Tim Koordinasi Dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan
IBUKU 11
r
d
I
pセイッ
オセエBォ。ョ@
Depkes._
セヲjNィOM
No. Induk :
I
(;
110;
[ゥ"....................... fl
セ G ゥ セ B セ[
G@ h:t
9 ', T r l na ;
If.
U apat Dajj ......
.
... .... . ......... .
" 0 . . . . . '
"
• • • • • • • • I
10.tq
I
• • • • • • • • • • •
• • • • • • • • • •
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
TIM KOORDINASI DAN FASILITASI
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia
2011
KATA PENGANTAR
Indroyono Soesilo
Sesmenkokesra
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ijin dan perkenanNya, setelah
melalui proses diskusi antar lintas sektor, pad a akhirnya Pedoman Pengorganisasian Tim
Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan IndonesialTim KFPTK dapat
diselesaikan dengan balk.
Pedoman ini memuat berbagai hal yang bersifat umum dan dimaksudkan sebagai dasar pijak
sekaligus sebagai sumber inspirasi bagi daerah dalam upaya pengembangan tenaga
kesehatan di lapangan. Oleh sebab itu, setelah adanya pedoman umum ini, diharapkan
masingmasing daerah dan lintas sektor terkait segera melakukan langkahIangkah
penjabaran yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta potensi yang dimiliki
oleh masingmasing daerah dan sektor, kemudian dikemas kedalam bentuk pedoman
pengorganisasian Tim KFPTK Tingkat Provinsi dan Kabupaten /Kota serta petunjuk
pelaksanaannya .
Penyusunan pedoman ini telah melibatkan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat
pusat (dalam hal ini yang ada dalam Tim KFPTK sesuai SK Menkokesra No 12/2011) , dan juga
telah menerima masukan dari berbagai daerah . Namun kami yakin masih terdapat kekurangan
dan kelemahan , untuk itu saran masukan dari berbagai pihak sangatdiharapkan.
Akhirnya , kepada semua pihak yang telah memberikan saran masukan sekaligus sebagai
narasumber dalam penyusunan pedoman ini, termasuk beberapa daerah dan pihakpihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan terimakasih dan penghargaan
yang sebesarbesarnya; semoga gerak langkah kegiatan pengembangan tenaga kesehatan
selalu mendapat rahmatNya. Aamiin .
Jakarta, Mei 2011
ウ・ュ
セ
セ
ii
ウヲ、s@
セ@
H. R. Agung Laksono
Menkokesra
SAMBUTAN
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Dalam upaya Pembangunan Manusia Indonesia, disamping unsur pendidikan dan ekonomi,
maka unsur kesehatan termasuk yang penting di dalamnya. Pembangunan Kesehatan yang
merupakan bagian dari Pembangunan Nasional, 80% keberhasilannya adalah terletak dari
Pengembangan Tenaga Kesehatan. Dengan demikian suatu daerah bahkan suatu Negara
akan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang lebih besar untuk pencapaian MDG's
2015 dan optimalisasi peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pemenuhan
kebutuhan pengembangan tenaga kesehatan yang pada gilirannya berdampak pada
meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan sekaligus
meningkatnya posisi Pembangunan Manusia Indonesia/Human Development Index di tingkat
internasional.
Saat ini derajat kesehatan masyarakat bangsa Indonesia belumlah dapat dikatakan optimal
dalam rangka pencapaian MDG's, pada dasarnya hal ini sangat terkait dengan permasalahan
tenaga kesehatan baik dari sisi jumlah, distribusi maupun kualitas. Tenaga kesehatan strategis
masih terpusat pada daerah perkotaan, sedangkan di daerah tertinggal , perbatasan dan
kepulauanlDTPK masih jauh dari harapan, ditambah ketidakseimbangan antara produksi dan
distribusi serta pendayagunaan tenaga kesehatan, dipersulit oleh rendahnya akses
masyarakat akan pelayanan kesehatan berkualitas.
Menyikapi masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat tersebut, maka tidak ada pilihan
lain bagi bangsa Indonesia untuk berupaya sedemikian rupa melalui pemecahan
permasalahan pengembangan tenaga kesehatan antar lintas pemangku kepentingan di lintas
sektor terkait, dengan SK Menkokesra No. 12/2011 , agar secara bertahap tapi pasti dengan
gerak dan langkah yang terkoordinir dan sinergis menyusun pedoman pengorganisasian
sekaligus tata hubungan kerja antar lintas pemangku kepentingan . Sehingga keberadaan
pedoman ini sangat strategis dan diharapkan akan dapat mempercepat terwujudnya kondisi
optimal dari pemecahan masalah pengembangan tenaga kesehatan dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Terimakasih, semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita dan selalu memberikan rahmat
dan hidayahNya kepada kita semua.Aamiin.
Jakarta, Mei 2011
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
H. R. Agung Laksono
iii
SAMBUTAN
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH.
Menkes
Menteri Kesehatan
Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah
hak asasi manusia. Kesehatan sebagai hak asasi manusia mengandung pengertian bahwa setiap
orang berhak untuk disembuhkan jika sakit dan setiap orang yang sehat berhak untuk menjaga
dirinya agar tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan soslal yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian
kesehatan bukan saja merupakan hak asasi manusia, tetapi sekaligus merupakan suatu investasi
dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Dalam Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan , disebutkan bahwa pembangunan
kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan , dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud . Pembangunan kesehatan hanya
dapat diselenggarakan dengan berhasilguna dan berdayaguna, bila didukung oleh tenaga
kesehatan yang memadai sebagai subyek pembangunan kesehatan .
Pengembangan tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi jumlah, jenis,
kualitas ,dan penyebaran tenaga kesehatan yang diperlukan untuk pembangunan kesehatan , tetapi
situasi tenaga kesehatan di Indonesia terus membaik. Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan
tenaga ksehatan untuk pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia secara merata,
khususnya di daerah tertinggal ,terpencil, perbatasan dan kepulauan terluar, masih senantiasa perlu
ditingkatkan.
Permasalahan tenaga kesehatan akan dapat diatasi dengan baik melalui sinergisme dan ォ・セ。ᆳ
sama lintas sektor serta kerjasama semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga
kesehatan. Dengan adanya Tim Kooridlnasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (TIM
KFPTK), diharapkan berbagai permasalahan tenaga kesehatan di Indonesia dapat diatasi segera.
Pedoman ini akan sangat bermanfaat untuk digunakan dan diacu oleh semua pemangku
kepentingan dalam mengembangkan tenaga kesehatan di Tanah Air. Semoga upaya kita untuk
memenuhi hak rakyat Indonesia memperoleh akses pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
meraih sukses dan semoga kita senantiasa mendapatkan rakhmat dan hidayah Tuhan ang ivlaha
Kuasa .Amin.
,
d;. e
iv
セ。
RaFiayu Se yanings lh. MPH . Dr PH
Gamawan Fauzi, SH, MM
Mendagri
SAMBUTAN
Menteri Dalam Negeri
Pembangunan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Upaya untuk mewujudkan hal ini, juga ditentukan oleh peran aktif para "Tenaga
Kesehatan" dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan kesehatan masyarakat, baik masyarakat
perkotaan maupun masyarakat perdesaan , termasuk masyarakat yang bermukim di kawasan
daerah terpencil.
Mengingat penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang kesehatan merupakan urusan
bersama (concurrent function) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah , maka setiap
Pemerintah Daerah diwajibkan untuk meningkatkan pemerataan dan aksesibiltias pelayanan
kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakal. Kenyataan menunjukkan bahwa pad a sejumlah daerah
masih banyak tenaga kesehatan yang bertugas di perkotaan dibandingkan dengan yang bertugas di
perdesaan, baik pad a Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun pada Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes). Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan penyediaan tenaga
kesehatan dalam jumlah dan kualifikasi kompetensi sesuai dengan kebutuhan daerah, serta
mengembangkan kompetensi keahlian para tenaga kesehatan , agar mampu mengemban tugas
pelayanan kesehatan masyarakat secara efektif.
Oleh karena itu, sejalan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi dan Fasilitasi
Pengembangan Tenaga Kesehatan (Tim KF·PTK), maka seluruh Pemerintah Daerah diwajibkan
untuk membentuk Tim KF·PTK Provinsi dan Kelompok Kerja KF·PTK Kabupaten/Kota , dengan
mengacu pada "Pedoman Pengorganisasian Tim KF·PTK Provinsi dan Kelompok Kerja TF·PTK
Kabupaten/Kota" yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan .
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, meridhoi seluruh pengabdian kita kepada masyarakat. bangsa, dan
negara. Sekian dan terima kasih .
G A\Vl-AWJ6.N FAUZI
v
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN
iv
DAFTAR lSI
vii
BABI
PENDAHULUAN
BAB II
ORGANISASI TKFPTK
9
BAB III PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJAANTAR PEMANGKU
KEPENTINGAN DALAM PENGEMBANGAN TEI\JAGA KESEHATAN
17
BAB IV KEBUTUHAN SUMBER DAYA
25
BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI
29
BAB VI PENUTUP
33
LAMPIRAN
TIM PENYUSUN
ix
xiii
PE DAHULUAN
1 I PENDAHULUAN M
セ@
A. LATAR BELAKANG
Krisis sumber daya manusia (SDM) kesehatan mulai menjadi perhatian dengan diterbitkannya
laporan Joint Learning Initiative (JLI) on Human Resources for Health (HR H) pada tahun 2004
atas dukungan Rockefeller Foundation. Berdasarkan laporan tersebut, digelar expert meeting
di Oslo pada bulan Feb ruari tahun 2005 yang menghasilkan kesepakatan untuk membentuk
aliansi di tingkat regional dan global untuk menangani isu di bidang SDM Kesehatan.Atas dasar
tersebut , pada bulan Agustus tahun 2005 telah dibentuk Asia-PacificAction Alliance on Human
Resources for Health (AAAH ). Di tingkat global, juga telah dibentuk Global Health Workforce
Alliance (GHWA) pada tanggal25 Mei 2006 bersamaan dengan berlangsungnya World Health
Assembly (WHA) ke 59 di Jenewa.
Penyelenggaraan Global Forum pertama oleh GHWA tahun 2008 di Kampala Uganda
menghasilkan Kampala Declaration and Agenda for Global Action (KD dan AGA), yang antara
lain berisi tentang komitmen untuk meningkatkan kepemimpinan dan koordinasi antar
pemangku kepentingan dalam upaya mengatasi krisis SDM kesehatan serta dukungan untuk
akselerasi pencapaian Millennium Development Goals/MDGs.
Sebagai pelaksanaan dari KD dan AGA , GHWA mengundang negaranegara yang masuk
kriteria krisis SDM kesehatan untuk mengikuti Capacity Building Country Coordination and
Facilitation (CCF) di Cairo, Mesir pada tahun 2010 Indonesia sebagai negara anggota AAAH ,
bersama Nepal dan Papua New Guinea diundang untuk menjadi salah satu negara pilot project
CCF untuk kawasan Asia Pasifik. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut dan menyadari
pentingnya koordinasi untuk mengatasi krisis SDM kesehatan , maka Indonesia membentuk
Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (Ti m KFPTK) di tingkat
nasional pada tanggal 27 September 2010 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat (M ENKO KESRA) nomor 33/KEP/MENKO/KESRAlIXJ20 10
Selanjutnya, pada Global Forum kedua yang diselenggarakan GHWAdi Bangkok pada tanggal
2529 Januari 2011, dihasilkan pokokpokok antara lain diperlukannya kepemimpinan,
koordinasi, penyebaran dan retensi tenaga kesehatan, kinerja dan kualitas tenaga kesehatan
serta regulasi yang efektif dan beriungsi sebagai prasyarat untuk mencapai visi "All people,
everywhere, shall have access to a skilled, motivated and supported health worker within a
2
- -- - -- -- -- - - - - - 1 I PENDAHULUAN
robust health system". Visi tersebut berarti bahwa semua orang dimanapun berada harus
memperoleh akses terhadap tenaga kesehatan yang terampil, bermotivasi dan didukung
dengan sumber daya yang memadai dalam sistem kesehatan yang kuat. Dalam kesempatan
tersebut Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi dalam Tim KFPTK. Untuk
mewujudkan komitmen tersebut dan terkait pula adanya perubahan nomenklatur pada
berbagai kementerian, maka dilakukan perubahan Keputusan MENKO KESRA tentang Tim
KFPTK, yaitu dengan Keputusan MENKO KESRA No 12 Tahun 2011 yang di tetapkan pada
tanggal7 Maret 2011.
B. LANDASAN HUKUM
1. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian, sebagaimana
telah diubah dengan UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan UndangUndang Nomor 8Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian;
2. UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu NO.3
Tahun 2005 tentang Perubahan atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
6. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
NasionaI20052025;
7. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
8. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3
1 I PENDAHULUAN - - - - - - -- - - -- -
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
10 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
11 . Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional20 102014;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Kewenangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Propinsi;
13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan , Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi , Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
14. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 201 0;
15. Instruksi Preside n Nomor 3Tahun 201 0 tenta ng Program Pembangunan yang Berkeadilan;
16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat nomor
33/KEP/MENKO/KESRAlIX.l2010 tentang Tim Koordi nasi Dan Fasilitasi Pengembangan
Tenaga Kesehatan (indonesian Country Coordination and FacilitationlCCF Committee for
Human Resource ofHealth Oevelopment);
17. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat nomor: 12 Tahun 2011
tentang Tim Koordinasi Dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (indonesian
Country Coordination and Facilitation Committee for Human Resources of Health
Oevelopment) .
4
- - - - -- - -- - - - -- - 1 I PENDAHULUAN
C. PENGERTIAN
1. Pengembangan tenaga kesehatan adalah upaya perencanaan, pengadaan ,
pendayagunaan , pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan yang dilaksanakan
secara multidisiplin, lintas sektor dan program untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan yang bermutu ,merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
2. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi dan
distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan .
3. Pengadaan tenaga kesehatan adalah upaya yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan
dan pelatihan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan .
4. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan dan pemanfaatan serta
pengembangan tenaga kesehatan .
5. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan adalah upaya untuk mengarahkan,
memberikan dukungan serta mengawasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan .
6. Sumberdaya Manusia Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan
manajemen kesehatan .
7. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untukjenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
8. Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah semua pihak yang terkait dengan
isu/permasalahan dan upaya untuk mengatasinya di bidang pengembangan tenaga
kesehatan.
9. Focal pOint adalah pihak yang mempunyai peran utama dalam pengembangan tenaga
5
1 I PENDAHULUAN M
M
Mセ@
kesehatan.
10 . Recommending adalah pihak yang memberikan rekomendasi dalam pengembangan
tenaga kesehatan
11 . Coordinating adalah pihak yang melakukan koordinasi dalam kegiatan pengembangan
tenaga kesehatan .
12. Supporting adalah pihak yang memberikan dukungan dalam pengembangan tenaga
kesehatan .
13. Consulting adalah pihak yang memberikan konsultasi dalam pengembangan tenaga
kesehatan.
14 . Informing adalah pihak yang memberikan informasi tentang halhal yang berhubungan
dengan pengembangan tenaga kesehatan.
15. Decision Making adalah pihak yang membuat keputusan tentang kebijakan yang
berhubungan dengan pengembangan tenaga kesehatan .
D. MAKSUD DAN TUJUAN
Pedoman Pengorganisasian Tim KFPTK ini dimaksudkan untuk menjadi panduan dalam
melaksa nakan berbagai kegiatan TKFPTK, baik Tim Pengarah, Tim Pelaksana, Kelompok
Kerja dan Sekretariat. Pedoman Pengorganisasian ini bertujuan untuk memberikan kejelasan
tentang tata hubungan kerja antar para pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga
kesehatan yang perlu difasilitasi di tingkat nasional.
6
_ _ __ _ __ _ _ __ _ _ _ _ _ 1 I PENDAHULUAN
E. TATAURUT
Pedoman ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:
BABI
PENDAHULUAN
BAB II
ORGANISASI Tim KFPTK
BAB III
PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJAANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAMPTK
BAB IV
KEBUTUHAN SUMBERDAYA
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
BAB VI
PENUTUP
Lampiran 1 SK Menkokesra No. 12/2011
Lampiran 2 Matrix Tata Hubungan Kerja Antar pemangku kepentingan dalam
Pengembangan Tenaga Kesehatan
Lampiran 3 Daftar Indikator Pemantauan dan Evaluasi Kampala Declaration dan Agenda for
G/oba/Action
7
ORGANISASI
TIM KF·PTK
2 I ORGANISASI TIM KFPTK
A. ORGANISASI
Organisasi Tim KFPTK Indonesia terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana , Kelompok Kerja
dan Sekretariat. Susunan keanggotaan Tim KFPTK sebagai berikut:
1. Tim Pengarah : susunan keanggotaannya terdiri dari Ketua , Wakil Ketua, Sekretaris I.
Sekretaris II dan Anggota . Personalia Tim Pengarah ini berasal dari para pemangku
kepentingan di tingkat pengambilan kebijakan dalam bidang PTK
2. Tim Pelaksana susunan keanggotaannya terdiri dari Ketua , Wakil Ketua I dan II, Sekretaris
I, II dan III, serta Anggota. Personalia Tim Pelaksana ini berasal dari para pemangku
kepentingan di tingkat penyusunan/perumusan kebijakan dalam bidang PTK
3. Kelompok Kerja beranggotakan personel yang berkompeten di bidang PTK. Terdapat 3
Kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari:
a. Pokja I
Perencanaan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
b. Pokja II
Pengadaan Tenaga Kesehatan
c. Pokja III
Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kesehatan
4. Sekretariat, terdiri dari Ketua ,Wakil Ketua I dan II , Sekretaris I, II, III danAnggota.
Secara rinci, personalia/keanggotaan dalam organisasi Tim KFPTK dapat dilihat dalam
Keputusan MENKO KESRA Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Dan Fasilitasi
Pengembangan Tenaga Kesehatan (Lampiran 1).
10
_ __ __ __ _ _ __ _ _ _ 2 I ORGANISASI TIM KFPTK
B. TUGAS DAN FUNGSI
Tim KFPTK mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Tim Pengarah bertugas:
a. Memberikan arahan tentang prioritas pengembangan tenaga kesehatan dalam
mendukung pembangunan kesehatan ;
b. Memberikan arahan dalam penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga
Kesehatan;
c. Memberikan arahan dalam peningkatan sinergisme/ke8asama/koordinasi lintas sektor
dan lintas pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan;
d. Memberikan arahan dalam mengkonsolidasikan dan mobilisasi sumberdaya untuk
pengembangan tenaga kesehatan dalam rangka mendukung pembangunan
kesehatan dan upaya pencapaian target Millennium Development Goals (MOGs).
2. Tim Pelaksana bertugas:
a. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi kepada semua pemangku kepentingan dalam
penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga Kesehatan .
b. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi kepada semua pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga Kesehatan.
c. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi kepada semua pemangku kepentingan dalam
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga
Kesehatan .
d. Mengkonsolidasikan dan memobilisasi sumberdaya dalam pelaksanaan Rencana
Strategis Pengembangan Tenaga Kesehatan.
e. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi dalam pengembangan tenaga kesehatan , yang
meliputi perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan.
11
2 I ORGANISASI TIM KF-PTK - - - - - - -- -- - _
3. Kelom pok Keria I Bidang Perencanaan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
mempunyai tugas
a. Melaksanakan fasilitasi dalam merumuskan rancangan Rencana Strategis
Pengembangan Tenaga Kesehatan.
b. Melaksanakan fasilitasi dalam penyusunan rencana kebutuhan tenaga kesehatan .
c. Melaksanakan fasilitasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pendayagunaan
tenaga kesehatan .
d. Melaksanakan fasilitasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pendayagunaan
tenaga kesehatan .
e. Melaksanakan fasilitasi dalam menetapkan dan melakukan langkahIangkah
pelaksanaan resolusi Organisasi Kesehatan Sedunia dalam rekrutmen international
tenaga kesehatan.
4. Kelompok Keria II Bidang Pengadaan Tenaga Kesehatan, mempunyai tugas:
a Melaksanakan fasilitasi dalam pengadaan Tenaga Kesehatan .
b. Melaksanakan fasilitasi dalam pemantauan dan evaluasi pengadaan tenaga
kesehatan.
c. Melaksanakan fasilitasi dalam pengendalian produksi Tenaga Kesehatan
d. iv1elaksanakan fasilitasi dalam pemantapan pembinaan Institusi Pendidikan Tenaga
Kesehatan .
e. Melaksanakan fasilitasi dalam pengembangan/peningkatan kapasitas tenaga dan
aparatur kesehatan
12
_ __ _ _ __ __ _ _ _ _ _ 2 I ORGANISASI TIM KFPTK
5. Kelompok Kerja III Bidang Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kesehatan. mempunyai
tugas:
a. Melaksanakan fasilitasi dalam pembinaan dan pengawasan Tenaga Kesehatan.
b. Melaksanakan fasilitasi dalam pembentukan MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi)
c. Melaksanakan fasilitasi dalam pemantapan tugas pokok dan fungsi serta tata
hubungan kerja MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) dan MTKP
d. Melaksanakan fasilitasi dalam pelaksanaan pendidikan berkelanjutan, khususnya
Program Pendidikan Dokter Spesialis/PPDS dan Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis IPPDGS.
6. Sekretariat mempunyai tugas
a. Menyusun dan mengusulkan rencana kerja Tim KFPTK, baik Tim Pengarah, Tim
Pelaksana, maupun Kelompok Kerja
b. Melaksanakan fasilitasi pelaksanaan kegiatan Tim KFPTK
c. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan tugas Tim KFPTK
d. Melaksanakan advokasi dan pengembangan kapasitas (capacity building) bagi semua
pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan .
e. Melaksanakan fasilitasi pembentukan Tim KFPTK Provinsi dan Kabupaten/Kota.
f. Mengembangkan pusat informasi (knowledge management) dalam pengembangan
tenaga kesehatan.
13
2 I ORGANISASI TIM KF-PTK
C. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja Tim KFPTK dilakukan melalui pertemuan periodik sebagai berikut:
a. Tim Pengarah mengadakan pertemuan jika dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
kebijakan PTK di tingkat nasional
b. Pertemuan koordinasi Tim Pelaksana dilaksanakan minimal 4 kali dalam setahun. Tim
Pelaksana dapat mengadakan pertemuan khusus bila diperlukan.
c. Pertemuan koordinasi masingmasing Kelompok Kerja dilaksanakan minimal sebulan
sekali.
d. Pertemuan koordinasi pleno Tim KFPTK yang difasilitasi oleh Sekretariat dilaksanakan
sesuai keperluan .
Kelompok Kerja dan Sekretariat dapat melaksanakan pertemuan intensif untuk memfasilitasi
pembahasan materi yang terkait dengan PTK untuk menghasilkan rancangan produk
kebijakan yang akan dibahas pada tingkat yang lebih tinggi, baik pada tingkat Tim Pelaksana
maupun Tim Pengarah.
Disamping melalui berbagai pertemuan, mekanisme kerja Tim KFPTK dapat dilakukan melalui
media komunikasi lain, seperti teleconference dan surat elektronik (e-mai0.
Tim KFPTK dapat berpartisipasi dalam berbagai pertemuan tentang pengembangan dan
pemberdayaan SDM kesehatan di tingkat nasional dan internasional. Tim KFPTK juga dapat
memfasilitasi institusi/lembaga terkait dalam penyelesaian permasalahan PTK yang diajukan
oleh berbagai pihak .
14
- - -- -- - - -- - - - 2 I ORGANISASI TIM KFPTK
15
PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAMPENGEMBANGAN
TENAGA KESEHATAN
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN _ _ __ __ _ __
A. PERANPEMANGKU KEPENTINGAN SESUAI TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) serta Kewenangannya masingmasing,
Kementerian/Lembaga memiliki peran dalam PTK. Berdasarkan Tupoksi masingmasing
pihak, maka peran para pemangku kepentingan dapat dikelompokkan sebagai benkut:
1. Kementerian/Lembaga sebagai pemangku kepentingan utama (key stakeholder)
a. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pembahas dan mengesahkan peraturan
perundangan dan kebutuhan anggaran dalam pelaksanaan kebijakan PTK.
b. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemkokesra): sebagai
koordinator dan mensinkronkan peran para pemangku kepentingan dalam PTK.
C.
Kementerian Kesehatan (Kemkes) sebagai pelaku utama dalam penyusunan
kebijakan PTK.
d. Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri): melaksanakan pembinaan dan pengawasan
secara umum terhadap penyelenggaraan PTKdi daerah.
e. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) sebagai pelaku utama dalam
pembinaan pendidikan tenaga kesehatan.
f. Kementerian Keuangan (Kemkeu): sebagai penyedia anggaran untuk mendukung
PTK.
2. Kementerian/lembaga lainnya
Kementerian/lembaga lainnya berperan sebagai pendukung dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan serta sebagai pengguna tenaga kesehatan pada berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan dibawah binaannya Termasuk diantaranya adalah Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans), Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB), Kementerian Luar Negeri (Kemlu),
Badan Kepegawaian Negara (BKN), Tentara Nasional Indonesia (TN I), Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI) dan lainnya.
18
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
3. Organisasi profesi kesehatan, asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dan asosiasi
fasilitas pelayanan kesehatan
Kelompok ini ikut berperan dalam hal pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
sejak dalam proses pendidikan sampai dengan pendayagunaannya,
4. Mitra kerja lain termasuk lembaga internasional
Kelompok ini ikut berperan dalam memberikan bantuan teknis (technical assistance)
maupun dukungan pembiayaan untuk PTK.
B, TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
Kegiatan pokok TKFPTK secara umum memerlukan tata hubungan kerja antar pemangku
kepentingan, sebagai berikut:
1. Perencanaan tenaqa kesehatan
a. Kemkes sebagai focal point menyusun rancangan awal kebijakan perencanaan tenaga
kesehatan dan rencana kebutuhan tenaga kesehatan. Dalam hal ini Badan PPSDM
Kesehatan memegang peran utama dalam menyiapkan rumusannya.
b. Kemdagri memberikan masukan terhadap rencana kebutuhan tenaga kesehatan
dalam negeri yang didasarkan atas kebutuhan dari daerah. Adapun rencana kebutuhan
tenaga kesehatan luar negeri diperoleh masukan dari Kemenakertrans dan Bad?n
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Sebagai
pengguna (user), intitusi kementrian lain dan TI\II serta POLRI memberikan
rekomendasi terkait kebutuhan tenaga kesehatan di institusi kesehatan binaannya
(recommending) .
c. Organisasi profesi memberikan informasi terkait standar profesi untuk bahan dalam
menyusun rancangan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana
19
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN _ _ _ _ __ __
kebutuhan tenaga kesehatan . Asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan memberikan
informasi tentang keadaan tenaga kesehatan untuk bahan penyusunan rencana
kebutuhan tenaga kesehatan (informing).
d. Rumusan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana kebutuhan tenaga
kesehatan atas koordinasi dari Kemkokesra , dilakukan sinkronisasi dengan masukan
dari berbagai institusi dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam prosesnya,
sinkronisasi juga dilakukan dengan meminta verifikasi dari MenpanRB dan BKN
(coordinating) .
e. MenpanRB memberikan verifikasi terutama terkait dengan penyediaan formasi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pengisian target rencana kebutuhan tenaga
kesehatan . Demikian pula BKN memberikan verifikasi terkait dengan administrasi
untuk pengisian formasi PNS. (consulting).
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan DPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan untuk pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga
kesehatan dan pemenuhan rencana kebutuhan tenaga kesehatan (coordinating).
g. DPR memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga
kesehatan dan pemenuhan rencana kebutuhan tenaga kesehatan, dan bersama
Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya (supporting).
h. Kemkokesra mengkoordinasikan Kemkes dan kementerian lain terkait dalam
perumusan akhir rancangan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana
kebutuhan tenaga kesehatan (coordinating).
I.
Kemkes atas kesepakatan dengan pemangku kepentingan terkait mematangkan dan
menetapkan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana kebutuhan
tenaga kesehatan (decision making).
2. Pengadaan tenaga kesehatan
a. Asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dan asosiasi rumah sakit pendidikan
memberikan informasi tentang sumber daya pendidikan tenaga kesehatan yang
20
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
dimiliki dan jumlah lulusan yang dihasilkan dari berbagai institusi pendidikan tenaga
kesehatan . (informing) .
b. Kemdiknas menyusun rancangan kebijakan pendidikan tenaga kesehatan (focal point).
c. Organisasi profesi bersama Kementerian kesehatan memberikan rekomendasi
tentang jenis, jumlah dan kompetensilkualifikasi tenaga kesehatan yang harus
diproduksi untuk mengisi kebutuhan tenaga kesehatan (recommending) .
d. Kemkokesra memfasilitasi dan mensinkronkan kebijakan pengadaan tenaga
kesehatan (coordinating) .
e. Kemdagri, Kemkes, TNI/POLRI dan Kementerian lain memberikan verifikasi untuk
pengadaan tenaga kesehatan melalui institusi pendidikan tenaga kesehatan dalam
binaannya (consulting).
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan OPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan tenaga
kesehatan (coordinating).
g. OPR memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan pengadaan tenaga
kesehatan , dan bersama Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya.
(supporting).
h. Kemkokesra mengkoordinasikan Kemdiknas dan kementerian lain mematangkan
kebijakan pendidikan tenaga kesehatan (coordinating).
i. Kemdiknas mematangkan dan menetapkan kebijakan pendidikan tenaga kesehat.ln
(decision making).
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan
a. Kemkes sebagai focal point menyusun rancangan awal kebijakan pendayagunaan
tenaga kesehatan . Dalam hal ini Badan PPSDM Kesehatan memegang peran utama
dalam menyiapkan rancangannya.
21
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN - - -- - -- b. Kemdagri, Kemnakertrans dan BNP2TKI, kementerian lain dan swasta memberikan
masukan terhadap rencana pendayagunaan tenaga kesehatan (recommending) .
c. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
serta Organisasi Profesi (OP) memberikan informasi tentang distribusi tenaga
kesehatan yang terkait registrasi dan pendidikan prafesi berkelanjutan (Continuing
Professional Development) sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan
pendayagunaan tenaga kesehatan (informing).
d. Rumusan rancangan kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan atas koordinasi
dari Kemkokesra, dilakukan sinkronisasi dengan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan lain terkait (coordinating).
e. MenpanRB dan BKN memberikan verifikasi terutama terkait pendayagunaan tenaga
kesehatan sebagai PNS (consulting) .
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan DPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan dalam pelaksanaan kebijakan pendayagunaan
tenaga kesehatan (coordinating).
9 DPR memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan pendayagunaan tenaga
kesehatan, dan bersama Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya
(supporting).
h. Kemkokesra mengkoordinasikan Kemkes dan kementerian lain terkait mematangkan
rumusan pendayagunaan tenaga kesehatan (consulting) .
Selanjutnya Kemkes atas kesepakatan dengan pemangku kepentingan terkait
mematangkan dan menetapkan kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan
(decision making).
4. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan
a. Kemkes sebagai focal point menyiapkan rancangan awal pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan.
22
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
b. Kemdagri bersama kementerian lain, TNI/POLRI dan pemangku kepentingan lainnya
memberikan rekomendasi terkait pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan di
institusi kesehatan binaannya (recommending) .
c. KKI , MTKI dan OP memberikan informasi terkait registrasi dan lisensi tenaga
kesehatan (informing).
d. Kemkokesra memfasilitasi dan mensinkronkan upaya pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan (coordinating).
e. Kemdagri bersama Kementerian/Lembaga dan institusi lain terkait memberikan
verifikasi sebagai periksa silang atas hasil pembinaan dan pengawasan tenaga
kesehatan (consulling).
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan OPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan dalam pembinaan dan pengawasan tenaga
kesehatan (coordinating).
g. OPR memberikan dukungan terhadap pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan,
dan bersama Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya (supporting) .
h. Kemkokesra bersama Kemkes dan kementerian lain mematangkan dan memverifikasi
rancangan pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan (consulting).
i. Kemkes menetapkan kebijakan pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan
(decision making).
Secara skematis, tata hubungan kerja antar pemangku kepentingan dalam PTK dapat dilihat
pada lampiran 2.
23
KEBUTUHAN
SUMBERDAYA
4 I KEBUTUHAN SUMBERDAYA
Untuk pelaksanaan tugas Tim KFPTK diperlukan sumber daya berupa:
1. Tenaga
Sumber daya manusia yang diperlukan adalah seluruh anggota Tim KFPTK. Sesuai
keperluannya Tim dapat mengundang dan mengikutsertakan para ahli SDM kesehatan
dan bidang kesehatan terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan PTK.
2. Dana
Sumber pembiayaan kegiatan Tim KFPTK diperoleh dari APBN Kemkokesra, Kemkes dan
Kementerian/Lembaga lain , mitra kerJa sama lainnya serta lembaga internasional terkait
maupun sumber lain yang tidak mengikat.
3. Material (perangkat keras dan perangkat lunak)
Perangkat keras adalah berupa kantor dan peralatan kantor lain yang diperlukan
diupayakan oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan . Perangkat lunak
adalah berupa fasilitas teknologi informasi, dimana tim mempunyai akses terhadap sistem
informasi kesehatan termasuk SDM kesehatan dan sistem informasi di
Kementerian/Lembaga lainnya
26
_ _ __ __ _ _ _ _ _ _ 4 I KEBUTUHAN SUMBERDAYA
27
PEMANTA A
DA VALUASI
5 I PEMANTAUAN DAN EVALUASI - - - - - - -- - -
Pemantauan dan evaluasi merupakan unsur dari pengawasan yang merupakan suatu proses
pengamatan terhadap penyelenggaraan/pelaksanaan dalam hal ini pelaksanaan tugas Tim
KFPTK yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaannya sesuai dengan
rencana , ketentuan perundangundangan dan kebijakan yang te lah ditetapkan . Oleh karena
itu , untuk mengetahui tingkat pencapaian , perkembangan dan permasalahan dalam
pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan diperlukan kegiatan pemantauan dan
evaluasi .
Indikator kinerja yang menjadi tolok ukur dalam pemantauan dan evaluasi disepakati dan
ditetapkan dalam Rencana Kerja tahunan Tim KFPTK sesuai dengan luaran (output) masingmasing kegiatan
A. PE MANTAUAN
Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara periodik untuk
memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemantauan
terhadap pengorganisasian Tim KFPTK ditujukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan
tugas Tim KFPTK yang dilaksanakan secara berkesinambungan
Pemantauan dilaksanakan secara internal yaitu dilaksanakan oleh pelaku program alau Tim
KFPTK. Mekanisme pemantauan dilakukan melalui :
1. Pertemuan koordinasi rutin
2. Umpan balik dari para pemangku kepentingan dan masyarakat pengguna melalui website
TimKFPTK.
3. Komunikasi formal dan informal.
B. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu proses sistematis untuk menentukan nilai suatu kegialan berdasarkan
30
5 I PEMANTAUAN DAN EVALUASI
kriteria tertentu melalui penilaian . Evaluasi terhadap pelaksanaan Tim KFPTK ditujukan untuk
mengetahui keberhasilan tugas Tim KFPTK dalam pengembangan tenaga kesehatan.
Evaluasi Tim KFPTK dilaksanakan secara internal dan eksternal. Evaluasi internal
dilaksanakan oleh Tim KFPTK melalui kegiatan lokakarya nasional. Sedangkan evaluasi
eksternal dilakukan oleh AAAH dan GHWA selaku mitra dalam pengembangan Tim KFPTK di
tingkat regional dan global. Proses evaluasi dilakukan dalam konferensi yang dilaksanakan
tahunan (AAAH) dan dua tahunan (GHWA). Indikator yang digunakan oleh AAAH dan GHWA
dalam melakukan evaluasi adalah List of Indicators monitoring and evaluation of KD AGA
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.
Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan disusun dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan.
31
PENUTUP
ti
I PENUTUP
Tujuan disusunnya Pedoman Pengorganisasian Tim KFPTK adalah agar kedepan
pelaksanaan PTK dapat lebih terarah dan terkoordinasikan dengan baik . Diharapkan para
pemangku kepentingan dapat memiliki pengertian yang jelas dan sama terhadap peran , tugas
dan tanggung jawab masingmasing . Koordinasi dapat diwujudkan melalui sinergi para
pemangku kepentingan untuk keberhasilan pencapaian tujuan PTK.
Dengan memperhatikan perkembangan sesuai hasil pemantauan dan evaluasi , Pedoman
Pengorganisasian Tim KFPTK dapat secara periodik ditinjau kembali dan apabila diperlukan
dilakukan penyesuaian . Oleh karenanya masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan
lebih lanjutsangat diharapkan.
Keberhasilan pelaksanaan tugas Tim KFPTK hanya dapat tercapai dengan kerja keras semua
pemangku kepentingan PTK dan ridho Allah SWT Semoga dokumen ini dapat memberikan
manfaat dalam pelaksanaan PTK dan selanjutnya dapat berkontribusi dalam pembangunan
kesehatan .
34
_ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ 6 I PENUTUP
35
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SK Menkokesra No. 12 Tahun 2011
x
KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
NOMOR 12TAHUN 2011
TENTANG
TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
(INDONESIAN COUNTRY COORDINA nON AND FACILITA nON COMMITTEE FOR
HUMAN RESOURCES OF HEAL TH DEVELOPMENT)
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT,
Menimbang
a.
b.
c.
d.
e.
bahwa secara global dan nasional telah tcrjadi krisis tenaga
kesehatan baik mutu, jenis, jumlah dan distribusinya;
bahwa pertemuan Global Health Workforce Alliancetahun 2008
yang menghasilkan Deklarasi Kampala, menyatakan perlu
dipersiapkan langkahIangkah dalam pengembangan tenaga
kesehatan yang mencakup perencanaan kebutuhan,
pengadaan/ pendidikan/ pelatihan,
pendayagunaan,
serta
pembinaan dan pengawasan;
bahwa pertemuan The 2nd GIobai Forum on Human Resources for
Health pada tanggal 2529 Januari 2011 di Bangkok memerlukan
Jangkah konkrit sebagai upaya tindak lanjut dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan;
bahwa d alam rangka pengembangan tenaga kesehatan
diperlukan sinergisme dalam kerjasama Jintas sektor dan lintas
pemangku kepentingan;
bahwa berdasarkan point a, b, c, dan d diatas maka perJu
ditetapkan Keputusan
Menteri
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan Rakyat ten tang Tim Koordinasi dan Fasilitasi
Pengembangan Tenaga Kesehatan (Indonesian
Country
Coordination and Fa cilitation Committee for Human Resources of
Health Development).
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Undangundang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokokpokok
Kepegawaian, sebagaimana teJah diubah dengan Undangundang No mor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undangundang Nomor 8 tahun 1974 ten tang Pokokpokok
Kepegawaian;
Undangundang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
Undangundang Nomor 20 tahun 2003 ten t ang Sistem
Pendidikan Nasional;
Undangundang Nomor 29 tahun 2004 ten tang Praktik
Kedokteran;
5.
Undangundang N omor 32 tahun 2004 ten tang Pemerintah
Daerah sebagaimana telah dibuah dengan Undangundang
Nomor 8 tahun 2005 ten t ang Penetapan Perpu NO.3 tahun 2005
tentang Perubahan atas UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
6. Undangundang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pem bangunan Jangka Panjang Nasion al 20052025;
7. Undangundang Nomor 36 tahun 2009 ten tang Kesehatan;
8. Peraturan Pe merintah Nomor 32 ta
r
d
I
pセイッ
オセエBォ。ョ@
Depkes._
セヲjNィOM
No. Induk :
I
(;
110;
[ゥ"....................... fl
セ G ゥ セ B セ[
G@ h:t
9 ', T r l na ;
If.
U apat Dajj ......
.
... .... . ......... .
" 0 . . . . . '
"
• • • • • • • • I
10.tq
I
• • • • • • • • • • •
• • • • • • • • • •
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
TIM KOORDINASI DAN FASILITASI
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia
2011
KATA PENGANTAR
Indroyono Soesilo
Sesmenkokesra
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ijin dan perkenanNya, setelah
melalui proses diskusi antar lintas sektor, pad a akhirnya Pedoman Pengorganisasian Tim
Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan IndonesialTim KFPTK dapat
diselesaikan dengan balk.
Pedoman ini memuat berbagai hal yang bersifat umum dan dimaksudkan sebagai dasar pijak
sekaligus sebagai sumber inspirasi bagi daerah dalam upaya pengembangan tenaga
kesehatan di lapangan. Oleh sebab itu, setelah adanya pedoman umum ini, diharapkan
masingmasing daerah dan lintas sektor terkait segera melakukan langkahIangkah
penjabaran yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta potensi yang dimiliki
oleh masingmasing daerah dan sektor, kemudian dikemas kedalam bentuk pedoman
pengorganisasian Tim KFPTK Tingkat Provinsi dan Kabupaten /Kota serta petunjuk
pelaksanaannya .
Penyusunan pedoman ini telah melibatkan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat
pusat (dalam hal ini yang ada dalam Tim KFPTK sesuai SK Menkokesra No 12/2011) , dan juga
telah menerima masukan dari berbagai daerah . Namun kami yakin masih terdapat kekurangan
dan kelemahan , untuk itu saran masukan dari berbagai pihak sangatdiharapkan.
Akhirnya , kepada semua pihak yang telah memberikan saran masukan sekaligus sebagai
narasumber dalam penyusunan pedoman ini, termasuk beberapa daerah dan pihakpihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan terimakasih dan penghargaan
yang sebesarbesarnya; semoga gerak langkah kegiatan pengembangan tenaga kesehatan
selalu mendapat rahmatNya. Aamiin .
Jakarta, Mei 2011
ウ・ュ
セ
セ
ii
ウヲ、s@
セ@
H. R. Agung Laksono
Menkokesra
SAMBUTAN
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Dalam upaya Pembangunan Manusia Indonesia, disamping unsur pendidikan dan ekonomi,
maka unsur kesehatan termasuk yang penting di dalamnya. Pembangunan Kesehatan yang
merupakan bagian dari Pembangunan Nasional, 80% keberhasilannya adalah terletak dari
Pengembangan Tenaga Kesehatan. Dengan demikian suatu daerah bahkan suatu Negara
akan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang lebih besar untuk pencapaian MDG's
2015 dan optimalisasi peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pemenuhan
kebutuhan pengembangan tenaga kesehatan yang pada gilirannya berdampak pada
meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan sekaligus
meningkatnya posisi Pembangunan Manusia Indonesia/Human Development Index di tingkat
internasional.
Saat ini derajat kesehatan masyarakat bangsa Indonesia belumlah dapat dikatakan optimal
dalam rangka pencapaian MDG's, pada dasarnya hal ini sangat terkait dengan permasalahan
tenaga kesehatan baik dari sisi jumlah, distribusi maupun kualitas. Tenaga kesehatan strategis
masih terpusat pada daerah perkotaan, sedangkan di daerah tertinggal , perbatasan dan
kepulauanlDTPK masih jauh dari harapan, ditambah ketidakseimbangan antara produksi dan
distribusi serta pendayagunaan tenaga kesehatan, dipersulit oleh rendahnya akses
masyarakat akan pelayanan kesehatan berkualitas.
Menyikapi masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat tersebut, maka tidak ada pilihan
lain bagi bangsa Indonesia untuk berupaya sedemikian rupa melalui pemecahan
permasalahan pengembangan tenaga kesehatan antar lintas pemangku kepentingan di lintas
sektor terkait, dengan SK Menkokesra No. 12/2011 , agar secara bertahap tapi pasti dengan
gerak dan langkah yang terkoordinir dan sinergis menyusun pedoman pengorganisasian
sekaligus tata hubungan kerja antar lintas pemangku kepentingan . Sehingga keberadaan
pedoman ini sangat strategis dan diharapkan akan dapat mempercepat terwujudnya kondisi
optimal dari pemecahan masalah pengembangan tenaga kesehatan dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Terimakasih, semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita dan selalu memberikan rahmat
dan hidayahNya kepada kita semua.Aamiin.
Jakarta, Mei 2011
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
H. R. Agung Laksono
iii
SAMBUTAN
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH.
Menkes
Menteri Kesehatan
Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah
hak asasi manusia. Kesehatan sebagai hak asasi manusia mengandung pengertian bahwa setiap
orang berhak untuk disembuhkan jika sakit dan setiap orang yang sehat berhak untuk menjaga
dirinya agar tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan soslal yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian
kesehatan bukan saja merupakan hak asasi manusia, tetapi sekaligus merupakan suatu investasi
dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Dalam Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan , disebutkan bahwa pembangunan
kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan , dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud . Pembangunan kesehatan hanya
dapat diselenggarakan dengan berhasilguna dan berdayaguna, bila didukung oleh tenaga
kesehatan yang memadai sebagai subyek pembangunan kesehatan .
Pengembangan tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi jumlah, jenis,
kualitas ,dan penyebaran tenaga kesehatan yang diperlukan untuk pembangunan kesehatan , tetapi
situasi tenaga kesehatan di Indonesia terus membaik. Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan
tenaga ksehatan untuk pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia secara merata,
khususnya di daerah tertinggal ,terpencil, perbatasan dan kepulauan terluar, masih senantiasa perlu
ditingkatkan.
Permasalahan tenaga kesehatan akan dapat diatasi dengan baik melalui sinergisme dan ォ・セ。ᆳ
sama lintas sektor serta kerjasama semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga
kesehatan. Dengan adanya Tim Kooridlnasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (TIM
KFPTK), diharapkan berbagai permasalahan tenaga kesehatan di Indonesia dapat diatasi segera.
Pedoman ini akan sangat bermanfaat untuk digunakan dan diacu oleh semua pemangku
kepentingan dalam mengembangkan tenaga kesehatan di Tanah Air. Semoga upaya kita untuk
memenuhi hak rakyat Indonesia memperoleh akses pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
meraih sukses dan semoga kita senantiasa mendapatkan rakhmat dan hidayah Tuhan ang ivlaha
Kuasa .Amin.
,
d;. e
iv
セ。
RaFiayu Se yanings lh. MPH . Dr PH
Gamawan Fauzi, SH, MM
Mendagri
SAMBUTAN
Menteri Dalam Negeri
Pembangunan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Upaya untuk mewujudkan hal ini, juga ditentukan oleh peran aktif para "Tenaga
Kesehatan" dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan kesehatan masyarakat, baik masyarakat
perkotaan maupun masyarakat perdesaan , termasuk masyarakat yang bermukim di kawasan
daerah terpencil.
Mengingat penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang kesehatan merupakan urusan
bersama (concurrent function) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah , maka setiap
Pemerintah Daerah diwajibkan untuk meningkatkan pemerataan dan aksesibiltias pelayanan
kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakal. Kenyataan menunjukkan bahwa pad a sejumlah daerah
masih banyak tenaga kesehatan yang bertugas di perkotaan dibandingkan dengan yang bertugas di
perdesaan, baik pad a Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun pada Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes). Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan penyediaan tenaga
kesehatan dalam jumlah dan kualifikasi kompetensi sesuai dengan kebutuhan daerah, serta
mengembangkan kompetensi keahlian para tenaga kesehatan , agar mampu mengemban tugas
pelayanan kesehatan masyarakat secara efektif.
Oleh karena itu, sejalan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi dan Fasilitasi
Pengembangan Tenaga Kesehatan (Tim KF·PTK), maka seluruh Pemerintah Daerah diwajibkan
untuk membentuk Tim KF·PTK Provinsi dan Kelompok Kerja KF·PTK Kabupaten/Kota , dengan
mengacu pada "Pedoman Pengorganisasian Tim KF·PTK Provinsi dan Kelompok Kerja TF·PTK
Kabupaten/Kota" yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan .
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, meridhoi seluruh pengabdian kita kepada masyarakat. bangsa, dan
negara. Sekian dan terima kasih .
G A\Vl-AWJ6.N FAUZI
v
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN
iv
DAFTAR lSI
vii
BABI
PENDAHULUAN
BAB II
ORGANISASI TKFPTK
9
BAB III PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJAANTAR PEMANGKU
KEPENTINGAN DALAM PENGEMBANGAN TEI\JAGA KESEHATAN
17
BAB IV KEBUTUHAN SUMBER DAYA
25
BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI
29
BAB VI PENUTUP
33
LAMPIRAN
TIM PENYUSUN
ix
xiii
PE DAHULUAN
1 I PENDAHULUAN M
セ@
A. LATAR BELAKANG
Krisis sumber daya manusia (SDM) kesehatan mulai menjadi perhatian dengan diterbitkannya
laporan Joint Learning Initiative (JLI) on Human Resources for Health (HR H) pada tahun 2004
atas dukungan Rockefeller Foundation. Berdasarkan laporan tersebut, digelar expert meeting
di Oslo pada bulan Feb ruari tahun 2005 yang menghasilkan kesepakatan untuk membentuk
aliansi di tingkat regional dan global untuk menangani isu di bidang SDM Kesehatan.Atas dasar
tersebut , pada bulan Agustus tahun 2005 telah dibentuk Asia-PacificAction Alliance on Human
Resources for Health (AAAH ). Di tingkat global, juga telah dibentuk Global Health Workforce
Alliance (GHWA) pada tanggal25 Mei 2006 bersamaan dengan berlangsungnya World Health
Assembly (WHA) ke 59 di Jenewa.
Penyelenggaraan Global Forum pertama oleh GHWA tahun 2008 di Kampala Uganda
menghasilkan Kampala Declaration and Agenda for Global Action (KD dan AGA), yang antara
lain berisi tentang komitmen untuk meningkatkan kepemimpinan dan koordinasi antar
pemangku kepentingan dalam upaya mengatasi krisis SDM kesehatan serta dukungan untuk
akselerasi pencapaian Millennium Development Goals/MDGs.
Sebagai pelaksanaan dari KD dan AGA , GHWA mengundang negaranegara yang masuk
kriteria krisis SDM kesehatan untuk mengikuti Capacity Building Country Coordination and
Facilitation (CCF) di Cairo, Mesir pada tahun 2010 Indonesia sebagai negara anggota AAAH ,
bersama Nepal dan Papua New Guinea diundang untuk menjadi salah satu negara pilot project
CCF untuk kawasan Asia Pasifik. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut dan menyadari
pentingnya koordinasi untuk mengatasi krisis SDM kesehatan , maka Indonesia membentuk
Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (Ti m KFPTK) di tingkat
nasional pada tanggal 27 September 2010 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat (M ENKO KESRA) nomor 33/KEP/MENKO/KESRAlIXJ20 10
Selanjutnya, pada Global Forum kedua yang diselenggarakan GHWAdi Bangkok pada tanggal
2529 Januari 2011, dihasilkan pokokpokok antara lain diperlukannya kepemimpinan,
koordinasi, penyebaran dan retensi tenaga kesehatan, kinerja dan kualitas tenaga kesehatan
serta regulasi yang efektif dan beriungsi sebagai prasyarat untuk mencapai visi "All people,
everywhere, shall have access to a skilled, motivated and supported health worker within a
2
- -- - -- -- -- - - - - - 1 I PENDAHULUAN
robust health system". Visi tersebut berarti bahwa semua orang dimanapun berada harus
memperoleh akses terhadap tenaga kesehatan yang terampil, bermotivasi dan didukung
dengan sumber daya yang memadai dalam sistem kesehatan yang kuat. Dalam kesempatan
tersebut Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi dalam Tim KFPTK. Untuk
mewujudkan komitmen tersebut dan terkait pula adanya perubahan nomenklatur pada
berbagai kementerian, maka dilakukan perubahan Keputusan MENKO KESRA tentang Tim
KFPTK, yaitu dengan Keputusan MENKO KESRA No 12 Tahun 2011 yang di tetapkan pada
tanggal7 Maret 2011.
B. LANDASAN HUKUM
1. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian, sebagaimana
telah diubah dengan UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan UndangUndang Nomor 8Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian;
2. UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu NO.3
Tahun 2005 tentang Perubahan atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
6. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
NasionaI20052025;
7. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
8. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3
1 I PENDAHULUAN - - - - - - -- - - -- -
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
10 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
11 . Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional20 102014;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Kewenangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Propinsi;
13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan , Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi , Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
14. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 201 0;
15. Instruksi Preside n Nomor 3Tahun 201 0 tenta ng Program Pembangunan yang Berkeadilan;
16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat nomor
33/KEP/MENKO/KESRAlIX.l2010 tentang Tim Koordi nasi Dan Fasilitasi Pengembangan
Tenaga Kesehatan (indonesian Country Coordination and FacilitationlCCF Committee for
Human Resource ofHealth Oevelopment);
17. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat nomor: 12 Tahun 2011
tentang Tim Koordinasi Dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (indonesian
Country Coordination and Facilitation Committee for Human Resources of Health
Oevelopment) .
4
- - - - -- - -- - - - -- - 1 I PENDAHULUAN
C. PENGERTIAN
1. Pengembangan tenaga kesehatan adalah upaya perencanaan, pengadaan ,
pendayagunaan , pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan yang dilaksanakan
secara multidisiplin, lintas sektor dan program untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan yang bermutu ,merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
2. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi dan
distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan .
3. Pengadaan tenaga kesehatan adalah upaya yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan
dan pelatihan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan .
4. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan dan pemanfaatan serta
pengembangan tenaga kesehatan .
5. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan adalah upaya untuk mengarahkan,
memberikan dukungan serta mengawasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan .
6. Sumberdaya Manusia Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan
manajemen kesehatan .
7. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untukjenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
8. Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah semua pihak yang terkait dengan
isu/permasalahan dan upaya untuk mengatasinya di bidang pengembangan tenaga
kesehatan.
9. Focal pOint adalah pihak yang mempunyai peran utama dalam pengembangan tenaga
5
1 I PENDAHULUAN M
M
Mセ@
kesehatan.
10 . Recommending adalah pihak yang memberikan rekomendasi dalam pengembangan
tenaga kesehatan
11 . Coordinating adalah pihak yang melakukan koordinasi dalam kegiatan pengembangan
tenaga kesehatan .
12. Supporting adalah pihak yang memberikan dukungan dalam pengembangan tenaga
kesehatan .
13. Consulting adalah pihak yang memberikan konsultasi dalam pengembangan tenaga
kesehatan.
14 . Informing adalah pihak yang memberikan informasi tentang halhal yang berhubungan
dengan pengembangan tenaga kesehatan.
15. Decision Making adalah pihak yang membuat keputusan tentang kebijakan yang
berhubungan dengan pengembangan tenaga kesehatan .
D. MAKSUD DAN TUJUAN
Pedoman Pengorganisasian Tim KFPTK ini dimaksudkan untuk menjadi panduan dalam
melaksa nakan berbagai kegiatan TKFPTK, baik Tim Pengarah, Tim Pelaksana, Kelompok
Kerja dan Sekretariat. Pedoman Pengorganisasian ini bertujuan untuk memberikan kejelasan
tentang tata hubungan kerja antar para pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga
kesehatan yang perlu difasilitasi di tingkat nasional.
6
_ _ __ _ __ _ _ __ _ _ _ _ _ 1 I PENDAHULUAN
E. TATAURUT
Pedoman ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:
BABI
PENDAHULUAN
BAB II
ORGANISASI Tim KFPTK
BAB III
PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJAANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAMPTK
BAB IV
KEBUTUHAN SUMBERDAYA
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
BAB VI
PENUTUP
Lampiran 1 SK Menkokesra No. 12/2011
Lampiran 2 Matrix Tata Hubungan Kerja Antar pemangku kepentingan dalam
Pengembangan Tenaga Kesehatan
Lampiran 3 Daftar Indikator Pemantauan dan Evaluasi Kampala Declaration dan Agenda for
G/oba/Action
7
ORGANISASI
TIM KF·PTK
2 I ORGANISASI TIM KFPTK
A. ORGANISASI
Organisasi Tim KFPTK Indonesia terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana , Kelompok Kerja
dan Sekretariat. Susunan keanggotaan Tim KFPTK sebagai berikut:
1. Tim Pengarah : susunan keanggotaannya terdiri dari Ketua , Wakil Ketua, Sekretaris I.
Sekretaris II dan Anggota . Personalia Tim Pengarah ini berasal dari para pemangku
kepentingan di tingkat pengambilan kebijakan dalam bidang PTK
2. Tim Pelaksana susunan keanggotaannya terdiri dari Ketua , Wakil Ketua I dan II, Sekretaris
I, II dan III, serta Anggota. Personalia Tim Pelaksana ini berasal dari para pemangku
kepentingan di tingkat penyusunan/perumusan kebijakan dalam bidang PTK
3. Kelompok Kerja beranggotakan personel yang berkompeten di bidang PTK. Terdapat 3
Kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari:
a. Pokja I
Perencanaan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
b. Pokja II
Pengadaan Tenaga Kesehatan
c. Pokja III
Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kesehatan
4. Sekretariat, terdiri dari Ketua ,Wakil Ketua I dan II , Sekretaris I, II, III danAnggota.
Secara rinci, personalia/keanggotaan dalam organisasi Tim KFPTK dapat dilihat dalam
Keputusan MENKO KESRA Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Dan Fasilitasi
Pengembangan Tenaga Kesehatan (Lampiran 1).
10
_ __ __ __ _ _ __ _ _ _ 2 I ORGANISASI TIM KFPTK
B. TUGAS DAN FUNGSI
Tim KFPTK mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Tim Pengarah bertugas:
a. Memberikan arahan tentang prioritas pengembangan tenaga kesehatan dalam
mendukung pembangunan kesehatan ;
b. Memberikan arahan dalam penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga
Kesehatan;
c. Memberikan arahan dalam peningkatan sinergisme/ke8asama/koordinasi lintas sektor
dan lintas pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan;
d. Memberikan arahan dalam mengkonsolidasikan dan mobilisasi sumberdaya untuk
pengembangan tenaga kesehatan dalam rangka mendukung pembangunan
kesehatan dan upaya pencapaian target Millennium Development Goals (MOGs).
2. Tim Pelaksana bertugas:
a. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi kepada semua pemangku kepentingan dalam
penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga Kesehatan .
b. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi kepada semua pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga Kesehatan.
c. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi kepada semua pemangku kepentingan dalam
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Strategis Pengembangan Tenaga
Kesehatan .
d. Mengkonsolidasikan dan memobilisasi sumberdaya dalam pelaksanaan Rencana
Strategis Pengembangan Tenaga Kesehatan.
e. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi dalam pengembangan tenaga kesehatan , yang
meliputi perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan.
11
2 I ORGANISASI TIM KF-PTK - - - - - - -- -- - _
3. Kelom pok Keria I Bidang Perencanaan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
mempunyai tugas
a. Melaksanakan fasilitasi dalam merumuskan rancangan Rencana Strategis
Pengembangan Tenaga Kesehatan.
b. Melaksanakan fasilitasi dalam penyusunan rencana kebutuhan tenaga kesehatan .
c. Melaksanakan fasilitasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pendayagunaan
tenaga kesehatan .
d. Melaksanakan fasilitasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pendayagunaan
tenaga kesehatan .
e. Melaksanakan fasilitasi dalam menetapkan dan melakukan langkahIangkah
pelaksanaan resolusi Organisasi Kesehatan Sedunia dalam rekrutmen international
tenaga kesehatan.
4. Kelompok Keria II Bidang Pengadaan Tenaga Kesehatan, mempunyai tugas:
a Melaksanakan fasilitasi dalam pengadaan Tenaga Kesehatan .
b. Melaksanakan fasilitasi dalam pemantauan dan evaluasi pengadaan tenaga
kesehatan.
c. Melaksanakan fasilitasi dalam pengendalian produksi Tenaga Kesehatan
d. iv1elaksanakan fasilitasi dalam pemantapan pembinaan Institusi Pendidikan Tenaga
Kesehatan .
e. Melaksanakan fasilitasi dalam pengembangan/peningkatan kapasitas tenaga dan
aparatur kesehatan
12
_ __ _ _ __ __ _ _ _ _ _ 2 I ORGANISASI TIM KFPTK
5. Kelompok Kerja III Bidang Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kesehatan. mempunyai
tugas:
a. Melaksanakan fasilitasi dalam pembinaan dan pengawasan Tenaga Kesehatan.
b. Melaksanakan fasilitasi dalam pembentukan MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi)
c. Melaksanakan fasilitasi dalam pemantapan tugas pokok dan fungsi serta tata
hubungan kerja MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) dan MTKP
d. Melaksanakan fasilitasi dalam pelaksanaan pendidikan berkelanjutan, khususnya
Program Pendidikan Dokter Spesialis/PPDS dan Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis IPPDGS.
6. Sekretariat mempunyai tugas
a. Menyusun dan mengusulkan rencana kerja Tim KFPTK, baik Tim Pengarah, Tim
Pelaksana, maupun Kelompok Kerja
b. Melaksanakan fasilitasi pelaksanaan kegiatan Tim KFPTK
c. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan tugas Tim KFPTK
d. Melaksanakan advokasi dan pengembangan kapasitas (capacity building) bagi semua
pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan .
e. Melaksanakan fasilitasi pembentukan Tim KFPTK Provinsi dan Kabupaten/Kota.
f. Mengembangkan pusat informasi (knowledge management) dalam pengembangan
tenaga kesehatan.
13
2 I ORGANISASI TIM KF-PTK
C. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja Tim KFPTK dilakukan melalui pertemuan periodik sebagai berikut:
a. Tim Pengarah mengadakan pertemuan jika dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
kebijakan PTK di tingkat nasional
b. Pertemuan koordinasi Tim Pelaksana dilaksanakan minimal 4 kali dalam setahun. Tim
Pelaksana dapat mengadakan pertemuan khusus bila diperlukan.
c. Pertemuan koordinasi masingmasing Kelompok Kerja dilaksanakan minimal sebulan
sekali.
d. Pertemuan koordinasi pleno Tim KFPTK yang difasilitasi oleh Sekretariat dilaksanakan
sesuai keperluan .
Kelompok Kerja dan Sekretariat dapat melaksanakan pertemuan intensif untuk memfasilitasi
pembahasan materi yang terkait dengan PTK untuk menghasilkan rancangan produk
kebijakan yang akan dibahas pada tingkat yang lebih tinggi, baik pada tingkat Tim Pelaksana
maupun Tim Pengarah.
Disamping melalui berbagai pertemuan, mekanisme kerja Tim KFPTK dapat dilakukan melalui
media komunikasi lain, seperti teleconference dan surat elektronik (e-mai0.
Tim KFPTK dapat berpartisipasi dalam berbagai pertemuan tentang pengembangan dan
pemberdayaan SDM kesehatan di tingkat nasional dan internasional. Tim KFPTK juga dapat
memfasilitasi institusi/lembaga terkait dalam penyelesaian permasalahan PTK yang diajukan
oleh berbagai pihak .
14
- - -- -- - - -- - - - 2 I ORGANISASI TIM KFPTK
15
PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAMPENGEMBANGAN
TENAGA KESEHATAN
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN _ _ __ __ _ __
A. PERANPEMANGKU KEPENTINGAN SESUAI TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) serta Kewenangannya masingmasing,
Kementerian/Lembaga memiliki peran dalam PTK. Berdasarkan Tupoksi masingmasing
pihak, maka peran para pemangku kepentingan dapat dikelompokkan sebagai benkut:
1. Kementerian/Lembaga sebagai pemangku kepentingan utama (key stakeholder)
a. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pembahas dan mengesahkan peraturan
perundangan dan kebutuhan anggaran dalam pelaksanaan kebijakan PTK.
b. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemkokesra): sebagai
koordinator dan mensinkronkan peran para pemangku kepentingan dalam PTK.
C.
Kementerian Kesehatan (Kemkes) sebagai pelaku utama dalam penyusunan
kebijakan PTK.
d. Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri): melaksanakan pembinaan dan pengawasan
secara umum terhadap penyelenggaraan PTKdi daerah.
e. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) sebagai pelaku utama dalam
pembinaan pendidikan tenaga kesehatan.
f. Kementerian Keuangan (Kemkeu): sebagai penyedia anggaran untuk mendukung
PTK.
2. Kementerian/lembaga lainnya
Kementerian/lembaga lainnya berperan sebagai pendukung dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan serta sebagai pengguna tenaga kesehatan pada berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan dibawah binaannya Termasuk diantaranya adalah Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans), Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB), Kementerian Luar Negeri (Kemlu),
Badan Kepegawaian Negara (BKN), Tentara Nasional Indonesia (TN I), Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI) dan lainnya.
18
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
3. Organisasi profesi kesehatan, asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dan asosiasi
fasilitas pelayanan kesehatan
Kelompok ini ikut berperan dalam hal pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
sejak dalam proses pendidikan sampai dengan pendayagunaannya,
4. Mitra kerja lain termasuk lembaga internasional
Kelompok ini ikut berperan dalam memberikan bantuan teknis (technical assistance)
maupun dukungan pembiayaan untuk PTK.
B, TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
Kegiatan pokok TKFPTK secara umum memerlukan tata hubungan kerja antar pemangku
kepentingan, sebagai berikut:
1. Perencanaan tenaqa kesehatan
a. Kemkes sebagai focal point menyusun rancangan awal kebijakan perencanaan tenaga
kesehatan dan rencana kebutuhan tenaga kesehatan. Dalam hal ini Badan PPSDM
Kesehatan memegang peran utama dalam menyiapkan rumusannya.
b. Kemdagri memberikan masukan terhadap rencana kebutuhan tenaga kesehatan
dalam negeri yang didasarkan atas kebutuhan dari daerah. Adapun rencana kebutuhan
tenaga kesehatan luar negeri diperoleh masukan dari Kemenakertrans dan Bad?n
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Sebagai
pengguna (user), intitusi kementrian lain dan TI\II serta POLRI memberikan
rekomendasi terkait kebutuhan tenaga kesehatan di institusi kesehatan binaannya
(recommending) .
c. Organisasi profesi memberikan informasi terkait standar profesi untuk bahan dalam
menyusun rancangan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana
19
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN _ _ _ _ __ __
kebutuhan tenaga kesehatan . Asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan memberikan
informasi tentang keadaan tenaga kesehatan untuk bahan penyusunan rencana
kebutuhan tenaga kesehatan (informing).
d. Rumusan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana kebutuhan tenaga
kesehatan atas koordinasi dari Kemkokesra , dilakukan sinkronisasi dengan masukan
dari berbagai institusi dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam prosesnya,
sinkronisasi juga dilakukan dengan meminta verifikasi dari MenpanRB dan BKN
(coordinating) .
e. MenpanRB memberikan verifikasi terutama terkait dengan penyediaan formasi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pengisian target rencana kebutuhan tenaga
kesehatan . Demikian pula BKN memberikan verifikasi terkait dengan administrasi
untuk pengisian formasi PNS. (consulting).
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan DPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan untuk pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga
kesehatan dan pemenuhan rencana kebutuhan tenaga kesehatan (coordinating).
g. DPR memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga
kesehatan dan pemenuhan rencana kebutuhan tenaga kesehatan, dan bersama
Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya (supporting).
h. Kemkokesra mengkoordinasikan Kemkes dan kementerian lain terkait dalam
perumusan akhir rancangan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana
kebutuhan tenaga kesehatan (coordinating).
I.
Kemkes atas kesepakatan dengan pemangku kepentingan terkait mematangkan dan
menetapkan kebijakan perencanaan tenaga kesehatan dan rencana kebutuhan
tenaga kesehatan (decision making).
2. Pengadaan tenaga kesehatan
a. Asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dan asosiasi rumah sakit pendidikan
memberikan informasi tentang sumber daya pendidikan tenaga kesehatan yang
20
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
dimiliki dan jumlah lulusan yang dihasilkan dari berbagai institusi pendidikan tenaga
kesehatan . (informing) .
b. Kemdiknas menyusun rancangan kebijakan pendidikan tenaga kesehatan (focal point).
c. Organisasi profesi bersama Kementerian kesehatan memberikan rekomendasi
tentang jenis, jumlah dan kompetensilkualifikasi tenaga kesehatan yang harus
diproduksi untuk mengisi kebutuhan tenaga kesehatan (recommending) .
d. Kemkokesra memfasilitasi dan mensinkronkan kebijakan pengadaan tenaga
kesehatan (coordinating) .
e. Kemdagri, Kemkes, TNI/POLRI dan Kementerian lain memberikan verifikasi untuk
pengadaan tenaga kesehatan melalui institusi pendidikan tenaga kesehatan dalam
binaannya (consulting).
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan OPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan tenaga
kesehatan (coordinating).
g. OPR memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan pengadaan tenaga
kesehatan , dan bersama Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya.
(supporting).
h. Kemkokesra mengkoordinasikan Kemdiknas dan kementerian lain mematangkan
kebijakan pendidikan tenaga kesehatan (coordinating).
i. Kemdiknas mematangkan dan menetapkan kebijakan pendidikan tenaga kesehat.ln
(decision making).
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan
a. Kemkes sebagai focal point menyusun rancangan awal kebijakan pendayagunaan
tenaga kesehatan . Dalam hal ini Badan PPSDM Kesehatan memegang peran utama
dalam menyiapkan rancangannya.
21
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN - - -- - -- b. Kemdagri, Kemnakertrans dan BNP2TKI, kementerian lain dan swasta memberikan
masukan terhadap rencana pendayagunaan tenaga kesehatan (recommending) .
c. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
serta Organisasi Profesi (OP) memberikan informasi tentang distribusi tenaga
kesehatan yang terkait registrasi dan pendidikan prafesi berkelanjutan (Continuing
Professional Development) sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan
pendayagunaan tenaga kesehatan (informing).
d. Rumusan rancangan kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan atas koordinasi
dari Kemkokesra, dilakukan sinkronisasi dengan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan lain terkait (coordinating).
e. MenpanRB dan BKN memberikan verifikasi terutama terkait pendayagunaan tenaga
kesehatan sebagai PNS (consulting) .
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan DPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan dalam pelaksanaan kebijakan pendayagunaan
tenaga kesehatan (coordinating).
9 DPR memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan pendayagunaan tenaga
kesehatan, dan bersama Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya
(supporting).
h. Kemkokesra mengkoordinasikan Kemkes dan kementerian lain terkait mematangkan
rumusan pendayagunaan tenaga kesehatan (consulting) .
Selanjutnya Kemkes atas kesepakatan dengan pemangku kepentingan terkait
mematangkan dan menetapkan kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan
(decision making).
4. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan
a. Kemkes sebagai focal point menyiapkan rancangan awal pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan.
22
3 I PERAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
b. Kemdagri bersama kementerian lain, TNI/POLRI dan pemangku kepentingan lainnya
memberikan rekomendasi terkait pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan di
institusi kesehatan binaannya (recommending) .
c. KKI , MTKI dan OP memberikan informasi terkait registrasi dan lisensi tenaga
kesehatan (informing).
d. Kemkokesra memfasilitasi dan mensinkronkan upaya pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan (coordinating).
e. Kemdagri bersama Kementerian/Lembaga dan institusi lain terkait memberikan
verifikasi sebagai periksa silang atas hasil pembinaan dan pengawasan tenaga
kesehatan (consulling).
f. Kemkokesra melakukan koordinasi dengan Kemkeu dan OPR untuk meminta
dukungan/komitmen pendanaan dalam pembinaan dan pengawasan tenaga
kesehatan (coordinating).
g. OPR memberikan dukungan terhadap pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan,
dan bersama Kemkeu menyampaikan komitmen pendanaannya (supporting) .
h. Kemkokesra bersama Kemkes dan kementerian lain mematangkan dan memverifikasi
rancangan pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan (consulting).
i. Kemkes menetapkan kebijakan pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan
(decision making).
Secara skematis, tata hubungan kerja antar pemangku kepentingan dalam PTK dapat dilihat
pada lampiran 2.
23
KEBUTUHAN
SUMBERDAYA
4 I KEBUTUHAN SUMBERDAYA
Untuk pelaksanaan tugas Tim KFPTK diperlukan sumber daya berupa:
1. Tenaga
Sumber daya manusia yang diperlukan adalah seluruh anggota Tim KFPTK. Sesuai
keperluannya Tim dapat mengundang dan mengikutsertakan para ahli SDM kesehatan
dan bidang kesehatan terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan PTK.
2. Dana
Sumber pembiayaan kegiatan Tim KFPTK diperoleh dari APBN Kemkokesra, Kemkes dan
Kementerian/Lembaga lain , mitra kerJa sama lainnya serta lembaga internasional terkait
maupun sumber lain yang tidak mengikat.
3. Material (perangkat keras dan perangkat lunak)
Perangkat keras adalah berupa kantor dan peralatan kantor lain yang diperlukan
diupayakan oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan . Perangkat lunak
adalah berupa fasilitas teknologi informasi, dimana tim mempunyai akses terhadap sistem
informasi kesehatan termasuk SDM kesehatan dan sistem informasi di
Kementerian/Lembaga lainnya
26
_ _ __ __ _ _ _ _ _ _ 4 I KEBUTUHAN SUMBERDAYA
27
PEMANTA A
DA VALUASI
5 I PEMANTAUAN DAN EVALUASI - - - - - - -- - -
Pemantauan dan evaluasi merupakan unsur dari pengawasan yang merupakan suatu proses
pengamatan terhadap penyelenggaraan/pelaksanaan dalam hal ini pelaksanaan tugas Tim
KFPTK yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaannya sesuai dengan
rencana , ketentuan perundangundangan dan kebijakan yang te lah ditetapkan . Oleh karena
itu , untuk mengetahui tingkat pencapaian , perkembangan dan permasalahan dalam
pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan diperlukan kegiatan pemantauan dan
evaluasi .
Indikator kinerja yang menjadi tolok ukur dalam pemantauan dan evaluasi disepakati dan
ditetapkan dalam Rencana Kerja tahunan Tim KFPTK sesuai dengan luaran (output) masingmasing kegiatan
A. PE MANTAUAN
Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara periodik untuk
memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemantauan
terhadap pengorganisasian Tim KFPTK ditujukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan
tugas Tim KFPTK yang dilaksanakan secara berkesinambungan
Pemantauan dilaksanakan secara internal yaitu dilaksanakan oleh pelaku program alau Tim
KFPTK. Mekanisme pemantauan dilakukan melalui :
1. Pertemuan koordinasi rutin
2. Umpan balik dari para pemangku kepentingan dan masyarakat pengguna melalui website
TimKFPTK.
3. Komunikasi formal dan informal.
B. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu proses sistematis untuk menentukan nilai suatu kegialan berdasarkan
30
5 I PEMANTAUAN DAN EVALUASI
kriteria tertentu melalui penilaian . Evaluasi terhadap pelaksanaan Tim KFPTK ditujukan untuk
mengetahui keberhasilan tugas Tim KFPTK dalam pengembangan tenaga kesehatan.
Evaluasi Tim KFPTK dilaksanakan secara internal dan eksternal. Evaluasi internal
dilaksanakan oleh Tim KFPTK melalui kegiatan lokakarya nasional. Sedangkan evaluasi
eksternal dilakukan oleh AAAH dan GHWA selaku mitra dalam pengembangan Tim KFPTK di
tingkat regional dan global. Proses evaluasi dilakukan dalam konferensi yang dilaksanakan
tahunan (AAAH) dan dua tahunan (GHWA). Indikator yang digunakan oleh AAAH dan GHWA
dalam melakukan evaluasi adalah List of Indicators monitoring and evaluation of KD AGA
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.
Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan disusun dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan.
31
PENUTUP
ti
I PENUTUP
Tujuan disusunnya Pedoman Pengorganisasian Tim KFPTK adalah agar kedepan
pelaksanaan PTK dapat lebih terarah dan terkoordinasikan dengan baik . Diharapkan para
pemangku kepentingan dapat memiliki pengertian yang jelas dan sama terhadap peran , tugas
dan tanggung jawab masingmasing . Koordinasi dapat diwujudkan melalui sinergi para
pemangku kepentingan untuk keberhasilan pencapaian tujuan PTK.
Dengan memperhatikan perkembangan sesuai hasil pemantauan dan evaluasi , Pedoman
Pengorganisasian Tim KFPTK dapat secara periodik ditinjau kembali dan apabila diperlukan
dilakukan penyesuaian . Oleh karenanya masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan
lebih lanjutsangat diharapkan.
Keberhasilan pelaksanaan tugas Tim KFPTK hanya dapat tercapai dengan kerja keras semua
pemangku kepentingan PTK dan ridho Allah SWT Semoga dokumen ini dapat memberikan
manfaat dalam pelaksanaan PTK dan selanjutnya dapat berkontribusi dalam pembangunan
kesehatan .
34
_ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ 6 I PENUTUP
35
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SK Menkokesra No. 12 Tahun 2011
x
KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
NOMOR 12TAHUN 2011
TENTANG
TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
(INDONESIAN COUNTRY COORDINA nON AND FACILITA nON COMMITTEE FOR
HUMAN RESOURCES OF HEAL TH DEVELOPMENT)
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT,
Menimbang
a.
b.
c.
d.
e.
bahwa secara global dan nasional telah tcrjadi krisis tenaga
kesehatan baik mutu, jenis, jumlah dan distribusinya;
bahwa pertemuan Global Health Workforce Alliancetahun 2008
yang menghasilkan Deklarasi Kampala, menyatakan perlu
dipersiapkan langkahIangkah dalam pengembangan tenaga
kesehatan yang mencakup perencanaan kebutuhan,
pengadaan/ pendidikan/ pelatihan,
pendayagunaan,
serta
pembinaan dan pengawasan;
bahwa pertemuan The 2nd GIobai Forum on Human Resources for
Health pada tanggal 2529 Januari 2011 di Bangkok memerlukan
Jangkah konkrit sebagai upaya tindak lanjut dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan;
bahwa d alam rangka pengembangan tenaga kesehatan
diperlukan sinergisme dalam kerjasama Jintas sektor dan lintas
pemangku kepentingan;
bahwa berdasarkan point a, b, c, dan d diatas maka perJu
ditetapkan Keputusan
Menteri
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan Rakyat ten tang Tim Koordinasi dan Fasilitasi
Pengembangan Tenaga Kesehatan (Indonesian
Country
Coordination and Fa cilitation Committee for Human Resources of
Health Development).
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Undangundang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokokpokok
Kepegawaian, sebagaimana teJah diubah dengan Undangundang No mor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undangundang Nomor 8 tahun 1974 ten tang Pokokpokok
Kepegawaian;
Undangundang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
Undangundang Nomor 20 tahun 2003 ten t ang Sistem
Pendidikan Nasional;
Undangundang Nomor 29 tahun 2004 ten tang Praktik
Kedokteran;
5.
Undangundang N omor 32 tahun 2004 ten tang Pemerintah
Daerah sebagaimana telah dibuah dengan Undangundang
Nomor 8 tahun 2005 ten t ang Penetapan Perpu NO.3 tahun 2005
tentang Perubahan atas UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
6. Undangundang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pem bangunan Jangka Panjang Nasion al 20052025;
7. Undangundang Nomor 36 tahun 2009 ten tang Kesehatan;
8. Peraturan Pe merintah Nomor 32 ta