadapi sejumlah persoalan dalam proses pembangunan. (2) Kebijakan otonomi khusus papua, harus di
terjemahkan dan ditindaklanjuti dalam bentuk program kegiatan strategis yang tepat sasaran dan terukur. (3) Kondisi
alam berupa sungai dalam ukuran yang besar dan berhulu pada lereng pengunungan tengah papua bagian selatan ,
dapat menjadi alur lalu lintas/ gerbang dan nadi pembangunan kawasan Asmat dan Papua tengah. (4) Secara
geografis Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan, dan menjadi pintu gerbang untuk pengembangan
wilayah kabupaten lainnya di tengah Papua. (5) Memiliki potensi ekonomi yang potensial untuk dikembangkan. (6)
Kesulitan akses dan tingginya biaya bahan pokok di kawasan Asmat dan beberapa wilayah kabupaten di
pengunungan tengah. (7)Terbatasnya lapangan kerja dan tingginya jumlah pengangguran di kawasan papaua selatan
dan pengunungan tengah.
Hasil dan Pembahasan
Permasalahan, tantangan, dan berbagai sumber daya potensial pembangunan yang dimiliki pemerintah
daerah Kabupaten Asmat, menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan visi pembangunan Kabupaten
Asmat, yaitu : ”Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Asmat Yang Maju, Mandiri, Damai, Dan Sejahtera Yang
Berbasis Kearifan Budaya Lokal Dengan Mengedepankan Nilai Kebersamaan Sebagai Manusia Asmat Sejati”.
Secara lebih jelas, manifestasi dari pelaksanaan visi misi tersebut diwujudkan dalam penjabaran sebagai
berikut1: Maju, artinya pelaksanaan pembangunan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, tingkat
perekonomian masyarakat, dan ketersediaan infrastruktur. Mandiri, artinya pelaksanaan pembangunan diutamakan
untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Damai, artinya pembangunan dilaksanakan
dengan semangat kebersamaan dan saling menghormati, serta mampu menciptakan rasa damai dalam masyarakat.
Sejahtera, artinya pelaksanaan pembangunan mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan melalui
penyediaan lapangan kerja baru dan pemberdayaan masyarakat. Kearifan Budaya Lokal, artinya pelaksanaan
pembangunan dilakukan dengan mengedepankan nilai-nilai positif budaya Asmat.Manusia Asmat Sejati, artinya
masyarakat yang tangguh, kreatif, ksatria, dan mengutamakan kebersamaan. (1 Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Asmat)
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukirannya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu, mereka yang
tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal di bagian pedalaman. dengan cara hidup, struktur sosial dan ritual yang
berbeda. Kampung suku Asmat biasanya dihuni kira-kira 100-1000 orang. Setiap kampung mempunyai satu rumah
bujang yang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan dan banyak rumah keluarga. Rumah mereka
dibangun di daerah kelokan sungai supaya mereka bisa mengetahui lebih awal jika ada serangan musuh. Suku asmat
memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka yaitu dengan menggunakan segala sesuatu yang ada
di alam sekitarnya. Warna merah diperoleh dari tanah merah, warna putih diperoleh dari kulit kerang, warna hitam
diperoleh dari arang kayu.Sistem kepercayaan tradisional sebelum persentuhan dengan agama nasrani, bagi Suku
asmat mengenal tiga konsep dunia, yaitu : Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow capinmi (alam
persinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
A-25
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Sistem kebudayaan suku asmat
Sistem Upacara
upacara besar menyangkut seluruh komunitas Desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan Roh Nenek
moyang nya, seperti :Mbismbu (pembuatan tiang);Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew); Tsymbu
(pembuatan dan pengukuhan perahu lesung);Yamasy pokumbu (upacara perisai);Mbipokumbu (upacara topeng)
Upacara kematian
Kematian bagi orang Asmat bukan merupakan hal yang alamiah. Apabila orang tidak mati dibunuh maka
mereka percaya bahwa orang tersebut terkena suatu sihir hitam. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan
dendam untuk korban yang sudah meninggal. Roh leluhur, kepada siapa mereka membaktikan diri direpresentasikan
dalam ukiran kayu spektakuler di kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia.
Sistem kesenian
Benda-benda kesenian asmat yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai. Mbis dan
perisai di klasifikasikan kedalam 4 daerah : gaya seni asmat hilir dan hulu sungai ke teluk flamingo dan arah pantai
kasuwari, gaya seni asmat barat laut, gaya seni asmat timur laut,gaya seni asmat daerah sungai brazza
Sistem Religi Dan Kepercayaan
Suku bangsa Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dari dunia gaib yang
berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Dalam keyakinan orang Asmat, dewa
nenek moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh dari pegunungan. Berdasarkan mitologi,
masyarakat asmat berdiam di teluk Flamingo dewa itu bernama Fumurifitis. orang asmat yakin bahwa di
lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi menjadi 3 golongan, yaitu :yi
& ndashow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya,osbopan atau roh jahat yang
dianggap penghuni beberapa jenis tertentu, dambin & ndash ow atau roh jahat yang mati konyol
Kehidupan Sosial Suku Asmat
Dalam hidup bersosial suku Asmat memiliki dua jabatan kepemimpinan, yaitu : yang berasal dari unsur pemerintah
dan yang berasal dari masyarakat itu sendiri ( kepala suku)
tipe kepeminpinan yang sangat berpengaruh adalah yang kedua yaitu kepala suku atau ondoafi. bila seorang kepala
suku telah meninggal dunia, jabatan kepala suku tidak secara otomatis jatuh kepada penerusnya melainkan dipilih
dari orang yang berasal dari fain atau marga tertua di lingkungan tersebut, atau dipilih dari seorang pahlawan yang
telah memenangkan pertempuran.
Sistem Perekonomian Suku Asmat
Perekonomian suku asmat mulai dibangun oleh belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber Company, bekerja
sama dengan organisasi-organisasi penyairan agama khatolik, belanda dan Kristen Amerika. Peningkatan
kesejahtraan suku Asmat terutama seni patung dan seni ukir dibantu oleh FUNDWI (fund for the development of
west Irian).
Sistem Teknologi
Teknologi yang telah dimiliki oleh suku Asmat antara lain : (a) Alat-alat produktif; Mereka telah memiliki
kemanpuan untuk membuat jaring sendiri yang terbuat dari anyaman daun sagu. Jaring tersebut digunakan untuk
menjaring ikan di muara sungai. Alat-alat yang digunakan untuk membuat ukiran-ukiran seperti kapak batu, gigi
binatang dan kulut siput yang bisa digunakan oleh wow-ipits untuk mengukir. Dengan berkembangnya jaman
mereka sekarang menggunakan kapak besi dan pahat besi sedangkan kulit siput diganti dengan pisau; (2)
Senjata;Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari tombak dan panah musuh dalam
peperangan. Selain perisai ada juga tombak yang terbuat dari kayu keras seperti kayu besi atau kulit pohon sagu.
Ujung nya yang tajam dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari paruh burung atau kuku burung kasuari.
(3) Alat transportasi;Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya, pembuatan perahu
dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyeranngan dan pengayauan kepala. Kayu yang digunakan untuk
membuat perahu adalah kayu kuning (ti), ketapang, bitanggur atau sejenis kayu susu yang disebut ierak.
Rumah adat suku asmat dan filosofi nya
Rumah adat dalam tradisi asmat, dikenal dua jenis, yaitu rumah adat Jew dan Tysem. Rumah adat jew,
adalah rumah yang diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan adat dan tradisi, untuk upacara, rapat adat, membuat
noken (tas tradisional asmat), mengukir kayu. Rumah adat jew sangat unik karena dibangun dalam ukuran yang
besar, bahkan mencapai 50 meter, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan paku, karena mereka tidak
mengenal paku. Material rumah terdiri dari berbagai bahan alami, misalnya rotan sebagai pengikat kayu, atap
menggunakan daun nipah dan dinding merupakan kombinasi dari penggunaan kayu dan anyaman daun sagu,
keunikan dari jew ini adalah, rumah adat jew selalu dibangun menghadap ke arah sungai.
A-26
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Gambar 1
Rumah jew di distrik Tomor, Kabupaten Asmat
(sumber: dokumentasi pribadi)
Rumah adat jenis lain, disebut rumah tysem, atau bias diartikan rumah keluarga, karena dihuni oleh mereka
yang telah berkeluarga, biasanya ada dua sampai tiga pasang keluarga yang mendiami tysem. Ukuran tysem lebih
kecil dibandingkan jew, dan baisanya, rumah tysem dibuat mengelilingi rumah jew.
Gambar 2
Formasi rumah tysem di distrik Munu, Kabupaten Asmat
(sumber: dokumentasi pribadi)
A-27
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Tinjauan kawasan dan lingkungan
Wilayah kabupaten Asmat yang didominasi tanah rawa, memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan kotakota lain di Indonesia, karena kondisi lahan yang selalu basah, maka hunian yang ada di Kabupaten Asmat adalah
rumah bergaya panggung, dan masing-masing rumah terhubung dengan jembatan panjang, yang sekaligus menjadi
jalur sirkulasi. Jalur jalan selebar 1 meter - 2,5 meter terbuat dari susunan kayu, menjadi ciri khas, dan karena jalur
jalan yang hanya terbuat dari kayu, membuat tingkat kekuatan jalan menjadi rendah dan dengan tingginya harga
Bahan bakar minyak, maka moda transportasi yang digunakan di Asmat hanya kendaraan sepeda dan motor listrik
saja yang bisa melaluinya.
Gambar 3
Tata lingkungan di Agats, Ibukota Kabupaten Asmat, dengan sistem rumah pangung dan masing-masing
rumah terhubung dengan jalur jalan dari susunan kayu
(sumber: dokumentasi pribadi)
Landmark di kota Agats, sebagai ibukota kabupaten adalah tugu yang ada di salah satu perempatan jalan,
sekaligus menjadi gerbang dari arah pelabuhan menuju kantor kabupaten, pada landmark kota Agats, juga terdapat
ukir-ukiran khas Asmat, sebagai penguat citra budaya Asmat. Landmark yang lain adalah, patung besar seorang
misionaris bernama Jan Smit, yang tewas karena penembakan oleh seorang warga lokal bernama Fimbai pada tahun
1965, mitos tentang pastor Jan Smit sangat lekat dalam ingatan warga Agats, karena sebagian besar warga Agats
meyakini bahwa, kota Agats menjadi tenggelam dalam lumpur dan mereka terpaksa hidup di atas papan kayu,
sebagai hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap Pastor Jan, namun Mantan Uskup Agats, Alphonse
Sowada, yang menggantikan tugas Jan Smit, memiliki pendapat lain, bahwa kondisi Agats yang tenggelam dalam
lumpur sekitar tahun 1960-an, terjadi sebagai akibat kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon.
Gambar 4
Landmark Kota Agats, dengan simbol tugu perjuangan.
(sumber: http://www.asmatkab.go.id)
A-28
Gambar 5
Monumen berupa patung Pastor Jan Smith,
sebagai penanda kota Agats.
(sumber: dokumentasi pribadi)
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Kesimpulan
Kondisi Kabupaten Asmat yang strategis, di gerbang perairan internasional, berhadapan dengan benua
Australia, dan Negara Timor Leste, di tepi laut Arafuru, menjadikan kawasan kabupaten Asmat memiliki nilai
strategis dari sisi pertahanan dan keamanan, pada sisi lain, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih jauh dari
tingkat kesejahteraan yang layak, juga merupakan ancaman internal yang harus ditanggulangi.
Pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus, diharapkan akan menjadi satu solusi untuk meningkatkan daya saing
Kabupaten Asmat, dan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai kendala yang selama ini
menjadi penghambat kemajuan kabupaten Asmat, minimnya infrastruktur (jalur transportasi darat, jalur penghubung
antar kabupaten/ trans papua, transportasi sungai yang masih menjadi satu-satunya andalan) diharapkan akan terakselerasi karena pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus tersebut, dan faktor budaya masyarakat, dengan
kegiatan turisme dan festival asmat yang telah mendunia, akan menjadi salah satu daya tarik tambahan, sehingga
dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1) Secara geografis Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan dalam konstelasi Kawasan Ekonomi
Khusus, dan menjadi pintu gerbang untuk pengembangan wilayah kabupaten lainnya di Papua bagian tengah.
2) Posisi perairannya berada pada jalur laut nasional primer.
3) Memiliki potensi ekonomi yang potensial untuk dikembangkan.
4) Dalam konteks Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku, pengembangan KEK Kabupaten Asmat dapat
mendukung Pusat-Pusat Ekonomi di Papua khususnya Merauke dan Timika.
5) Usulan lokasi pengembangan KEK, sudah sesuai dengan RTRW Kabupaten Asmat.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih, disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Asmat, Lembaga Teknologi Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Koordinator Pemerintah Kabupaten Asmat; Dr. Dance Y. Flassy, SE, ME dan kepada
Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), karena tulisan ini, merupakan bagian dari pekerjaan Penyusunan
Rencana Strategis Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Asmat tahun 2011.
Daftar Pustaka
Baissac, Claude, “Maximising the Developmental Impact of EPZs : A Comparative Perspective in the African
Context of Needed Accelerated Growth ”, A Presentation at the Johannesburg EPZ Symposium , October
15-16 2003.
Jaime Flor Cruz, “North Korea creates Special Economic zone ”, 25 September 2002
Pemerintahan Kabupaten Asmat, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Asmat
http://www.anneahira.com/asal-usul-suku-asmat.htm akses 23 November 2003
http://warisanbudayaindonesia.info/view/warisan/1932/_Asal_Usul_Suku_Asmat_Menjadi_Pengukir tanggal akses
23 November 2003
http://nanalittlechild.wordpress.com/2012/02/16/suku-asmat/ tanggal akses 23 November 2013
http://www.asmatkab.go.id/ tanggal akses 25 November 2013
http://www.shnews.co/detile-27419-agats-kota-tanpa-tanah.html tanggal akses 25 November 2013
A-29
ISSN 1412-9612
BUDAYA LOKAL SEBAGAI POTENSI DALAM PENGEMBANGAN
KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) KABUPATEN ASMAT
L. Edhi Prasetya1
1
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jakarta
Jl. Srengseng Sawah,Jagakarsa, Jakarta 12640 Telp 021 7864730
Email: [email protected]
Abstrak
Kabupaten Asmat di Propinsi Papua memiliki luas wilayah Kabupaten Asmat mempunyai luas
wilayah ± 23.746 Km2 , dengan Kondisi fisik dasar sebagian besar (80 %) adalah rawa. Kabupaten
Asmat memiliki karakteristik budaya yang sangat khas. Produk budaya tangible berupa ukiran dan
kerajinan dari suku Asmat juga sangat terkenal hingga ke luar negeri. Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI) yang ditetapkan oleh Presiden
Republik Indonesia diterapkan dalam kerangka mencapai tujuan yaitu penyiapan kawasan dengan
keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Potensi Kabupaten Asmat untuk dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bertujuan
meraih peluang investasi melalui pendekatan kewilayahan, ketersediaan dan rencana pengembangan
infrastruktur di masa mendatang sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi wilayah/kawasan
secara signifikan. Potensi budaya lokal Asmat, akan dikaji kembali, dan dilakukan studi lebih
mendalam, untuk kemudian hasil studi tersebut, bersama hasil studi lain menyangkut demografi,
sumber daya alam, transportasi, mitigasi bencana dan lain sebagainya akan melengkapi kajian
komprehensif menyangkut kesiapan Kabupaten Asmat untuk pengembangan kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Kabupaten Asmat. Beberapa hal yang menjadikan alasan menga pa Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) penting untuk dikembangkan di Kabupaten Asmat. Asmat yang merupakan sebuah
wilayah pemerintahan yang baru, masih menghadapi sejumlah persoalan dalam proses pembangunan
sehingga kebijakan otonomi khusus papua, harus di terjemahkan dan ditindaklanjuti dalam bentuk
program kegiatan strategis yang tepat sasaran dan terukur. Kondisi alam Kabupaten Asmat, berupa
sungai dalam ukuran yang besar dan berhulu pada lereng pengunungan tengah papua bagian
selatan, dapat menjadi alur lalu lintas/ gerbang dan nadi pembangunan kawasan Asmat dan Papua
tengah, pada sisi lain geografis Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan, dan menjadi
pintu gerbang untuk pengembangan wilayah kabupaten lainnya di bagian tengah Papua.
Kata kunci: budaya lokal, potensi budaya, pengembangan KEK
Pendahuluan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Special Economic Zone (SEZ), adalah suatu kawasan yang
ditetapkan untuk menyediakan lingkungan yang secara internasional kompetitif serta bebas dari berbagai hambatan
dalam rangka memacu peningkatan ekspor nasional. Konsep ini antara lain dapat ditemukan di India dan Filipina. Di
India dikenal tiga jenis SEZ: (1) SEZ for multi-product, yaitu SEZ yangterdiri dari sejumlah perusahaan yang
tergolong dalam lebih dari satu sektor, yang di dalamnya juga terdapat kegiatan perdagangan dan pergudangan; (2)
SEZ for specific sector yaitu SEZ bagi satu sektor tertentu saja (bisa lebih dari satu perusahaan) atau SEZ untuk
berbagai jenis pelayanan bagi satu sektor saja (seperti dalam pelabuhan atau bandar udara); dan (3) SEZ for Free
Trade and Warehouse yaitu SEZ yang secara khusus menyediakan pelayanan fasilitas kegiatan perdagangan bebas
dan pergudangan, fasilitasnya bisa untuk kegiatan yang multi sektor maupun untuk satu sektor tertentu saja.
Konsep lain yaitu, KEK sebagai sebuah kawasan dengan kebijakan ekonomi terbuka yang didalamnya
mencakup Free Trade Zone (FTZ), Export Processing Zone (EPZ), Pelabuhan (Port), High Tech Industrial Estate
dan lain sebagainya atau dikenal dengan sebutan zones within zone . Konsep ini memberikan otoritas kepada badan
pelaksana untuk mengoperasionalkan KEK, yang secara penuh dijalankan atas mandat dari pemerintah pusat. Model
seperti ini dapat ditemukan di Cina.
Special Economic Zone (SEZ) atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu upaya yang
banyak diterapkan oleh berbagai negara untuk menarik investasi asing dengan memberikan fasilitas dan perlakuan
khusus pada kawasan-kawasan tertentu di negara tersebut. Bank Dunia pada tahun 2007 memperkirakan, sekurang
A-23
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
kurangnya terdapat 3000 proyek pengembangan kawasan ekonomi khusus (SEZ) yang tersebar di 120 negara.
(sumber : Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Asmat)
Beberapa hal yang menjadikan alasan mengapa Kawasan-kawasan Ekonomi Khusus (KEK) penting untuk
dikembangkan di Indonesia, antara lain yaitu:
Penurunan peringkat daya saing dan rendahnya arus penanaman modal. Menurut data Bank Dunia, Indonesia
pada tahun 2006 mengalami penurunan peringkat daya tarik investasi dari urutan 131 dari 175 negara tahun 2005
menurun menjadi urutan 133 dari 178 negara di tahun 2006.
Segi prosedur dan peraturan di Indonesia yang rumit, tercatat ada 12 prosedur untuk memulai usaha, 19
prosedur memperoleh izin usaha, 7 prosedur pendaftaran tanah dan bangunan serta 39 prosedur hukum kontrak.
Banyak dan rumitnya prosedur dalam menjalankan usaha di Indonesia mengakibatkan waktu yang diperlukan
bertambah panjang. Untuk membuka usaha diperlukan waktu: 105 hari untuk membuka usaha, 196 hari memperoleh
izin usaha dan 42 hari pendaftaran tanah dan bangunan. Disamping prosedur perizinan yang rumit, untuk menutup
usaha di Indonesia juga diperlukan waktu selama 5,5 tahun. Masih ditambah masalah tenaga kerja, baik rekrutmen
maupun pemutusan hubungan kerja. Biaya PHK di Indonesia dianggap masih tinggi yaitu 108 kali upah mingguan.
Hal tersebut menyebabkan meningkatnya biaya ekspor maupun impor yaitu sekitar US$ 623-667 per container.
Menurut Asian Development Bank (ADB) bersama Japan Bank for Internasional Cooperation (JBIC) bahwa
ketersediaan infrasturktur di Indonesia seperti transportasi, listrik dan telepon masih tertinggal dibandingkan dengan
beberapa negara di Asia Timur, di sisi lain Indonesia mempunyai keunggulan upah pekerja yang rendah serta pasar
domestik yang terus berkembang, meski mempunyai beberapa kelemahan yaitu: insentif pajak yang belum menarik
dibanding negara lain, belum berkembang klaster industry, kondisi sosial dan keamanan kurang stabil, sistem
perpajakan yang rumit dan kurang transparan, perburuhan yang kurang kondusif. Upaya untuk meningkatkan
penanaman modal melalui pemberian insentif dan kemudahan bagi penanam modal (PP No.45 Tahun 2008)
tergolong masih rendah. Disisi lain banyak peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah serta pungutanpungutan lainnya justru membebani kalangan pelaku usaha termasuk penanam modal sehingga cenderung kontra
produktif, mengakibatkan daya saing daerah dan nasional bidang investasi semakin menurun.
Kabupaten Asmat mempunyai luas wilayah ± 23.746 Km2 , yang terdiri dari Distrik Sawa Erma, Distrik
Akat, Distrik Suator, Distrik Pantai Kasuari, Distrik Fayit, Distrik Atsy, dan Distrik Agats. Kondisi fisik dasar
Kabupaten Asmat sebagian besar (80 %) adalah rawa (swamp) atau lahan basah (wetlands) dan 20 % berupa lahan
kering (upland ). Lahan di Kabupaten Asmat selalu basah dan tumpat air ( waterlogged ) dalam waktu hampir
sepanjang tahun minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Wilayah Kabupaten Asmat
memiliki bentuk topografi yang landai dengan ketinggian antara 0 – 100 meter di atas permukaan air laut. Sebagian
besar kondisi alam berupa dataran rendah dan dataran pantai landai, hanya sebagian kecil di Distrik Sawa Erma
yang berupa daerah perbukitan.
Kabupaten Asmat merupakan suatu daerah yang sangat luas, penduduknya masih banyak yang tinggal di
bagian-bagian tertentu dan merupakan masyarakat terasing. Pembangunan masyarakat Asmat sebagian besar diatur
oleh pemerintah, dan masyarakat Asmat sebagai penduduk masyarakat kecil masih belum dapat menentukan arah
pembangunannya sendiri. Walaupun demikian, masyarakat Asmat memiliki cita-cita dan aspirasi yang harus
mendapatkan perhatian dari kebijakan pemerintah.
Upaya pembangunan masyarakat Asmat mengakibatkan perubahan kebudayaan yang berlangsung cepat, dan
telah memunculkan berbagai ekses negatif. Dalam masyarakat Asmat juga muncul suatu golongan yang sudah
merasakan kehidupan luar dan sedikit pendidikan. Tetapi mereka belum mampu untuk mandiri dan bersifat
produktif., selain itu, kesejahteraan yang diharapkan belum kunjung tiba, sehingga membutuhkan pelayanan sosial
dalam aksesibilitasnya yang lebih baik.
Masyarakat Asmat memiliki keunikan tersendiri dengan adat istiadat yang dimilikinya. Mereka memiliki
mata pencaharian sebagai peramu sagu, berburu binatang, dan mencari ikan di sungai, danau maupun pinggiran
pantai. Mereka juga menanam buah-buahan dan tumbuhan serta akar-akaran. Pada saat ini yang menjadi keunikan
masyarakat Asmat, bahwa mereka belum mengolah hasil pertanian dan alam lingkungannya, dan mereka juga masih
tergantung pada lingkungan alam. Dasar organisasi masyarakat Asmat adalah keluarga-keluarga monogami atau
kadang-kadang poligami, tapi walaupun demikian terdapat pada kesatuan dalam keluarga besar.
Karakteristik masyarakat Asmat khas lainnya adalah mereka bersifat nomaden; berpindah-pindah tempat
tinggal. Hal ini terjadi sehubungan dengan mata pencaharian mereka sebagai peramu, berkebun dengan cara
mendapatkan lahan yang bisa dijadikan tempat menghasilkan dari pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Berdasarkan kondisi tersebut, maka strategi pengembangan sosial budaya yang paling penting untuk
kesejahteraan yang lebih baik antara lain : pola pengembangan budaya, pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan kebudayaan Asmat yang dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas masyarakat dengan
memperhatikan kearifan lokal budaya Asmat.
Kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Asmat adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan. Kawasan ini perlu diprioritaskan pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan
A-24
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
penataan ruang segera dalam kurun waktu rencana. Untuk menyusun rencana bagi pengembangannya, terlebih
dahulu perlu diidentifikasi kawasan strategis kabupaten tersebut.
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap :Tata ruang di wilayah sekitarnya; Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;
dan/atau Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jenis kawasan strategis, antara lain adalah :Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan, yang menjadi kewenangan pemerintah pusat;Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi;Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis dari sudut pandang budaya di Kabupaten Asmat meliputi :
Kawasan Sentra Budaya;
Kawasan sentra budaya ini meliputi kawasa-kawasan yang merupakan sentra kegiatan budaya suku asli meliputi
pusat kegiatan ukiran dan kegiatan adat. Adapun kawasan yang dialokasikan meliputi di Sawaerma dan Atsy.
Kawasan situs wisata
Kawasan situs wisata adalah kawasan-kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan situs-situ wisata yang telah
dikaji sebelumnya dan ditetapkan sebagai warisan leluhur. Untuk itu keberadaanya hendaknya dipertahankan dan
dilindungi. Keberadaan kawasan situs wisata ini tersebut di berbagai wilayah di Kabupaten Asmat.
Beberapa hal menjadi alasan mengapa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) penting untuk dikembangkan di
Kabupaten Asmat, antara lain yaitu: (1) Asmat merupakan sebuah wilayah pemerintahan yang baru, masih
menghadapi sejumlah persoalan dalam proses pembangunan. (2) Kebijakan otonomi khusus papua, harus di
terjemahkan dan ditindaklanjuti dalam bentuk program kegiatan strategis yang tepat sasaran dan terukur. (3) Kondisi
alam berupa sungai dalam ukuran yang besar dan berhulu pada lereng pengunungan tengah papua bagian selatan ,
dapat menjadi alur lalu lintas/ gerbang dan nadi pembangunan kawasan Asmat dan Papua tengah. (4) Secara
geografis Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan, dan menjadi pintu gerbang untuk pengembangan
wilayah kabupaten lainnya di tengah Papua. (5) Memiliki potensi ekonomi yang potensial untuk dikembangkan. (6)
Kesulitan akses dan tingginya biaya bahan pokok di kawasan Asmat dan beberapa wilayah kabupaten di
pengunungan tengah. (7)Terbatasnya lapangan kerja dan tingginya jumlah pengangguran di kawasan papaua selatan
dan pengunungan tengah.
Hasil dan Pembahasan
Permasalahan, tantangan, dan berbagai sumber daya potensial pembangunan yang dimiliki pemerintah
daerah Kabupaten Asmat, menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan visi pembangunan Kabupaten
Asmat, yaitu : ”Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Asmat Yang Maju, Mandiri, Damai, Dan Sejahtera Yang
Berbasis Kearifan Budaya Lokal Dengan Mengedepankan Nilai Kebersamaan Sebagai Manusia Asmat Sejati”.
Secara lebih jelas, manifestasi dari pelaksanaan visi misi tersebut diwujudkan dalam penjabaran sebagai
berikut1: Maju, artinya pelaksanaan pembangunan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, tingkat
perekonomian masyarakat, dan ketersediaan infrastruktur. Mandiri, artinya pelaksanaan pembangunan diutamakan
untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Damai, artinya pembangunan dilaksanakan
dengan semangat kebersamaan dan saling menghormati, serta mampu menciptakan rasa damai dalam masyarakat.
Sejahtera, artinya pelaksanaan pembangunan mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan melalui
penyediaan lapangan kerja baru dan pemberdayaan masyarakat. Kearifan Budaya Lokal, artinya pelaksanaan
pembangunan dilakukan dengan mengedepankan nilai-nilai positif budaya Asmat.Manusia Asmat Sejati, artinya
masyarakat yang tangguh, kreatif, ksatria, dan mengutamakan kebersamaan. (1 Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Asmat)
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukirannya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu, mereka yang
tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal di bagian pedalaman. dengan cara hidup, struktur sosial dan ritual yang
berbeda. Kampung suku Asmat biasanya dihuni kira-kira 100-1000 orang. Setiap kampung mempunyai satu rumah
bujang yang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan dan banyak rumah keluarga. Rumah mereka
dibangun di daerah kelokan sungai supaya mereka bisa mengetahui lebih awal jika ada serangan musuh. Suku asmat
memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka yaitu dengan menggunakan segala sesuatu yang ada
di alam sekitarnya. Warna merah diperoleh dari tanah merah, warna putih diperoleh dari kulit kerang, warna hitam
diperoleh dari arang kayu.Sistem kepercayaan tradisional sebelum persentuhan dengan agama nasrani, bagi Suku
asmat mengenal tiga konsep dunia, yaitu : Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow capinmi (alam
persinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
A-25
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Sistem kebudayaan suku asmat
Sistem Upacara
upacara besar menyangkut seluruh komunitas Desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan Roh Nenek
moyang nya, seperti :Mbismbu (pembuatan tiang);Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew); Tsymbu
(pembuatan dan pengukuhan perahu lesung);Yamasy pokumbu (upacara perisai);Mbipokumbu (upacara topeng)
Upacara kematian
Kematian bagi orang Asmat bukan merupakan hal yang alamiah. Apabila orang tidak mati dibunuh maka
mereka percaya bahwa orang tersebut terkena suatu sihir hitam. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan
dendam untuk korban yang sudah meninggal. Roh leluhur, kepada siapa mereka membaktikan diri direpresentasikan
dalam ukiran kayu spektakuler di kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia.
Sistem kesenian
Benda-benda kesenian asmat yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai. Mbis dan
perisai di klasifikasikan kedalam 4 daerah : gaya seni asmat hilir dan hulu sungai ke teluk flamingo dan arah pantai
kasuwari, gaya seni asmat barat laut, gaya seni asmat timur laut,gaya seni asmat daerah sungai brazza
Sistem Religi Dan Kepercayaan
Suku bangsa Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dari dunia gaib yang
berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Dalam keyakinan orang Asmat, dewa
nenek moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh dari pegunungan. Berdasarkan mitologi,
masyarakat asmat berdiam di teluk Flamingo dewa itu bernama Fumurifitis. orang asmat yakin bahwa di
lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi menjadi 3 golongan, yaitu :yi
& ndashow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya,osbopan atau roh jahat yang
dianggap penghuni beberapa jenis tertentu, dambin & ndash ow atau roh jahat yang mati konyol
Kehidupan Sosial Suku Asmat
Dalam hidup bersosial suku Asmat memiliki dua jabatan kepemimpinan, yaitu : yang berasal dari unsur pemerintah
dan yang berasal dari masyarakat itu sendiri ( kepala suku)
tipe kepeminpinan yang sangat berpengaruh adalah yang kedua yaitu kepala suku atau ondoafi. bila seorang kepala
suku telah meninggal dunia, jabatan kepala suku tidak secara otomatis jatuh kepada penerusnya melainkan dipilih
dari orang yang berasal dari fain atau marga tertua di lingkungan tersebut, atau dipilih dari seorang pahlawan yang
telah memenangkan pertempuran.
Sistem Perekonomian Suku Asmat
Perekonomian suku asmat mulai dibangun oleh belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber Company, bekerja
sama dengan organisasi-organisasi penyairan agama khatolik, belanda dan Kristen Amerika. Peningkatan
kesejahtraan suku Asmat terutama seni patung dan seni ukir dibantu oleh FUNDWI (fund for the development of
west Irian).
Sistem Teknologi
Teknologi yang telah dimiliki oleh suku Asmat antara lain : (a) Alat-alat produktif; Mereka telah memiliki
kemanpuan untuk membuat jaring sendiri yang terbuat dari anyaman daun sagu. Jaring tersebut digunakan untuk
menjaring ikan di muara sungai. Alat-alat yang digunakan untuk membuat ukiran-ukiran seperti kapak batu, gigi
binatang dan kulut siput yang bisa digunakan oleh wow-ipits untuk mengukir. Dengan berkembangnya jaman
mereka sekarang menggunakan kapak besi dan pahat besi sedangkan kulit siput diganti dengan pisau; (2)
Senjata;Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari tombak dan panah musuh dalam
peperangan. Selain perisai ada juga tombak yang terbuat dari kayu keras seperti kayu besi atau kulit pohon sagu.
Ujung nya yang tajam dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari paruh burung atau kuku burung kasuari.
(3) Alat transportasi;Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya, pembuatan perahu
dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyeranngan dan pengayauan kepala. Kayu yang digunakan untuk
membuat perahu adalah kayu kuning (ti), ketapang, bitanggur atau sejenis kayu susu yang disebut ierak.
Rumah adat suku asmat dan filosofi nya
Rumah adat dalam tradisi asmat, dikenal dua jenis, yaitu rumah adat Jew dan Tysem. Rumah adat jew,
adalah rumah yang diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan adat dan tradisi, untuk upacara, rapat adat, membuat
noken (tas tradisional asmat), mengukir kayu. Rumah adat jew sangat unik karena dibangun dalam ukuran yang
besar, bahkan mencapai 50 meter, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan paku, karena mereka tidak
mengenal paku. Material rumah terdiri dari berbagai bahan alami, misalnya rotan sebagai pengikat kayu, atap
menggunakan daun nipah dan dinding merupakan kombinasi dari penggunaan kayu dan anyaman daun sagu,
keunikan dari jew ini adalah, rumah adat jew selalu dibangun menghadap ke arah sungai.
A-26
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Gambar 1
Rumah jew di distrik Tomor, Kabupaten Asmat
(sumber: dokumentasi pribadi)
Rumah adat jenis lain, disebut rumah tysem, atau bias diartikan rumah keluarga, karena dihuni oleh mereka
yang telah berkeluarga, biasanya ada dua sampai tiga pasang keluarga yang mendiami tysem. Ukuran tysem lebih
kecil dibandingkan jew, dan baisanya, rumah tysem dibuat mengelilingi rumah jew.
Gambar 2
Formasi rumah tysem di distrik Munu, Kabupaten Asmat
(sumber: dokumentasi pribadi)
A-27
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Tinjauan kawasan dan lingkungan
Wilayah kabupaten Asmat yang didominasi tanah rawa, memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan kotakota lain di Indonesia, karena kondisi lahan yang selalu basah, maka hunian yang ada di Kabupaten Asmat adalah
rumah bergaya panggung, dan masing-masing rumah terhubung dengan jembatan panjang, yang sekaligus menjadi
jalur sirkulasi. Jalur jalan selebar 1 meter - 2,5 meter terbuat dari susunan kayu, menjadi ciri khas, dan karena jalur
jalan yang hanya terbuat dari kayu, membuat tingkat kekuatan jalan menjadi rendah dan dengan tingginya harga
Bahan bakar minyak, maka moda transportasi yang digunakan di Asmat hanya kendaraan sepeda dan motor listrik
saja yang bisa melaluinya.
Gambar 3
Tata lingkungan di Agats, Ibukota Kabupaten Asmat, dengan sistem rumah pangung dan masing-masing
rumah terhubung dengan jalur jalan dari susunan kayu
(sumber: dokumentasi pribadi)
Landmark di kota Agats, sebagai ibukota kabupaten adalah tugu yang ada di salah satu perempatan jalan,
sekaligus menjadi gerbang dari arah pelabuhan menuju kantor kabupaten, pada landmark kota Agats, juga terdapat
ukir-ukiran khas Asmat, sebagai penguat citra budaya Asmat. Landmark yang lain adalah, patung besar seorang
misionaris bernama Jan Smit, yang tewas karena penembakan oleh seorang warga lokal bernama Fimbai pada tahun
1965, mitos tentang pastor Jan Smit sangat lekat dalam ingatan warga Agats, karena sebagian besar warga Agats
meyakini bahwa, kota Agats menjadi tenggelam dalam lumpur dan mereka terpaksa hidup di atas papan kayu,
sebagai hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap Pastor Jan, namun Mantan Uskup Agats, Alphonse
Sowada, yang menggantikan tugas Jan Smit, memiliki pendapat lain, bahwa kondisi Agats yang tenggelam dalam
lumpur sekitar tahun 1960-an, terjadi sebagai akibat kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon.
Gambar 4
Landmark Kota Agats, dengan simbol tugu perjuangan.
(sumber: http://www.asmatkab.go.id)
A-28
Gambar 5
Monumen berupa patung Pastor Jan Smith,
sebagai penanda kota Agats.
(sumber: dokumentasi pribadi)
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS
ISSN 1412-9612
Kesimpulan
Kondisi Kabupaten Asmat yang strategis, di gerbang perairan internasional, berhadapan dengan benua
Australia, dan Negara Timor Leste, di tepi laut Arafuru, menjadikan kawasan kabupaten Asmat memiliki nilai
strategis dari sisi pertahanan dan keamanan, pada sisi lain, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih jauh dari
tingkat kesejahteraan yang layak, juga merupakan ancaman internal yang harus ditanggulangi.
Pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus, diharapkan akan menjadi satu solusi untuk meningkatkan daya saing
Kabupaten Asmat, dan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai kendala yang selama ini
menjadi penghambat kemajuan kabupaten Asmat, minimnya infrastruktur (jalur transportasi darat, jalur penghubung
antar kabupaten/ trans papua, transportasi sungai yang masih menjadi satu-satunya andalan) diharapkan akan terakselerasi karena pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus tersebut, dan faktor budaya masyarakat, dengan
kegiatan turisme dan festival asmat yang telah mendunia, akan menjadi salah satu daya tarik tambahan, sehingga
dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1) Secara geografis Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan dalam konstelasi Kawasan Ekonomi
Khusus, dan menjadi pintu gerbang untuk pengembangan wilayah kabupaten lainnya di Papua bagian tengah.
2) Posisi perairannya berada pada jalur laut nasional primer.
3) Memiliki potensi ekonomi yang potensial untuk dikembangkan.
4) Dalam konteks Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku, pengembangan KEK Kabupaten Asmat dapat
mendukung Pusat-Pusat Ekonomi di Papua khususnya Merauke dan Timika.
5) Usulan lokasi pengembangan KEK, sudah sesuai dengan RTRW Kabupaten Asmat.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih, disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Asmat, Lembaga Teknologi Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Koordinator Pemerintah Kabupaten Asmat; Dr. Dance Y. Flassy, SE, ME dan kepada
Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), karena tulisan ini, merupakan bagian dari pekerjaan Penyusunan
Rencana Strategis Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Asmat tahun 2011.
Daftar Pustaka
Baissac, Claude, “Maximising the Developmental Impact of EPZs : A Comparative Perspective in the African
Context of Needed Accelerated Growth ”, A Presentation at the Johannesburg EPZ Symposium , October
15-16 2003.
Jaime Flor Cruz, “North Korea creates Special Economic zone ”, 25 September 2002
Pemerintahan Kabupaten Asmat, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Asmat
http://www.anneahira.com/asal-usul-suku-asmat.htm akses 23 November 2003
http://warisanbudayaindonesia.info/view/warisan/1932/_Asal_Usul_Suku_Asmat_Menjadi_Pengukir tanggal akses
23 November 2003
http://nanalittlechild.wordpress.com/2012/02/16/suku-asmat/ tanggal akses 23 November 2013
http://www.asmatkab.go.id/ tanggal akses 25 November 2013
http://www.shnews.co/detile-27419-agats-kota-tanpa-tanah.html tanggal akses 25 November 2013
A-29