2
apabila konflik dapat dikelola dengan baik sampai batas tertentu dapat dipakai sebagai alat perekat dalam kehidupan masyarakat kehidupan bangsa.
Dari beberapa definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat mencangkup segala tindakan atau situasi yang tidak sesuai dengan keinginan, tujuan, sikap, atau perilaku yang
dapat menimbulkan perpecahan, atau perkelahian antara kedua bela pihak atau lebih. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan definisi konflik menurut Karl Marx Bernard
Raho 2007:73 konflik adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Karena pada dasarnya konflik yang terjadi di Maluku
Utara disebabkan karena perebutan wilayah, yang kemudian berubah dengan mengatas namakan agama.
2.2 Tipe-tipe Konflik
Menurut Abdul Syani1987;35 ada beberapa tipe pertentangan atau konflik yang terjadi didalam kehidupan masyarakat, yaitu antara lain:
a. Konflik individu, artinya konflik atau pertentangan yang hanya terbatas dalam hubungan
interaksi antara dua orang. b.
Pertentangan atau konflik kesukuan, artinya pertentangan yang terjadi karena adanya perbedaan suku, hal ini memungkinkan karena masing-masing merasa bahwa sukunyalah
yang lebih baik. c.
Pertentangan atau konflik kelas sosial, artinya pertentangan yang biasanya disebabkan oleh perbedaan-perbedaan pendapat atau kepentingan.
Menurut Fisher2001 ada beberapa tipe-tipe konflik antara lain: a.
Tanpa konflik adalah situasi yang menggambarkan hubungan-hubungan antara kelompok relatif stabil dalam artian bisa saling memenuhi dan damai.
b. Konflik Laten adalah suatu keadaan yang didalamnya terdapat banyak persoalan, sifatnya
tersembunyi dan perlu diangkat kepermukaan agar bisa ditangani. c.
Konflik Terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul kepermukaan yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab
dan berbagai efeknya. d.
Konflik dipermukaan adalah konflik yang memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi dialog terbuka. Untuk kasus konflik di Maluku Utara sendiri termasuk dalam tipe konflik yang ketiga yaitu
konflik terbuka. pada konflik jenis ini pihak-pihak yang berkonflik muncul semakin banyak dan aspirasi para pihak yang berkonflik cepat berkembang bagaikan epidemi. Hal ini sesuai dengan
3
penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti, DKK 2004 yang menemukan bahwa konflik di maluku utara pada tahap awal adalah konflik yang bernuansa suku yang kemudian menyebar
menjadi konflik yang bernuansa agama serta adanya nilai dan norma budaya yang direduksi dan dipolitisasi untuk kepentingan ekonomi dan politik kelompok.
2.3 Konflik Maluku Utara