Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI DESA KUPU KECAMATAN WANASARI

KABUPATEN BREBES

SKRIPSI

NITA NUR LISTIANAWATI 109092000033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1436 H


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI DESA KUPU KECAMATAN WANASARI

KABUPATEN BREBES

Oleh

Nita Nur Listianawati 109092000033

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M/1436 H


(3)

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN.

Jakarta, November 2014

Nita Nur Listianawati 109092000033


(5)

CURRICULUM VITAE NITA NUR LISTIANAWATI

Nama : Nita Nur Listianawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal lahir : Brebes, 24 Desember 1991

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Berat Badan : 44 kg

Tinggi Tinggi : 158 cm

Alamat : Jl. Syeh Junaedi RT. 003 RW. 02 No. 29

Kel. Randusanga Wetan Kec. Brebes Kab. Brebes, 52212

Hand Phone : 085742666863 / 08998730091

E-mail : nitashatzie@gmail.com

IPK : 3,42

2009 - sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Sosial Ekonomi / Agribisnis

2006 - 2009 : SMA Negeri 2 Brebes

2003 - 2006 : SMP PGRI 01 Brebes

1997 - 2003 : SD Negeri 01 Randusanga Kulon Brebes

1995-1997 : TK Pertiwi 01 Brebes

Pendidikan Formal Data Diri


(6)

2003 - 2006 : Drum Band SMP PGRI 01 BREBES

2010 - 2011 : Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2013 : Anggota Saman Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 : Panitia Family Camp dalam Jurusan Agribisnis

2010 : Panitia Acara Agri’s Event dalam Jurusan Agribisnis 2010


(7)

RINGKASAN

NITA NUR LISTIANAWATI, ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI DESA KUPU KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES. DI BAWAH BIMBINGANEDMON DARIS DAN RIZKI ADI PUSPITA SARI

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini mempunyai prospek yang sangat cerah, mempunyai kemampuan untuk menaikan taraf hidup petani, nilai ekonomis yang tinggi , berpeluang ekspor, dapat membuka kesempatan kerja. Kabupaten Brebes salah satu daerah Jawa Tengah yang menjadi sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Wanasari.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan karakterisitik petani bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes (3) Mengetahui respon produksi yang disebabkan oleh perubahan faktor- faktor produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Brebes kabupaten Brebes.

Penelitian ini dilakukan di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara responden dengan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang berkaitan dengan penelitian. Pengolahan data dilakukandengan menggunakan analisis regresi linear berganda bentuk logaritma natural menggunakan software SPSS 14 dan elastisitas produksi Cobb Douglas.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 92,9% produksi bawang merah dapat dijelaskan oleh seluruh faktor dalam penelitian ini. Sisanya sebesar 7,1% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Uji-F menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati dengan tingkat kepercayaan 90% yaitu luas


(8)

lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Uji-t menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh sangat nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu, sedangkan bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair dan pestisida padat kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu.

Hasil perhitungan elastisitas produksi bawang merah didapat elastisitas luas lahan bersifat elastis dengan nilai elastisitas sebesar 1.097, yang berarti produksi bawang merah di desa Kupu respon terhadap luas lahan. Sedangkan elastisitas produksi bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat bersifat inelastis dengan nilai elastisitas masing-masing sebesar 0.365, 0.170, 0.058, 0.008, 0.058 sehingga produksi bawang merah di desa Kupu tidak respom terhadap bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat.


(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari

Kabupaten Brebes”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat, motivasi, saran, dukungan, dan dorongan moril maupun materil. Semoga adinda dapat membalas semua perjuangan Ayah Akhmad Ghozali dan mama Jamroni. 2. Adik tersayang (Fikri Falakudin) yang telah memberikan motivasi, dukungan,

doa, dan keceriaan.

3. Bapak Dr. Agus Salim M. Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

4. Bapak Drs. Acep Muhib MM, selaku ketua program studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing untuk memberikan arahan dan pemikiran, memberikan saran dan nasihat, memberikan tenaga dan waktu, memberikan doa, serta dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA, selaku pembimbing II yang telah membimbing untuk memberikan arahan dan pemikiran, memberikan saran dan nasihat, memberikan tenaga dan waktu, memberikan doa, serta dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Taswa Sukmadinata, selaku dosen penguji I dalam siding munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi ini.

8. Ibu Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si, selaku dosen penguji II dalam siding munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi ini.

9. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

10. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Sains dan Teknologi atas bantuan dalam persiapan pelaksanaan seminar proposal dan seminar hasil.


(11)

11. Bapak Imam Turmudzi selaku ketua Gapoktan serta bapak kholidin selaku seksi produksi desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes.

12. Bapak Agus, selaku kepala bagian Produksi di Balai Penyuluh Pertanian yang telah membantu penulis dalam hal pengambilan data sekunder untuk melakukan penelitian di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes serta motivasi, doa, dan dukungannya.

13. Keluarga besar di desa Randusanga Wetan, kabupaten Brebes khususnya Kakek Darup, Paman Hurry,Tante Kholipah, Mba Gita, Tante Nur, Tulang Paung, Om Ali yang telah membantu dan memberikan motivasi, nasihat, saran, doa, dan dukungan.

14. Ivan Putra Koesdjiono sebagai teman jiwa yang selalu menemani, mendampingi, dan mendengarkan keluh kesah penulis. Terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan, dukungan dan doanya.

15. Salwati Syarifah, SP yang telah memberikan pelajaran dan pemahaman dalam penulisan skripsi ini.

16. Sahabat-sahabatku tercinta Mia, Tiana, Ika, Nauli, Nunung, Selvi, Kiki, terimakasih banyak atas doa, motivasi, dukungan serta dorongan yang telah kalian berikan, serta arti persahabatan dan arti kekeluargaan yang selama ini kalian ajarkan.


(12)

17. Teman-teman Agribisnis 2009 (Arum, Dewi, Eka, Hana, Benita, Pipeh, Elis, Dian, Sarah, Uki, Vinka, Silvi, Nena, Ponika, Ka Laeli, Riska, Bambang, Tio, Daeng, Amin, Eriza, Jamal, Hariri, Bimbim, Gembul, Jajil, BM, Ucon, Azam, Rahman, Slamet, Hilman, Anto, Arif, terimakasih atas kebesamaan dan keceriaan yang telah dihadirkan, serta arti persahabatan dan arti kehidupan yang telah diajarkan.

18. Novi Yulianti sebagai teman satu motor yang selalu menemani dari awal kuliah hingga wisuda bareng, terimakasih banyak atas doa, dukungan, motivasi, kebersamaa serta dorongan yang telah diberikan.

19. Senior-senior Agribisnis mulai dari angkatan 2002-2008 dan junior-junior dari angkatan 2010-2012 atas doa dan dukungannya.

20. Ella Purwanti dan M. Iswanto terimakasih atas doa dan dukungannya.

21. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak.

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan keterbatasan, penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.


(13)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah SWT memberi keberkahan kepada kita semua.Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, November 2014


(14)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bawang Merah ... 6

2.2 Fungsi Produksi... 8

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani... 9

2.4 Elastisitas Produksi ... 12

2.5 Penelitian Terdahulu ... 16

2.6 Kerangka Pemikiran... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Pengambilan Sampel... 21

3.5 Metode Pengolahan Data ... 22

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 24

3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda... 28


(15)

3.6 Definisi Operasional... 32

BAB IV GAMBARAN DESA KUPU 4.1 Lokasi, Penduduk dan Mata Pencaharian ... 33

4.2 Kondisi Pertanian ... 35

4.2.1 Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu ... 36

4.2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Desa Kupu ... 39

4.3 Gambaran Umum Gapoktan Maju Bersama ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 43

5.1.1 Umur Petani ... 44

5.1.2 Pengalaman Bertani ... 45

5.1.3 Status Kepemilikan Lahan ... 47

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu ... 49

5.3 Elastisitas Produksi ... 55

5.4 Pembahasan ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 63

6.2 Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(16)

DAFTAR TABEL

1. Luas Tanam, Produksi dan Rata-Rata Produksi Bawang Merah di

Kecamatan Wanasari Brebes Tahun 2011 ... 2

2. Keterangan ... 23

3. Uji Multikolinearitas ... 25

4. Jumlah Penduduk Desa Kupu Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 34

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya Tahun 2012 ... 35

6. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur ... 44

7. Hasil Olahan Independent Sampel Test Berdasarkan Perbedaan Umur ... 44

8. Tingkat Pengalaman Bertani Responden dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu ... 45

9. Hasil Olahan Independent Sampel Test ... 46

10. Distribusi Status Kepemilikan Lahan Responden di Desa Kupu... 47

11. Hasil Olahan Anova Satu Arah ... 48

12.Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Gapoktan Maju Bersama ... 50


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Produksi dengan Satu Variabel Input ... 13

2. Kerangka Pemikiran... 19

3. Uji Normalitas... 24

4. Scatterplot ... 27

5. Struktur Organisasi Kepengurusan Gapoktan Maju Bersama, 2011 ... 41


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Daftar Pertanyaan Kuisioner ... 68 2. Lembar Data Karakteristik Petani Responden ... 73 3. Lembar Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang

Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sebelum di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln) ... 77 4. LembarDataFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang

Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln) ... 79 5. LembarOutput Analisis Regresi Berganda ... 82


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini mempunyai prospek yang sangat cerah, mempunyai kemampuan untuk menaikan taraf hidup petani, nilai ekonomis yang tinggi , merupakan bahan baku industri, dibutuhkan setiap saat sebagai bumbu masak, berpeluang ekspor, dapat membuka kesempatan kerja, dan merupakan sumber kalsium dan fosfor yang cukup tinggi (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1999).

Kabupaten Brebes adalah salah satu daerah Jawa Tengah yang menjadi sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Wanasari. Berdasarkan data monografi Desa kecamatan Wanasari tahun 2013, menyatakan bahwa salah satu wilayah yang berpotensi dalam pengembangan usahatani bawang merah di kecamatan Wanasari adalah Desa Kupu, berikut sebaran distribusi luas lahan, produksi dan produktivitas bawang merah tahun 2013.


(20)

Tabel 1. Luas Tanam, Produksi dan Rata-rata Produksi Bawang Merah di Kecamatan Wanasari Tahun 2011.

Desa Luas Tanam (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

Dumeling 250 13

Kupu 326 14

Keboledan 156 12

Sumber: Monografi Desa Kecamatan Wanasari, 2013

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa desa Kupu dengan produktivitas sebesar 14 ton merupakan produsen yang terbesar dibandingkan dengan desa yang lainnya. Data pada Tabel 1 tersebut menyajikan tiga desa dari 20 desa yang produktivitasnya tertinggi.

Desa Kupu adalah salah satu desa yang berpotensi dalam membudidayakan bawang merah, hal ini sesuai dengan data monografi desa pada kecamatan Wanasari yang menyatakan bahwa desa Kupu memiliki produktivitas terbesar. Kecamatan Wanasari yang terdiri dari 20 desa, memiliki produsen bawang merah yang berproduksi tinggi salah satunya yaitu desa Kupu, sedangkan desa lainnya memiliki produktivitas yang masih rendah. Adanya perbedaan produktivitas antar desa maka peneliti melakukan suatu penelitian dimana tingkat produktivitas bawang merah sangat terkait dengan penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor produksi yang berbeda akan menghasilkan jumlah produksi yang berbeda pula. Selain penggunaan faktor produksi, karakteristik petani juga bisa mempengaruhi hasil produksi. Salah satunya umur, dalam batas-batas tertentu, semakin bertambah umur seseorang maka tenaga yang dimiliki


(21)

semakin produktif dan setelah pada batas tertentu produktivitasnya semakin menurun.

Jika dilihat dari pemaparan tersebut, telah dijelaskan bahwa faktor produksi memberikan kontribusi terhadap proses produksi yang sedang dijalankan. Pada proses produksi bawang merah ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terkait dengan input produksi akan mempengaruhi output yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan adalah:

1. Bagaimana karakteristik petani bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes?

2. Bagaimana peranan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes? 3. Bagaimana respon produksi bawang merah terhadap faktor-faktor


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakterisitik petani bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes.

3. Mengetahui respon produksi yang disebabkan oleh perubahan faktor-faktor produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Brebes kabupaten Brebes.

1.4 ManfaatPenelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai referensi bagi pemerintah kabupaten Brebes dalam menentukan kebijakan pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

2. Sebagai sumber informasi bagi petani di kabupaten Brebes khususnya dalam mengelola usahatani bawang merah.

3. Sebagai referensi penelitian dalam bidang yang sama.

1.5 Batasan Penelitian

Desa Kupu 85,5% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani/buruh tani. Desa Kupu memiliki gabungan kelompok tani yang sampai sekarang ini masih aktif dan dibantu oleh PPL (petugas penyuluh lapangan) sehingga pengetahuan petani dalam hal budidaya semakin meningkat. Menurut hasil


(23)

wawancara dengan ketua penyuluhan di BPP (Badan Penyuluh Pertanian) mengatakan bahwa Gapoktan Maju Bersama adalah Gapoktan yang paling aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang kaitannya dengan sertifikasi pembibitan bawang merah. Selain itu, Gapoktan Maju Bersama juga sering ditunjuk oleh BPP untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh kantor koperasi provinsi kaitannya dengan budidaya tanaman organik hingga tahap pemasaran. Berdasarkan uraian tersebut batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan di Gapoktan Maju Bersama Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes.

2. Obyek yang diteliti hanya sebatas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Merah

Rahayu dan Berlian (1999) menjelaskan bahwa bawang merah (Allium cepa, grup Aggregatum) merupakan komoditas holtikultura yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun. Sementara itu klasifikasi bawang merah berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Liliales

Family : Liliaceae Genus :Alium

Spesises :Alium ascalonicumL.

Akar tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar, 5-2 mm diameter, akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 5-2004). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk


(25)

(titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelapah-pelapah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah dan fungsi menjadi umbi lapis. Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. (Wibowo, 1994). Adapun menurut Singgih (1994) menyatakan bahwa berdasarkan warna umbi, maka bawang merah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok yang umbinya merah tua, seperti kultivar Medan, Sri Sakate, Maja dan Gurgur.

b. Kelompok yang umbinya kuning muda pucat, seperti kultivar Sumenep. c. Kelompok yang umbinya kuning kemerahan, seperti kultivar Lampung, Bima,

ampenan dan sebagainya.

Berdasarkan sejarahnya, tanaman bawang merupakan berasal dari Syiria, beberapa ribu tahun yang lalu sudah dikenal umat manusia sebagai penyedap masakan. Sekitar abad VIII tanaman bawang merah ini mulai menyebar ke wilayah Eropa Timur, Eropa Barat dan Spanyol, kemudian menyebar luas ke


(26)

dataran Amerika, Asia Timur dan Asia Tenggara (Singgih, 1991). Abad XIX bawang merah telah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara di dunia. Negara-negara produsen bawang merah antara lain adalah Jepang, USA, Rumania, Italia, Meksiko dan Texas (Rahmat, 1994).

2.2 Fungsi Produksi

Hernanto (1995) mengatakan bahwa pengertian dari fungsi produksi adalah menunjukan berapa output yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah variabel input yang berbeda. Melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukan produktivitas dari hasil itu sendiri.

Teori fungsi produksi juga dinyatakan oleh Trenggonowati (2011) bahwa fungsi produksi dari setiap komoditi menunjukan hubungan antara faktor produksi yang digunakan (input) dalam proses produksi dengan hasil produksi (output). Pernyataan lain tentang fungsi produksi dinyatakan oleh Tasman dan Aima (2013) bahwa setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat (atau kombinasi) penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap

mempunyai suatu fungsi produksi untuk ‘perusahaannya’:

Q = f (X1, X2, X3, ..., Xn)


(27)

X1, X2, X3, ..., Xn= berbagai input yang digunakan.

Pengaruh suatu manajemen yang baik dapat mendukung proses produksi. Petani tradisonal sekalipun sebenarnya juga butuh manajemen dalam menjalankan usaha taninya, tetapi tidak dalam yang betul-betul dengan administrasi yang lengkap dan tertib, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengaturan sarana dan prasarana (Daniel, 2002).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani Penelitian terdahulu menunjukan bahwa produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dijabarkan menjadi beberapa variabel yang diduga mempunyai pengaruh terhadap produksi dengan menggunakan uji tertentu. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bisa menjadi acuan untuk pengembangan penelitian melalui peningkatan produksi yang diperoleh petani. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi

Pada penelitian Sumiyati (2006) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang banyak berpengaruh terhadap tingkat produksi adalah luas lahan. Faktor ini merupakan faktor utama dalam usahatani karena terkait dengan keberlangsungan usahatani. Pendapat lain juga dikemukakan dari Mubyarto (1989) yang menjelaskan bahwa, lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas


(28)

sempitnya lahan yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Suciaty (2004) juga menyebutkan bahwa faktor lahan merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat produksi bawang merah.

2. Pengaruh Bibit Terhadap Produksi

Input pertanian lain yang berpengaruh terhadap tingkat produksi usahatani adalah bibit yang digunakan. Penggunaan jumlah bibit ini terkait dengan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada daya tumbuh dan hasil yang diperoleh (Hansen, 1981 dalam Gohong, 1993). Pendapat dari Sukiyono (2004) juga menjelaskan bahwa faktor penggunaan bibit merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya dalam menentukan jumlah produksi dalam usahatani.

3. Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani adalah tenaga kerja (Sumiyati, 2006). Faktor tenaga kerja ini ada juga yang dijabarkan menjadi tenaga kerja rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga (Hamid, 2004). Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan


(29)

tidak pernah dinilai dengan uang, ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) (Mubyarto, 1989).

4. Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap Produksi

Jumlah pupuk yang digunakan juga mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman (Hansen, 1981 dalam Gohong, 1993). Hal ini terkait dengan tingkat kesuburan lahan agar tanaman bisa tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Pupuk adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman. Pemberian pupuk yang tepat dapat menghasilkan produk berkualitas. (Sudarmoto, 1997).

(Sutejo dan Diah Retno, 2007) menjelaskan bahwa pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik, pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl.

5. Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Produksi

Pestisida pemberantas hama penyakit juga mempengaruhi tingkat produksi. Penggunaan pestisida ini sangat dibutuhkan untuk menjaga produksi tanaman ( Hansen, 1981 dalam Gohong, 1993). Pestisida adalah bahan-bahan yang dapat membunuh organism penggunaan tanaman (hama, penyakit, gulma). Bahan-bahan ini dapat berupa zat kimia, mikroorganisme, maupun bahan tanaman


(30)

lainnya. Pestisida bersifat menguntungkan bagi pertanian, tetapi bisa juga menimbulkan bahaya bila pengelolaannya tidak benar dan tidak hati-hati (Pahan, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sahara dan Idris (2005) dengan judul Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi Pada Lahan Sawah Irigrasi Teknis, menunjukan bahwa pestisida berpengaruh nyata positif terhadap produksi padi.

2.4 Elastisitas Produksi

Tasman dan Aima (2013) menyatakan bahwa elastisitas produksi input (EI) yang mengukur persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan penggunaan kuantitas input. Elastisitas produksi input diukur:

EI= (%∆Q) / (%∆I)

EI= (∆Q / Q) / (∆I / I)

Atau (Q / I) = MPI/ API

Keterangan:

EI = Elastisitas produksi input

∆Q = Perubahan jumlah output yang diproduksi Q = Jumlah output yang diproduksi

∆I = Perubahan input yang digunakan I = Input yang digunakan

MPI = Marginal Product

API = Average Product

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Deminishing Return. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input


(31)

Output C

Per TP

Periode B

I II III

A

Output Input Variabel

Per

Periode D

E

AP

0

F


(32)

cepat dan mencapai maksimum di titik A, nilai kemiringan dari kurva total produksi adalah marginal produk. Jadi, dengan demikian pada titik tersebut berarti marginal produk mencapai nilai maksimum. Sesudah kurva total produksi mencapai nilai kemiringan maksimum di titik A, kurva total produksi masih terus menaik hingga titik B.

Titik B, bila jumlah faktor produksi variabel yang digunakan ditambah, maka produksi naik dengan tingkat kenaikan yang semakin menurun, dan ini terjadi terus sampai di titik C. Pada titik C ini, total produksi mencapai maksimum, dan lewat titik ini total produksi terus semakin berkurang sehingga akhirnya mencapai titik 0 kembali. Di sekitar titik C, tambahan faktor produksi (dalam jumlah yang sangat kecil) tidak mengubah jumlah produksi yang dihasilkan. Dalam daerah ini nilai kemiringan kurva total sama dengan 0. Jadi, marginal produk pada daerah ini sama dengan 0. Hal ini nampak dalam gambar dimana antara titik C dan titik F terjadi pada tingkat penggunaan faktor produksi yang sama. Lewat dari titik C, kurva total produksi menurun, dan berarti marginal produk menjadi negatif. Dalam gambar juga terlihat bahwa marginal produk pada tingkat permulaan menaik, mencapai tingkat maksimum pada titik D (titik di mana mulai berlaku hukum the law of diminishing return), kemudian menurun kembali. Marginal produk menjadi negatif setelah melewati titik F, yaitu pada waktu total produksi mencapai titik maksimum di C. Rata-rata produksi pada titik permulaan juga nampak menaik dan akhirnya mencapai tingkat maksimum di titik E, yaitu pada titik dimana marginal produk dan rata-rata produksi sama besar. Satu hubungan yang perlu diperhatikan ialah marginal produk lebih besar


(33)

dibanding dengan rata-rata produksi bilamana rata-rata produksi menaik, dan lebih kecil bilamana rata-rata produksi menurun.

Gambar tersebut dapat membagi suatu rangkaian proses produksi menjadi tiga daerah , yaitu daerah I, II, dan III. Daerah I meliputi daerah penggunaan faktor produksi di sebelah kiri titik E, dimana rata-rata produksi mencapai titik maksimum. Daerah II meliputi daerah penggunaan faktor produksi di antara titik E dan F, dimana marginal produk di antara titik E dan F marginal produk dari faktor produksi variabel adalah 0. daerah III meliputi daerah penggunaan faktor produksi di sebelah kanan titik F, dimana marginal produk dari faktor produksi adalah negatif. Sesuai dengan daerah tersebut, maka jelas seorang produsen tidak akan berproduksi pada daerah III, karena dalam daerah ini ia akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor produksi yang lebih banyak. Ini berarti produsen tersebut bertindak tidak efisien dalam pemanfaatan faktor produksi. Daerah I, rata-rata produksi dari faktor produksi meningkat dengan semakin ditambahnya faktor produksi tersebut. Jadi, efisiensi produksi yang maksimal akan terjadi pada daerah produksi yang ke II (Ari Sudarman, 1999).


(34)

2.5 Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.

1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widyananto (2010), “Analisis Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Putih”.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani bawang putih di kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di kecamatan Sapuran yang berjumlah 99 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk manganalisis data penelitian ini. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua varibel yang secara signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), dan

variabel tanaga kerja (X4) signifikan dalam mempengaruhi produksi bawang

putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Nilai efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi.


(35)

Selain itu dengan adanya kondisi usahatani yang menunjukkan skala hasil yang meningkat maka dapat dikatakan bahwa kondisi usahatani bawang putih di daerah penelitian ini layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan. Dalam proses produksi bawang putih, tingkat kesuburan tanah juga perlu diperhatikan karena lahan yang digunakan untuk penanaman bawang putih digunakan secara bergantian untuk menanam tanaman lain.

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gunistiyo (2009) , “Identifikasi Faktor-Faktor Utama yang Berpengaruh Pada Efisiensi Usahatani Bawang Merah Di Desa Sisalem Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes” Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani bawang merah, mengetahui batas produksi bawang merah, mengetahui pengaruh faktor produksi dan efisiensi yang terdiri atas lahan, bibit, tenaga kerja, dan pupuk terhadap produksi bawang merah, dan untuk mengetahui mekanisme pemasaran hasil usaha tani yang lebih efektif dan efisien di Desa Sisalem kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Berdasarkan hasil analisis usaha tani di desa Sisalam kecamatan Wanasari kabupaten Brebes Tahun 2009 dapat disimpulkan usaha tani bawang merah di desa Sisalam kecamatan Wanasari kabupaten Brebes menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis B/C ratio diperoleh rata-rata yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,52. Berdasarkan analisis break event point dapat diketahui bahwa jumlah produksi bawang merah selama ini sudah melebihi titik impas, yaitu dengan rata-rata titik impas sebesar 3.024,10 kg per hektar atau Rp13.608.438,78. Dengan demikian dapat disimpulkan tingkat produksi bawang merah pada usaha tani bawang merah di desa Sisalam


(36)

kecamatan Wanasari kabupaten Brebes sudah melampaui batas minimal produksi. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda dapat diketahui bahwa secara parsial hanya variabel bibit yang berpengaruh signifikan. Meskipun demikian seara bersama-sama variabel faktor produksi yang terdiri atas tanah, bibit, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil analisis efisiensi faktor produksi dapat disimpulkan pemakaian faktor produksi yang terdiri atas lahan, bibit, dan pupuk tidak efisien, sedangkan faktor produksi tenaga kerja belum efisien. Berdasarkan hasil analisis pemasaran dapat disimpulkan mekanisme pemasaran hasil usaha tani melalui pedagang di kecamatan lebih efisien dibandingkan dengan pengepul.


(37)

2.6 Kerangka Pemikiran

Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usahatani bawang merah adalah bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan. Sementara output dari usahatani bawang merah adalah produksi bawang merah. input dalam usahatani tersebut mempunyai pengaruh terhadap produksi bawang merah. Kerangka pemikiran menjadi dasar bagi pelaksanaan penelitian sehingga penelitian akan menjadi terarah, kerangka pemikiran dalam penelitian adalah:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Desa Kupu

Produksi Bawang Merah

Faktor-Faktor Produksi Bawang Merah 1. Luas Lahan (X1)

2. Bibit (X2)

3. Tenaga Kerja (X3) 4. Pupuk (X4)

5. Pestisida cair (X5) 6. Pestisida padat (X6)

Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah

1. Analisis Regresi Linear Berganda


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama, Desa Kupu, Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai agustus 2013. Lokasi penelitian ini dipilih secarapurposive(sengaja), berdasarkan pemetaan daerah produksi bawang merah, dimana menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Brebes 2013, kecamatan Wanasari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki produksi bawang merah terbesar di Kabupaten Brebes. Pemilihan Desa Kupu sebagai daerah penelitian didasarkan antara lain karena Desa Kupu merupakan salah satu desa yang gabungan kelompok taninya masih sangat aktif dan merupakan produsen terbesar bawang merah di kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis data, yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara responden dengan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian.


(39)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data dan keterangan melalui beberapa cara yaitu : 1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek

yang akan diteliti. Dalam hal ini pengamatan langsung ke gabungan kelompok tani maju bersama dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah.

2. Wawancara, yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai anggota gabungan kelompok tani Maju Bersama. 3. Kuesioner (daftar pertanyaan), yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data

dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden anggota gabungan kelompok tani yang dijdikan sampel penelitian.

4. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada didalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, Departemen Pertanian, BPS dan departemen terkait, internet dan lain-lain.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, yaitu wawancara secara langsung dengan petani bawang merah, dan melalui pengamatan di lapangan. Wawancara dilakukan secara perorangan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam satu paket kuisioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu anggota gabungan kelompok tani di desa Kupu yang berjumlah 280


(40)

orang. Adapun untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus dari Slovin sebagai berikut (Riduwan dan Akdon, 2009)

N

n = ———

Nd² + 1 Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10% Penghitungan jumlah sampel:

206

n = ———————

206 (0,1)2 + 1 n = 67,32 = 67 responden

Jumlah 67 responden diambil dari lima kelompok tani diantaranya yaitu sumber rejeki, sumber pangan, sumber makmur, mulya tani, dan mekar tani. Adapun teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling berupa acak sederhana.

3.5 Metode Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data produksi bawang merah yaitu analisis kuantitatif melalui model persamaan regresi linear berganda. Metode ini digunakan karena diharapkan dapat menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan nyata dan tidak berhubungan nyata terhadap produksi bawang merah di gabungan kelompok tani Maju Bersama, desa Kupu kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes. Alat atau instrument perhitungan yang digunakan


(41)

dalam penelitiaan ini yaitu cara komputerisasi dengan menggunakan software Excell danStatistical Product for Service Solution(SPSS).

Suyanto (2004) menjelaskan bahwa analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variable independen terhadap variable dependen. Persamaan umum regresi linear berganda adalah sebgai berikut:

Y= a0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ e

Tabel 2. Keterangan

Variabel Kode Variabel Skala

Pengukuran

Dependen Y Output Kg

Independen X1

X2 X3 X4 X5 X6 a b e Luas Lahan Bibit Tenaga Kerja Pupuk PestisidaCair PestisidaPadat

Konstanta Koefisien Pengaruh galat atau residu Ha Kg HOK Kg ml Kg


(42)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

xp

ect

ed

C

u

m

P

ro

b

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(43)

b. Multikolinearitas

Suatu variabel menunjukan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi dan nilai toleransi yang rendah. Uji VIF ini untuk melihat apakah nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk masing-masing variabel lebih >10 atau tidak. Bila nilai VIF lebih besar dari 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala multikolinearitas. Berikut merupakan hasil pengolahan SPSS 14 pada pengujian multikolonearitas.

Tabel 3. Uji Multikolinearitas

Model Tolerance VIF

(Costant) Luas lahan (X1) Bibit (X2)

Tenaga kerja (X3) Pupuk (X4)

pestisida Cair (X5) Pestisida Padat (X6)

.041 .044 .129 .171 .562 .563 24.577 22.904 7.761 5.835 1.779 1.776

Dependent Variabel: LnY

Hasil pengujian pada tabel 3, menunjukan bahwa tenaga kerja (X3),

pupuk (X4), pestisida cair (X5), pestisida padat (X6) menunjukan nilai

tolerance lebih > 0,1 yang berarti variabel-variabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Namun, luas (X1) dan bibit (X2) memiliki nilai tolerance

<0.10 yang berarti variable-variabel tersebut terjadi multikolinearitas. jika dilihat dari nilai VIF, hasilnya pun sama seperti yang dilihat dari nilai


(44)

tolerance, yaitu tenaga kerja (X3), pupuk (X4), pestisida cair (X5), pestisida

padat (X6) memiliki nilai VIF < 10 yang berarti variable-variabel tersebut

tidak terjadi multikolinearitas. sedangkan luas (X1) dan bibit (X2) memiliki nilai VIF > 10 yang berarti variable-variabel tersebut terjadi multikolinearitas.

c. Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang smaa disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama/ berbeda disebut Heteroskedastisitas (Sunyoto, 2012).

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi ─ Y riil). Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang (Sunyoto, 2012).


(45)

2.5 0.0

-2.5

Regression Standardized Predicted Value

5 4 3 2 1 0 -1 -2 R eg ressi o n S tu d en ti z ed D el et ed (P ress) R esi d u al Scatterplot


(46)

3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan, yaitu dengan cara:

a. Uji Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji FHitung)

Uji FHitungmerupakan pengujian untuk mengetahui angka pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.

Uji F dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

R2: k Fn =

(1 - R2) : (n - k- 1)

Apabila : H0 : b1 = 0, berarti seluruh variabel independen dalam model

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Apabila : H1 : b1≠0, berarti seluruh variabel independen dalam model

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Kriteria uji :

H0ditolak apabila : Fhitung> Ftabel, derajat bebas tertentu

H1diterima apabila : Fhitung> Ftabel, derajat bebas tertentu

Uji F Hitung digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

bebas (luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat) pada penelitian ini secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat (produksi bawang merah) di Gapoktan


(47)

Maju Bersama. Uji ini membandingkan antara nilai F Hitungdengan F Tabel,

yaitu:

H0ditolak jika FHitung> FTabel

H0diterima jika FHitung< FTabel

b. Pengujian Individu (Uji t)

Pengujian individu (Uji t) digunakan untuk menguji apakah nilai koefisien regresi mempunyai pengaruh yang signifikan.

Hipotesis dari pengujian secara individu, yaitu: H0= βi= 0

H1= βi≠ 0, i = 1,2,3,4,5

Statistik pengujian yang digunakan, yaitu:

tHitung=

( )

Denganstdev(βi) = ( ) σ2

Selanjutnya, nilai tHitung dibandingkan dengan nilai t(α/2,n-k), dengan

keputusan (Setiawan dan Kusrini, 2010):

a). Apabila nilai tHitung > t(α/2,n-k), maka H0 akan ditolak. Artinya,

variabel independen ke-i memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel respons.

b). Apabila nilai tHitung < t(α/2,n-k), maka H0 akan diterima. Artinya,

variabel independen ke-i tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel respons.


(48)

c. Uji Koefisien Determinsi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang menunjukan besarnya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebs secara bersama-sama. Rumus dari uji R2adalah sebagai berikut:

R2= ( )

( )

Irianto (2004) menjelaskan bahwa R2 mempunyai interval dari 0 sampai 1. Semakin besar nilai R2(mendekati 1), maka semakin baik hasil model regresi tersebut. Semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.

3.5.3 Elastisitas Produksi Cobb Douglas

Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel indepeden, yang menjelaskan (X). Hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb Douglas. Secara sistematik, fungsi Cobb Douglas dapat dituliskan seperti persamaan (1).

Y = aX1b1X2b2. . . Xibi. . .Xnbneu…………. (1)

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:

Y = f(X1,X2, . . ., Xi, . . ., Xn) ……… (2)


(49)

X = variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural

Memudahkan pendugaan terhadap persamaan 1, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persaman tersebut. Persamaan 1 dituliskan kembali untuk menjelaskan hal ini, yaitu:

Y = f(X1.X2) Dan

Y = aX1b1X2b2eu ……… (3a)

Logaritma dari persamaan tersebut adalah Log Y = log a + b1log X1+ b2log X2+ v

Y = a + b1X1+b2X2+ v ………. (3b)

Dimana: Y = log Y X = log X v = log v

a = log a

Persamaan (3b) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabelyang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dimengerti karena b1 dn b2 pada fungsi Cobb Douglas adalah sekaligus menunjukan elastisitas X terhadap Y.


(50)

3.6 Definisi Operasional

Nazir (2005) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu opersional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Produksi adalah total produksi bawang merah pada sebidang lahan dengan luasan tertentu dalam satu musim tanam dalam satuan kg.

2. Bibit adalah total jumlah bibit yang digunakan dalam sekali musim tanam diukur dalam satuan kilogram.

3. Luas lahan adalah total luas lahan yang digunakan oleh petani bawang merah diukur dalam satuan hektar.

4. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam sekali panen yaitu mulai dari pengolahan tanah sampai panen, baik yang berasal dari keluarga maupun luar keluarga, dan diukur dalam satuan HOK.

5. Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kg. Jenis pupuk yang digunakan TSP, NPK dan Dap.

6. Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan liter dan kilogram. 7. Elastisitas produksi diartikan sebagai proporsi perubahan output sebagai


(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA KUPU

4.1 Lokasi, Penduduk dan Mata Pencaharian

Desa Kupu terletak di dataran rendah, termasuk dalam kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Jarak Desa Kupu dengan ibukota kecamatan 5 km, jarak desa ini dengan ibukota Kabupaten Brebes 7 km, sedangkan jarak desa dengan ibukota Provinsi 140 km. Batas-batas wilayah Desa Kupu sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Desa Dumeling b) Sebelah Selatan : Desa Klampok c) Sebelah Timur : Desa Pesantunan d) Sebelah Barat : Desa Keboledan

Desa Kupu dengan luas 427,295 ha yang terdiri dari : 34,785 ha merupakan pemukiman, 194,010 merupakan persawahan, 1 ha merupakan kuburan, 2 ha merupakan pekarangan, 0,5 merupakan perkantoran, 1 ha merupakan prasarana umum lainnya, 149,285 ha merupakan sawah irigasi teknis, dan 44,715 ha merupakan irigasi ½ teknis. Desa kupu letaknya di daerah dataran rendah, suhu udara rata-rata di desa Kupu cukup tinggi, yakni mencapai 320C sehingga cocok untuk budidaya bawang merah. Curah hujan di daerah ini rata-rata mencapai 2000 – 3000mm/tahun. Jenis tanah yang paling dominan adalah tanah lampungan dan sebagian besar tanahnya berwarna hitam dengan ph tanah berkisar 4,5–6.


(52)

Jumlah penduduk desa ini hingga tahun 2012 tercatat 8.379 jiwa (2.249 kepala keluarga), dengan kepadatan penduduk mencapai 241 jiwa/km. Komposisi penduduk antara laki-laki dan perempuan cukup berimbang, yakni terdiri dari 4.114 laki-laki dan 4.238 perempuan. Jumlah penduduk desa Kupu berdasarkan usia dan jenis kelamin tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kupu Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2012.

Kelompok Umur (tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Prempuan

0–9 894 867 1761

10–19 1165 1091 2252

20–29 672 712 1384

30–39 521 580 1101

40–49 386 623 1009

50–59 259 204 460

>60 217 158 375

Jumlah 4114 4238 8379

Sumber : Monografi Desa Kupu, 2012

Dilihat dari mata pencahariannya, penduduk desa Kupu mempunyai mata pencaharian yang cukup beragam. Pada umumnya penduduk desa setempat bekerja di bidang pertanian sebagai petani maupun buruh tani. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani 4.897 orang (85,54 %) , petani 715 orang (12,49 %) , pedagang 16 orang (0,28 %) , pegawai negeri sipil 18 orang (0,31 %) , peternak 27 orang (0,47 %) , dan lain-lain sebanyak 52 orang (0,91 %). Tabel 5 menyajikan jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya.


(53)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya Tahun 2012 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%)

Buruh Tani 4.897 85,54

Petani 715 12,49

Pedagang 16 0,28

Pegawai Negeri Sipil 18 0,31

Peternak 27 0,47

Lain–lain 52 0,91

Sumber : Monografi Desa Kupu, 2012

4.2 Kondisi Pertanian

Umumnya petani di lokasi penelitian menjadikan padi dan bawang merah sebagai tanaman utama yang mereka budidayakan. Mereka juga menanam tanaman cabe, kacang panjang (untuk jenis sayuran), ubi dan jagung (untuk jenis tanaman palawija) sebagai selingan atau sela di tanaman bawang merah maupun padi.

Disamping bercocok tanamam di sawah, masyarakat setempat juga ada yang beternak. Ternak yang dikembangan cukup beragam meskipun dalam skala yang masih relative kecil, seperti : kambing, ayam, kuda, angsa, kucing . Adapun populasi ternak yang dikembangkan adalah kambing sebanyak 324 ekor, ayam sebanyak 2398 ekor, kuda sebanyak 5 ekor, angsa dan kucing masing-masing sebanyak 14 ekor dan 85 ekor.

Berdasarkan data dari monografi desa Tahun 2013, pertanian di Desa Kupu dinilai maju, hal ini terlihat dari produksi hasil-hasil pertanian khususnya untuk bawang merah yang cukup tinggi. Adanya kelompok-kelompok tani di desa


(54)

tersebut telah mampu meningkatkan tingkat produksi dan kesejahteraan petani setempat. Di Desa Kupu terdapat lima kelompok tani yang masing-masing telah mengikuti SLPHT (sekolah lapang pengendalian hama terpadu), yakni kelompok tani Sumber Rejeki, Mekar Tani, Sumber Pangan, Sumber Makmur, Mulya Tani.

4.2.1 Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu

Kegiatan budidaya atau usahatani di Desa Kupu dimulai dari pengolahan tanah, pemupukan, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pembibitan merupakan salah satu kegiatan di luar usahatani, yang menjadi kegiatan rutin petani setelah panen. Pembibitan adalah mengusahakan pertanaman yang hasilnya diarahkan untuk digunakan sebagai bahan untuk ditanam kembali pada pertanaman yang akan datang. Tarigan (1997) menyatakan bahwa pembibitan merupakan syarat yang mutlak untuk menghasilkan bibit yang bermutu.

Dalam hal pengadaan bibit, di Desa Kupu umumnya dilakukan oleh petani sendiri. Petani di desa setempat mengadakan pemilihan secara langsung terhadap hasil produksi yang dihasilkan dari lahannya. Bibit yang baik petani biasanya melakukan pengamatan terhadap tanaman yang akan dijadikan bibit selama pertumbuhannya, jadi sebelum panen telah dilakukan seleksi terhadap tanaman (umbi) yang akan dijadikan bibit. Hasil seleksi selama pertumbuhan tersebut petani akan mendapatkan bibit-bibit yang mempunyai sifat-sifat yang baik seperti tahan terhadap serangan hama, mempunyai anakan yang banyak dan dapat menghasilkan umbi yang besar-besar. Petani lebih menyukai umbi bibit dengan ukuran sedang dan kebanyakan petani Brebes menggunakan bibit bima. Penyimpanan umbi untuk bibit dilakukan selama 50–60 hari setelah tanam. Bibit


(55)

yang akan dijadikan bibit diolesi Dhitan untuk mencegah serangan jamur sebelum disimpan di tempat penyimpanan. Cara penyimpanan umbi biasanya dilakukan petani dengan menggantungkan umbi bibit yang sudah diikat di atas para-para dapur atau disimpan di gudang. Umbi bibit yang telah disimpan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi maka sudah siap untuk ditanam.

Usahatani bawang merah dimulai dengan kegiatan pengolahan tanah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya tanaman bawang merah selain itu juga untuk memperbaiki drainase, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Pengolahan tanah yang dilakukan pada petani Gapoktan Maju Bersama terdiri dari empat tahap, yaitu : pembuatan bedengan dan saluran air (nyolok), pengolahan tanah tahap I (ngungkab pertama), pengolahan tahap II (ngungkab kedua), dan penggemburan (necrek). Pada tanah bekas tanaman padi pengolahan tanah harus melalui keempat tahapan di atas, sedangkan untuk tanah bekas tanaman bawang merah cukup melakukan tahap tiga dan tahap empat.

Saat pengolahan tanah, khususnya pada lahan yang masam dengan ph kurang dari 5,6 disarankan untuk memberikan dolomite minimal 2 minggu sebelum tanam. Pemberian Dolomit dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara. Pada lahan yang digunakan oleh petani Desa Kupu memiliki ph sebesar 6 - 6,5 sehingga tidak perlu dilakukan adanya penambahan Dolomit.

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan oleh petani di desa tersebut menggunakan pupuk Urea dan TSP yang diaplikasikan 2 – 3 hari sebelum tanam dengan cara disebar lalu diaduk secara


(56)

merata dengan tanah. Pemupukan ke 2 atau pupuk susulan 1 berupa Urea, Dap dan NPK dilakukan pada umur 10 – 15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan sesudah tanam. Penanaman dilakukan sehari setelah pengolahan tanah. Sebelum dilakukan penanaman tanah disiram terlebih dahulu.hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang cukup lembab dan memudahkan dalam penanaman. Umumnya penanaman dilakukan pagi hari, yakni pada pukul 06.00–09.00 pagi.

Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan, penyemprotan hama/penyakit tanaman, pengambilan telor (larva) hama (nguler), dan penambahan tanah pada dinding bedengan (malem). Penyiraman tanaman dilakukan hingga tanaman berumur 20 – 30 hari. Intensitas penyiraman tergantung kondisi cuaca. Saat musim kemarau (ketiga) penyiraman dilakukan setiap hari, sedangkan pada musim penghujan dilakukan 2 – 3 hari sekali. Intensitas kegiatan penyemprotan dan pengambilan telor/larva hama (nguler) tergantung pada tingkat serangan hama/penyakit tanaman. Penambahan tanah pada dinding bagian atas bedengan (malem) dilakukan dengan tujuan untuk menahan air pada saat penyiraman, sehingga air yang disiramkan akan deserap terlebih dahulu oleh tanaman sebelum jatuh di selokan. Intensitas kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pemanenan tanaman bawang merah biasanya tergantung pada bibit yang digunakan. Petani di desa Kupu menggunakan bibit Bima Brebes, sehingga bawang merah yang ditanam dapat dipanen pada umur 60 hari.


(57)

4.2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Desa Kupu

Hama tanaman bawang merah yang banyak merugikan petani di desa Kupu adalah ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua HBN). Daun bawang merah yang terserang hama ini akan tampak berbecak putih memanjang, lalu kemudian layu, berlubang dan di dekat lubang tersebut terdapat kotoran ulat. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang efektif.

Penyakit tanaman yang paling dominan dan paling banyak merugikan petani bawang merah di Desa Kupu adalah bercak ungu atau trotol (Alternaria porrl) dan Antraknose (Colletotrichum gloesporioidesi Penz). Tanaman bawang merah yang terserang trotol biasanya diawali dengan munculnya bercak putih sampai kelabu pada daun. Selanjutnya bercak tersebut membesar dan berwarna ungu disertai dengan mulai keringnya ujung-ujung daun. Infeksi yang disebabkan oleh trotol ini menyebabkan pembusukan umbi. Pengendalian yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida seperti Antracol dan Dithane. Penyakit tanaman bawang merah yang lain adalah antraknose. Gejala umum dari tanaman yang terserang otomatis antara lain terbentuknya bercak putih pada daun. Selanjutnya akan membentuk lekukan sehingga menyebabkan daun bawang patah serentak. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida efektif seperti antracol 70 WP, daconil 75 WP, dan brestan 60.


(58)

4.3 Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Bersama

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Bersama terletak di jalan Raya Kupu Utara Gg. Anggrek No: 26 Rt 06 Rw 05 , Desa Kupu, kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes. Sejarah berdirinya Gapoktan Maju Bersama didirikan oleh Ir. Masrukhi Bachro yang menjabat sebagai anggota DPR pada tahun 2004. Pada tahun 2005 Bapak Kholidin yang menjabat sebagai sekertaris Desa mendirikan kelompok tani Mekar Tari dan diresmikan oleh Kepala Desa Kupu. Saat itu tahun 2005 sampai tahun 2009 hanya ada dua kelompok tani yaitu Mekar Tani dan Sumber Rejeki.

Tahun 2010, gapoktan Maju Bersama berubah kepengurusannya dan seiring berjalanya waktu jumlah kelompok tani pun bertambah menjadi lima kelompok tani, diantaranya yaitu Mekar Tani yang beranggotakan sebanyak 43 orang , Mulya Tani sebanyak 53 orang, Sumber Pangan sebanyak 31 orang, Sumber Makmur sebanyak 35 orang dan yang terakhir yaitu Sumber Rejeki sebanyak 44 orang. Jumlah keselurhan anggota Gapoktan yaitu sebanyak 206 orang.

Tahun 2011 telah diadakan pergantian kepengurusan Gapoktan. Susunan pengurus baru yang menjabat hingga saat ini (2013), yaitu sebagai berikut:


(59)

Gambar 5. Struktur Organisasi Kepengurusan Gapoktan Maju Bersama, 2011 Gambar 5 menyajikan struktur organisasi kepengurusan Gapoktan Maju Bersama. Struktur organisasi Gapoktan Maju Bersama terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan lima seksi yang membantu program kerja Gapoktan Maju Bersama. Gapoktan Maju Bersama diketuai oleh Bapak Imam Turmudzi yang berperan untuk memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dibawah pelindung dari Camat dan Kades, serta dibantu oleh seorang sekretaris Bapak Sobri, seorang bendahara Bapak Takwadi dan lima seksi yang meliputi seksi produksi, seksi ekonomi, seksi OPT, seksi penguatan SDM, dan seksi humas. Gapoktan Maju Bersama memiliki tujuan dan azaz yaitu:

1. Tujuan

a. Untuk meningkatkan kesejahteraan anggota gabungan kelompok tani Sekretaris Sobri Bendahara Takwadi Seksi. Penguatan SDM Watmonadi Seksi. Ekonomi Masroni, ST Seksi. Produksi Kholidin Seksi. Humas Tobari, SH Seksi. OPT Nasrul Huda ki Ketua Imam Turmudzi ki


(60)

b. Mendapatkan nilai tambah bagi kemajuan gabungan kelompok tani c. Menumbuhkan semangat berwirausaha bagi masyarakat di

lingkungan setempat pada khususnya dan masyarakat Brebes pada umumnya.

2. Azaz

Gabungan kelompok tani ini berazazkan kegotong-royongan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, secara adil demokrasi efisien dan professional guna memenuhi keberlanjutan fungsi dan manfaatnya untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

Anggota Gapoktan Maju Bersama memilik kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan produksi bawang merah, antara lain yaitu:

1. Harga bibit unggul yang relatif mahal membuat petani sulit untuk mendapatkannya.

2. Tidak adanya bantuan pemasaran dari pihak Desa, sehingga petani masih sering kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya.

3. Kurangnya permodalan.

4. Perlunya regenerasi untuk mempertahankan eksistensi pertanian khususnya di Desa Kupu.


(61)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian sebanyak 67 orang yang terdiri dari 5 kelompok tani. Umumnya responden bawang merah yang ada di wilayah Desa Kupu berusahatani sebagai pekerjaan utama mereka. Karakteristik setiap petani dibutuhkan untuk mengenal keadaan status sosial ekonomi, serta tingkat pendidikan petani agar bisa mengetahui bagaimana cara pandang petani dalam memajukan kegiatan usahataninya. Petani yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk diberi pengertian dan pembinaan serta lebih baik cara berpikir dan bertindaknya. Jenis kelamin petani memang paling banyak berjenis kelamin pria hal ini disebabkan wanita hanya membantu tidak menjadi anggota kelompok tani. Karakteristik individu petani yang diteliti terdiri dari umur petani, pengalaman petani, dan status kepemilikan lahan pertanian.

5.1.1 Umur Petani

Berdasarkan data dari kuesioner, pembagian golongan umur responden pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam 2 kelompok umur , yaitu kelompok dewasa dengan usia 26 – 45 tahun dan kelompok lansia dengan usia 46 – 68 tahun. Adapun jumlah dan presentase responden dari masing-masing kelompok umur tersebut disajikan pada Tabel 6.


(62)

Tabel 6. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur

Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persentase terbesar pada umur 26–45 tahun yaitu sebesar 58,2% dan pada umur 46 – 68 tahun memiliki presentase sebesar 41,8%. Departemen kesehatan (2009), mengatakan bahwa umur 26 – 45 tahun tergolong dalam kategori umur dewasa sedangkan umur 46 – 68 tergolong dalam kategori umur lansia.

Melihat perbedaan umur tersebut, maka dilakukan uji beda dua rata-rata dimana uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan kategori dewasa dan lansia. Hipotesis dari uji ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan

rata-rata tingkat produksi petani lansia

H1 : Ada perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata

tingkat produksi petani lansia.

Tabel 7. Hasil Olahan Independent Sampel Test Berdasarkan Perbedaan Umur

T Df Sig. (2-tailed)

Produksi Equal

variances assumed

-.127 65 .899

Sumber: Data Primer diolah, 2014

Kelompok Umur (tahun) Jumlah Responden

(Orang) Presentase (%)

26 - 45 39 58,2

46 - 68 28 41,8


(63)

Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar -.127, sedangkan nilai df 65 dan nilai Sig.(2-tailed) 0.899. Dilihat dari nilai Sig.(2-tailed) menyatakan bahwa nilai Sig. tersebut lebih besar dari taraf nyata 0.05 yang berarti terima Ho. Artinya tidak ada perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa

dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia. Hal ini sesuai dengan Soekartawi (1993) yang menyatakan bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam berusahatani.

5.1.2 Pengalaman Bertani

Berdasarkan pengalaman bertani, responden pada penelitian ini dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu responden pengalaman 1–9 tahun, 10 –19 tahun, 20–40 tahun. Adapun jumlah dan presentase responden dari masing-masing kelompok umur tersebut dapat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Pengalaman Bertani Responden dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu

Tingkat Pengalaman Jumlah Orang Presentase (%)

1 - 9 tahun 8 11,9

10–19 tahun 17 25,4

20–40 tahun 42 62,7

Jumlah 67 100

Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pengalaman bertani selama 20 hingga 40 tahun. Tigkat pengalaman bertani terendah yaitu selama satu tahun.


(64)

Tingkat pengamalan bertani terlihat berbeda dari sisi lamanya berusahatani oleh karena itu dilakukan uji anova satu arah dimana uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata lebih dari dua sampel yang bersifat bebas satu sama lain. Hipotesis akan ditolak jika probabilitas < 0,05.

Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan

tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 –19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20–40 tahun.

H1 : Ada perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan tingkat

pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10– 19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20–40 tahun.

Tabel 9. Hasil Olahan Uji Anova Satu Arah Berdasarkan Tingkat Pengalaman Bertani

ANOVA produksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups 809576.989 2 404788.495 .220 .803

Within Groups 117928517.787 64 1842633.090

Total 118738094.776 66

Sumber: Data Primer diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai Fhitungsebesar 0.220 dan

nilai signifikan sebesar 0.803. Nilai signifikan lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata sebesar 0.05 (0.803 > 0.05). yang berarti terima Ho, hipotesis Ho


(65)

dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10–19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa faktanya, kondisi di lapangan kebanyakan petani memiliki ilmu bertani turun temurun dari nenek moyangnya, dimana petani di pedesaan belajar pertaniannya melalui cara-cara yang praktis dan sederhana, sebagai contoh meniru orang tua nya, atau bahkan tetangganya yang bekerja sebagai petani sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara mereka.

5.1.3 Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan responden dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari lahan milik sendiri, sewa dan bagi hasil. Berikut sebaran distribusi responden menurut status kepemilikan lahan petani.

Tabel 10. Distribusi Status Kepemilikan Lahan Responden di Desa Kupu Status Lahan Responden Jumlah Persentase (100%)

Milik Sendiri 22 32,8

Sewa 17 25,4

Bagi Hasil 28 41,8

Jumlah 67 100

Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian

Mayoritas lahan yang dikelola oleh petani adalah lahan dengan sistem bagi hasil, yaitu bagi hasil 10% dengan yang punya lahan. Selanjutnya lahan milik sendiri yaitu dengan jumlah 22 orang (32,8%),lahan tersebut biasanya milik keluarga petani yang sejak kecil di ajarkan bertani oleh orang tuanya, dan yang lainnya 17 orang (25,4%) ini mengelola sawahnya dengan sistem menyewa. Adapun untuk sewa lahannya dikenakan biaya sekitar 2,5 juta per tahunnya.


(66)

Adanya perbedaan status kepemilikan lahan tersebut menarik untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata lebih dua sampel yang bersifat bebas satu sama lain. Hipotesis akan ditolak jika probabilitas < 0,05.

Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat produksi antara petani dengan lahan milik

sendiri, dan petani dengan lahan menyewa serta petani dengan lahan bagi hasil .

H1: Ada perbedaan tingkat produksi antara petani dengan lahan milik sendiri, dan

petani dengan lahan menyewa serta petani dengan lahan bagi hasil .

Pengujian hipotesis

probabilitas < 0,05 maka kesimpulan Tolak H0

probabilitas > 0.05 maka kesimpulannya Terima H0

Tabel 11. Hasil Olahan Anova Satu Arah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan ANOVA

produksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups 9047203.210 2 4523601.605 2.621 .081 Within Groups 110449966.193 64 1725780.722

Total 119497169.403 66

Sumber: Data Primer diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 2.621 dan F tabel sebesar 3.140 dan nilai probabilitas sebesar 0.081. Nilai probabilitas sebesar 0.081 lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata sebesar 0,05 sesuai dengan hipotesis awal yaitu terima H0 artinya tidak terdapat perbedaan tingkat


(67)

produksi antara lahan milik sendiri, menyewa dan bagi hasil. Tidak adanya perbedaan tersebut dikarenakan sesuai dengan kondisi di lapangan bahwasannya petani yang menggarap lahan baik milik sendiri, menyewa ataupun bagi hasil mereka memiliki motivasi dan kemauan yang cukup tinggi dikarenakan oleh tekanan-tekanan di dalam keluarga seperti pemenuhan kebutuhan hidup sehingga mereka tidak membeda-bedakan lahan yang digarap baik milik sendiri, menyewa maupun bagi hasil.

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu

Produksi akan suatu barang merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi oleh banyak faktor atau variabel. Begitu pula halnya dengan produksi bawang merah, ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah. Faktor tersebut akan mempengaruhi sejauh mana tingkat produksi bawang merah, dan faktor itu pula merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak semua variabel dapat mempengaruhi tingkat produksi bawang merah secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis akan diketahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi produksi bawang merah secara nyata pada Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes.

Pengambilan data untuk variabel penelitian ini dilakukan dengan mengambil jumlah sampel 67 responden dari populasi sebanyak 206 petani. Adapun faktor-faktor produksi yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap produksi bawang merah adalah luas lahan (X1), bibit (X2), tenaga kerja (X3),


(68)

yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah, model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan data primer yang telah didapatkan melalui wawancara, kuesioner dan observasi langsung dari lapangan maka data tersebut ditabulasi kemudian diolah dengan menggunakan SPSS 14. Hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di desa Kupu disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Gapoktan Maju Bersama

Variabel Koefisien Thitung Fhitung Sig

Konstanta 6,982 3,500

144,533

0,001

Luas lahan 1,097 4,501 0,000

Bibit 0,365 1,546 0,127

Tenaga kerja -0,170 -0,832 0,409

Pupuk 0,058 0,475 0,636

Pestisida cair 0,008 0,120 0,905

Pestisida padat 0,058 0,990 0,326

AdjustedR2= 0,929 Ttabel= 1,996

Ftabel= 3,140(α = 0,05%)

Sumber : Data Primer, 2013 (Diolah).

Berdasarkan Tabel 12, persamaan model regresi untuk model fungsi produksi bawang merah di desa Kupu, diperoleh persamaan sebagai berikut:


(69)

LnY = 6.982 + 1.097 LnX1 + 0.365 LnX2 + -0.170 LnX3 + 0.058 LnX4+

0.008 LnX5+ 0.058 LnX6

Persamaan tersebut kemudian dikembalikan ke bentuk asli sehingga bentuknya menjadi:

Y = e6.982X11.097.X20.365.X3-0.170.X40.058.X50.008.X60.058

Y = 1.077 X11.097.X20.365.X3-0.170.X40.058.X50.008.X60.058

Keterangan :

Y : Produksi bawang merah (kg / musim tanam) X1 : Luas Lahan (Ha / musim tanam)

X2 : Bibit ( kg / musim tanam)

X3 : Tenaga Kerja ( HOK / musim tanam)

X4 : Pupuk ( kg / musim tanam)

X5 : Pestisida Cair ( ml / musim tanam)

X6 : Pestisida Padat ( kg / musim tanam)

Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta (Constant) sebesar 6,982. Angka tersebut berarti bahwa produksi bawang merah akan bernilai 6,982 bila faktor lain bernilai sama dengan nol. Selain konstanta, pada persamaan regresi juga terdapat koefisien dari masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukan nilai variabel jika terjadi perubahan. Koefisien regresi luas lahan (X1)

sebesar 1,097 bernilai positif ini menunjukan pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara luas lahan dengan jumlah produksi bawang merah. dengan kata lain apabila ada penambahan luas lahan sebesar 1 ha maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 1,097 kg.

Koefisien regresi bibit (X2) sebesar 0,365 bernilai positif ini menunjukan

pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara luas lahan dengan jumlah produksi bawang merah. Dengan kata lain apabila ada penambahan bibit sebesar 1 kg maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,365 kg.


(70)

Koefisien regresi tenaga kerja (X3) sebesar -0,170 bernilai negatif yang

menunjukan adanya pengaruh yang berlawanan atau berbanding terbalik antara tenaga kerja dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan tenaga kerja sebesar 1 hok maka terjadi penurunan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,170 kg.

Koefisien regresi pupuk (X4) sebesar 0,058 bernilai positif yang berarti

menunjukan adanya pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara pupuk dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan pupuk sebesar 0,058 kg maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,058 kg.

Koefisien regresi pestisida cair (X5) sebesar 0,008 bernilai positif yang

berarti adanya pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara pestisida cair dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan pestisida cair sebesar 0,008 ml maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,008 kg.

Koefisien regresi pestisida padat (X6) sebesar 0,058 bernilai positif yang

berarti adanya pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara pestisida padat dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan pestisida padat sebesar 0,058 kg maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,058 kg.

Adapun hasil uji kelayakan model (signifikansi) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah adalah sebagai berikut:


(1)

Lampiran 2. Daftar Karakteristik Petani Responden

6

64 Dali Sumber Rejeki 68 4 Orang SMP 20 Tahun Milik Sendiri 0,1 Ha

65 Sunar Sumber Rejeki 68 5 Orang SD 25 Tahun Milik Sendiri 0,2 Ha

66 Samsudin Sumber Rejeki 65 3 Orang SD 27 Tahun Milik Sendiri 0,4 Ha


(2)

Lampiran 3. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sebelum di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y

0.2 300 241 115 1000

0.1 150 184 90 8 5 500

0.2 300 285 149 6720 1 1000 0.08 120 201 90 2520 0.3 400

0.2 300 235 122 4320 1 1200 0.1 150 169 100 6630 0.5 500 0.1 100 163 45 1530 0.5 550 0.2 300 267 175 2560 1 1200 0.08 110 160 135 1800 0.3 350

0.2 300 225 175 2500 1 1400 0.2 260 286 200 2600 1 2000 0.4 550 400 450 5250 3 3100 0.4 600 405 600 4165 4 4000 0.2 250 253 192 2880 1 1000 0.1 150 165 90 1600 0.5 600 0.15 240 200 130 2040 0.75 800 0.1 150 168 90 1200 0.6 500 0.1 130 180 75 1200 0.5 400 0.1 150 185 85 1200 0.5 500 0.1 150 170 85 1200 0.5 600 0.4 600 420 250 5760 4 4000 0.2 250 281 192 2880 1 1200 0.4 600 433 180 7200 3.5 4000 0.2 300 267 192 7742 1 1400 0.4 600 446 280 4040 3.5 4000 0.1 150 162 95 867 0.5 450 0.2 300 270 200 1800 1 1400 0.1 155 168 85 1750 0.7 500 0.1 160 179 100 1750 0.8 550 0.05 80 130 47 1000 0.2 200 0.15 200 163 150 4200 0.75 700 0.2 260 270 150 1800 1 1300 0.2 250 290 150 2520 1 1500 0.2 300 285 205 1600 1 1400 0.1 170 190 90 1750 0.6 700 0.2 270 250 145 3000 1 1300 0.2 250 231 140 1200 1 1000 0.1 150 180 90 1200 0.5 600


(3)

Lampiran 3. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sebelum di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).

8

0.1 150 185 90 5 5 550

0.2 250 286 170 600 1.5 2100

0.2 300 310 90 1500 1.5 1400 0.2 300 244 150 750 1 1000 0.2 250 255 180 2400 1 2000 0.4 600 552 300 4800 4 4200 0.2 250 300 180 2400 1 1200 0.05 70 115 44 700 0.2 175

0.2 270 300 90 2700 1 1350 0.3 300 244 240 1920 2.6 2600 0.1 160 175 90 1250 0.5 800 0.15 200 182 135 1830 0.75 900 0.5 750 584 450 2400 5.5 5500 0.2 265 260 135 2560 1 1450 0.2 300 172 120 3200 1 1500 0.1 150 199 90 2100 0.5 550 0.05 70 120 48 810 0.2 150 0.4 550 495 300 3200 3 3000 0.05 70 115 45 760 0.2 165 0.15 200 170 130 1790 0.75 1200

0.3 300 270 240 2000 2.6 6500 0.15 220 160 135 1920 0.75 1200 0.1 150 169 90 2010 0.5 500 0.1 150 184 90 2000 0.5 600 0.2 250 240 120 2000 1 1200 0.4 600 535 300 4000 4 4300 0.1 150 168 90 1100 0.5 550 0.2 270 240 130 2700 1 1300 0.1 150 168 90 3650 0.5 850

Keterangan :

Y : Produksi bawang merah (kg / musim tanam) X1 : Luas Lahan (Ha / musim tanam)

X2 : Bibit ( kg / musim tanam)

X3 : Tenaga Kerja ( HOK / musim tanam) X4 : Pupuk ( kg / musim tanam)

X5 : Pestisida Cair ( ml / musim tanam) X6 : Pestisida Padat ( kg / musim tanam)


(4)

Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).

LN(Y) LN(X1) LN(X2) LN(X3) LN(X4) LN(X5) LN(X6)

6.91 -1.61 5.7 5.48 4.74 7.44 9.21

6.21 -2.3 5.01 5.21 4.5 7.64 8.52

6.91 -1.61 5.7 5.65 5 8.81 9.21

5.99 -2.53 4.79 5.3 4.5 7.83 8.01

7.09 -1.61 5.7 5.46 4.8 8.37 9.21

6.21 -2.3 5.01 5.13 4.61 8.8 9.77

6.31 -2.3 4.61 5.09 3.81 7.33 8.52

7.09 -1.61 5.7 5.59 5.16 7.85 9.9

5.86 -2.53 4.7 5.08 4.91 7.5 8.01

7.24 -1.61 5.7 5.42 5.16 7.82 9.21

7.6 -1.61 5.99 5.66 5.3 7.86 10.31

8.04 -0.92 6.31 5.99 6.11 8.57 9.9

8.29 -0.92 6.4 6 6.4 8.33 10.6

6.91 -1.61 5.52 5.53 5.26 7.97 9.21

6.4 -2.3 5.01 5.11 4.5 7.38 8.52

6.68 -1.9 5.48 5.3 4.87 7.62 9.92

6.21 -2.3 5.01 5.12 4.5 7.09 9.21

5.99 -2.3 4.87 5.19 4.32 7.09 9.21

6.21 -2.3 5.01 5.22 4.44 7.09 9.21

6.4 -2.3 5.01 5.14 4.44 7.09 9.21

8.29 -0.92 6.4 6.04 5.52 8.66 11.51

7.09 -1.61 5.7 5.64 5.26 7.97 9.21

8.29 -0.92 6.4 6.07 5.19 8.88 9.21

7.24 -1.61 5.7 5.59 5.26 8.95 9.21


(5)

Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).

80

6.11 -2.3 5.01 5.09 4.55 6.77 8.52

7.24 -1.61 5.7 5.6 5.3 7.5 9.9

6.21 -2.3 5.04 5.12 4.44 7.47 9.24

6.31 -2.3 5.08 5.19 4.61 7.47 9.21

5.3 -3 4.38 4.87 3.85 6.91 9.21

6.55 -1.9 5.3 5.09 5.01 8.34 9.21

7.17 -1.61 5.7 5.6 5.01 7.5 9.21

7.31 -1.61 5.7 5.67 5.01 7.83 10.31

7.24 -1.61 5.7 5.65 5.32 7.38 9.9

6.55 -2.3 5.3 5.25 4.5 7.47 9.21

7.17 -1.61 5.6 5.52 4.98 8.01 10.31

6.91 -1.61 5.52 5.44 4.94 7.09 9.9

6.4 -2.3 5.01 5.19 4.5 7.09 9.21

6.31 -2.3 5.01 5.22 4.5 6.96 9.21

7.65 -1.61 5.99 5.66 5.14 7.86 9.9

7.24 -1.61 5.86 5.74 4.5 7.31 9.9

6.91 -1.61 5.7 5.5 5.01 6.62 9.21

7.6 -1.61 5.7 5.54 5.19 7.78 9.9

8.34 -0.92 6.4 6.31 5.7 8.48 10.6

7.09 -1.61 5.7 5.7 5.19 7.78 9.9

5.16 -3 4.25 4.74 3.78 6.55 9.21

7.21 -1.61 5.6 5.7 4.5 7.9 9.9

7.86 -1.2 5.7 5.5 5.48 7.56 10.31

6.68 -2.3 5.08 5.16 4.5 7.13 9.21

6.8 -1.9 5.52 5.2 4.91 7.51 9.9


(6)

Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).

7.28 -1.61 5.7 5.56 4.91 7.85 9.21

7.31 -1.61 5.7 5.15 4.79 8.07 9.21

6.31 -2.3 5.01 5.29 4.5 7.65 9.21

5.01 -3 4.25 4.79 3.87 6.7 9.21

8.01 -0.92 6.21 6.2 5.7 8.07 10.6

5.11 -3 4.25 4.74 3.81 6.63 9.21

7.09 -1.9 5.52 5.14 4.87 7.49 8.92

8.78 -1.2 5.7 5.6 5.48 7.6 10.31

7.09 -1.9 5.52 5.08 4.91 7.56 8.92

6.21 -2.3 5.01 5.13 4.5 7.61 9.21

6.4 -2.3 5.01 5.21 4.5 7.6 9.21

7.09 -1.61 5.52 5.48 4.79 7.6 9.9

8.37 -0.92 6.4 6.28 5.7 8.29 10.6

6.31 -2.3 5.01 5.12 4.5 7 9.21

7.17 -1.61 5.6 5.48 4.87 7.9 9.9

6.75 -2.3 5.08 5.12 4.5 8.2 9.2

Keterangan :

LnY : Produksi bawang merah (kg / musim tanam) LnX1 : Luas Lahan (Ha / musim tanam)

LnX2 : Bibit ( kg / musim tanam)

LnX3 : Tenaga Kerja ( HOK / musim tanam) LnX4 : Pupuk ( kg / musim tanam)

LnX5 : Pestisida Cair ( ml / musim tanam) LnX6 : Pestisida Padat ( kg / musim tanam)