TA : Pembuatan Video Klip Band STDC Dengan Penggabungan Teknik Split Screen dan Slow Motion Berjudul "The Awakening".

(1)

PEMBUATAN VIDEO KLIP BAND STDC DENGAN PENGGABUNGAN TEKNIK SPLIT SCREEN DAN SLOW MOTION BERJUDUL “THE

AWAKENING”

TUGAS AKHIR

NAMA : BAGAS RESWANDI

NIM : 09.51016.0042

PROGRAM STUDI : DIV KOMPUTER MULTIMEDIA

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2013

STIKOM


(2)

SPLIT SCREEN DAN SLOW MOTION BERJUDUL “THE AWAKENING”

Bagas Reswandi (2009)

Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM

Kata Kunci: Video Klip, Split Screen, Slow Motion,

Video clips can not be separated from music and songs, because a video clip to help visualize the intent of the song. STDC is one indie band that is more performance in every appearance. One of the songs that made the video clip is a song titled "The Awakening". This song has a message for revival in adversity he endured. Split screen techniques and Slow motion is used in making this video to convey the message that his present visualized with an angel dressed in black spread fell from the sky and can not return to their home the angels for help around him but can not find anyone who can help him. In the making of this video clip to learn about how to combine technique and Slow Motion Split Screen in order to convey the content of the song and band performance visually. Next on the track editing is executed in accordance with the genre of the song using a combination of techniques slow motion and split screen. This method is able to integrate the use of visual and fine tune technique of split screen and slow motion. By combining these techniques are expected to provide a new alternative technique to visualize a song.

STIKOM


(3)

ix

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... 80

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat Perancangan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Sinematografi ... 6

2.2 Video Klip ... 7

2.3 Skenario ... 13

2.4 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle) ... 15

2.4.1 Shot Sizes ... 16

2.4.2 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Obyek ... 20

2.4.3 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Subyek ... 21

2.4.4 Point of View Camera Angle ... 22

2.4.5 Komposisi Gambar ... 22

2.4.6 Editing Gambar ... 23

2.5 Special Effect Split Screen ... 24

2.6 Time lapse in Cinematography ... 25

2.6.1 Slow Motion ... 26

STIKOM


(4)

x

2.7 Band (Grup Musik) ... 26

BAB III METODE & PERANCANGAN KARYA ... 27

3.1 Metodologi Penelitian ... 27

3.2 Tahap Analisis ... 28

3.2.1 Profil Eksisting ... 29

3.2.2 Profil Kompetitor ... 33

3.2.3 Segmentation, Targeting, Positioning ... 36

3.2.4 Teknik Split Screen ... 37

3.2.5 Teknik Slow Motion ... 39

3.3 Pra Produksi ... 41

3.3.1 Metodologi Perancangan ... 41

3.3.2 Konsep Perancangan ... 43

3.3.3 Tahap Perancangan ... 45

3.3.4 Sinopsis ... 49

3.3.5 Setting ... 51

3.3.6 Tokoh ... 51

3.3.7 Pesan ... 52

3.3.8 Storyboard ... 53

3.4 Media Promosi ... 54

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 56

4.1 Produksi ... 57

4.1.1Setting Tokoh dan Lokasi ... 57

4.1.2Pengambilan Gambar ... 59

4.2 Pasca Produksi ... 61

4.2.1 Editing ... 61

4.3 Hasil ... 62

STIKOM


(5)

xi

4.4 Biaya Produksi ... 64

4.5 Jadwal Kerja ... 65

BAB IV PENUTUP ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

STIKOM


(6)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Camera Shots, Angles and Movement ... 22

Gambar 3.1 Cover Band Memphis May Fire ... 30

Gambar 3.2 Gambar video klip ”titik dalam koma” band DIVIDE ... 35

Gambar 3.3 Gambar Video Klip Stop The World... 38

Gambar 3.4 Gambar Video Klip Time Of Your Life ... 40

Gambar 3.5 Bagan Alur Perancangan ... 42

Gambar 3.6 Bagan Pencarian Kata Kunci ... 44

Gambar 3.7 Pola Pikir Pencarian Teknik ... 46

Gambar 3.8 Gambar Model Untuk pesan ... 52

Gambar 3.9 Gambar Storyboard ... 53

Gambar 3.10 Gambar poster ... 54

Gambar 3.11 Gambar cd video klip ... 55

Gambar 3.12 Gambar cd box ... 55

Gambar 4.1 Gambar proses produksi dan pasca produksi ... 56

Gambar 4.2 Gambar Bidadari yang berpakaian serba hitam ... 58

Gambar 4.3 Gambar anggota band STDC... 58

Gambar 4.4 Gambar Penataan lokasi di Kintamani Bali... 59

Gambar 4.5 Gambar penataan lokasi studio Adventure di Surabaya ... 59

Gambar 4.6 Hasil Pengambilan Gambar ... 61

Gambar 4.7 Pengurangan Speed Pada Video ... 62

Gambar 4.8 Hasil Pemberian Efek splitscreen ... 63

Gambar 4.9 Hasil Video Klip ... 64

STIKOM


(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Untuk Pemilihan Cerita ... 52 Tabel 4.1 Biaya Pengeluaran Produksi... 66 Tabel 4.2 Jadwal Produksi... 67

STIKOM


(8)

1

Industri musik dewasa ini berkembang dengan pesat. Banyak grup band maupun penyanyi solo yang bermunculan dalam meramaikan belantika musik nusantara dengan berbagai macam aliran musik yang dibawakan. Hal ini membuka kesempatan bagi para musisi baru untuk dapat mengapresiasikan kreatifitasnya. Pada industri musik saat ini tidak hanya menampilkan audio saja tetapi juga membutuhkan sebuah tampilan visual untuk dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat.

Seiring pesatnya perkembangan industri musik saat ini, banyak pula musisi baru yang tergabung dalam major label maupun indie label. Major label dan indie label pada dasarnya sama, hanya sistematisnya yang berbeda. Indie label berarti independent (mandiri), pergerakan musik dilakukan sendiri tanpa campur tangan pihak major. Berbeda dengan major label, dimana hampir keseluruhan produksi, promosi, distribusi dibiayai oleh label itu sendiri. Perbedaan besar antara indie dan major adalah jaringan atau pemasaran (arenamusik.com).

Keuntungan utama band yang masuk pada major label adalah memiliki semua lini kekuatan untuk menjaga kelangsungan hidup band tersebut, kekuatan jaringan yang yang luas membantu dalam proses pemasaran. Proses produksi lagu menggunakan jasa studio record besar. Pada band indie, proses produksi lagu menggunakan studio record standar atau bahkan produksi sendiri (home production). Banyak cara yang digunakan untuk mendongkrak popularitas band

STIKOM


(9)

indie, seperti penggunaan social media yang beragam. Untuk memperkenalkan sebuah band maka salah satu caranya dengan dibuatlah sebuah video klip untuk dapat memperkenalkan sebuah band atau penyanyi kepada masyarakat luas.

Perkembangan video klip pada saat ini sudah semakin maju dan kreatif, banyak para pembuat video klip yang berlomba untuk dapat membuat sebuah hasil karya video klip yang lebih baik agar dapat diterima dan disukai oleh masyarakat, para pembuat video klip menyajikan sebuah video yang memiliki berbagai macam teknik sehingga karya video klip yang dibuat dapat lebih unggul dan memiliki kelebihan tersendiri sehingga berbeda dengan video klip pada umumnya. Video klip ini bisa saja dibuat menyambung dengan syair lagu, bisa pula hanyalah imaginasi visual sang sutradara (KONTAN, 2005:32).

Video klip adalah kumpulan potongan-potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, dan instrumennya (pojokspy.blogspot.com). Perkembangan video klip di Indonesia terbilang berkembang pesat dan sangat banyaknya sebuah band pada lagunya menggunakan video klip sebagai media promosinya agar masyarakat dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset, CD, dan DVD. Untuk mengungguli persaingan digunakan berbagai macam teknik dan efek agar video klip tersebut menjadi lebih menarik.

Dengan membuat video klip, kita dapat mengetahui jenis aliran dan genre dari band tersebut. Melalui video klip, pembuat video klip dapat menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar , dimana dia berinteraksi di dalamnya (KONTAN,

STIKOM


(10)

2005:35). Oleh karena itu video klip mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebarluasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai dan prasangka tertentu. Teknik dalam membuat video klip bermacam-macam, untuk pembuatan video klip ini, penulis menggunakan teknik split screen dan slow motion. Teknik split screen sendiri yaitu membagi tampilan layar untuk menyampaikan pesan pada setiap potongan. Teknik ini digunakan untuk menegaskan pesan yang akan disampaikan. Pada setiap adegan akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Penggunaan teknik slowmotion sendiri merupakan sebuah efek di dalam pembuatan film sehingga sebuah kejadian terlihat seperti melambat. Slow motion ini sudah banyak digunakan dalam pembuatan film atau video klip modern. Hal ini digunakan untuk mendapatkan efek dramatis.

Dalam pembuatan video klip ini menggunakan band yang bernama STDC (Sebuah Tawa dan Cerita). Band ini sudah mempunyai jaringan yang cukup luas dan setiap lagunya mempunyai ciri khas. Genre band STDC ini adalah post hardcore. Konsep yang akan dipakai dalam pembuatan video klip ini diambil dari

salah satu lagu band STDC yang berjudul “The Awakening”. Video klip ini

diharapkan menjadi salah satu upaya untuk dapat memperkenalkan band “STDC” kepada masyarakat luas sehingga dibuatlah tugas akhir yang mengangkat judul

Pembuatan Video Clip Band “STDC” Dengan Menggunakan Teknik Split Screen

dan Slow Motion.

STIKOM


(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membuat video klip lagu “The Awakening” band STDC

dengan menggunakan penggabungan teknik split screen dan teknik slow motion?

2. Bagaimana cara menyampaikan pesan lagu “The Awakening” band STDC

melalui video klip sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti isi pesan dari video klip tersebut?

1.3 Batasan masalah

Dari rumusan masalah di atas maka batasan masalah yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Membuat video klip lagu “The Awakening” dengan menggunakan

penggabungan teknik split screen dan teknik slow motion.

2. Membuat video klip yang dapat menyampaikan pesan lagu “The

Awakening”.

3. Menggabungkan teknik split screen dan teknik slow motion. 4. Segmentasi yang dituju adalah kalangan remaja dewasa.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan karya tugas akhir ini adalah: 1. Menyampaikan pesan lagu “The Awakening” dalam video klip.

STIKOM


(12)

2. Membuat video klip lagu “The Awakening” dengan menggunakan teknik split screen dan slow motion.

3. Menggabungkan teknik split screen dan slow motion.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan karya tugas akhir ini adalah: 1. Masyarakat dapat menangkap isi pesan dari video klip ini.

2. Masyarakat dapat mengetahui dan mengenal lagu “The Awakening” band

STDC.

STIKOM


(13)

6

klip band stdc dengan penggabungan teknik split screen dan slow motion berjudul “the awakening”, diperlu menggunakan beberapa teori sebagai acuan, teori-teori tersebut dijelaskan berikut ini :

2.1 Sinematografi

Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide atau dapat mengemban cerita (Frost, 2009: 8).

Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya (Frost, 2009: 11). Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.

STIKOM


(14)

2.2 Video Klip

Seperti dijelaskan pada bab I, bahwa video klip merupakan kumpulan potongan-potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik dan instrumennya (http://pojokspy.blogspot.com/2008/05/video-klip.html). Sedangkan Carlsson dalam buku elektroniknya (Carlsson, 1999: 21 ) dijelaskan bahwa video klip adalah bentuk komunikasi audio visual yang maknanya diciptakan dengan membawa informasi seperti musik, lirik dan gambar yang bergerak.

Dalam buku elektroniknya (Carlsson, 1999: 24) dijelaskan bahwa video klip terbagi atas 3 jenis, yaitu:

1. Performance Clip

Jika video klip banyak menampilkan performa maka dapat disebut Performance Clip. Performance Clip adalah video klip yang menampilkan vokalis satu atau lebih dalam satu lokasi atau lebih. Performance Clip dapat dibagi menjadi 3 tipe: song performance, dance performance, dan instrumental performance. Beberapa video menggabungkan song performance dan dance performance. Instrumental performance tidak begitu umum dipakai, tetapi sering kali terjadi.

2. Narrative Clip

Jika video klip lebih mengarah seperti film pendek dengan latar belakang musik maka bisa disebut sebagai Narrative Clip. Narrative Clip mengandung sebuah cerita yang gampang dicerna. Narrative Clip murni tidak mengandung unsur sinkronasi gerak bibir.

STIKOM


(15)

3. Art Clip

Jika video klip tidak mengandung narasi visual sejara jelas dan tidak ada unsur sinkronasi bibir maka disebut Art Clip murni. Perbedaan utama antara video klip Art Clip dan sebuah video artistik kontemporer adalah musiknya. Video klip menggunakan musik yang popular sedangkan artistik video menggunakan yang lebih modern, musik eksperimental seperti akustik-elektro musik.

Dalam situs http:magentakab.go.id, dipaparkan beberapa unsur yang terkandung dalam video klip, yaitu:

1. Bahasa Ritme (irama)

Bahasa ritme adalah bahasa visual pada video klip yang disesuaikan dengan tempo lagu. Mempelajari birama apakah itu slow beat, fast beat, middle beat. 2. Bahasa Musikalisasi (instrument musik)

Bahasa musikalisasi adalah bahasa visual pada video klip yang ada kaitannya dengan nilai musikalisasi seperti jenis musik, alat musik, atau profil band. 3. Bahasa Nada

Bahasa nada adalah bahasa visual pada video klip yang disesuaikan dengan aransemen nada yang ada.

4. Bahasa Lirik

Bahasa lirik adalah bahasa visual pada video klip yang ada kaitannya dengan lirik lagu. Jika ada lirik yang mengungkapkan kata 'cinta' maka sebagai simbolisasi tidak harus dengan bunga, warna pink, atau hati. Bisa saja berupa kertas (surat), sepatu butut (cinta tanpa mengenal status sosial), air (cinta

STIKOM


(16)

yang mengalir) bahkan bisa dengan tarian kontemporer. Hal ini dipertegas oleh (Carlsson, 1999: 26):

“ Dalam kebanyakan video klip pengartian lirik divisualisasikan dengan bahasa metaforis, sering kali bersamaan dengan twist. Ketika pencitraan dipresentasikan dengan baik, dapat membuka sebuah dimensi baru yang membuat sebuah pengalaman yang puitis. Semakin jauh hubungan antara lirik dan gambar, semakin sulit bagi penonton untuk mengerti dan menafsirkan konteks. Kebalikan dari perpaduan metaforis ini adalah ketika penggambaran lirik divisualisasikan dengan simpel. Semisal jika anjing disebutkan dalam lirik, kita melihat anjing pada visualnya, jika anak kecil disebutkan, kita melihat anak kecil.”

5. Bahasa Performance (penampilan)

Bahasa Performance adalah bahasa visual pada video klip yang berkaitan dengan karakter pemusik, penyanyi, pemain band baik dari latar belakang bermusiknya, hingga ke profil fisiknya.

Idhar dalam bukunya yang berjudul Music Records Indie Label (Idhar, 2008: 30) dijelaskan tips membuat video klip yang dikutip dan telah diterjemahkan dari majalah Alternatif Press, No. 214, yaitu:

1. Melakukan Riset

Melakukan riset sebanyak mungkin dengan mencari referensi dari situs-situs seperti youtube, google atau mvdbase.com.

2. Ide dan konsep yang matang

Setelah mendapatkan referensi, sharing dengan sutradara untuk membuat ide dan konsep yang menarik. Selain itu, juga memperhatikan fasilitas peralatan dan teknologi yang dipakai.

STIKOM


(17)

3. Pilih lokasi yang tepat

Meskipun direkam hanya lewat kamera DV, tapi dengan lokasi yang bagus dan konsep yang baik bakal membuat video klip terlihat profesional.

4. Maksimalkan kemampuan yang ada

Maksimalkan segala sesuatu yang bermanfaat di sekitar. Misalnya jika membutuhkan figuran yang banyak, salah satu cara adalah dengan mengundang orang-orang lewat myspace dengan menulis berita di bulletin board perihal mencari talent buat video klip.

Dalam situs Kasmanto (http: kasmanto.wordpress.com/cara-membuat-video-klip/) juga dipertegas teknis sederhana dalam pembuatan video klip yaitu :

1. Penentuan lokasi syuting a. Indoor

1) Indoor n place (Kafe, Rumah, Gedung)

Kebutuhan akan properti sedikit lebih simpel karena kebutuhan properti seperti meja, kursi, lemari, lampu mas, buku, dan sebagainya sudah tersedia. Penambahan properti cenderung untuk melengkapi kebutuhan storyboard.

2) Indoor Studio

Harus mampu menata, membuat bahkan membangun set design sesuai denga kebutuhan storyboard. Hal ini menjadikan kemampuan pengembangan estetika seni mendapat peranan besar, karena tugas seorang penata artistik haruslah menciptakan bukan memanfaatkan set yang sudah ada.

STIKOM


(18)

b. Outdoor

Cenderung memanfaatkan segala properti dan nuansa alam yang sudah ada dan cenderung yang lebih banyak diadopsi adalah natural keunikan alam atau lingkungannya (di pantai, pasar, gunung, dan sebagainya)

2. Storyboard

Storyboard adalah jalan lain untuk menjelajahi kemungkinan narasi atau untuk melatih sebuah penampilan. Para orang tua mengatakan bahwa “sebuah gambar dapat menerangkan ribuan kata” sangat cocok untuk storyboard. Pada umumnya, pada pembuatan film, buku komik dan animasi, sebuah skrip dikembangkan sebelum storyboard dibuat. Penerangan cerita tidak selalu memerlukan skrip yang selesai untuk mengambil keuntungan dalam proses storyboard.

Dalam memproduksi video klip hal pertama yang harus dituangkan dari konsep adalah Storyboard, karena dari storyboard seorang sutradara video klip dapat mengungkapkan imajinasinya melalui gambar-gambar konsep visual yang bercerita. Dari storyboard lah seorang klipper akan lebih mudah berkonsentrasi dalam hal-hal yang bersifat teknis visual, penataan cahaya, penataan artistik, camera angle, ataupun performance sang artis.

3. Peralatan syuting/produksi

Peralatan yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh klip seperti apa yang akan dibuat, hanya saja pasti ada alat utama yang harus ada terutama:

a. Kamera dengan kelengkapan seperti tripod, dolly, dolly track, crane. b. Lighting dengan kelengkapan stang, filter dan sebagainya.

STIKOM


(19)

4. Memperkuat kru

Pastikan anda bersama kru dan tim yang kompak dengan dipimpin seorang sutradara dalam pelaksanaan produksinya. Dalam penentuan kru tidak ada patokan berapa jumlalmya. Semuanya sangat tergantung dari produksi itu sendiri seberapa banyak ia membutuhkan tenaga.

5. Pengambilan gambar

Setiap gambar yang diambil tentunya berdasarkan storyboard yang telah dibuat. Shot-shot untuk video klip sebenarnya tidak ada aturan khusus secara teknis tetapi dalam instruksi dan istilah-istilah yang dipakai tetap menggunakan aturan secara umum. Misal: Close Up, Medium shot, Cut, Cue, Running, dan sebagainya. Hal ini tentunya adalah untuk memudahkan dalam hal pelaksanaan teknis saat pra produksi, produksi dan penyuntingan.

6. Editing

Pada era yang serba digital ini, editing mempunyai peranan yang cukup penting dalam proses akhir produksi sebuab video klip. Bahkan editing juga dapat mengatasi segala keterbatasan alat pada saat produksi untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan storyboard. Namun dengan hebatnya teknologi editing yang ada, sebagai seorang video klipper tetap dituntut harus mampu memperoleh produksi semaksimal mungkin tanpa tergantung dari editing.

STIKOM


(20)

2.3 Skenario

Dalam materi perkuliahan (Wibisono, 2011: 71) dijelaskan pengertian scenario adalah alat pertama yang dipakai sebagai dasar untuk merencanakan segala macam produksi media audio visual, baik yang berformat talk show, rality show, game, quiz, news, liputan, dokumenter, hingga film cerita. Penjelasan ini dipertegas dalam buku yang berjudul Bikin Film Indie Itu Mudah (Widagdo & Gora, 2007: 30) dijelaskan bahwa dramatic sebuah cerita dipahami sebagai unsur karya film yang dapat membuat penonton selalu merasa ingin mengikuti cerita film tersebut hingga akhir. Ada beberapa unsur yang bisa memperkuat dramatik cerita sebuah film, yaitu:

1. Informasi cerita

Suara (dialog, sound effect, dan ilustrasi musik), tempat atau setting cerita, waktu (identifikasi waktu,flashback, lapse oftime, periode sebuah masa, dan waktu yang biasa pada kehidupan sehari-hari), informasi masa datang.

2. Konflik

Bisa diartikan terjadinya action. 3. Suspence

Ketegangan yang dihasilkan oleh konflik dalam sebuah cerita akan membawa penonton ke dalam suasana dalam cerita tersebut.

4. Curiosity

Adalah antisipasi dengan dari para penonton yang bisa memancing rasa penasaran penonton atas sebuah adegan. Contoh seorang ninja tiba-tiba saja

STIKOM


(21)

bersembunyi sambil melirikkan matanya ke sekeliling ruangan sebagai tanda waspada.

5. Surprise

Lebih dipahami sebagai sebuah action yang dilakukan atau terjadi di luar dugaan. Surprise bisa dimunculkan jika penonton sebelumnya berada dalam keadaan mampu menduga reaksi apa yang bisa terjadi setelah aksi tersebut.

Dalam buku yang berjudul Bikin Film Indie Itu Mudah (Widagdo & Gora, 2007: 32) dijelaskan beberapa tahap dalam mengolah sebuah ide cerita menjadi sebuah skenario sebagi blue print dalam pembuatan film. Langkah pembuatan skenario, yaitu:

1. Ide pokok tema

Ide pokok adalah sebuah jawaban mengenai pertanyaan yang mendasar pada sebuah film, yakni apa yang hendak dibicarakan dalam film tersebut. Ide pokok dituliskan sebuah kalimat pernyataan.

2. Basic story

Basic story menjadi pangkal dari struktur cerita. Meskipun ringkas, basic story mengandung informasi-informasi mendasar tentang sebuah film: ternpat dan waktu peristiwa, tokoh utama dan tokoh penting lainnya yang mendukung, konflik yang menghidupkan suasana, gambaran ringkas perkembangan alur cerita, klimaks dan penyelesaian konflik.

3. Sinopsis

Sinopsis berisi ikhtisar film, alur cerita, konflik, maupun tokoh yang penting dan memengaruhi plot, termasuk informasi tempat dan waktu kejadian.

STIKOM


(22)

Sedangkan secara umum sinopsis ditulis dalam tiga bagian alinea. Alinea pertama berisi informasi identifikasi, alinea kedua tentang konflik yang terjadi dan perkembangan alur ceritanya, sedangkan alinea terakhir mencakup klimaks dan penyelesaian konflik.

4. Treatment

Treatment yaitu sketsa dari sebuah skenario dan menjadi kerangka ceritanya. Fungsi utama treatment adalah membuat sketsa penataan konstruksi dramatik. Jika treatmen sudah tepat, maka perlu diperhatikan untuk tidak sekali-kali keluar dari alur treatment tersebut ketika menulisnya menjadi skenario.

5. Skenario

Jika sinopsis adalah penuturan cerita secara literatur, maka skenario adalah peraturan secara filmis, dengan penataan secara khusus skenario adalah draft akhir sebuah jalinan cerita yang siap divisualisasikan menjadi sebuah karya film.

2.4 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)

Di dalam pembuatan film terdapat beberapa sudut pandang kamera yang digunakan dalam shoting, beberapa sudut pandang kamera, kontinuitas, komposisi dan editing. Sudut pandang kamera (Angle Camera) adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili sudut pandang penonton. Dengan demikian penempatan kamera ikut menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat oleh penonton atau oleh kamera

STIKOM


(23)

pada suatu shot. Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita (Biran, 2006).

Penempatan sudut pandang kamera dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah di-shot bisa jadi tidak tertangkap atau sulit dipahami penonton. Oleh karena itu penempatan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan. Dalam buku The Making of 3D Animation Movie (Zaharuddin, 2006) diterangkan beberapa hal mengenai kamera. Diantaranya adalah karakteristik shot, dan berbagai macam perpindahan kamera.

2.4.1 Shot Sizes

Dalam dunia pertelevisian dan perfilman terdapat beberapa ukuran shot yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar. Beberapa shot sizes itu adalah:

1. Extreme Long Shot (ELS) Komposisi:

Sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Tujuan:

Memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu tempat.

2. Very Long Shot (VLS) Komposisi:

Panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Tujuan:

STIKOM


(24)

Untuk menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak. 3. Long Shot (LS)

Komposisi:

Total, dari ujung kepala hingga ujung kaki, gambaran manusia seutuhnya. Tujuan:

Memperkenalkan tokoh utama atau seorang pembawa acara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan di mana dia berada dan suasana. LS biasanya digunakan sebagai opening shot, dilanjutkan dengan zoom in hingga ke medium shot yang menggambarkan wajah tokoh yang bersangkutan secara lebih detail.

4. Medium Long Shot (MLS)

Dengan menarik garis imajiner dari posisi LS lalu zoom-in hingga gambar menjadi lebih padat, maka kita akan memasuki wilayah Medium Long Shot (MLS). Komposisi seperti ini sering dipakai untuk memperkaya keindahan gambar.

5. Medium Shot (MS) Komposisi:

Memperlihatkan subjek orang dari tangan hingga ke atas kepala sehinggapenonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Tujuan:

Untuk shoting wawancara. 6. Medium Close Up (MCU)

MS dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan

STIKOM


(25)

background yang masih bisa dinikmati, MCU justru memperdalam gambar dengan dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang direkam. Latar belakang itu nomer dua, yang penting adalah profil, bahasa tubuh, dan emosi obyek bisa terlihat lebih jelas.

7. Close Up (CU) Komposisi:

Obyek (seseorang) direkam gambarnya penuh dari leher hingga ke ujung batas kepala. Fokus kepada wajah.

Tujuan:

Menggambarkan emosi atau reaksi seseorang dalam sebuah adegan (marah, kesal, senang, sedih, kagum kaget, jatuh cinta). Dengan eksplorasi CU, kita bisa mendapatkan angle terbaik untuk menciptakan gambar yang berbicara. Ketajaman mata, ekspresi, kedipan mata, reaksi, emosi hingga ke bahasa tubuh akan tercermin dalam raut wajah sang narasumber dengan jelas. Komposisi CU juga

8. Big Close Up (BCU) Komposisi:

Lebih tajam daripada Close up. Tujuan:

Menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah, emosi, keharuan. Untuk penyutradaraan non drama , BCU adalah tata bahasa yang berlaku untuk produksi talk show dan kuis, terutama untuk menggambarkan rekasi dari penonton yang sedang larut dalam pembicaraan.

STIKOM


(26)

Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu. BCU dapat juga digunakan untuk objek berupa benda seperti: wayang, batu cincin ataupun makanan.

9. Extreme Close Up (ECU)

ECU adalah pengambilan gambar close up secara lebih berani dengan menampilkan salah satu bagian tubuh/ wajah (mata, bibir, hidung) dengan frame yang sungguh-sungguh padat. Kekuatan ECU adalah pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu bagian objek saja. Komposisi macam ini banyak dibutuhkan dalam video musik dan kerapkali digunakan sebagai transisi gambar menuju shot berikutnya dengan komposisi dan angle yang berbeda.

10.Over Shoulder Shot (OSS)

Over Shoulder Shot adalah pengambilan gambar subject/object yang diambil dari punggung/bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi shot semacam ini membantu kita untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame, dan mendapatkan „feel’ saat menatap seseorang dari sudut pandang orang lain. OSS sangat dianjurkan saat ada percakapan atau dialog antara dua orang. 11.Two Shot

Ada beberapa variasi untuk Two Shot, tetapi ide dasarnya adalah untuk mendapatkan pengambilan gambar yang pas untuk dua subject. Biasa digunakan dalam wawancara atau ketika presenter sedang melakukan show.

STIKOM


(27)

Two-shot sangat dianjurkan untuk menetapkan relasi antara kedua subject yang diambil. Komposisi two-shot dapat juga disertai gerakan atau atau aksi. Ini adalah cara yang bagus untuk mengikuti interaksi antara kedua orang yang bersangkutan tanpa merasa terganggu (gambar 2.1).

Gambar 2.1 Camera Shots, Angles and Movement

(http://ryanmillsa2blog.blogspot.com/2010/09/camera-angles.html)

2.4.2 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Obyek

1. High Angle

Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya memiliki status social yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan berbeban berat.

STIKOM


(28)

2. Eye Level

Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek. Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton sejajar.

3. Low Angle

Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya. 2.4.3 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Subyek

1. Objective Camera Angle

Angle ini menempatkan kamera dari sudut pandang penonton yang tersembunyi. Kamera melihat dari sudut pandang penonton dan tidak dari sudut pandang pemain tertentu. Camera Angle Obyektif tidak mewakili siapa pun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada kamera yang sedang mengambil gambar tentang dirinya atau dengan kata lain pemain tidak merasa bahwa apa yang dilakukannya ada yang melihat.

2. Subyective Camera Angle

Kamera ditempatkan dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya pemain melihat ke arah penonton. Kamera dapat juga ditempatkan dari sudut pandang pemain yang memperhatikan pemain lainnya dalam suatu adegan.

STIKOM


(29)

2.4.4 Point of View Camera Angle

Point of View Camera Angle adalah gabungan antara obyektif dengan subyektif yang merekam adegan dari titik pandang pemain tertentu (Marner, 1972). Cara pengambilannya dengan meletakkan kamera sedekat mungkin dengan pemain yang titik pandangnya digunakan sehingga mendapat kesan kamera menempel di pipinya. Dalam hal ini penonton menyaksikan peristiwa yang terjadi dari sisi pemain tersebut.

2.4.5 Komposisi Gambar

Komposisi berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Seorang sutradara atau cameramen harus bisa memutuskan apa yang masuk dan apa yang tidak perlu masuk ke dalam bingkai (frame) (Lesie, 2000). Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada viewfinder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing. Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest/ obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya dalam frame. Komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan. Unsur-unsur pendukung komposisi sebagai berikut:

STIKOM


(30)

1. Wujud (Shape)

Tatanan dua dimensional, mulai dari titik, garis lurus, poligon (garis lurus majemuk/terbuka/tertutup), dan garis lengkung (terbuka, tertutup, lingkaran). 2. Bentuk (Form)

Tatanan yang memberikan kesan tiga dimensional, seperti kubus, balok, prisma, dan bola.

3. Pola (Pattern)

Tatanan dari kelompok sejenis yang diulang untuk mengisi bagian tertentu di dalam bingkai foto, sehingga memberikan kesan adanya keseragaman.

4. Tekstur (texture)

Tatanan yang memberikan kesan tentang keadaan permukaan suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut, dan seterusnya). 5. Kontras (contrast)

Kesan gelap atau terang yang menentukan suasana (atmosphere/mood), emosi, dan penafsiran sebuah citra.

6. Warna (Colour)

Unsur warna yang dapat membedakan objek, menentukan mood daripada foto kita, serta memberi nilai tambah untuk menyempurnakan daya tarik.

2.4.6 Editing Gambar

Editing adalah jiwa dari sebuah film/ video. Editing adalah suatu proses MEMILIH, MENGATUR dan MENYUSUN shot-shot menjadi satu scene; menyusun dan mengatur scene-scene menjadi satu sequence, hingga akhirnya

STIKOM


(31)

menjadi rangkaian shot-shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Editing yaitu suatu proses memilih atau menyunting gambar dari hasil shoting dengan cara memotong gambar ke gambar cut to cut atau dengan menggabungkan gambar-gambar dengan menyisipkan sebuah transisi (Biran, 2006).

2.5 Special Effect Split Screen

Dalam produksi film, split screen secara tradisional adalah membagi layar / frame menjadi dua, tetapi juga dalam gambar beberapa simultan, seolah-olah bahwa frame layar itu adalah pandangan mulus realitas, mirip dengan mata manusia. Sampai kedatangan teknologi digital di awal 1990-an, sebuah layar split ini dilakukan dengan menggunakan printer optik untuk menggabungkan dua atau lebih tindakan difilmkan secara terpisah dengan menyalin mereka ke negatif yang sama, yang disebut komposit. Dalam pembuatan filmvidoe klip split screen juga merupakan teknik yang memungkinkan seorang aktor untuk muncul dua kali dalam sebuah adegan (seolah-olah mereka kloning atau telah melakukan perjalanan melalui waktu). Teknik yang paling sederhana adalah dengan mengunci kamera dan memotret tempat kejadian dua kali, dengan satu "versi" dari aktor yang muncul di sisi kiri, dan yang lainnya di sisi kanan. Lapisan antara dua split ini dimaksudkan untuk menjadi tak terlihat, membuat duplikasi tampak realistis.

Dalam video klip, teknik split screen akan berfungsi di adegan inti yang akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik split screen akan

STIKOM


(32)

memperlihatkan personil-personil dari band dan membagi antara scene cerita dari video klip dengan scene yang menampilkan aksi panggung dari band..

2.6 Time lapse in Cinematography

Merupakan satu proses pengaturan framerate untuk menghasilkan perubahan efek gerak pada gambar yang akan di proyeksikan. Time lapse merupakan teknik cinematography untuk merubah sistem perekaman pada kamera, dengan cara merubah framerate yang ada pada kamera film. Teknik perubahan frame rate tersebut akan berpengaruh pada pergerakan gambar yang di proyeksikan pada proyektor dengan kecepatan 24frame/detik. Efek yang akan dihasilkan dengan merubah frame rate tersebut akan menghasilkan efek slow motion dan efek fast motion.

Kamera film memiliki framerate variabel dari 5-150 fps. Untuk merekam gambar dengan pergerakan gambar secara normal dibutuhkan frame rate 24 frame per detik. Untuk menciptakan pergerakan gambar dengan teknik slow motion kita harus menggunakan frame rate sekitar 75-150 fps tergantung dari kebutuhan seberapa lambat efek yang akan dihasilkan. Efek slow motion ini akan terlihat hasilnya setelah gambar di proyeksikan secara normal pada gerak 24 frame per detik.

Sementara untuk menciptakan efek gerak cepat atau fast motion. Kamera film harus kita setting dengan menggunakan framerate 5-18 fps. Sehingga setelah film di proses dan diproyeksikan pada proyektor dengan framerate 24 frame per

STIKOM


(33)

detik, maka efek yang akan dihasilkan pergerakan gambar akan terlihat bergerak dengan cepat.

2.6.1 Slow Motion

Slow Motion atau Slowmo adalah efek dalam video dimana gerakan dalam video itu jadi lebih lambat dan bisa diamati dengan lebih seksama. Penggunaan efek slow motion ini bermacam-macam, dan manfaatnya juga beraneka ragam. Intinya gambar yang lebih dtampilkan akan tampak lebih dramatis dan unsure seni nya lebih terlihat. (http://malesbanget.com/2012/03/penggunaan-slow-motion-yang-asik/#ixzz2O4g4sL95)

2.7 Band (Grup Musik)

Sebuah band / grup musik adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa anggota dimana tiap anggota memainkan suatu instrument tertentu termasuk penyanyi. Tiap-tiap ragam jenis musik memiliki aturan yang berbeda atas jumlah dan komposisi instrumentnya, begitu pula halnya dengan lagu-lagu atau musik yang dibawakan pada permainan ensembel tersebut (artikata.com).

Penampilan musik klasik, trio ataupun kuartet meracik suara dari beberapa instrument musik (seperti piano, dawai dan tiup) ataupun mengelompokkan sesuai jenisnya masing-masing seperti pada penampilan ensembel dawai, ataupun ensembel tiup. Pada bentuk penampilan ensembel rock, biasanya disebut sebagai band rock, umumnya terdiri atas beberapa gitar, seorang pemain keyboard, sebuah piano elektrik dan seorang drummer (artikata.com).

STIKOM


(34)

27

Pada BAB III ini akan dijelaskan tentang perancangan karya dalam proses pembuatan video klip band STDC dengan penggabungan teknik split screen dan slow motion. Menjelaskan konsep atau pokok pikiran utama yang menjadi dasar rancangan karya yang akan dibuat.

3.1 Metodologi Penelitian

Untuk dapat membuat karya video klip yang baik perlu dilakukan sebuah perencanaan terlebih dahulu secara matang agar hasil yang di dapat bisa maksimal dan sesuai dengan tujuan. Adapun proses yang dilakukan yaitu mengumpulkan data.

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu : a. Observasi

Melakukan pengamatan terhadap aliran genre musik post hardcore baik dari musik maupun video klipnya. Juga melakukan pengamatan terhadap perkembangan grup musik beraliran post hardcore yang berkembang di Indonesia saat ini. Seperti terletak di daerah pulau Jawa yang paling menonjol berada di kota Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Di luar pulau jawa adalah pulau Bali yang mulai bermunculan band beraliran post hardcore.

STIKOM


(35)

. b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara akurat yaitu menggunakan metode wawancara. yang dilakukan secara langsung metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dalam.Metode ini termasuk digolongkan dalam data primer. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang mengadakan tanya jawab terhadap pihak-pihak yang bersangkutan baik secara tertulis maupun secara lisan guna memperoleh keterangan. Pihak yang akan diwawancarai adalah anggota band STDC yaitu, Andry (vokal), Anggy (Guitar/vocal clean), Andy (Guitar), Rendha (bass), Reka (drum), Wildan (keyboard) dan Billy (manager). Setelah melakukan wawancara tahapan selanjutnya adalah menganalisa data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder.

3.2 Tahap Analisis

Tahap yang pada akhirnya menjadi disini meliputi menganalisa data baik primer maupun sekunder, survey lokasi yang sesuai dengan konsep genre musik kompetitor serta teknik video clipsplit screen dan slow motion , yang pada akhirnya menjadi storyboard, untuk kemudian menjadi bekal untuk pengambilan gambar dan menjadi acuan editing.

Storyboard adalah gambaran untuk dijadikan acuan saat melakukan pengambilan gambar. Storyboard meliputi gambar atau arahan sudut kamera, dan

STIKOM


(36)

alur cerita. Storyboard berfungsi untuk memudahkan proses pengambilan gambar dan memudahkan dalam alur proses editing.

1. Studi Eksisting

Dalam setiap pembuatan karya multimedia, dilakukan proses studi eksisting, yaitu kegiatan menelusuri dan mengamati dengan seksama karya

multimedia yang sudah ada sebelumnya. Objek yang digunakan sebagai studi eksisting bisa dianggap sebagai kompetitor. Kegiatan ini bermanfaat agar dapat menghasilkan suatu karya yang sempurna, karena telah

mempelajari kelebihan, kekurangan, kesempatan dan ancaman (SWOT) karya yang sebelumnya telah ada di masyarakat. Eksisting yang digunakan dalam karya saya adalah Band Memphis May Fire.

3.2.1 Profil Eksisting

1. Band Memphis May Fire

Band Memphis May Fire terbentuk pada desember 2006 yang terdiri dari 5 personil yang berasal dari negara Amerika di kota Dallas. Texas. Pada saat Matty Mullins sang vokalis membentuk band ini dan menamakan secara resmi pada awal Februari 2007 kepada masyarakat. Band ini beraliran post hardcore dan sudah mendunia untuk pecinta music aliran post hardcore (gambar

STIKOM


(37)

3.1).

Gambar 3.1 Cover Band Memphis May Fire Sumber: (youtube.com)

2. Jenis Lagu

Memphis May Fire termasuk band indie asal kota Texas yang beraliran post hardcore. Dalam setiap penampilan band Memphis May Fire selalu membawakan lagu ciptaan sendiri. Beberapa lagu diantaranya adalah ghost in the mirror yang digunakan pada soundtrack untuk film Saw VI.

3. Video Klip

Video klip pertama yang dibuat Memphis May Fire adalah vide klip dari lagu “The sinner”, video klip ini menceritakan tentang sesorang yang sudah mati di neraka meminta tolong kepada orang yang dicintainya untuk menyelamatkan dirinya agar bisa terus bersama dengan dirinya.

STIKOM


(38)

4. Segmentasi Lagu

Lagu – lagu yang terdapat dalam band Memphis May Fire mensegmentasikan kepada usia remaja dewasa perkotaan dimana remaja dewasa cenderung menuntut kebebasan dan juga idealis.

5. Kekuatan

Dalam performance para personil tampil dengan atraktif, dibantu dengan penataan panggung yang dapat membangkitkan suasana penonton. Pada pembuatan video klip, video dibuat dengan lighting dan pengambilan gambar yang menonjolkan sisi aliran lagu.

2. Analisis Kompetitor

Untuk memperdalam ide dan konsep, dilakukan kajian terhadap beberapa karya video klip yang sudah ada sebagai kompetitor grup, salah satunya adalah band indie bernama Divide.Hal ini dikarenakan band ini memiliki kesamaan dalam genre musik.

3. Analisis Lyric

Arti lirik lagu pada awalnya berawal dari bahasa puisi yang diapresiasikan oleh sarana kesenian salah satunya lirik lagu dalam seni musik. Seni musik yang awalnya merupakan kegiatan mengolah nada dan irama untuk menghasilkan komposisi suara yang harmonis (instrumentalia) memerlukan media bahasa untuk menyampaikan ide dan gagasan, maka hal inilah yang melatari kehadiran lirik dalam sebuah lagu. Bahasa lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi. Hal ini diungkapkan sesuai dengan pengertian lirik lagu menurut Semi (1988:106) yang mengatakan “lirik

STIKOM


(39)

dalam sebuah lagu adalah puisi pendek yang mengekspresikan emosi untuk disampaikan kepada pendengar musik. Hal ini diperkuat pada definisi lain mengenai lirik lagu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:528) yaitu lirik lagu adalah karya puisi yang dinyanyikan bentuk ekspresi emotif dalam bunyi dan kata.

Lirik lagu band Sebuah Tawa Dan Cerita (STDC) – The Awakening If we could be your wings

We’ll make you fly again eventhough we are only a human This burden will become lighter than you ever dreamed of Than you ever dreamed of

Though I have livedunder their shadows

Though my soul was corrupted by their blood but [their blood but]

He forgive and forget all of my sins Mydoor is being given

Forgiveness is all mine Enough with this Enough with this fake

Jumped through the labyrinth

I’ve been walking without your direction Obeying those words, I’m giving death

The loneliness within me was the result of void Remember the last eve when you hold me tight Recover my wound

The loneliness within me was the result of void Remember the last eve when you hold me tight Recover my wound

All those nightmare has been gone

Trapped within the reflection of the mirror

Then realised and realised that his thought is real! He gave me everything that shinning for me

The loneliness within me was the result of void I have let him in, surrounding me

STIKOM


(40)

Like having a cold pure water inside me Now I feel secure without fear and have a faith Which pointing only for you bless.

Jika kita bisa menjadi sayapmu

Kami akan membuat Anda terbang lagi walaupun kita hanya manusia Beban ini akan menjadi ringan dari Anda pernah bermimpi

Daripada Anda pernah bermimpi

Meskipun aku telah livedunder bayangan mereka Meskipun jiwaku dikorupsi oleh darah mereka tetapi [darah mereka tetapi]

Dia memaafkan dan melupakan semua dosa-dosaku Mydoor sedang diberikan

Pengampunan adalah milikku Cukup dengan ini

Cukup dengan palsu ini Melompat melalui labirin

Aku sudah berjalan tanpa arah Anda

Mematuhi kata-kata, aku memberikan kematian Kesepian dalam diri saya adalah hasil dari kekosongan Ingat malam lalu ketika kau memelukku erat

Recover lukaku

Kesepian dalam diri saya adalah hasil dari kekosongan Ingat malam lalu ketika kau memelukku erat

Recover lukaku

Semua mimpi mereka telah pergi Terjebak dalam refleksi cermin

Kemudian menyadari dan menyadari bahwa pemikirannya adalah nyata! Dia memberi saya segala sesuatu yang bersinar bagi saya

Kesepian dalam diri saya adalah hasil dari kekosongan Saya telah membiarkannya masuk, mengelilingi saya Seperti memiliki air murni dingin dalam diriku

Sekarang saya merasa aman tanpa rasa takut dan memiliki iman yang Yang menunjuk hanya untuk Anda memberkati.

STIKOM


(41)

Menurut pencipta lagu “The Awakening” bassist band STDC (Sebuah Tawa Dan Cerita) bernama Rendha Saksilahasil wawancara pada tanggal 15 april 2013 pada jam : 20.00 WIB. Lagu ini tercipta pada tanggal 15 november 2011 dan rilis pada tanggal 15 januari 2012 berkisahkan tentang seorang manusia yang mengalami pencerahan tentang hidupnya. Setelah melewati semua penderitaan dan kesusahan itu yang membawanya pada suatu titik, dimana dia menyadari semua kesalahan yang telah ia perbuat dan pada akhirnya, ia menemukan tuhan dan kebenaran. Awal mula saya membuat lagu “The Awakening” karena terinspirasi oleh keadaan disekitar saya yang membuat saya prihatin terhadap generasi muda saat ini yang seringkali terjerumus dalam hal-hal negatif atas penderitaann-penderitaan yang mereka alami, sehingga pada akhirnya hanya keburukan dan penyesalan yang tersisa. Pada saat itulah mereka harus bangkit dari semua keterpurukan dan berpegang teguh terhadap kepercayaan pada tuhan.

3.2.2 Profil Kompetitor 1. Band Divide

Band Divide pertama berdiri pada awal tahun 2010 dengan 6 personil, berkonsep tentang Tuhan dan manusia sosial. Kesinambungan antara yang kaya dan miskin, ras manusia, dan segala hal yang menginspirasikan dalam hal menulis lagu dan lirik. Pada tanggal 25 Desember, Divide mulai mengeluarkan album pertama. Setelah itu mulai melebarkan sayap dengan bermain di beberapa kota di Jakarta.

STIKOM


(42)

Pada tahun kedua Divide mulai tampil di luar Indonesia seperti di Perth, Australia dan Singapore sebagai pembuka band Hardcore America, Emmure.

2. Jenis Lagu

Divide termasuk band indie yang beraliran post hardcore. Dalam setiap penampilannya band Divide selalu membawakan lagu ciptaan sendiri. Beberapa lagu diantaranya adalah come here we’re going down, the 4th, the truth : watchers, dll.

3. Video Klip

Video klip pertama yang dibuat Divide adalah video klip dari lagu “titik dalam koma”, video klip ini menceritakan tentang ribuan pahlawan yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk memerdekakan negeri ini (gambar 3.2).

Gambar 3.2 Gambar video klip ”titik dalam koma” band DIVIDE Sumber: (youtube.com)

4. Segmentasi Lagu

STIKOM


(43)

Lagu – lagu yang terdapat dalam band Divide mensegmentasikan kepada usia remaja dewasa perkotaan dimana remaja dewasa cenderung menuntut kebebasan dan juga idealis.`

5. Kekuatan

Dalam performance para personil tampil dengan atraktif, dibantu dengan penataan panggung yang dapat membangkitkan suasana penonton. Pada pembuatan video klip, video dibuat dengan lighting dan pengambilan gambar yang menonjolkan sisi aliran lagu.

3.2.3 Segmentation, Targeting, Positioning

Pembagian segmentasi, target audien dan posisi video klip sangat diperhatikan agar yang akan dihasilkan bisa sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar.

Tabel 3.1 Analisis STP

Analisa Subyek

Segmentasi Geografis Untuk remaja dewasa di daerah perkotaan.

Demografis Usia = 15-35 Tahun Remaja Dewasa

Jenis Kelamin = Laki-laki, perempuan

STIKOM


(44)

Target Psikografis Kelas Sosial (Menengah bawah – Menengah ke atas)

Praktis Freedom Idealis

Positioning Sebagai band indie yang beraliran post hardcore.

3.2.4 Teknik Split Screen

1. Video Klip Extreme – Stop The World

Dalam video klip stop the world ini, teknik yang digunakan adalah menggunakan dua layar screen yang dijadikan satu biasanya proses ini dilakukan saat editing, teknik ini biasa disebut dengan teknik split screen. Dalam video ini menggambarkan cerita tentang sebuah perjalan hidup yang diibaratkan dengan kereta yang melaju terus kedepan, itulah hidup terkadang kita ingin berhenti sejenak untuk menikmati hidup ini.

Dalam scene dari video klip ini dgambarkan para personil dari grup band extreme, dan memakai setting tempat dalam mesin raksasa yang terus berputar dan juga dalam kereta yang terdapat dalam cerita video klip ini.

STIKOM


(45)

Yang harus diperhatikan dalam pemakaian teknik ini yaitu kesinambungan cerita dengan layar yang terbagi menjadi dua atau lebih sehingga nantinya para audience yang menyaksikan video klip ini dapat memahami makna yang terdapat pada lagu tersebut. Diusahakan dalam proses produksi nantinya bila menggunakan teknik ini harus benar-benar detail dalam pembuatan storyboard sehingga tidak ada kesalahan yang terjadi saat proses editing nantinya (gambar 3.3).

Gambar 3.3 Gambar Video Klip Stop The World 2. Analisis video klip Extreme – Stop The World

Video klip ini tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari video klip ini adalah efek dan tone warna yang memberikan kesan visual dramatis dan energik dalam visualisasinya,

STIKOM


(46)

pemakaian setting lokasi yang sangat baik memperkuat kesan visual yang ingin disampaikan disetiap scene nya. Kelemahan dari video klip ini adalah terlalu banyak menonjolkan atau memperlihatkan masing-masing personil band, sehingga untuk pemahaman terhadapa pesan yang ingin dsampaikan dari lagu tersebut kurang.

3.2.5 Teknik Slow Motion

1. Video Klip Green Day – Time Of You Life

Dalam video klip time of your life ini, teknik yang digunakan adalah dengan memperlambat speed dari video tersebut biasanya proses ini dilakukan saat editing, teknik ini biasa disebut dengan teknik slow motion. Dalam video ini menggambarkan cerita tentang ratapan tentang kehidupan manusia ini, bagaimana kita menghargai setiap waktu yang kita miliki dalam hidup ini. Dalam scene dari video klip ini dgambarkan para personil dari grup band greenday, mereka melakukan beberapa aktifitas manusia pada umumnya, beberapa adegan memakai teknik slow motion untuk memperkuat sisi dramatis dari ratapan itu sendiri.

Yang harus diperhatikan dalam pemakaian teknik ini yaitu pengaturan speed dalam video ini harus tepat dan sesuai dengan irama ketukan dari lagu yang dibawakan, sehingga tidak menimbulkan kesan efek yang terlalu berlebihan atau tidak sesuai dengan lagu tersebut. Diusahakan dalam proses produksi

STIKOM


(47)

nantinya bila menggunakan teknik ini harus benar-benar detail dalam pembuatan storyboard sehingga tidak ada kesalahan yang terjadi saat proses editing nantinya.

Pengambilan gambar pada video klip ini berlokasikan di berbagai tempat seperti, jalan raya, pertokoan, dalam rumah dan lain-lain (gambar 3.4)

Gambar 3.4 Gambar Video Klip Time Of Your Life 2. Analisis Video Klip Green Day – Time Of You Life

Video klip ini memeiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pada video ini adalah penggunaan teknik slow motion dan fast motion pada proses editing sehingga menimbulkan kesan yang dramatis, bisa menggambarkan tentang waktu seolah-olah talent sedang memikirkan apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Pemberian warna yang ringan pada video ini memberikan kesan nyaman pada mata, sehingga kita tidak terlalu berat untuk menyaksikannya. Kelemahan yang dimiliki video klip ini adalah

STIKOM


(48)

tentang jalan cerita yang kurang tepat terhadap lagu yang dibawakan dan pembagian waktu slow motion terlalu cepat sehingga pemirsa dipaksa untuk lebih dalam lagi memahami isi dari lagi tersebut.

3.3 Pra Produksi

Dalam sebuah perancangan agar permaslahan dalam pembuatan video klip dapat terpecahkan, maka dibuatlah bagan yang menjelaskan tentang alur produksi dalam pembuatan video klip tersebut. Alur yang dibuat untuk pra produksi, produksi hingga pasca produksi. Dalam perancangan bagan pra produksi terdapat bagan yang mempermudah alur produksi. Setelah perancangan pra produksi selesei akan dilanjutkan pembuatan video klip tersebut.

3.3.1 Metodologi Perancangan

Uraian analisa dan perancangan yang akan dilakukan dalam pembuatan video klip ini berawal dari data mengenai band STDC dan ide cerita yang didapat dari lagu yang dipakai untuk video klip. Secara garis besar dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

Dalam pembuatan video klip ini, awalnya akan mencari data-data yang terkait dari sumber-sumber yang dibutuhkan. Data dari band STDC itu sendiri, mulai dari sejarah band tersebut, lagu yang akan digunakan untuk pembuatan video klip, serta data yang dibutuhkan untuk proses produksi video klip tersebut. Setelah semua data tersebut terkumpul, selanjutnya masuk kepada ide cerita yang

STIKOM


(49)

nantinya pokok-pokok dalam ide cerita tersebut harus dikembangkan (gambar 3.5).

Gambar 3.5 Bagan Alur Perancangan

Setelah data dan ide cerita didapatkan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan konsep. Konsep ini mendasari seluruh perancangan yang ada dalam video klip ini. Hasil dari konsep ini diimplementasikan pada seluruh aspek visual yang ada.

Setelah konsep tersedia, maka selanjutnya adalah membuat cerita yang merupakan pengembangan dari ide cerita dari pembuat lagu, cerita yang sudah terbentuk nantinya akan diproses menjadi sebuah synopsis yang mendasari pemilihan setting, tokoh serta pesan yang dimunculkan.

STIKOM


(50)

Naskah terbentuk setelah penentuan cerita selesai, selanjutnya melalui pesan simbolik secara visual dipakai untuk pembuatan storyboard. Masing-masing scene yang ada dibuat untuk menampilkan pesan secara baik hingga mampu mengkomunikasikan symbol yang dipakai.

Selanjutnya proses produksi dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan hasil pra produksi yang telah dibuat. Pada proses produksi ini pengambilan gambar yang akan dilakukan sesuai dengan data yang didapatkan dari pra produksi.

Pada pasca produksi, hasil video akan lakukan proses editing untuk memperkuat pesan visual berdasarkan konsep yang dibuat pada tahap awal. Pada proses pasca produksi ini akan delakukan tekni split screen dan slow motion. Pemberian warna, terang dan gelap pada video juga dilakukan pada bagian ini sesuai dengan konsep. Setelah melalui proses editing, maka video klip dapat dikatakan selesai.

3.3.2 Konsep Perancangan

Pencarian konsep untuk perancangan video klip ini diawali dari pemikiran tentang band STDC, video klip yang akan dibuat dan cerita tentang lagunya. Konsep perancangan video klip ini seperti terjelaskan pada gambar dibawah ini.

Seperti pada gambar perancangan konsep bahwa band STDC ini merupakan band indie yang memiliki penggemar yang mayoritas dari kaum anak muda. Band ini sendiri menitik beratkan pada pesan visual yang ingin disampaikan berdasarkan lagu yang mereka buat.

STIKOM


(51)

Gambar 3.6 Bagan Pencarian Kata Kunci

Dari segi lagu band ini ingin bercerita bahwa kita harus mampu bangkit dari keterpurukan yang melanda diri kita. Pesan lagu ini mengajak pendengarnya untuk mampu bangkit dari segela kekecewaan yang dialami. Dari pesan lagu ini maka muncul pemikiran untuk menggunakan teknik slow motion dalam video klip ini. Teknik ini muncul sebagai symbol untuk mendramatisir scene-scene yang akan membuat para audience merasa bahwa meskipun sulit kita harus mampu bangkit. Dan lebih ingin melihatkan cerita yang berbeda tentang problematika

STIKOM


(52)

yang dialami setiap manusia . Hal inilah yang mendasari teknik kedua dalam video klip ini, yaitu split screen.

Sedangkan video klip sendiri digunakan untuk menceritakan pesan dari lagu dan menampilkannya secara visual. Dari teknik split screen dan slow motion yang dipakai, cerita tentang kebangkitan, dan permainan konsep, maka muncul sebuah kata kunci yang dapat mewakili Band STDC, fungsi video klip dan pesan dari lagu, yaitu young and spirit.

Kata kunci ini selanjutnya diterapkan pada masing-masing bagian dalam perancangan video klip ini. Berikutnya akan dibahas tentang penggunaan teknik dalam perancangan ini dan ide ceritanya.

3.3.3 Tahap Perancangan

Merupakan salah satu tahapan yang penting dalam pembuatan suatu karya multimedia. Pada tahap ini penggunaan teknik video yang dipakai dalam video klip ini, yaitu Split screen dan Slow motion beserta alasan pemilihan teknik ini. Selanjutnya pengembangan ide cerita akan dikembangkan sehingga dapat dijadikan sinopsis.

1. Teknik Video

Konsep dalam pembuatan video klip ini diambil dari milik band Extreme yang menggunakan teknik Split screen, dan band Green Day yang menggunakan teknik Slow motion dalam video klipnya. Dalam perancangan ini digunakan kedua teknik tersebut yaitu Split scren dan Slow motion. Teknik ini dipilih karena disesuaikan dengan ide cerita yang dibuat oleh

STIKOM


(53)

pengarang lagu yaitu tentang kebangkitan kita dari keterpurukan, maka muncul pola pikir seperti tergambarkan pada gambar 3.7

Gambar 3.7 Pola Pikir Pencarian Teknik

Teknik split screen secara tradisional adalah membagi layar / frame menjadi dua, tetapi juga dalam gambar beberapa simultan, seolah-olah bahwa frame layar itu adalah pandangan mulus realitas, mirip dengan mata manusia. Teknik ini dilakukan pada saat proses editing, dengan cara memberikan video tambahan pada frame.

Teknik Slow motion adalah efek dalam video dimana gerakan dalam video itu jadi lebih lambat dan bisa diamati dengan lebih seksama. Penggunaan efek slow motion ini bermacam-macam, dan manfaatnya juga beraneka ragam. Intinya gambar yang lebih dtampilkan akan tampak lebih dramatis. Teknik ini dilakukan pada saat proses editing, dengan cara mengatur speed.

2. Ide Cerita

Ide cerita dalam perancangan video klip ini diambil dari pesan yang terdapat di dalam lagu. Lagu The Awakening ini menceritakan tentang sebuah

STIKOM


(54)

kebangkitan. Baik itu bangkit dari keterpurukan, dari putus cinta, dll. Dalam hal lain menjelaskan tentang kebangkitan dari keputus asaan sifat manusia. Selain itu dalam pembuatannya akan menampilkan lebih banyak tampilan performance band STDC dari isi lagu sehingga menitik beratkan pada performance band STDC dibandingkan dengan isi cerita lagu karena bermanfaat sebagai promosi band STDC.

3. Cerita

Dari pesan lagu yang dibuat oleh pencipta lagu tersebut, dapat dibuat beberapa alternatif cerita yang akan menggambarkan isi pesan dari lagu tersebut. Dibuat tiga alternatif cerita yang dapat menggambarkan pesan lagu, berikut ini adalah alternatifnya:

a. Cerita pertama

Dengan penuh live performance band dan ekspresi personil band dengan memperbanyak memainkan efek-efek tanpa isi cerita pada lagu.

b. Cerita kedua

Cerita ini menceritakan dengan dua orang anak manusia yang saling mencintai tetapi di pisahkan oleh sesuatu contoh nya : keadaan, orang tua, jarak yang jauh, dan perbedaan keyakinan.

c. Cerita ketiga

Tentang bidadari yang terjatuh dari langit ke bumi dan dia tidak bisa terbang kembali ke langit karena salah satu sayap nya patah sehingga dia tidak dapat terbang lagi dan mencari bantuan di sekitar nya.

STIKOM


(55)

Dari ketiga alternatif cerita ini dipilih satu cerita dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor-faktor yang dipertimbangkan di sini adalah kesesuaian dengan konsep dan kata kunci, kemudahan untuk dicerna oleh audience, dapat menceritakan pesan lagu yang dibuat oleh pengarang, memiliki plot yang jelas dan mengandung konflik yang akan menjadi titik puncak, memungkinkan untuk divisualisasikan, dan sesuai dengan ide teknik video klip. Untuk memilih salah satu dari alternative yang dibuat maka dibuat forum kelompok diskusi yang terdiri dari pengarang lagu, orang awam (calon audience), talent, dan teknisi dalam pembuatan video klip. Dari hasil diskusi pada forum kelompok diskusi maka menghasilkan alternative terpilih berdasarkan tabel 3.3.

Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Untuk Pemilihan Cerita

K

eywor

d

Mudah dipaha

mi P esa n ter sa mpaika n P erf or manc e ba nd Visua l S esuai teknik Tota l Cerita 1

1 1 1 2 2 1 8

Cerita 2

2 2 2 1 1 3 11

Cerita 3

3 3 3 3 3 2 17

STIKOM


(56)

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan pada forum kelompok diskusi dan tercantum pada tabel 3.3, maka alternative cerita ketiga terpilih untuk diangkat pada perancangan ini.

Pada tugas akhir ini video clip yang dibuat adalah menggunakan teknik slowmotion dan split screen. Sehingga cerita yang tersampaikan akan menjadi cerita seperti di bawah ini:

Tentang bidadari yang terjatuh dari langit ke bumi dan dia tidak bisa terbang kembali ke langit karena salah satu sayap nya patah sehingga dia tidak dapat terbang lagi kebingungan dan mencari bantuan di sekitar nya.

3.3.4 Sinopsis

Sinopsis pada perancangan video klip ini dibuat berdasarkan cerita yang terpilih kemudian dikembangkan. Pengembangan cerita menjadi synopsis ini akan mempertimbangkan beberapa hal dalam cerita seperti dituliskan pada buku scriptwriting (University, 2005), yaitu mudah dipahami, alur yang baik, memungkinkan untuk diproduksi, dan akan ditambahkan kesesuaian kata kunci.

Dari cerita yang telah dibuat pada pengembangan ide cerita, maka dapat dibuat beberapa alternative synopsis yang berikutnya akan dipilih berdasarkan pertimbangan hal-hal dalam cerita.

STIKOM


(57)

1. Alternatif Sinopsis 1

Dengan penuh live performance band dan ekspresi personil band dengan memperbanyak memainkan efek-efek tanpa isi cerita pada lagu, dengan angle-angle saat memainkan musik pada setiap personil band STDC.

2. Alternatif Sinopsis 2

Cerita ini menceritakan dengan dua orang anak manusia yang saling mencintai tetapi di pisahkan oleh sesuatu contohnya : keadaan, orang tua, jarak yang jauh, dan perbedaan keyakinan. Tapi mereka berusaha bangkit untuk mempertahankan cinta mereka.

3. Alternatif Sinopsis 3

Tentang bidadari yang menggunakan busana serba hitam terjatuh dari langit ke bumi dan dia tidak bisa terbang kembali ke langit karena salah satu sayapnya patah sehingga dia tidak dapat terbang lagi dan mencari bantuan di sekitarnya tetapi bidadari tersebut menyadari kalau sedang sendirian dan tidak ada yang menyadari keberadaannya.

Ketiga alternative sinopsis ini adalah pengembangan dari cerita yang dibuat, dan akan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang terdapat pada buku scriptwriting. Pemilihan dilakukan dengan cara membuat kelompok diskusi yang terdiri dari personil band STDC, tim produksi, talent, orang awam, dan mahasiswa bahasa. Dan dari hasil diskusi yang dilakukan maka terpilih sinopsis ke-x sebagai alternative terpilih berdasarkan hasil dari tabel 3.4

STIKOM


(58)

Tabel 3.2 Tabel Alternative Sinopsis S esuai de nga n ka ta kunc i

Mudah dipaha

mi Alur ce rita b aik P roduk si m uda h Juml ah

Sinopsis 1 1 2 1 3 7

Sinopsis 2 2 1 2 1 6

Sinopsis 3 3 3 3 2 11

Selanjutnya sinopsis ini dibuat untuk menentukan setting, tokoh dan amanat atau pesan.

3.3.5 Setting

Setting lokasi dibuat berdasarkan synopsis yang terpilih. Lokasi terdiri dari dua tempat, yaitu Studio Adventure di Surabaya yang beralamat di Jl. Nginden intan tengah F-1/39 Surabaya (indoor) untuk performance live band STDC, untuk model atau ceritanya berlokasi di Bali lokasi kintamani (outdoor).

3.3.6 Tokoh

Berdasarkan synopsis yang telah dipilih, jumlah tokoh yang digunakan dalam video klip ini berjumlah 7 orang yang terdiri 1 model yang menjadi bidadari berpakaian serba hitam untuk cerita isi lagu the awakening dan sisa nya 6 orang adalah anggota band STDC saat perfomance live band STDC,

STIKOM


(59)

3.3.7 Pesan

Pesan digunakan untuk memberikan keatan pada visualisasi di video klip, yang berasal dari sinopsis dan naskah yang dibuat. Selanjutnya hasil dari pesan yang terpilih ini akan dirangkai kembali untuk membuat storyboard. Berikut adalah pesan yang akan disampaikan dan kemudian dibuat secara visual berupa sketsa :

Putus asa dan gelisah mencari bantuan

Gambar 3.8 Gambar Model Untuk pesan

Pada scene ini menggambarkan keputusasaan dan kegelisahan bidadari mencari bantuan di tempat yang sepi sunyi senyap. Ini menggambarkan bahwa bidadari benar – benar membutuhkan bantuan dan tidak dapat berbuat apa – apa apalagi kita manusia yang harus hidup berkelompok dan saling membantu.

STIKOM


(60)

3.3.8Storyboard

Gambar 3.9 Storyboard

STIKOM


(61)

3.4 Media Promosi

Untuk mendukung dikenalnya album dan video klip The Awekening ini diperlukan adanya media promosi. Beberapa media promosi yang dipakai adalah poster (gambar 3.10), cover CD (gambar 3.11), dan CD box (gambar 3.12). Beberapa merchandise lain juga dibuat untuk mendukung promosi ini.

Gambar 3.10 Gambar Poster

Gambar poster 3.10 untuk digunakan sebagai media promosi pada event pameran tugas akhir yang di selenggarakan di pakuwon trade centre. Selain media promosi poster tersebut juga bisa sebagai informasi mengenai judul tugas akhir didalam poster tersebut terdapat gambar personil band STDC.

STIKOM


(62)

Gambar 3.11 Gambar CD Video klip

Gambar 3.11 CD cakram video klip digunakan untuk identitas cakram tersebut. Terdapat informasi judul lagu, judul tugas akhir, dan nama band.

Gambar 3.12 Gambar CD Box.

Gambar 3.12 CD box untuk membungkus CD cakram video klip agar terjaga dan tidak mudah rusak. Terdapat informasi judul lagu, nama band, dan cerita dari lagu tersebut.

STIKOM


(63)

56 BAB IV

IMPLEMENTASI KARYA

Secara keseluruhan bab ini akan membahas tentang produksi hingga pasca produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Gambar proses produksi dan pasca produksi

Di bagian produksi teknik shake untuk pengambilan gambar nya pada lokasi live performance band STDC yang berada di indoor studio Adventure. lokasi akan ditata seperti yang digambarkan pada storyboard.

Selanjutnya bagian pasca produksi terdiri dari editingnya diberikan beberapa efek antara lain slowmotion dan splitscreen. Pemberian efek ini barguna untuk memberikan kesan mendramatisir pada video klip.

STIKOM


(64)

4.1 Produksi

Bagian produksi akan terbagi menjadi dua, yaitu penggunaan tokoh dan penataan lokasi. Masing-masing bagian akan dijelaskan sebagai berikut.

4.1.1 Setting Tokoh dan Lokasi

Pemilihan tokoh, dan lokasi didasari dari sinopsis yang ada, sedangkan pesan yang dipakai dipilih berdasarkan pesan dari masing-masing adegan yang divisualkan. Berikut ini adalah detail pembahasan tentang tokoh, lokasi dan pesan: 1. Tokoh

Pemilihan tokoh pada gambar 4.2 didasari dari sinopsis yang ada. Tokoh yang muncul berdasarkan sinopsis terdiri dari anggota band sebanyak 6 orang ya dan model berpakaian bidadari yang serba hitam (gambar 4.3).

Gambar 4.2 Gambar Bidadari yang berpakaian serba hitam

STIKOM


(65)

Gambar 4.3 Gambar anggota band STDC 2. Lokasi

Lokasi di yang digunakan untuk produksi video klip ini adalah dua lokasi berada di Kintamani Bali dan studio Adventure Surabaya. Berdasarkan storyboard yang dibuat maka dapat ditentukan banyaknya lokasi yang dibutuhkan setting seperti pada gambar 4.4 dan gambar 4.5.

Gambar 4.4 Gambar Penataan lokasi di Kintamani Bali

STIKOM


(66)

Gambar 4.5 Gambar penataan lokasi studio Adventure di Surabaya

Setelah mendapatkan tempat yang membutuhkan setting, maka masing-masing tempat dapat disetting sesuai dengan yang digambarkan pada storyboard. Penataan masing-masing tempat seperti terlihat pada gambar 4.5. Selanjutnya proses shooting dapat dilakukan. Proses shooting siap dilakukan.

4.1.2 Pengambilan Gambar 1. Teknik Shake

Teknik yang dipakai pada video klip ini adalah Shake, yang mana masing-masing mempunyai tahapan pengerjaan sendiri. Teknik Shake dilakukan ketika proses produksi video khususnya di indoor studio Adventure, sedangkan teknik slowmotion dan splitscreen dilakukan pada bagian paska produksi. Teknik shake dilakukan dengan menjalankan kamera secara naik

STIKOM


(67)

turun dan menaikan speed yang tinggi pada camera seperti sedang mengocok melewati bagian-bagian yang disesuaikan (gambar 4.6).

Gambar 4.6 Hasil Pengambilan Gambar

Hasil pengambilan gambar ini selanjutnya diproses di bagian pasca produksi untuk disatukan dengan lagu dan diberi efek untuk menberikan kesan dramatis pada video klip.

STIKOM


(68)

4.2 Pasca Produksi

Pasca produksi dilakukan untuk menggabungkan video dengan lagu dan memberikan beberapa efek. Pemberian efek pada video ini berguna untuk memberikan kesan dramatis pada video klip.

4.2.1 Editing

Edit yang dilakukan pada sub bab ini adalah pemberian beberapa efek yang berguna untuk memberikan kesan dramatis pada video klip. Teknik-teknik tersebut adalah slow motion, dan splitscreen, yang masing akan dijelaskan pada sub bab berikut.

1. Slow Motion

Slow motion diberikan pada video untuk memberikan kesan gerakan yang sedikit lambat, selain itu berguna juga untuk memberikan kesan dramatis seperti kegunaan efek slowmotion itu sendiri.

Gambar 4.7 Pengurangan Speed Pada Video

Pemberian efek slow motion ini dilakukan pada software video editing dengan cara mengurangi speed sebanyak 60% (gambar 4.7). memberikan efek gerakan lebih pelan pada bagian atau adegan tertentu yang diinginkan.

STIKOM


(69)

2. Split screen

Efek yang ditimbulkan oleh splitscreen adalah untuk membagi layar. Dalam produksi film, split screen secara tradisional adalah membagi layar / frame menjadi dua ataupun lebih. Dalam video klip, teknik split screen akan berfungsi di adegan inti yang akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik splitscreen akan memperlihatkan personil-personil dari band dan membagi antara scene cerita dari video klip dengan scene yang menampilkan aksi panggung dari band.

Gambar 4.8 Hasil Pemberian Efek splitscreen

4.3 Hasil

Setelah proses produksi digabungkan dengan lagu dan diberikan beberapa efek pada bagian pasca produksi, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah

STIKOM


(70)

melakukan proses rendering pada video. Rendering ini berguna untuk menghasilkan video klip secara utuh dengan hasil seperti pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 Hasil Video Klip

Video klip ini merupakan hasil dari pembuatan video klip band STDC (Sebuah Tawa Dan Cerita) berjudul “The Awakening” dengan durasi 3 menit 34 detik. Selanjutnya video klip ini siap untuk ditayangkan di berbagai media untuk diputar

STIKOM


(71)

4.4 Biaya Produksi

Uraian Durasi Harga Satuan Total Sub Total

1 Evie/Model 1 Hari Rp 500,000.00 Rp 500,000.00

Rp

10,415.000.00 2 Sewa studio Adventure 3 Jam Rp 500,000.00 Rp 1,500,000.00

3 Sewa cas kintamani bali 1 Hari Rp 500,000.00 Rp 500,000.00 4 Make up model/artist 1 Hari Rp 500,000.00 Rp 500,000.00 5 Kostum model 1 Hari Rp 600,000.00 Rp 600,000.00

6

Tiket keberangkatan Pesawat Surabaya –

bali 3

Oran

g Rp 475,000.00 Rp 1.425,000.00

7

Tiket keberangkatan Pesawat Bali -

Surabaya 3

Oran

g Rp 380,000.00 Rp 1,140,000.00

8

Sewa Sound, Ampli,

Drum set 1 Hari

Rp

1,250,000.00 Rp 1,250,000.00 9 Hotel Di Bali 2 Hari Rp 250,000.00 Rp 500,000.00

10 Sewa Alat dan Camera 2 Hari

Rp

1,250,000.00 Rp 2,500,000.00

Rp

10,415,000.00

STIKOM


(72)

Tabel 4.1 Biaya Pengeluaran Produksi 4.5 Jadwal Kerja

Tabel 4.2 Jadwal Produksi

NO. KEGIATAN Apr’13 Mei’13 Jun’13

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Penyusunan Bab I 2. Penyusunan Bab

II

3. Penyusunan Bab III

4. Pengumpulan Data Dari Informan

5. Pengolahan Data 6. Penyusunan Bab

IV 7. Produksi

8. Finishing

STIKOM


(73)

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menurut hasil keseluruhan produksi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil dari pembuatan video klip band STDC dengan judul “The Awakening” berdurasi 3 menit 34 detik dengan menggunakan teknik slow motion dan split screen.

2. Cara menyampaikan pesan lagu “The Awakening” Band STDC adalah dengan menampilkan cerita isi yang sesuai dari lirik lagu tersebut yang berupa model wanita yang menggunakan pakaian bidadari serba hitam.

5.2 Saran

Berdasarkan pengerjaan dalam membuat video dengan teknik slow motion dan split screen maka akan diberikan saran yang membuat video dengan teknik tersebut. Saran tersebut adalah :

1. Pemberian efek slow motion dapat membantu efek mendramatisir keadaan atau adegan tersebut.

2. Pemberian efek split screen untuk membagi potongan – potongan gambar dalam 1 layar untuk menghemat durasi dan sesuai dengan makna lagu. 3. Menentukan timing lagu dan adegan harus matang untuk memudahkan pada

saat proses editing.

STIKOM


(74)

Penggunaan steady cam saat bermanfaat pada saat pengambilan gambar untuk mengurangi paning.

STIKOM


(1)

4.4 Biaya Produksi

Uraian Durasi Harga Satuan Total Sub Total

1 Evie/Model 1 Hari Rp 500,000.00 Rp 500,000.00

Rp

10,415.000.00 2 Sewa studio Adventure 3 Jam Rp 500,000.00 Rp 1,500,000.00

3 Sewa cas kintamani bali 1 Hari Rp 500,000.00 Rp 500,000.00 4 Make up model/artist 1 Hari Rp 500,000.00 Rp 500,000.00 5 Kostum model 1 Hari Rp 600,000.00 Rp 600,000.00

6

Tiket keberangkatan Pesawat Surabaya –

bali 3

Oran

g Rp 475,000.00 Rp 1.425,000.00

7

Tiket keberangkatan Pesawat Bali -

Surabaya 3

Oran

g Rp 380,000.00 Rp 1,140,000.00

8

Sewa Sound, Ampli,

Drum set 1 Hari

Rp

1,250,000.00 Rp 1,250,000.00 9 Hotel Di Bali 2 Hari Rp 250,000.00 Rp 500,000.00

10 Sewa Alat dan Camera 2 Hari

Rp

1,250,000.00 Rp 2,500,000.00

Rp

10,415,000.00

STIKOM


(2)

65

Tabel 4.1 Biaya Pengeluaran Produksi 4.5 Jadwal Kerja

Tabel 4.2 Jadwal Produksi

NO. KEGIATAN Apr’13 Mei’13 Jun’13

I II III IV I II III IV I II III IV 1. Penyusunan Bab I

2. Penyusunan Bab II

3. Penyusunan Bab III

4. Pengumpulan Data Dari Informan

5. Pengolahan Data 6. Penyusunan Bab

IV 7. Produksi 8. Finishing

STIKOM


(3)

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menurut hasil keseluruhan produksi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil dari pembuatan video klip band STDC dengan judul “The Awakening” berdurasi 3 menit 34 detik dengan menggunakan teknik slow motion dan split screen.

2. Cara menyampaikan pesan lagu “The Awakening” Band STDC adalah dengan menampilkan cerita isi yang sesuai dari lirik lagu tersebut yang berupa model wanita yang menggunakan pakaian bidadari serba hitam.

5.2 Saran

Berdasarkan pengerjaan dalam membuat video dengan teknik slow motion dan split screen maka akan diberikan saran yang membuat video dengan teknik tersebut. Saran tersebut adalah :

1. Pemberian efek slow motion dapat membantu efek mendramatisir keadaan atau adegan tersebut.

2. Pemberian efek split screen untuk membagi potongan – potongan gambar dalam 1 layar untuk menghemat durasi dan sesuai dengan makna lagu. 3. Menentukan timing lagu dan adegan harus matang untuk memudahkan pada

saat proses editing.

STIKOM


(4)

67

Penggunaan steady cam saat bermanfaat pada saat pengambilan gambar untuk mengurangi paning.

STIKOM


(5)

Adimodel. (2009). Basic Lighting For Beauty. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Biran, Yusa, Misbach, (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.

Carlson's, S. E. (1999). Audiovisual Poetry or Commercial Salad of Images? Swedia: Scarecrow Press Inc.

Frost, J. B. (2009). Cinematography for Directors: A Guide for Creative Collaboration. Studio City, California: Michael Wiese Production.Group.

Marner, Terence St.John. Directing Motion Picture, New York, A.S, Barnes & Co. 1972.

Rez, I. (2008). Music Records Indie Lebel. Jln. Cinambo No. 146 Ujungberung, Bandung: Mizan.

University, R. (2005). Scriptwriting. New Delhi: Rai University.

Widagdo, B., & Gora, W. (2007). Bikin Film Indie Itu Mudah. Yogyakarta.

Yuliadewi, Lesie. (2000). Komposisi dalam Fotografi. Jurnal Nirmana Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, vol. 2 no.1

Zaharuddin G. Djalle. 2006. The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Informatika.

STIKOM


(6)

Tabloid kontan no. 32, tahun IX, 16 mei 2005 majalah Alternatif Press, No. 214

Ryan.2010. Camera angels. http://ryanmillsa2blog.blogspot.com/2010/09/camera-angles.html. di akses pada tanggal 8 Maret 2013

Kasmanto. 2011. Cara Membuat Video Klip. http:kasmanto.wordpress.com/cara- membuat-video-klip/. diakses pada tanggal 10 april 2013

Adi. 2012. Video Klip. http://pojokspy.blogspot.com/2008/05/video-klip.html. di akses pada tanggal 18 Mei 2013

Divide. 2010. http://youtube.com. di akses pada tanggal 18 Mei 2013

Slowmotion. http://malesbanget.com/2012/03/penggunaan-slow-motion-yang-asik/#ixzz2O4g4sL95. di akses pada tanggal 18 Mei 2013

http://artikata.com. di akses pada tanggal 28 Mei 2013 http://magentakab.go.id. di akses pada tanggal 18 Mei 2013 musik. http://arenamusik.com. Diakses pada tanggal 10 mei 2013

STIKOM