3
penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti, DKK 2004 yang menemukan bahwa konflik di maluku utara pada tahap awal adalah konflik yang bernuansa suku yang kemudian menyebar
menjadi konflik yang bernuansa agama serta adanya nilai dan norma budaya yang direduksi dan dipolitisasi untuk kepentingan ekonomi dan politik kelompok.
2.3 Konflik Maluku Utara
Menurut Sri Yuniarti, DKK 2004:89 bahwa konflik Maluku Utara bermula dari perkelahian antara warga desa Tahane, dan Matsa suku Makian melawan warga desa Sosol dan Wangeotak
suku Kao pada tangga 19 agustus lebih tepat dianggap sebagai pertikaian antar etnis dari pada konflik agama. pada tahapan konflik berikut konflik terjadi didaerah Tobelo, Galela, Jailolo, dan
Tidore sangat terlihat nuansa perpecahan agama Kristen dan Islam. Dalam penelitiannya Jan Nanere, dkk 2000;54 menemukan sebagian orang berpendapat bahwa pertikaian bernuansa
SARA di Halmahera. Bermula dari Malifut, tetepi kalau dilihat dan ditelusuri kembali ternyata pertikaian yang bernuansa SARA di Maluku Utara setelah peristiwa di Ambon, telah terjadi
terlebih dahulu di Desa Talaga Kecamatan Ibu Halmahera. Pada pertengahan juni 1999 peristiwa didesa tersebut berlangsung singkat, dan beritanya tidak banyak disebarluaskan, sehingga
sebagian masyarakat termasuk yang berada di Halmahera pun tidak mengetahuinya. Sebulan kemudian, pertikaian antara warga kao dan warga makian terjadi di Malifut yang merambat
hampir keseluruh pelosok Maluku Utara yang berdampak sangat fatal terhadap kahidupan masyarakat setempat. Menurut Ahmad dan Oesman 2000;126 konflik yang terjadi di Maluku
Utara ini telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat setempat dan infastruktur ekonomi yang esensial selain dari itu masih banyak dampak negatif lain yang
ditimbulkan konflik ini seperti dampak psikologis, sosial,pendidikan,dll.
2.4 Pemekaran Wilayah
Pemekaran wilayah merupakan merupakan suatu pembentukan wilayah baru yang berupah salah satu organisasi atau perangkat daerah yang memiliki tujuan-tujuan tertentu.. dalam
peraturan pemerintah Repoblik Indonesia PP RI No. 129 tahun 2000 pasal 1-4 disebutkan bahwa pemekaran daerah adalah pemecahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
menjadi lebih dari satu daerah. Tujuan pemekaran daerah didasarkan atas pemekaran daerah itu sendiri, yang berlandaskan PP 1292000. Dalam Bab II pasal 2 disebutkan tujuan pemekaran
daerah yakni untuk meningkatkan kesejahteraan msyarakat. Menurut HR Makagansa 2008, istilah “pemekaran‟ lebih cocok untuk mengekspresikan proses terjadinya daerah-daerah baru
yang tidak lain adalah proses pemisahan diri dari suatu bagian wilayah tertentu dari sebuah daerah otonom yang sudah ada dengan niat hendak mewujudkan status administrasi baru daerah
otonom. Wasistiono 2002 pemekaran wilayah dibentuk berdasarkan pada pertimbangan
4
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial, budaya, dan pertimbangan lain yang memungkinkan mendukung terselenggaranya otonomi daerah. Sama halnya dalam peraturan
pemerintah No. 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan wilayah dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan wilayah dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk
atau dimekarkan jika memenihu syarat-syarat antaralain; kemampuan ekonomi, potensi daerah, social budaya, social politik, jumblah penduduk, luas daerah, serta pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya pemekaran daerah. Tri Ratnawati 2009 menyatakan hasil studi dari tim Bank Dunia menyimpulkan adanya
empat faktor utama pemekaran wilayah di masa reformasi, yaitu : a.
Motif untuk efektivitas dan efisiensi administrasi pemerintahan mengingat wilayah daerah yang begitu luas, penduduk yang menyebar, dan ketertinggalan pembangunan.
b. Kecenderungan untuk homogenitas etnis, bahasa, agama, tingkat pendapatan, dan lain-lain.
c. Adanya kemanjaan fiscal yang dijamin oleh Undang-Undang disediakannya Dana Alokasi
Umum DAU, bagi hasil dari sumber daya alam, dan disediakannya Pendapatan Asli Daerah PAD.
d. Motif pemburu rente
bureaucratic and political rent- seeking
para elit. Disamping itu masih ada satu motif tersembunyi dari pemekaran daerah, yang oleh Ikrar Nusa
bhakti disebut sebagai gerrymander, yaitu usaha pembelahan pemekaran daerah untuk kepentingan parpol tertentu.
2.5 Perubahan Sosial