TA : Pembuatan Video Klip Band Java Sugar Berjudul “Just For You” dengan Penggabungan Teknik Live Shot dan Motion Graphic.
DAN MOTION GRAPHIC
TUGAS AKHIR
Nama : Joshua Prasthieka
NIM : 08.51016.0004
Program Studi : DIV Komputer Multimedia
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
(2)
ABSTRAK
PEMBUATAN VIDEO KLIP BAND JAVA SUGAR BERJUDUL “JUST FOR YOU” DENGAN PENGGABUNGAN TEKNIK LIVE SHOT DAN MOTION
GRAPHIC
Joshua Prasthieka (2013) DIV Komputer Multimedia
Pembimbing: (I) Achmad Yanu, S.T., M.B.A. (II) Thomas Hanandry, M.T. Menurut Jhagad, seorang music director Suzanna Group, sejak abad ke 20, industri musik di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tahun demi tahun, hampir tiap bulan bermunculan band-band atau penyanyi-penyanyi baru di belantika musik Indonesia. Persaingan di dunia musik sangatlah keras dilihat dari jumlah pemusik yang begitu banyak, baik dari kalangan major label maupun minor label atau yang sering disebut dengan indie label, bahkan jenis musik yang begitu banyak dan perbedaan warna musik yang diminati oleh para pendengar yang beragam.
Jhagad melanjutkan, perkembangan musik di negeri ini mulai menunjukan kenaikan yang signifikan dari begitu banyak jenis musik yang berkembang saat ini. Salah satu yang paling digemari masyarakat adalah musik pop. Adapula musik asli dari Indonesia yang diharapkan dapat menjadi musik kebanggaan bangsa yaitu musik dangdut. Berlawanan dengan musik dangdut, menurut Wendi Putranto seorang pemerhati musik dan editor majalah Rolling Stone, dalam wawancaranya bulan September 2012 mengatakan musik jazz adalah musik yang cenderung memiliki segmentasi kelas atas yang memiliki kebiasaan mapan dengan ciri khas dan nuansa tertentu.
Java Sugar band adalah salah satu band yang mengusung musik berbasis Jazz, band ini terbentuk pada tanggal 31 Oktober 2009. Band yang berasal dari kota Surabaya ini lebih spesifik mengusung genre Alternative Pop-Jazz. Java Sugar dengan personil awal beranggotakan Erik (guitar accoustic dan backing vocal), Angga (drummer), Bagus (bassist), Oki (lead guitar), Dina (vocalist), dan Farah sebagai manager band ini. Beberapa lagu dari Java Sugar yang sempat menjadi hits di berbagai radio swasta di Surabaya antara lain berjudul Coba, Not The Real You, dan Tergoda.
Pada Tugas Akhir ini penulis akan membuat video klip band Java Sugar berjudul “Just For You” karena menurut Wendi Putranto, sampai saat ini pembuatan video klip band indie jazz jarang ditemui di Indonesia. Diharapkan dengan adanya video klip ini bisa dijadikan referensi untuk band jazz yang bergerak di jalur indie lable lainnya sebagai salah satu media untuk mempopulerkan band mereka.
(3)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 4
1.5 Manfaat ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan Video Musik ... 6
2.2 Industri Musik Indonesia ... 8
2.3 Sejarah Pop-Jazz ... 11
2.4 Camera Shot ... 13
2.5 Video Editing ... 19
2.6 Java Sugar ... 22
BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 25
3.1 Metodologi ... 25
3.2 Verifikasi Data ... 30
3.3 Perancangan Karya ... 30 Halaman
(4)
xii
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 36
4.1 Produksi ... 36
4.2 Pasca Produksi ... 39
BAB V PENUTUP ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
BIODATA PENULIS ... 46
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Chart... 2
Gambar 3.1 Video klip The Brandals ... 27
Gambar 3.2 Video klip Hivi ... 28
Gambar 3.3 Video klip Tompi ... 29
Gambar 3.4 Penarikan Kesimpulan... 30
Gambar 3.5 Bagan Perancangan Karya ... 30
Gambar 3.6 Cuplikan Storyboard ... 35
Gambar 4.1 Pengambilan Gambar di Kebun Bibit 2 ... 37
Gambar 4.2 Pengambilan Gambar di Kamar Pribadi... 37
Gambar 4.3 Pengambilan Gambar di D’Stupid Baker ... 38
Gambar 4.4 Screenshoot Offline Editing ... 39
Gambar 4.5 Screenshoot Final Render ... 40 Halaman
(6)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara dengan Wendi Putranto... 47
Lampiran 2 Wawancara dengan Jhagad ... 58
Lampiran 3 Storyboard ... 63
Lampiran 4 Surat Ijin Penggunaan Lagu oleh Band ... 67 Halaman
(7)
1.1Latar Belakang Masalah
Menurut Jhagad, seorang music director Suzanna Group, sejak abad ke 20, industri musik di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tahun demi tahun, hampir tiap bulan bermunculan band-band atau penyanyi-penyanyi baru di belantika musik Indonesia. Persaingan di dunia musik sangatlah keras dilihat dari jumlah pemusik yang begitu banyak, baik dari kalangan major label maupun minor label atau yang sering disebut dengan indie label, bahkan genre musik begitu banyak yang diminati oleh para pendengar yang beragam.
Jhagad melanjutkan, perkembangan musik di negeri ini mulai menunjukan kenaikan yang signifikan dari begitu banyak jenis musik yang berkembang saat ini. Salah satu yang paling digemari masyarakat adalah musik pop. Musik ini memiliki karakter yang easy listening sekaligus mudah dicerna. Musik ini memiliki banyak penggemar yang mayoritas berasal dari golongan anak muda. Adapula musik asli dari Indonesia yang diharapkan dapat menjadi musik kebanggaan bangsa yaitu musik dangdut. Peminat atau pendengar musik ini rata-rata golongan menengah ke bawah karena musiknya asyik dengan iringan alat musik ketipung, selain itu apabila mengadakan konser tiket masuknyapun sangat murah dan bisa kita jumpai hampir di setiap kota baik pertunjukan besar maupun kecil.
(8)
2
Berlawanan dengan musik dangdut, menurut Wendi Putranto seorang pemerhati musik dan editor majalah Rolling Stone, dalam wawancaranya bulan September 2012 mengatakan musik jazz adalah musik yang cenderung memiliki segmentasi kelas atas yang memiliki kebiasaan mapan dengan ciri khas dan nuansa tertentu. Musik jazz dimainkan dengan improvisasi melodi yang berirama dengan menggunakan chord dasar yang mellow sehingga mampu membawa suasana hati pendengar.
Java Sugar band adalah salah satu band yang mengusung musik berbasis Jazz, band ini terbentuk pada tanggal 31 Oktober 2009. Band yang berasal dari kota Surabaya ini lebih spesifik mengusung genre Alternative Pop-Jazz. Java Sugar dengan personil awal ber-anggotakan Erik (gitar akustik dan backing vocal), Angga (drummer), Bagus (bassist), Oki (lead guitar), Dina (vocalist), dan Farah sebagai manager band ini. Beberapa lagu dari Java Sugar yang sempat menjadi hits di berbagai radio swasta, baik di Surabaya maupun di kota lain antara lain berjudul Coba, Not The Real You, dan Tergoda.
(9)
Selama perjalanan berselang beberapa bulan Oki hengkang karena pekerjaan di luar pulau, sehingga masuklah Dida yang menggantikan posisinya sebagai lead guitar dan menambahkan keyboardist yang di isi oleh Dina untuk menambah suasana mellow jazz. Waktu berselang Iffa memutuskan hengkang tahun 2010 karena harus memilih melanjutkan studinya, kemudian posisi vocal di gantikan oleh Dina. Masuknya Dina pada Java Sugar ini berhasil me-record satu single baru yang berjudul Kau Untukku. Hanya dua tahun Dinda bergabung dengan Java Sugar ada kendala yang membuat Dinda harus henkang dari Java Sugar, kemudian posisinya digantikan oleh Dina yang merangkap sebagai keyboardist. Berbicara mengenai musik tak lepas dari dunia entertainment yang mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dari segi teknik maupun teknologinya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi sangat mempengaruhi industri musik mulai dari recording sampai promosi, khususnya untuk promosi yang menggunakan media audio visual yang lebih dikenal dengan video klip. Banyak sekali teknik yang dapat digunakan dalam proses pembuatan video klip berkualitas dan dapat menyampaikan pesan yang terkandung dalam video klip tersebut.
Diharapkan melalui video klip ini dapat menjadi suatu bentuk komunikasi informasi yang dapat mempengaruhi masyarakat melalui pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah lagu. Selain itu juga dapat menjadi awal yang baik bagi para insan kreatif lainnya untuk terus mengembangkan dunia hiburan dengan menyuguhkan hiburan yang berkualitas dan inovatif kepada masyarakat.
(10)
4
Pada Tugas Akhir ini penulis akan membuat video klip band Java Sugar berjudul “Just For You” karena menurut Wendi Putranto, sampai saat ini pembuatan video klip band indie jazz jarang ditemui di Indonesia. Diharapkan dengan adanya video klip ini bisa dijadikan referensi untuk band jazz yang bergerak di jalur indie lable lainnya sebagai salah satu media untuk mempopulerkan band mereka.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana membuat video klip band Java Sugar berjudul “Just For You” dengan penggabungan Teknik Live Shot dan Motion Graphic?
1.3Batasan Masalah
Adapun batasan masalah adalah membuat video klip band Java Sugar berjudul “Just For You” dengan penggabungan Teknik Live Shot dan Motion Graphic.
1.4Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan video klip ini adalah membuat video klip band Java Sugar berjudul “Just For You” dengan penggabungan Teknik Live Shot dan Motion Graphic.
(11)
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan video klip ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis disebut juga sebagai manfaat akademis, yakni manfaat yang dapat membantu untuk memahami dan menerapkan teori dalam disiplin ilmu multimedia.
2. Manfaat Empiris
Hasil empiris adalah manfaat yang bersifat terapan dan dapat digunakan, yaitu untuk memperkenalkan lagu terbaru dari band Java Sugar berjudul “Just For You” melalui video klip.
(12)
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Video Musik
Menurut Turner, seorang pengarang buku Video Clips and Popular Music, definisi musik adalah informasi berupa bunyi atau suara yang dapat diterima oleh tiap individu berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang akan bunyi-bunyian (107-110). Musik telah ada sejak jaman peradaban lama yang sampai sekarang telah berkembang dan diklasifikasikan menurut alirannya seperti classical music, traditional music, blues, jazz, country, rock, pop dan lain sebagainya. Mengikuti perkembangan dunia musik, lambat laun musik menjadi sebuah bisnis dengan tujuan finansial. Pada jaman sekarang musik selalu disertai dengan elemen penunjang promosi seperti video musik, konser, maupun tur negara. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan musik atau lagu yang telah diproduksi oleh suatu band tertentu.
Video musik atau biasa disebut video klip adalah film pendek atau video yang merupakan elemen dari sebuah musik, biasanya dari elemen sebuah lagu (Wikipedia, 2013). Sedangkan menurut Rudy Farid Sagir seorang Dosen Fakultas Desain Komunikasi Visual & Multimedia, video klip atau music video, adalah suatu presentasi visual dari musik lagu yang populer, dimana seringkali video klip disebut juga video promo karena fungsi pemasarannya.
Istilah “video musik” pertama kali diperkenalkan sejak kelahiran MTV pada awal tahun 1980-an. Image dan karakteristik penyanyi dapat ditampilkan secara
(13)
utuh, begitu pula dengan isi pesan dan makna lagu yang dibawakan. Dengan pakaian yang unik, setting yang imajinatif, gerakan tarian yang memiliki ciri khas pada video klip, telah mengantar banyak musisi menjadi terkenal. Di antaranya adalah Michael Jackson memalui video klip “Thriller”, Bruce Springsteen dengan “Born In The USA”, 1984, dan Madonna yang kemudian dikenal sebagai simbol seks pada saat itu, menggantikan Marylin Monroe, berkat video klipnya “Like A Virgin” 1984dan “True Blue” 1986.
Sejak saat itu juga video musik menjadi media utama pemasaran musik. Kemudian, dalam perkembangannya video musik sudah menjelma menjadi sejenis karya seni baru dalam budaya pop modern. Oleh karena itu, kini orang tidak akan hanya puas mendengar musik atau lagu, tetapi ingin juga menonton musik atau lahu tersebut dengan pengambaran visual untuk memperkaya pengalaman musikalnya. Sampai sekarang pun video musik tetap digunakan sebagai sarana promosi dan penyampai pesan dari lagu .
Menurut pandangan Rudy Farid Sagir tentang jenis video musik, pada dasarnya jenis video musik dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: “performance clips dan conceptual clips”. Di mana jenis performance clips, lebih ditujukan sebagai alat dagang dengan lebih menonjolkan si artis yang berusaha menjadi idola atau icon budaya.
Sedangkan jenis conceptual clips, menampilkan sesuatu selain artis, lebih menekankan ekspresi dan aspek artistik. Video klip yang terbentuk dari perpaduan dan interaksi unsur musik, lirik dan gambar, dapat melahirkan keragaman perpaduan ketiga unsur tersebut, sehingga pilihan unsur mana yang lebih
(14)
8
ditonjolkan menghasilkan berbagai kerangka dasar suatu video klip. Tetapi tidak ada rumus baku yang mengaitkan jenis musik dengan jenis video klip. Maka, hal ini merupakan kesempatan yang tidak terbatas untuk dijelajahi, mencari pola-pola atau ramuan-ramuan baru”.
Video musik dapat juga disebut video promosi untuk lagu, seperti kegunaan video musik sendiri yaitu untuk media promosi bagi perusahaan musik. Selain digunakan untuk lagu band, video musik juga digunakan untuk pembuatan fim seperti animasi, live action film, dokumenter dan film abstrak. Beberapa video musik juga berkembang menjadi gaya yang berbeda seperti video musik animasi.
Di Indonesia, video klip sendiri berkembang dan menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan. Hal ini didukung dengan makin menjamurnya saluran televisi swasta yang makin lama makinvariatif. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip sebagai bisnis utama mereka. Begitu pula dengan makin populernya sutradara-sutradara video klip, yang akan makin populer lagi bila dapat menghasilkan karya dari penyanyi ternama, karena sebuah video klip dapat menggambarkan sebuah kreativitas sutradara dengan konsep dan strateginya. Imajinasinya dapat dirasakan lewat olahan video yang digambarkan menyatu dengan musik, diawali oleh ide-ide yang sudah terkonsep menjadi satu. Saat ini di Indonesia tidak kurang dari 100 video klip diproduksi tiap tahunnya.
2.2 Industri Musik Indonesia
Sejarah industri musik Indonesia dimulai di dua tempat, Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng, Jakarta. Lokananta adalah perusahaan milik
(15)
pemerintah yang banyak memproduksi lagu-lagu daerah, sedangkan Irama banyak menghasilkan lagu-lagu hiburan atau biasa disebut dengan lagu pop. Kehadiran dua perusahaan rekaman tersebut kemudian diikuti oleh berdirinya perusahaan-perusahaan rekaman yang lain. Semakin banyaknya perusahaan-perusahaan rekaman diikuti dengan banyaknya bermunculan penyanyi dan grup band baru, baik dari Jakarta sebagai pusat industri musik Indonesia, maupun dari daerah seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Perkembangan ini tak lepas dari makin banyaknya produser yang mau memberikan bantuan melakukan rekaman dan promosi kepada mereka yang bergerak di jalur indie label.
Grup band yang tergabung dalam Indie label adalah grup band dengan kondisi mandiri, baik dari segi finansial maupun cara dalam menghasilkan karya, dan belum memiliki naungan di bawah perusahaan rekaman tertentu. Dari indie label ini lah, mereka-mereka yang berpotensi kelak dapat terus melangkah maju dan bergabung dengan major label, dimana pendanaan, promosi, dan distribusi lagu grup band tersebut diatur penuh oleh produser.
Kesempatan tersebut disambut dengan antusiasme masyarakat, terutama kaum muda pencinta musik, dan didukung dengan makin menjamurnya rental band di banyak tempat, dan sekolah-sekolah yang mulai menyediakan fasilitas peralatan band bagi murid-muridnya. Antusiasme yang semakin terasa pada dekade 1990-an dan awal 2000-an ini tak lepas dari peran informasi media, terutama televisi-televisi swasta. Pentas-pentas musik juga semakin marak diselenggarakan, mulai dari antar kampung sampai dengan konser dengan dukungan sponsor yang besar dan manajemen yang lebih rapi. Misalnya seperti
(16)
10
Soundrenaline di dalam negeri, atau seperti Live 8 di manca negara. Jenis musik yang ditampilkan kian beragam, tidak hanya rock atau pop, bahkan dangdut.
Selain itu, akhir-akhir ini banyak bermunculan ajang-ajang pencari bakat dalam bidang musik, seperti Indonesian Idol yang merupakan adaptasi dari American Idol, AFI, KDI, Dream Band, dan lain sebagainya. Kontes-kontes tersebut menjadi salah satu sarana bagi mereka yang bermimpi untuk menjadi bintang dan jalan pintas untuk mendapatkan naungan major label.
Kenyataan ini jelas berpengaruh pada pilihan warna-warna musik. Makin lama makin banyak warna atau genre musik yang ditawarkan kepada publik khususnya oleh pemusik dari indie label. Bahkan produser musik dari Java Jive memperhatikan bahwa ada gejala industri rekaman major label justru tengah melirik kecenderungan warna musik indie label.
Tidak dapat dihindari bahwa teknologi sangatlah mempengaruhi industri musik mulai dari recording sampai promosi, khususnya media promosi dengan media audio visual atau yang lebih dikenal dengan video klip. Video klip sebuah band tidak hanya digunakan untuk mempromosikan album dan mendongkrak penjualan album band tersebut tetapi juga memperkenalkan keunikan yang menjadi nilai lebih bagi band tersebut. Di Indonesia sendiri sudah sangat banyak sekali band baik major label maupun indie label yang menggunakan media audio visual sebagai senjata utama untuk mempromosikan dan mendongkrak penjualan.
(17)
2.3 Sejarah Pop Jazz
Sejak Louis Armstrong memperkenalkan virtuoso berkualitas improvisasi ke dunia jazz, telah terjadi perbedaan pendapat di komunitas jazz tentang apakah musik harus menekankan aksesibilitas melodi, dan manfaat seni musik yang melakukannya sepenuh hati. Jazz memiliki kebiasaan mapan menggunakan standar pop sebagai melompat-off poin untuk improvisasi panjang, memuaskan pecinta jazz dan puritan yang menghargai ketidakpastian dan konstan kesempatan-taking. Namun, sejak era big band, ada juga tradisi lama dari Jazz-Pop - musik yang mempertahankan kualitas melodius dan berirama berayun jazz (serta harmoni chordal dasar), tetapi yang (seperti pop) konsentrat pertama dan terutama pada melodi kenangan, biasanya dengan sedikit improvisasi.
Pada hari-hari awal jazz, orkestra tari mulai mengadopsi irama ayunan untuk tetap langkah dengan selera penonton. Sebagai era big band berlalu, kelompok yang paling jatuh ke salah satu dari dua kategori: band manis, yang ditahan setidaknya merasa ringan berayun tapi melodi berharga di atas segalanya, dan band panas, yang dibedakan dengan improvisasi tunggal yang lebih besar, dorongan berirama, dan blues perasaan. Band manis membantu membuka jalan bagi munculnya penyanyi pop seperti Frank Sinatra, Tony Bennett, dan Mel Tormé, yang setidaknya sangat dipengaruhi oleh jazz.
Tapi sungguh, ketika sebagian besar pendengar memikirkan jazz-pop, mereka berpikir itu di era post-rock & roll. Selama tahun 60-an, dua strain dominan jazz-pop dikembangkan. Yang pertama adalah, mellow mulus, ketegangan hampir mudah mendengarkan pop jazzy dicontohkan oleh seniman seperti-Dixieland
(18)
12
dipengaruhi Al Hirt dan Latin-diwarnai Herb Alpert. Yang lain bermunculan sebagai semacam jalan tengah antara grooving, jiwa jazz-funky yang menjadi populer selama dekade, dan seniman jiwa berperan seperti Junior Walker dan Stax / Volt combo (Booker T. & MG, para Mar-Keys , Bar-Kays). Dalam vena ini, Ramsey Lewis Trio mencetak smash pop pada tahun 1965 dengan menarik mereka "The Crowd Dalam," dan ritme bagian trio - kembali sebagai Young-Holt Unlimited - mengulangi prestasi pada tahun 1969 dengan "Soulful Strut."
Sebagai fusi memperkenalkan rock dan irama funk ke dalam kosakata seniman jazz yang lebih dan lebih, jazz-pop mulai mencerminkan lanskap musik pergeseran, dalam proses mencapai khalayak yang lebih luas daripada sebelumnya. Artis seperti Chuck Mangione, Spyro Gyra, Bob James, dan George Benson menjadi bintang di pertengahan sampai akhir 70-an, dengan keseimbangan antara pop, jazz, dan R & B dimana pengaruh bervariasi sesuai dengan individu. Puritan dan banyak kritikus mengecam polish licin dan kesederhanaan generasi baru jazz-pop, ditambah apa yang mereka dipandang sebagai Pandering komersial dan prediktabilitas dengan lunak menyenangkan, selama '80-an, keprihatinan mereka datang untuk dilambangkan oleh soprano saxophonist Kenny G. sangat populer, yang menjual jutaan album dan membuktikan bahwa instrumen jazz-pop bisa menyeberang ke khalayak kontemporer pop dan dewasa. Selama 90-an, keberhasilan Kenny G. membantu menimbulkan format radio smooth jazz, yang dikemudikan jazz-pop dalam arah, sama dipoles senang menenangkan.
(19)
2.4 Camera Shot
Teknik-teknik pengambilan gambar merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pembuatan film live shot ataupun animasi. Dasar-dasar shot serta istilah-istilah shot akan terus berpengaruh selama proses pembuatan film tersebut. Menurut Dan Ablan dalam bukunya Digital Cinematography & Directing (2002: 90) dijelaskan bahwa:
Mengetahui bagaimana mengarahkan film animasi berarti sama dengan mengetahui tipe-tipe shot yang digunakan. Shot-shot yang berada di dalam scene dapat digunakan untuk mewakili sudut pandang penonton, menjelaskan informasi dalam cerita atau dapat memberikan mood dalam film tersebut.
Beberapa macam shot-shot dasar yang biasa digunakan dalam pembuatan film live shot maupun animasi, antara lain:
1. Extreme Close Up
Shot yang mengambil detail gambar (Djalle, 2006). Objek yang dishot merupakan objek atau area yang sangat kecil sekali atau merupakan sebagian kecil dari objek yang besar atau luas. Ketika shot ini diambil maka objek yang ditampilkan memenuhi besar layar (Biran, 1987: 360).
2. Close Up
Shot yang menampilkan seluruh permukaan wajah hingga sebagian dada (Djalle, 2006: 16). Close up akan membawa penonton ke dalam scene, menghilangkan segala yang tidak penting untuk sesaat dan mengisolasi apapun kejadian yang harus diberi suatu penekanan. Close up yang digunakan dengan tepat akan dapat menambah dampak dramatik dan kejadian visual pada kejadian (Biran, 1987: 357-358). Ablan (2002: 92) menambahkan
(20)
14
mengenai penggunaan shot dalam dunia animasi bahwa close up akan memberikan dampak dramatik dan bersahabat. Di dunia digital, dalam hal ini animasi, penggunaan shot close up dalam suatu dialog akan mendekatkan penonton kepada suatu action selain itu juga memberikan keuntungan bagi pembuat film karena hanya menampilkan satu objek saja.
3. Medium Close Up
Medium Close Up menampilkan seluruh permukaan wajah hingga bagian dada atau bagian siku tangan (Djalle, 2006) atau kira-kira pertengahan pinggang dan bahu ke atas kepala (Biran, 1987: 359).
4. Medium Shot
Shot ini merekam dari batas lutut ke atas, atau sedikit di bawah pinggang. Shot ini dapat merekam beberapa wajah pemain dan segala gerak-gerik mereka ketika sedang berhadapan atau berdialog (Biran, 1987: 36-37). Hal tersebut diperkuat oleh Dan Ablan (2002: 93) bahwa medium shot digunakan untuk dialog sequence dan merekam pergerakan tubuh karakter yang dapat menimbulkan emosi.
5. Long Shot
Shot yang mampu menampilkan seluruh wilayah dari tempat kejadian. Long shot digunakan untuk menjelaskan kepada penonton hingga mereka mengetahui semua elemen dari adegan, siapa saja yang terlibat dan dimana (Biran, 1987: 33-34).
(21)
Shot ini dapat menggambarkan suasana atau pemandangan yang sangat luas dari jarak yang sangat jauh. Shot ini mampu membuat penonton terkesan pada suasana atau pemandangan yang hebat. Biasanya digunakan ketika pembukaan film sehingga dapat menangkap perhatian penonton sejak awal (Biran, 1987: 33).
7. Over The Shoulder Shot
Shot dilakukan dari belakang lawan pemain subjek, dan memotong frame hingga belakang telinga. Wajah pemain subjek berada pada 1/3 frame. Shot ini membantu meyakinkan posisi pemain dan memberikan kesan penglihatan dari sudut pandang lawan pemain subjek yang lain (www.mediacollege.com).
Selain jenis-jenis shot, dalam pembuatan film juga harus diperhatikan mengenai perpindahan serta posisi angle kamera. Perpindahan dan letak posisi angle kamera juga mampu memberikan kesan tersendiri dalam sebuah adegan. Richard Beck Peacock dalam bukunya The Art of Moviemaking: Script to Screen (2001: 319) menjelaskan bahwa kamera sendiri tidak hanya merekam tetapi kamera dapat bergerak ketika melakukan shot. Kamera dapat memberikan kesan dramatik pada sebuah cerita dengan cara yang bermacam-macam. Mobilitas sebuah kamera akan menambahkan atau bahkan mengurangkan informasi visual dan sensation of movement terhadap penonton. Berikut ini merupakan macam-macam perpindahan dan posisi letak angle kamera, antara lain:
(22)
16
1. Pan Shot
Kamera bergerak berputar pada porosnya secara horizontal ke kiri atau ke kanan. Pan shot dapat dicontohkan dengan menolehkan kepala kita ke kiri atau ke kanan (Ablan, 2002: 99). Richard Beck Peacock dalam bukunya The Art of Moviemaking: Script to Screen (2001: 322), menjelaskan mengenai jenis-jenis pan shot lainnya, antara lain:
a. Cross pan, shot yang mengambil dan mengikuti pergerakan satu subjek, tetapi ketika berpapasan dengan lainnya, kamera berhenti pada pergerakan subjek kedua.
b. Swish pan, kamera bergerak atau berayun sangat cepat hingga pada titik perhentian akhir atau dalam editing video, teknik ini memberikan perpindahan dari satu scene dan pindah secara cepat pada scene selanjutnya.
2. Tilt Shot
Kamera bergerak pada porosnya secara vertikal ke atas dan ke bawah. Contoh penggunaan tilt ini adalah kamera merekam mengikuti pergerakan roket yang meluncur ke angkasa (Ablan, 2002: 99).
3. Tracking Shot
Kamera diletakkan pada suatu kereta atau platform yang dapat berjalan sepanjang track-nya. Pada pengertian lain disebutkan bahwa hand-held walking shots, steadicam shot, atau lainnya termasuk tracking shot (www.mediacollege.com). Metode ini digunakan sebagai cara lain untuk
(23)
menggerakkan kamera sehingga camera platform dapat meluncur dengan baik dan mudah pada suatu jarak tertentu (Peacock, 2001).
4. Dolly Shot
Dolly adalah alat atau sebuah kereta yang digunakan untuk menempatkan kamera. Dolly shot biasanya melakukan shotnya dengan cara mendekat atau menjauh dari objek, hampir sama dengan tracking shot atau trucking shot, tetapi banyak juga dolly yang digunakan untuk pergerakan vertikal yang biasa disebut dengan pergerakan pedestal. Dolly shot dapat memberikan banyak pengambilan gambar yang bersifat dramatik (www.mediacollege.com). 5. Zoom Shot
Zoom dapat menampilkan gambar secara penuh atau full hot hingga close up tanpa menggerakkan kamera. Berbeda dengan shot yang menggunakan dolly, zoom diatur melalui focal length pada kamera (Ablan, 2002: 100).
6. Cut Away
Biran (1987: 377) menjelaskan bahwa cut away adalah menyajikan action kedua yang sedang berlangsung secara bersamaan disuatu tempat. Close up cut away untuk action pendukung itu dipisahkan oleh jarak dari action yang utama. Menurut Ablan (2002: 95), close up, medium shot, atau long shot dapat saling mendukung atau melengkapi melalui cut away shot.
Cara menggunakan close up close up cut away menurut Biran (1987: 379-381):
(24)
18
a. Untuk memperlihatkan reaksi-reaksi subjek yang berada di luar layar. b. Memberi petunjuk kepada penonton tentang bagaimana mereka harus
memberi reaksi.
c. Memberi komentar pada peristiwa utama dengan memperlihatkan action yang berhubungan.
d. Memotivasi sebuah sequence.
e. Menggantikan scene yang terlalu mengerikan atau mahal untuk dikembangkan.
f. Mengalihkan perhatian penonton. 7. Cut In
Shot ini hampir sama dengan cut away shot, bedanya adalah menampilkan bagian dari subjek secara detail. Shot ini dapat memperlihatkan penekanan terhadap emosi (www.mediacollege.com).
8. High Angle
Posisi kamera berada di atas objek dan menyorot ke bawah (Djalle, 2006: 22). Arah kamera yang menunduk ke bawah merekam sebuah objek sudah dikatakan sebagai high angle. Posisi kamera seperti ini dapat menghasilkan gambar yang lebih artistik, lebih mudah menangkap action yang terjadi pada kedalaman atau dari ujung muka ke ujung belakang dan mempengaruhi reaksi penonton. High angle juga mempengaruhi pemain yang lebih kecil untuk shot subjektif atau perlu ”dikecilkan” (Biran, 1987: 60-63). Shot high angle untuk level mata normal juga akan membuat kesan kontras, keanekaragaman dan dramatik meskipun pada adegan yang biasa saja (Biran, 1987: 69).
(25)
9. Low Angle
Posisi kamera low angle merupakan kebalikan dari shot dengan high angle, yaitu kamera menghadap ke atas. Djalle dalam bukunya The Making Of 3D Animation Movie using 3DStudio Max (2006: 22) bahwa posisi kamera seperti ini suatu objek seakan-akan menjadi gagah, superior atau angkuh.
Pernyataan tersebut dapat diperkuat bahwa low angle harus digunakan untuk merangsang rasa kagum atau kegairahan, meningkatkan ketinggian atau kecepatan subjek, mengurangi foreground yang tidak disukai, menurunkan cakrawala dan menyusutkan latar belakang, mendistorsikan garis-garis komposisi menciptakan perspektif yang lebih kuat, menempatkan pemain atau objek-objek berlatar belakang langit, dan mengintensifkan dampak dramatik (Biran, 1987: 70).
2.5 Video Editing
Film adalah suatu rangkaian citra yang terus berubah-ubah sehingga diperlukan suatu tahap kontiniti yang mampu memberi kesinambungan agar citra tersebut dapat sedekat mungkin dengan action pada kehidupan sebenarnya (Biran, 1987: 296). Dalam situs http://www.hawaii.edu bahwa pengertian video editing adalah proses menggabungkan potongan video, suara dan grafis untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menghibur, menginformasikan, mengajak dan memotivasi khalayak.
Pengertian mengenai film editing ini dapat diperkuat oleh situs http://en.wikipedia.org/wiki/Film_editing (2008) bahwa film editing merupakan penggabungan satu shot dengan shot lainnya sehingga menjadi sebuah sequence,
(26)
20
dan beberapa sequence tersebut digabungkan menjadi satu sehingga menghasilkan sebuah film.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa editing merupakan salah satu proses yang dilakukan pada tahap pasca produksi agar tiap-tiap potongan gambar atau scene dapat berkesinambungan menjadi sebuah media komunikasi visual yang memiliki cerita, pesan atau gagasan untuk disampaikan kepada khalayak.
Estetika juga termasuk bagian yang perlu diperhatikan ketika melakukan proses editing karena akan berhubungan dengan unsur-unsur keindahan serta perasaan sensibilitas artistik yang terdapat pada sebuah film (Ablan, 2002: 52). Film dengan unsur audio visual harus dapat menyajikan cerita yang berkesinambungan, lancar, mengalir secara logis, ditambahkan suara, penggambaran peristiwa sehingga menjadi suatu film yang masuk akal. Film dengan kesinambungan yang sempurna akan menggambarkan peristiwa yang realistis, sedangkan kesinambungan yang buruk akan tidak dapat diterima karena lebih merusak film itu sendiri. Pada suatu kondisi tertentu suatu impresi atau kondisi mental yang terganggu harus ditampilkan sedemikian rupa sehingga membangkitkan emosional melalui citra yang tak masuk akal, hal ini merupakan perkecualian (Biran, 1987: 127).
Dua macam jenis editing menurut Ablan (2002: 186), antara lain: 1. Linear editing
Proses editing yang dilakukan langsung melalui video tape. 2. Non linear editing
(27)
Proses editing melalui teknik digital atau teknologi komputer yang dapat memanipulasi hasil video tanpa harus mengurangi kualitasnya.
Beberapa macam jenis transisi yang dilakukan pada proses editing, meliputi:
1. Cut
Transisi yang paling sering digunakan dan tidak rumit. Transisi cut digunakan ketika sebuah klip yang berakhir dan dilanjutkan dengan klip selanjutnya tanpa ada overlap atau efek pada saat transisi (http://www.hawaii.edu). Biasanya digunakan untuk memberikan transisi antar shot yang mengambil gambar wajah seorang pemain dengan pemain lainnya ketika sedang melakukan suatu percakapan (Peacock, 2001: 432).
2. Fade
Terdiri dari fade-in dan fade-out, biasanya digunakan secara berpasangan atau berdiri sendiri untuk memisahkan berbagai unit-unit cerita. Fade bisa digunakan pada antar sequence di tempat yang sama untuk menunjukkan berlalunya waktu, atau fade juga digunakan untuk menunjukkan beralihnya ke setting lain (Biran, 1987: 275).
3. Dissolve
Sebuah shot atau potongan gambar melakukan fade-out dan shot selanjutnya fade-in yang pada masing-masing shot atau gambar tersebut terjadi evolusi atau pergantian warna dan gambar (Peacock, 2001: 433). Dissolve dapat juga diartikan sebagai pembauran suatu scene dengan scene lainnya dengan menghilangkan kadar citra pada scene pertama yang kemudian diimbangi dengan perubahan kepekaan citra pada scene kedua. Dissolve digunakan
(28)
22
untuk menanggulangi terjadinya penghilangan waktu (time lapse) atau perpindahan tempat, atau untuk melunakkan pergantian scene agar jangan terasa mendadak atau mengejutkan (Biran, 1987: 275).
2.6 Java Sugar
Sejak Louis Armstrong memperkenalkan virtuoso berkualitas improvisasi ke dunia jazz, telah terjadi perbedaan pendapat di komunitas jazz tentang apakah musik harus menekankan aksesibilitas melodi, dan manfaat seni musik yang melakukannya sepenuh hati. Jazz memiliki kebiasaan mapan menggunakan standar pop sebagai melompat-off poin untuk improvisasi panjang, memuaskan pecinta jazz dan puritan yang menghargai ketidakpastian dan konstan kesempatan-taking. Namun, sejak era big band, ada juga tradisi lama dari Jazz-Pop - musik yang mempertahankan kualitas melodius dan berirama berayun jazz (serta harmoni chordal dasar), tetapi yang (seperti pop) konsentrat pertama dan terutama pada melodi kenangan, biasanya dengan sedikit improvisasi.
Pada hari-hari awal jazz, orkestra tari mulai mengadopsi irama ayunan untuk tetap langkah dengan selera penonton. Sebagai era big band berlalu, kelompok yang paling jatuh ke salah satu dari dua kategori: band manis, yang ditahan setidaknya merasa ringan berayun tapi melodi berharga di atas segalanya, dan band panas, yang dibedakan dengan improvisasi tunggal yang lebih besar, dorongan berirama, dan blues perasaan. Band manis membantu membuka jalan bagi munculnya penyanyi pop seperti Frank Sinatra, Tony Bennett, dan Mel Tormé, yang setidaknya sangat dipengaruhi oleh jazz.
(29)
Tapi sungguh, ketika sebagian besar pendengar memikirkan jazz-pop, mereka berpikir itu di era post-rock & roll. Selama tahun 60-an, dua strain dominan jazz-pop dikembangkan. Yang pertama adalah, mellow mulus, ketegangan hampir mudah mendengarkan pop jazzy dicontohkan oleh seniman seperti-Dixieland dipengaruhi Al Hirt dan Latin-diwarnai Herb Alpert. Yang lain bermunculan sebagai semacam jalan tengah antara grooving, jiwa jazz-funky yang menjadi populer selama dekade, dan seniman jiwa berperan seperti Junior Walker dan Stax / Volt combo (Booker T. & MG, para Mar-Keys , Bar-Kays). Dalam vena ini, Ramsey Lewis Trio mencetak smash pop pada tahun 1965 dengan menarik mereka "The Crowd Dalam," dan ritme bagian trio - kembali sebagai Young-Holt Unlimited - mengulangi prestasi pada tahun 1969 dengan "Soulful Strut."
Sebagai fusi memperkenalkan rock dan irama funk ke dalam kosakata seniman jazz yang lebih dan lebih, jazz-pop mulai mencerminkan lanskap musik pergeseran, dalam proses mencapai khalayak yang lebih luas daripada sebelumnya. Artis seperti Chuck Mangione, Spyro Gyra, Bob James, dan George Benson menjadi bintang di pertengahan sampai akhir 70-an, dengan keseimbangan antara pop, jazz, dan R & B dimana pengaruh bervariasi sesuai dengan individu. Puritan dan banyak kritikus mengecam polish licin dan kesederhanaan generasi baru jazz-pop, ditambah apa yang mereka dipandang sebagai Pandering komersial dan prediktabilitas dengan lunak menyenangkan, selama '80-an, keprihatinan mereka datang untuk dilambangkan oleh soprano saxophonist Kenny G. sangat populer, yang menjual jutaan album dan membuktikan bahwa instrumen jazz-pop bisa menyeberang ke khalayak
(30)
24
kontemporer pop dan dewasa. Selama 90-an, keberhasilan Kenny G. membantu menimbulkan format radio smooth jazz, yang dikemudikan jazz-pop dalam arah, sama dipoles senang menenangkan.
(31)
Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan video klip berjudul “Just For You”.
3.1 Metodologi
Metode yang digunakan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini menggunakan gabungan dari metode-metode yang ada. Menurut (Yonohudiyono, 2005) metodologi penelitian dapat dibedakan dalam 3 klasifikasi, yaitu penelitian aplikatif, penelitian maksud, dan penelitian berdasarkan jenis informasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yaitu penelitian terapan dimana hasilnya dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagai dasar pemahaman. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif digunakan sebagai dasar pemikiran untuk memecahkan masalah yang bersumber dari literatur-literatur. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan alternatif pilihan dari data melalui media survei.
3.1.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
(32)
26
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Beberapa sumber/buku yang penulis gunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini diantaranya:
a. The Art of Moviemaking : Script to Screen 2001 oleh Richard Beck Peacock yang secara garis besar berisi tentang etika dan estetika pembuatan film atau cerita dalam video.
b. The Five C’s Of Cinematography (1987) oleh Joseph V. Marcelli, A.S.C. yang berisi tentang angle, kontiniti, editing, close up dan komposisi dalam sinematografi.
c. Video Clips and Popular Music oleh G Turner yang berisi tentang definisi musik dan penjabarannya.
2. Studi Eksisting
Untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam bentuk karya di Tugas Akhir ini, telah melakukan kajian terhadap beberapa karya video klip, diantaranya:
a. Video klip “Awas Polizei” oleh The Brandals
Video klip yang berdurasi 4 menit ini menampilkan sebuah klip dengan cerita mengenai suasana jalanan malam hari di Jakarta. Dalam video ini banyak pengambilan gambar dari dalam mobil. Di video klip ini pula tidak terlihat band yang sedang tampil.
(33)
Gambar 3.1 Video klip The Brandals
Editing video ini menggunakan efek distorsi sehingga gambar terlihat shake. Dalam video ini yang diambil adalah ketiadaan band dalam video klip.
b. Video klip ”Orang Ketiga” oleh Hivi
Video klip ini menggunakan motion graphic. Motion graphic adalah gerakan berupa grafis maupun typography yang biasa digunakan untuk titel pada video (Cone, 2011). Dalam video klip ini terdapat banyak motion graphic yang menggambarkan lirik.
(34)
28
Gambar 3.2 Video klip Hivi
Dari video klip yang berlatar belakang di pantai dan tebing ini, didapatkan motion graphic.
c. Video klip ”Bukan Pacarmu” oleh Tompi
Video yang berdurasi 3 menit ini bercerita mengenai cinta segitiga. Pengambilan gambar banyak yang over lalu diedit dengan efek film burn dimana layer utama dari video ditumpuk film burn kemudian diblending dengan overlay.
(35)
Gambar 3.3 Video klip Tompi
Dari video ini yang diambil adalah editing dengan efek film burn dan blending overlay.
3. Wawancara
Metoda wawancara ini dilakukan langsung untuk mendapatkan informasi-informasi lebih dalam mengenai pembuatan video klip ini. Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara :
a. Java Sugar merupakan band beraliran pop jazz yang beranggotakan Erik (gitar akustik dan backing vocal), Angga (drummer), Bagus (bassist), Oki (lead guitar), Dina (vocalist), dan Farah sebagai Manager.
(36)
30
c. Pada lagu “Just For You” menceritakan tentang seseorang yang sedang kasmaran dengan pasangannya, yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Apapun yang dilakukannya selalu terbayang-bayang pacarnya.
3.2 Verifikasi Data
Pada langkah verifikasi yang dilakukan adalah untuk menarik kesimpulan, kesimpulan inilah yang digunakan dalam merancang konsep tugas akhir ini.
Gambar 3.4 Penarikan Kesimpulan
3.3 Perancangan Karya
(37)
Proses prapoduksi dimulai dengan munculnya ide. Ide ini kemudian menjadi data. Data berasal dari wawancara nara sumber dan band. Data kemudia berkembang menjadi konsep. Ketika konsep fix, dibuatlah treatment dan storyboardnya. Proses produksi dilakukan pengambilan gambar video klip band. Ketika proses produksi selesai maka proses lanjut pada proses editing. Pada proses editing, ditambahkan motion graphic.
1. Ide dan Konsep Cerita
Ide membuat video klip muncul ketika streaming youtube dan ditemukan banyak video klip dari band-band beraliran jazz. Video klip – video klip itu dibuat dengan kreatif. Dari hal itu tercetuslah ide untuk membuat video klip ini. Dari ide tersebut dikembangkan menjadi sebuah konsep yang lebih nyata.
Penulis juga menemukan hal-hal yang baru saat melihat salah satu situs di internet, mengenai teknik yang dipakai untuk pembuatan video klip. Dengan penelusuran yang cukup lama, akhirnya penulis memutuskan untuk menggunakan konsep penggabungan teknik live shot dan motion graphic dalam pembuatan video klip ini.
Berikut merupakan analisa STP dalam pembuatan video klip ini: 1. Umur : 17 - 25 tahun
2. Status Ekonomi : Menengah keatas 3. Pekerjaan : Pelajar dan Mahasiswa
4. Positioning : Video klip ini ditujukan kepada audience pencinta musik untuk mempopulerkan aliran musik baru yaitu aliran pop-jazz, dalam hal ini
(38)
32
khususnya untuk memperkenalkan lagu baru dari Java Sugar yang berjudul “Just For You”.
2. Sinopsis
Pada lagu yang akan digunakan dalam pembuatan video klip berjudul “Just For You”. Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang sedang kasmaran, yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Dia selalu teringat saat-saat terindah bersama pacarnya, mulai dari bangun tidur sampai segala aktifitas dia selalu terbayang-bayang bersama pacarnya. Konsep yang diinginkan dalam pembuatan video klip lagu ini digambarkan oleh tallent yang menceritakan tentang lagu ini tanpa ada perform dari band. Mulai dari tallent bangun tidur, teringat saat dia jalan bersama pacarnya, saat melakukan aktifitas dia juga teringat pacarnya, tallent mengeluarkan barang pemberian dari pacarnya kemudian flashback mengingat kejadian saat pacarnya memberikan sebuah pemberian kepadanya.
3. Treatment
a. Eks – pagi hari - tumbuhan di danau, di taman
Suasana sekitar danau, bunga dan daun tertiup angin. b. Int – pagi hari – talent cewek di kamar
Talent cewek bangun tidur dan tersenyun kemudian beranjak dari tempat tidurnya.
(39)
Talent cewek dan cowok berjalan bersama di taman, saling bergandeng tangan
d. Int – pagi hari – talent cewek di kamar
Talent cewek di kamar meminum teh dan terbayang-bayang saat bersama pacarnya.
e. Eks – pagi hari – talent cewek dan cowok di danau, di taman
Mereka berfoto bersama di sebuah danau di taman. f. Int – pagi hari – talent cewek di kamar
Talent cewek memegang kalung pemberian pacarnya dan flashback ke saat pacarnya memberikan kalung untuknya.
g. Int – sore hari – talent cewek dan cowok di kafe
Talent cowok memberikan kalung kepada talent . h. Int – pagi hari – talent cewek di kamar
Talent cewek menulis pada sebuah notes, menuangkan catatan pada notesnya tentang saat indah bersama pacarnya.
i. Eks – pagi hari – talent cewek dan cowok di tepian taman
Mereka duduk di tepian danau sambil berbincang mesra.
4. Lirik Lagu
Lirik lagu Just For You Biasanya aku tak apa
(40)
34
Bahkan tak sempatpun tersirat Tapi semenjak kamu hadir di mataku
Membuatku gelisah bila tak ada... Bridge:
Hadirmu di hatiku Siang dan malamku Menemaniku... Syalala...
Reff:
Aku terjebak... Aku terjebak... I gonna do...
Will i do... Want to do...
Yes i do... Just for you... But i can’t to do...
It’s hard to do...
And everything i can’t do if not with you... Ku merangkai kata... Untukmu...
Dalam nyanyianku agar... Back to bridge and reff...
5. Makna Lagu
Pada lagu “Just For You” menceritakan tentang seseorang yang sedang kasmaran dengan pasangannya, yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Apapun yang dilakukannya selalu terbayang-bayang pacarnya.
6. Storyboard
(41)
Gambar 3.6 Cuplikan salah satu storyboard
6. Pemain a. Elfas
Seorang lelaki yang sangat mengagumi Gadis.
b. Gadis
(42)
36 BAB IV
IMPLEMENTASI KARYA
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I bagian rumusan masalah, bahwa Tugas Akhir ini akan membuat sebuah video klip dengan menggabungkan live shot dan motion graphic dalam satu frame. Selanjutnya proses metode dan proses perancangannya telah penulis jelaskan secara detail pada Bab III. Berikut ini akan penulis jelaskan proses produksi dalam pembuat video klip yang berjudul ”Just For You”, sebagai berikut:
4.1 Produksi
Dalam pembuatan video klip ini digunakan teknik live shot dengan editing motion graphic. Di bawah ini akan dijabarkan langkah-langkah produksi dari pembuatan videoklip ini
4.1.1 Live shot
Pembuatan video klip dengan teknik live shot ini dibuat dengan masa produksi 3 hari. Syuting dilakukan di kebun bibit 2, rumah pribadi, dan kafe D’ Stupid Baker. Tokoh dalam videoklip ini dimainkan oleh Elfas dan Zora.
Berikut merupakan resume pengambilan gambar selama tiga hari:
1. Hari pertama: Take di mulai di Kebun Bibit 2. Take dilakukan pada siang hari. Pada hari pertama dilakukan pengambilan gambar scene 7, 10 dan 14 dengan menggunakan talent Elfas dan Zora.
(43)
Gambar 4.1 Pengambilan gambar di Kebun Bibit 2
2. Hari kedua: Pengambilan gambar dilakukan di rumah pribadi. Lebih tepatnya dilakukan di kamar. Pada hari itu scene yang diambil adalah scene 3, 4, 6, 8 dan 11. Hari kedua ini menggunakan talent Zora.
(44)
38
3. Hari ketiga: Syuting dilakukan di kafe D’ Stupid Baker. Pada hari itu diambil scene 16, 17, 18, 19, 20, dan 21 dengan talent Elfas dan Zora.
Gambar 4.3 Pengabilan gambar di D’ Stupid Baker
Setelah proses pengambilan gambar maka hasil video dari kamera video dipindahkan dengan mengcapture terlebih dahulu dari kaset minidv dengan menggunakan software Sony Vegas Vidcap 10.
Dalam pembuatan videoklip ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematrografi sederhana yaitu :
1. Camera AGDVX102 2. Lighting
3. Tripod dan Monopod 4. Komputer editing 5. MiniDV
(45)
Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam pembuatan videoklip berjudul “Just For You” ini diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.
4.2 Pasca Produksi
1. Editing dan Compositing
Movie yang telah dirender oleh penulis menggunakan software untuk video editing pada tahap produksi kemudian diedit untuk diatur kembali urutan-urutan scene-nya. Proses editing ini dilakukan penulis dengan tujuan memberikan mood berdasarkan konsep cerita yang telah dibuat melalui pengaturan warna, pemberian title dan credit title, transisi, special effects serta penyesuaian audio.
(46)
40
2. Final Rendering
Pada tahap ini dilakukan proses rendering akhir, menyatukan semua adegan mulai dari stop motion dan live shot dalam satu kesatuan utuh sebuah video klip.
Gambar 4.5 Screenshoot mengenai final render 3. Publikasi
Setelah selesai mengolah seluruh hasil produksi sedemikian rupa dan menghasilkan suatu karya video klip, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan oleh penulis untuk publikasi adalah poster dan DVD.
4. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan oleh penulis adalah sebuah unit komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Prosesor Intel Quad Core 6600 2.4 GHz b. Mainboard Gigabyte P35-DS3
(47)
c. RAM DDR3 2 GB PC 6400
d. Graphic Card Quadro FX 560 128 MB e. Harddisk 320 GB
f. Monitor Samsung Flatron ez T730SH. 5. Software
Software yang digunakan dan langkah-langkah yang dilakukan seperti dibawah ini :
a. Sony Vegas Vidcap 10
Dalam tahap ini, penulis menggunakan software ini untuk mengcapture video dari kamera video.
b. Adobe Premiere CS 5
Dalam tahap ini, penulis menggabungkan potongan hasil capture dari software Sony Vegas. Disesuaikan dengan storyboard agar jalan cerita sesuai dengan yang penulis inginkan (sesuai dengan konsep awal).
c. Adobe After Effect CS 5
Penggunaan software ini lebih ditekankan untuk merubah tone warna video klip. Dalam tahap ini juga, penulis membuat motion graphic dalam videoklip ini.
(48)
42 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan videoklip ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan.
2. Tahap yang dilakukan dalam proses produksi adalah membuat perancangan konsep dan ide. Lalu dituangkan kedalam bentuk treatment yang lalu dikembangkan menjadi storyboard dan breakdown untuk panduan dalam pengambilan gambar.
3. Supaya pada saat produksi, waktu yang digunakan efisien maka dibuat script breakdown. Script breakdown ini harus dipatuhi oleh kru dan talent.
4. Pengambilan gambar sesuai pada storyboard dan breakdown.
5. Pada pasca produksi, yang dilakukan ada memindahkan data dari kamera ke komputer melalui proses capture kemudian data disortir, gambar mana yang terbaik. Lalu ditata di software pengeditan gambar. Setelah semua gambar ditata dan ditambahkan audio musik dari band, maka proses selanjutnya adalah rendering.
6. Setelah karya selesai dibuat dan masuk dalam proses promosi, dibuatlah souvenir yang mendukung promosi film pada saat pameran dilakukan.
(49)
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dibangun dari pembuatan videoklip ini yaitu: 1. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih mengeksplor
cerita lewat mimik dan gesture tubuh.
2. Dalam pembuatan videoklip yang ingin memperkenalkan lagu terbaru, disarankan menampilkan performa dari band tersebut.
(50)
44
DAFTAR PUSTAKA
Ablan, Dan. 2002. Digital Cinematography & Directing. New York: Pearson Education. US
Achmad, Haqi. 2012. My Life As Film Director. Jakarta: Penerbit Plotpoint. Biran, Yusa, Misbach, (1986). Angle, Konstiniti, Editing, Close up, Komposisi
dalam Sinematografi. Jakarta: Yayasan Citra.
Biran, Yusa, Misbach, (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.
Cone, J. (2011). The Motion Graphic and Motiongrapheer. London: Star. Dirgagunarsa, S. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Djalle, Z. G. (2006). The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Informatika.
Helmina. (2011, July 06). Variation of Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: https://quack.varndean.ac.uk
Imanjaya, Ekky. 2006. A-Z About Film Indonesia. Bandung: Mizan
Javandalasta, Panca. (2011). 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group
Jeremy. (2010, April 08). Variation of Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://wainlqegs.wordpress.com
Mulyono. (2011, February 26). Poster Film Indonesia. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://filmindonesia.or.id
Peacock, Richard Beck. 2001. The Art of Moviemaking: Script to Screen. New York: Longman Inc. US
Prakosa, Gotot. 2008. Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film Dokumenter. Jakarta: Yayasan Seni Visual dan Koperasi IKJ
Putra. (2012, February 16). Macam-Macam Variasi Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://aslukeparker.blogspot.com/2012/09/close-upmedium long-shots.html
(51)
Putra. (2012, February 16). Wide Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://webee88.wordpress.com/2009/07/01/videografi-teknik-kamera-video-dan-pengambilan-gambar/
Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo Tim Dirks (Cinema In Edutech, 2011)
Tim Dirks. (2011, February 16). Wide Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: https://quack.varndean.ac.uk
Turner, G. (1983). Video Clips and Popular Music. Australian Journal of Cultural Studies, 107–110.
Video Klip dan Musik. digilib.petra.ac.id/.../jiunkpe-ns-s1-2007-42402137-9987-bulletproof-chapter2.pdf . Di akses pada tanggal 8 Juni 2013.
(1)
2. Final Rendering
Pada tahap ini dilakukan proses rendering akhir, menyatukan semua adegan mulai dari stop motion dan live shot dalam satu kesatuan utuh sebuah video klip.
Gambar 4.5 Screenshoot mengenai final render 3. Publikasi
Setelah selesai mengolah seluruh hasil produksi sedemikian rupa dan menghasilkan suatu karya video klip, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan oleh penulis untuk publikasi adalah poster dan DVD.
4. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan oleh penulis adalah sebuah unit komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Prosesor Intel Quad Core 6600 2.4 GHz b. Mainboard Gigabyte P35-DS3
(2)
41
c. RAM DDR3 2 GB PC 6400
d. Graphic Card Quadro FX 560 128 MB e. Harddisk 320 GB
f. Monitor Samsung Flatron ez T730SH. 5. Software
Software yang digunakan dan langkah-langkah yang dilakukan seperti dibawah ini :
a. Sony Vegas Vidcap 10
Dalam tahap ini, penulis menggunakan software ini untuk mengcapture video dari kamera video.
b. Adobe Premiere CS 5
Dalam tahap ini, penulis menggabungkan potongan hasil capture dari software Sony Vegas. Disesuaikan dengan storyboard agar jalan cerita sesuai dengan yang penulis inginkan (sesuai dengan konsep awal).
c. Adobe After Effect CS 5
Penggunaan software ini lebih ditekankan untuk merubah tone warna video klip. Dalam tahap ini juga, penulis membuat motion graphic dalam videoklip ini.
(3)
42 5.1 Kesimpulan
Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan videoklip ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan.
2. Tahap yang dilakukan dalam proses produksi adalah membuat perancangan konsep dan ide. Lalu dituangkan kedalam bentuk treatment yang lalu dikembangkan menjadi storyboard dan breakdown untuk panduan dalam pengambilan gambar.
3. Supaya pada saat produksi, waktu yang digunakan efisien maka dibuat script breakdown. Script breakdown ini harus dipatuhi oleh kru dan talent.
4. Pengambilan gambar sesuai pada storyboard dan breakdown.
5. Pada pasca produksi, yang dilakukan ada memindahkan data dari kamera ke komputer melalui proses capture kemudian data disortir, gambar mana yang terbaik. Lalu ditata di software pengeditan gambar. Setelah semua gambar ditata dan ditambahkan audio musik dari band, maka proses selanjutnya adalah rendering.
6. Setelah karya selesai dibuat dan masuk dalam proses promosi, dibuatlah souvenir yang mendukung promosi film pada saat pameran dilakukan.
(4)
43
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dibangun dari pembuatan videoklip ini yaitu: 1. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih mengeksplor
cerita lewat mimik dan gesture tubuh.
2. Dalam pembuatan videoklip yang ingin memperkenalkan lagu terbaru, disarankan menampilkan performa dari band tersebut.
(5)
44
DAFTAR PUSTAKA
Ablan, Dan. 2002. Digital Cinematography & Directing. New York: Pearson Education. US
Achmad, Haqi. 2012. My Life As Film Director. Jakarta: Penerbit Plotpoint. Biran, Yusa, Misbach, (1986). Angle, Konstiniti, Editing, Close up, Komposisi
dalam Sinematografi. Jakarta: Yayasan Citra.
Biran, Yusa, Misbach, (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.
Cone, J. (2011). The Motion Graphic and Motiongrapheer. London: Star. Dirgagunarsa, S. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Djalle, Z. G. (2006). The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max.
Bandung: Informatika.
Helmina. (2011, July 06). Variation of Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: https://quack.varndean.ac.uk
Imanjaya, Ekky. 2006. A-Z About Film Indonesia. Bandung: Mizan
Javandalasta, Panca. (2011). 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group
Jeremy. (2010, April 08). Variation of Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://wainlqegs.wordpress.com
Mulyono. (2011, February 26). Poster Film Indonesia. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://filmindonesia.or.id
Peacock, Richard Beck. 2001. The Art of Moviemaking: Script to Screen. New York: Longman Inc. US
Prakosa, Gotot. 2008. Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film Dokumenter. Jakarta: Yayasan Seni Visual dan Koperasi IKJ
Putra. (2012, February 16). Macam-Macam Variasi Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://aslukeparker.blogspot.com/2012/09/close-upmedium long-shots.html
(6)
45
Putra. (2012, February 16). Wide Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://webee88.wordpress.com/2009/07/01/videografi-teknik-kamera-video-dan-pengambilan-gambar/
Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo Tim Dirks (Cinema In Edutech, 2011)
Tim Dirks. (2011, February 16). Wide Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: https://quack.varndean.ac.uk
Turner, G. (1983). Video Clips and Popular Music. Australian Journal of Cultural Studies, 107–110.
Video Klip dan Musik. digilib.petra.ac.id/.../jiunkpe-ns-s1-2007-42402137-9987-bulletproof-chapter2.pdf . Di akses pada tanggal 8 Juni 2013.