Pendahuluan JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Vol. 1 No. 1 Sept 2015

ORANG TUA SEBAGAI MODEL UTAMA BAGI PERILAKU MAKAN SEHAT PADA ANAK-ANAK Nancy Naomi GP Aritonang, M.Psi, Psikolog ABSTRAK Obesitas adalah krisis publik yang umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Obesitas pada anak meningkat berkaitan dengan penghargaan terhadap kesehatan dan well-being pada anak. Obesitas pada masa kanak-kanak dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan pemasukan kalori dalam tubuh dengan kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, metabolism, dan aktivitas fisik. Obesitas beresiko terhadap kesehatan fisik, namun membatasi asupan makan diet dapat menyebabkan siklus naik turunnya berat badan sehingga berdampak buruk terhadap kesehatan juga. Melakukan pencegahan terhadap obesitas pada anak lebih baik dari pada melakukan diet, diet kurang disarankan dilakukan pada anak-anak karena penerapan diet yang salah akan menyebabkan pertumbuhan akan terganggu. Makan secara benar merupakan keterampilan yang dipelajari dan bukan sesuatu yang dimiliki secara alamiah. Anak akan belajar cara makan yang benar melalui proses belajar model modelling dari figur yang ada di lingkungannya. Orang tua sebagai model utama yang mempengaruhi perilaku anak-anak penting memahami perilaku makan yang sehat, termasuk didalamnya tentang pola makan sehat yang dapat menjadi kebiasaan baik bagi anak-anak. Pendekatan behavioral dapat dipelajari dalam menerapkan pola makan sehat pada anak, sehingga dalam penerapannya hal tersebut dapat menjadi model yang baik bagi anak-anak. Key words: obesitas, perilaku makan, diet, modelling, pendekatan behavioral

I. Pendahuluan

Jumlah orang yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan meningkat selama 30 tahun terakhir. Populasi orang obesitas di dunia meningkat setiap tahunnya. Pada 1980 jumlahnya sekitar 857 ribu dan pada 2013 menjadi 2 miliar. Indonesia termasuk negara yang jumlah obesitasnya tinggi, yaitu peringkat 10 sebagai negara dengan orang obesitas terbanyak di dunia Liputan6.com, 2015. Menurut British Population Survey BPS pada 2014, jumlah pria gemuk enam kali lebih banyak dari 10 tahun yang lalu. Sementara untuk wanita adalah 3,5 kalinya dibandingkan dengan tahun 2004 Unoviana Kartika, 2014. Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 56 tahun dan pada masa remaja Rosana, 2007. Prevalensi anak yang mengalami obesitas semakin meningkat pada negara-negara berkembang. Hasil survey National Health and Nutrition Examination Survey NHANES pada tahun 2007-2008 memperkirakan 16.9 dari anak-anak dan remaja dalam kelompok usia 2-19 tahun mengalami obesitas. Obesitas pada anak ditemui pada kelompok usia prasekolah, yaitu 2-5 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dan meningkat 5-10 antara tahun 1976-1980, dan pada tahun 2007-2008 meningkat dari 6.5 -19.6 diantara kelompok usia 6-11 tahun. Data yang dikumpulkan dari periode yang sama bahwa pada usia remaja usia 12-19 tahun, obesitas meningkat dari 5.0- 18.1 Kamik Kanekar, 2012. Obesitas adalah krisis publik yang umum yang terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Rentang berat badan pada individu yang lebih besar daripada berat badan ideal, yang dibandingkan dengan tinggi badannya, dinyatakan sebagai overweight atau obese. Body mass index BMI, suatu ukuran terhadap berat badan yang dikaitkan dengan tinggi badan, juga menggunakan indeks antropometrik pada risiko penyakit jantung Kamik Kanekar, 2012. Orang yang diklasifikasikan sebagai kelebihan berat badan adalah ketika BMI body mass index adalah ≥ 25, dan obesitas ketika BMI ≥ 30 NCHS, 2009, dalam Sarafino, 2011. Menurut Ogden 2004, penderita obesitas memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami berbagai macam penyakit seperti hipertensi, sakit jantung, kanker, dan kematian. Kamik Kanekar 2012 menyatakan bahwa banyak masalah yang berkaitan dengan kesehatan diasosiasikan dengan obesitas pada anak-anak. Obesitas pada masa kanak-kanak mengarahkan pada risiko kesehatan pada masa dewasa. Masalah kesehatan berkaitan dengan obesitas tidak hanya secara fisik tetapi psikologis dan sosial juga. Lebih lanjut dikatakan oleh Kamik Kanekar 2012, bahwa anak-anak yang obesitas memiliki body-image negatif, yang mengarahkan pada self-esteem yang lebih rendah. Anak- anak merasa depresi dan cemas tentang masalah obesitas yang dialaminya dan ini berakibat negative pada perilaku mereka. Ini juga merefleksikan secara negatif pada akademik dan perkembangan sosial mereka. Mereka merasa didiskriminasikan secara sosial dan distigma oleh teman sebaya dan orang dewasa. Obesitas pada anak meningkat berkaitan dengan penghargaan terhadap kesehatan dan well-being pada anak. Obesitas pada masa kanak-kanak dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan pemasukan kalori dalam tubuh dengan kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, metabolism, dan aktivitas fisik. Normalnya, jumlah kalori yang dikonsumsi anak-anak melalui makanan atau cemilan, jika tidak digunakan untuk energy beraktivitas, akan mengarahkan pada obesitas. Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas pada masa kanak-kanak adalah faktor genetika, behavioral, dan lingkungan Kamik Kanekar 2012. Obesitas beresiko terhadap kesehatan fisik, namun membatasi asupan makan diet dapat menyebabkan siklus naik turunnya berat badan sehingga berdampak buruk terhadap kesehatan juga Ogden, 1996. Usaha untuk makan lebih sedikit telah menjadi sinonim dengan diet dan penelitian menemukan bahwa antara 61 sampai 89 populasi wanita berusaha untuk mengurangi asupan makanan mereka beberapa kali dalam kehidupannya. Sebagai tambahan, diet juga ditemukan dilakukan oleh remaja dan anak gadis berusia 9 tahun Wardle Beales, 1986; Hill et al., 1994, dalam Odgen, 1996. Diet tidak sepenuhnya efektif dalam mengatasi kelebihan berat badan maupun obesitas. Menurut Ogden 1996 penderita obesitas yang mengikuti diet memiliki kecenderungan untuk berpusat pada makanan, yang selanjutnya memunculkan tingkah laku makan berlebihan. Penelitian terbaru menemukan bahwa fluktuasi berat badan memiliki efek negatif terhadap kesehatan, dapat menyebabkan kematian dan gangguan penyakit jantung. Terus berusaha diet dan gagal merugikan kesehatan fisik daripada terus menjadi obesitas secara konsisten Brownell, et al, 1989, dalam Ogden 1996. Fenomena diet pada anak-anak masih meragukan, mengingat bahwa anak-anak sedang pada masa pertumbuhan, yang membutuhkan kalori dengan kecukupan gizi. Kebanyakan orang tua merasa khawatir menerapkan diet pada anak-anak, karena khawatir anaknya kekurangan vitamin atau kekurangan gizi, sehingga cenderung membiarkan anak memakan makanan sebanyak yang diinginkannya. Makan secara benar merupakan keterampilan yang dipelajari dan bukan sesuatu yang dimiliki secara alamiah. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang dialami individu yang kurang aktif bergerak dan mengkonsumsi makanan mengandung lemak juga kalori tinggi. Kebiasaan ini juga meningkatkan bahaya penyakit yang terkait dengan tingginya tekanan darah, penyakit jantung dan kanker. Orang tua berperan penting dalam menentukan perilaku makan anak Ogden, 1996. Penelitian terdahulu mengenai obesitas didasari oleh asumsi bahwa obesitas makan dengan cara yang berbeda dan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan individu yang memiliki berat badan normal Ferster et al., 1962, dalam Odgen, 1996. Externality theory dari Schachter mengungkapkan bahwa meskipun semua individu bertanggung jawab terhadap stimulus eksternal seperti bentuk, rasa, dan bau dari makanan, dan bahwa stimulus itu dapat menyebabkan makan berlebihan, individu obesitas sangat responsif terhadap stimulus eksternal bahkan sampai tidak dapat mengendalikan diri Odgen, 1996. Perilaku makan dipengaruhi oleh stimulus internal dan stimulus eksternal. Pada umumnya individu yang memiliki berat badan normal makan terutama karena internal cues atau isyarat dari dalam diri seperti karena lapar, atau kepuasan, sementara individu penderita obesitas cenderung kurang responsif terhadap internal cues namun sangat responsif terhadap external cues, seperti waktu, tampilan makanan, rasa makanan, dan sejumlah ciri-ciri makanan. Juga diungkapkan bahwa responsifitas yang berlebihan terhadap external cues tersebut menyebabkan obesitas Schachter Rodin 1974, dalam Odgen, 1996. External Cues dalam hal ini juga termasuk stimulus makanan yang dilihat anak pada televisi ataupun media sosial yang dilihatnya sehari-hari. Seperti iklan coklat pada televisi yang menggambarkan anak-anak yang senang setelah memakan coklat, menjadi stimulus eksternal pada anak-anak untuk menkonsumsinya. Selain itu, anak-anak juga bisa belajar dari peer group ataupun teman sebayanya, tentang pola makan yang umum dimakan oleh anak sebanyanya. Pola makan makanan cepat saji fast food sering diadopsi anak-anak melalui teman-teman sekolahnya yang dilihatnya secara langsung. Anak-anak yang dalam tahap perkembangan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, cenderung mengikuti pola perilaku orang terdekat ataupun orang-orang yang ada disekelilingnya. Secara sadar ataupun tidak sadar anak-anak sering mengikuti pola makan teman sebaya atau orang tuanya. Pada umumnya orang dewasa yang obesitas, sudah gemuk sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu pencegahan berat badan berlebih harus dimulai sejak awal Sarafino, 2011. Anak- anak yang obesitas pada masa kanak-kanak cenderung untuk tetap obesitas hingga masa dewasa. Serdula, et.all, 1993, dalam Sarafino, 2011. Namun masalah yang umum dalam mencegah terjadinya obesitas pada masa kanak-kanak: lebih dari sepertiga orangtua dengan anak yang overweight menegaskan bahwa anak mereka berada pada berat badan yang tepat Jeffrey, et.all, dalam Sarafino, 2011. Pencegahan terhadap obesitas pada anak-anak harus dimulai dari orang tua dan keluarga. Orang tua sebagai figur modeling utama bagi anak-anak berperan penting dalam menentukan pola makan anak-anak hingga dewasa. Kebiasaan orang tua memakan makanan yang sehat akan menularkan perilaku makan sehat pada anak-anaknya. Dalam hal ini proses modeling terjadi. Modelling atau belajar model adalah proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara sadar atau tidak. Belajar model ini sinonim dengan imitasi, identifikasi dan belajar melalui observasi Monks, dkk, 2006. Menurut Bandura dalam Monks, dkk, 2006, kebanyakan tingkah laku orang terjadi karena pengamatan atau belajar model. Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan akan belajar model dari figur orang tua. Menurut Freud, pada masa kanak-kanak, anak akan mengidentifikasikan diri dengan orang tua, yaitu anak perempuan dengan ibunya dan anak laki-laki dengan ayahnya. Anak-anak akan meniru dan mengikuti perilaku orang tua yang menjadi figur modelnya. Orang tua yang menunjukkan perilaku yang positif, misal, memakan makanan yang sehat, akan diikuti oleh anaknya dengan kebiasaan memakan makanan sehat. Orang tua sebagai model utama dalam perilaku anak, sebaiknya memiliki pengetahuan tentang pola makan yang sehat, terutama untuk mencegah anak memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Pola makan sehat dapat diajarkan orang tua secara langsung kepada anak-anak, melalui beberapa pendekatan behavioral. Teknik modelling dan associated learning dapat diterapkan dalam membiasakan anak dalam memiliki pola makan yang sehat. Pendekatan behavioral ini mengasosiasikan perilaku makan sehat dengan hadiah rewarding eat behavior, atau food as a reward, juga mengasosiasikan perilaku makan, yang sehat dan tidak sehat dengan konsekuensi fisiologis food and physiological consequences yang dipelajari anak sebagai sesuatu yang sebaiknya dihindari ataupun diikuti.

II. Tinjauan Pustaka 2.1. Defenisi Obesitas