Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani Menanam Bawang Merah di Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di Indonesia adalah

bawang merah, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan
beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Dapat dikatakan

masyarakat

Indonesia sudah terbiasa untuk mengonsumsi bawang merah sehari - hari . Oleh
karena itu tiada masakan tanpa bawang, tiada hari tanpa bawang dan bawang
adalah cita rasa dan aroma yang khas pada masakan. Kegunaan lain dari bawang
merah adalah sebagai obat tradisional yang manfaatnya telah banyak dirasakan
oleh masyarakat.
Bawang merah termasuk dalam kategori rempah- rempah. Bawang merah
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan. Komoditas ini termasuk ke dalam
kelompok rempah yang tidak bersubstitusi, artinya fungsi bawang merah tidak

dapat digantikan oleh bahan lain. Rasa dan aroma makanan tidak akan lengkap
jika tidak disertai dengan bawang merah. Selain umbinya, daun bawang merah
yang masih muda juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu. (Ashari, 1995).
Bawang Merah mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari
nilai ekonominya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Walaupun disadari
bahwa bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan tetapi
kebutuhannya hampir tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah tangga sebagai
pelengkap bumbu masak sehari-hari dan bermanfaat untuk kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga
merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan
kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Karena
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka pengusahaan bawang merah telah
menyebar hampir semua propinsi di Indonesia. Meskipun minat petani cukup
kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik
kendala yang bersifat teknis maupun ekonomis (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), konsumsi bawang merah

penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan bawang merah
akan terus meningkat (dengan perkiraan 5% per tahun) seiring dengan kebutuhan
masyarakat yang terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk,
semakin berkembangnya industri makanan jadi dan pengambangan pasar ekspor
bawang merah. Kebutuhan terhadap bawang merah yang semakin meningkat
merupakan peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani
untuk meningkatkan produksi bawang merah.
Bawang merah dihasilkan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi
penghasil utama bawang merah dengan luas areal panen lebih dari seribu hektar
per tahun adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Salah satu provinsi penghasil bawang merah di Indonesia adalah Provinsi
Sumatera Utara. Berdasarkan data pada tahun 2015, luas panen bawang merah di
Sumatera Utara hanya 1.238 ha. Dari data luas panen yang ada hanya

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan 9.971 ton. Sedangkan untuk konsumsi bawang merah di Sumatera
Utara sebesar 25.503 ton. Ada kekurangan produksi bawang merah sebesar
15.532 ton. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Bawang Merah di Sumatera

Utara disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Bawang Merah di Sumatera
Utara

Tahun

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2011

1384

12449

8,99


2012

1581

14156

8,95

2013

1048

8305

7,92

2014

1003


7810

7,79

2015

1238

9971

8,05

Jumlah

6254

52691

41,70411955


Sumber : BPS Sumatera Utara 2015

Permintaan terhadap bawang merah merata sepanjang tahunnya, sementara
produksinya sangat tergantung terhadap pola tanam. Dimana pola tanam bawang
merah sendiri sangat dipengaruhi oleh rata- rata jumlah curah hujan selama
musim tanam, produksi bawang merah pada tahun sebelumnya, luas areal panen
bawang merah pada tahun yang bersangkutan dan harga bawang merah pada
tahun sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk maka mengakibatkan
permintaan bawang merah juga semakin meningkat. Namun dalam hal ini tidak
diiringi dengan pertumbuhan produksi dengan laju yang sama, hal ini
menyebabkan harga bawang merah berfluktuasi. Perkembangan harga rata- rata
tahunan di Sumatera Utara disajikan pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Daftar Perkembangan Harga Bawang Merah di Sumatera Utara

Tahun

Harga (Rp/Kg)

2011

12.650

2012

11.257

2013

24.194

2014

38.499


2015

25.639

Jumlah

112.239

Sumber: BPS Sumatera Utara 2015

Jika diamati, peningkatan harga bawang merah tertinggi pada tahun 2014
dengan harga Rp. 38.499. Dari sisi penawaran, jika penawaran bawang merah
elastis terhadap harga, maka seyogyanya peningkatan harga bawang merah akan
diikuti dengan peningkatan produksi. Namun kenyataannya produksi tidak
meningkat, malah cenderung menurun yang disebabkan minimnya minat
masyarakat menanan bawang merah.
Di Indonesia, terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra produksi
bawang merah yakni Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Wates, Lombok Timur
dan Samosir. Pada daerah Sumatera Utara, wilayah Samosir dikenal dengan
produksi bawang merah sebagai primadona hasil pertanian. Hal ini karena

agroekologi di daerah ini sangat bersahabat dan mendukung usahatani bawang
merah.

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Samosir terkenal dengan bawang merah lokalnya sejak dahulu
dan menjadi daerah penghasil bawang merah nasional. Wilayah Samosir dan
sekitarnya meliputi Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan,
Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara merupakan wilayah produsen
utama bawang merah di Sumatera Utara dengan nama varietas lokal Samosir.
Adapun ciri khas bawang merah lokal Samosir memiliki warna lebih merah, kadar
air rendah, memiliki rasa lebih pedas dan aroma yang sangat tajam. Selain itu
harga bawang merah lokal ini memiliki harga jual yang tinggi di pasaran. Pada
saat musim panen, petani bawang merah juga dapat menikmati hasil dari
penjualan bawang merah yang telah menjadi sumber ekonomi bagi petani di
Samosir.
Namun, masa kejayaan bawang merah lokal Samosir mulai memudar.
Dalam rentang waktu 2002 hingga 2005, produksi bawang merah lokal Samosir
jatuh hingga tidak berproduksi sama sekali. Hal ini dikarenakan faktor penyakit
yang menyerang pertanaman bawang merah di hampir seluruh wilayah Samosir

dan mengakibatkan petani gagal panen. Akibat dari gagal panen yang dialami
maka sebahagian besar petani mulai mencoba menanam bibit bawang merah dari
Jawa, Penang dan Filipina hasil sumbangan pemerintah setempat, tetapi ada pula
yang mengalihfungsikan lahan pertanaman bawang merah mereka ke pertanaman
cabai dan kopi. Hal ini sangat disayangkan karena memicu hilangnya bawang
merah lokal Samosir (Rodenburg, 2006).
Keberadaan bawang merah impor dan bibit yang mulai dimasukkan oleh
pemerintah ke wilayah Samosir berpotensi menyingkirkan populasi bawang
merah lokal. Untuk itu penanganan untuk mencegah punahnya bawang lokal

Universitas Sumatera Utara

Samosir sangat diperlukan saat ini. Inventarisasi, koleksi, karakterisasi dan
evaluasi tanaman bawang merah lokal yang sudah ada perlu dilakukan untuk
menyelamatkan sumber daya bawang merah lokal serta diharapkan dapat
dikembangkan untuk dijadikan varietas unggul dengan produktifitas tinggi.
Kabupaten Samosir sangat dikenal sebagai penghasil bibit atau varietas
unggul bawang merah yang dipakai di bagian Sumatera Utara atau bahkan
Indonesia. Kabupaten Samosir memiliki sembilan kecamatan yang terdiri dari
Kecamatan Sianjur Mulamula, Harian, Sitiotio, Onanrungu, Nainggolan, Palipi,

Ronggurnihuta, Pangururan, dan Simanindo. Terdapat delapan kecamatan yang
merupakan tempat petani memproduksi bawang merah dan satu kecamatan yang
tidak memproduksi bawang merah yakni Kecamatan Ronggurnihuta. Adapun luas
panen, produksi, dan produktivitas bawang merah di Kabupaten Samosir di
sajikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Bawang Merah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir 2015
Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Produksi

Produktivitas

(Ton)

(Kw/Ha)

Sianjur Mulamula

20

149,7

74,5

Harian

18

126

70

Sitiotio

25

162,2

65

Onanrunggu

33

181,5

55

Nainggolan

14

70

50

Palipi

36

216

60

Universitas Sumatera Utara

Ronggurnihuta

-

-

-

Pangururan

11

49,5

45

Simanindo

53

397,5

75

Jumlah

210

1352,4

64,41

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Samosir, 2015

Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa luas panen bawang merah
di Kabupaten Samosir adalah sebesar 210 Ha atau 16 persen dari luas daratan
Kabupaten Samosir. Luas lahan tani komoditi bawang merah tersebut merupakan
luas lahan panen yang sangat minim yang pernah menjadi komoditi andalan dari
Kabupaten Samosir. Dilihat dari data produktivitas bawang merah terdapat 64,41
kw/ha dan dinilai sangat rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumen
terhadap bawang merahdi Sumatera Utara.
Untuk melihat perbandingan luas panen, produksi, dan produktivitas
bawang merah di Kabupaten Samosir pada lima tahun terakhir dapat kita lihat
pada Tabel 4 di bawah.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Bawang Merah
Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir
Tahun

Luas Panen (Ha)

Produksi

Produktivitas

(Ha/Ton)

(Kw/Ton)

2011

217

1358

62,6

2012

211

1316

62,37

Universitas Sumatera Utara

2013

167

1114

66,7

2014

225

1387,8

61,68

2015

205

1352,7

64,41

Jumlah

1025

6528,5

317,76

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Samosir, 2015

Dilihat pada Tabel 4 diatas, data luas panen pada tahun 2011 mencapai
217 ha dengan produksi 1358 ha/ton. Pada tahun 2013 turun dengan luas panen
167 ha dengan produksi 1114 ha/ton, dan meningkat kembali pada tahun 2014 dan
turun pada tahun 2015. Permasalahan yang terjadi di wilayah Samosir yaitu
banyaknya petani yang beralih untuk menanam komoditi lain dengan masalah
serangan hama, tingginya biaya produksi sebagai akibat kelangkaan faktor
produksi seperti bibit unggul, pupuk, dan obat-obatan pemberantas hama dan
penyakit tanaman, serangan hama, tidak adanya penangkaran bawang merah
menjadi kendala bagi petani dalam meningkatan produksi dan pendapatan. Tidak
hanya itu akan tetapi penggunaan bibit asal panen juga menjadi salah satu
penyebab kualitas genetik bawang merah menurun sehingga daya tahan tanaman
terhadap penyakit rendah.
Pemerintah Kabupaten Samosir bertekad untuk mengembalikan kejayaan
bawang merah. Bawang merah asal Samosir memiliki kualitas yang lebih baik
bandingkan dengan bawang merah dari daerah lain. Pemerintah pusat melalui
Kementerian Pertanian, Pemprovsu dan Pemerintah Kabupaten Samosir telah
sepakat menjadikan Samosir sebagai pusat percontohan dan penangkaran bibit
bawang merah untuk daerah Sumatera Utara (AntaraSumut, 2017).

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan minat sebagai sebuah aspek kunci terhadap kesesuaian antara
seseorang dan pekerjaan, menjadikan suatu alasan mengapa para petani bawang
merah masih tetap bertahan dengan usahatani yang di jalankannya. Menurut
Mappiare (1982) dalam Khairani (2011) bahwa bentuk minat seseorang
dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan
pengalaman.
Desa Cinta Dame merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan merupakan salah satu sentra
produksi bawang merah. Tanaman bawang merah banyak ditanam di Desa Cinta
Dame Kecamatan Simanindo dengan luas tanam 10-15 ha. Menurut data dari
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Samosir sampai dengan
April 2015 dari luas panen 55 ha menghasilkan bawang merah sebanyak 345 ton.
Dengan demikian produktivitas bawang merah yang dapat dicapai masih rendah
yaitu 6,27 ton/ha dibandingkan dengan rata – rata nasional sekitar 9,7 ton/ha.
Dalam kenyataannya produksi yang dihasilkan para petani di Desa Cinta
Dame tidak memuaskan. Adapun berbagai permasalahan yang terjadi beberapa
tahun belakangan ini menyebabkan kendala petani untuk meningkatkan produksi
bawang merah. Permasalahan utama diantaranya adalah serangan hama,
perubahan cuaca, harga bibit yang mahal dan tidak tersedianya bibit unggul. Akan
tetapi karena harga jual bawang merah fluktuatif dan tingginya permintaan
bawang merah diharapkan petani dapat memberikan harapan dan peruntungan
kembali untuk menanam bawang merah. Oleh karena itu, hal tersebut dapat
dijadikan motivasi untuk petani agar lebih meningkatkan produksi bawang merah
serta mempertahankan apa yang sudah mereka jalani dari dahulu.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor – faktor apakah yang
dapat mempengaruhi minat para petani menanam bawang merah dan menganalisis
bagaimana perubahan peluang dari suatu respon minat petani bawang merah
akibat perubahan masing – masing faktor di Desa Cinta Dame Kecamatan
Simanindo Kabupaten Samosir.

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat petani menanam bawang merah
di Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir?
2. Bagaimana perubahan peluang dari suatau respon variabel minat petani
bawang merah akibat perubahan variabel masing – masing faktor di Desa
Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir?
1.3.Tujuan Penelitian Masalah
1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat petani
menanam bawang merah di Desa Cinta Dame.
2. Untuk menganalisis perubahan peluang dari suatu respon variabel minat
petani bawang merah akibat perubahan masing – masing variabel di Desa
Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

Universitas Sumatera Utara

1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian serta merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Agribisnis di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
2) Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Samosir, hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran atau pertimbangan dalam
menyusun suatu kebijakan untuk meningkatkan minat petani menanam
bawang merah di Kabupaten Samosir.
3) Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara