PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ii

P E R B A N D I N G A N M E T O D E D E M O N S T R A S I D A N M E T O D E K O M A N D O TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM

PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII SMP N 5 BELAMBANGAN UMPU

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

OLEH ENGGA FRASTYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Penjaskesrek Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

i ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN

SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ENGGA FRASTYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando terhadap kemampuan menendang bola, dan pengaruh yang signifikan antara latihan metode demonstrasi dan komando sehingga meningkatkan kemampuan menendang bola.

Teknik pengambilan data untuk tes kemampuan menendang bola ini menggunakan tes menendang, data yang di analisis adalah data dari hasil tes awal dan tes akhir, menghitung hasil tes awal dan hasil tes akhir menendang menggunakan analisis data uji t, dengan persyaratan analisis Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji Hipotesis.

Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil menendang bola antara kelompok metode demonstrasi dan metode komando dengan perolehan nilai - t hitung = - 0,127 ≥ - t tabel = -2,017 pada taraf signifikan 0,05 atau taraf kepercayaan 95%. Sedangkan pada tes akhir diperoleh nilai + t hitung = 1,446 < + t tabel = 2,029 maka tolak H0 dan terima Ha artinya pada tes akhir terdapat perbedaan hasil menendang bola antara kelompok metode demonstrasi dan metode komando. Hasil analisis pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil menendang bola diperoleh jumlah selisih rata-rata sebesar 740 poin, nilai rata-rata 32,2, nilai standar deviasi 15,7 dan nilai varians 245,1. Berdasarkan data tersebut t hitung = 9,857 > t tabel = 2,074 artinya ada pengaruh yang signifikan metode demonstrasi terhadap hasil menendang bola.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ternyata kedua jenis metode pembelajaran ini sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil menendang bola tetapi hasil belajar dari metode demonstrasi lebih berpengaruh dibandingkan hasil latihan metode komando.


(3)

(4)

(5)

(6)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 9

B. Hakikat Sepak Bola ... 10

C. Metode Pembelajaran ... 20

D. Metode Komando ... 21

E. Metode Demonstrasi ... 24

J. Kerangka Pikir ... 26

K. Hipotesis ………. ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional Variabel ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 31

1. Tempat dan Waktu Penelitian... 32

G. Teknik Analisis Data ... 34

1. Uji Normalitas ... 34

2. Uji Homogenitas ... 35

3. Uji t ... 37


(7)

xii

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Deskripsi Data ... 38

2. Uji Prasyarat ... 40

a. Uji Normalitas Data... 40

b. Uji Homogenitas Data ... 41

c. Uji Hipotesis ... 42

B. Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran... 46 DAFTAR PUSTAKA


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para siswa melalui aktivitas jasmani. Melalui pendidikan jasmani dapat di kembangkan kemampuan intelektual, kognitif, hubungan sosial, kesegaran jasmani dan mental. Dengan demikian pendidikan pendidikan jasmani bertujuan

mengembangkan anak didik menuju manusia yang sehat jasmani dan rohani. Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda pelaksanaanya dari pembelajaran mata pelajaran lainnya. Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan pendidikan lainnya dalam hal pembelajaran. Namun demikian ada satu keiklasan dan keunikan dari pendidikan jasmani yang tidak dimiliki oleh bidang studi lainnya, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani siswa, pencapaian kemampuan geraknya dan pencapaian prestasi dalam setiap cabang olahraga.

Dalam mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan jasmani dilaksanakan dalam bentuk aktivitas gerakan dalam latihan-latihan olahraga. Kegiatan


(9)

tersebut antara lain adalah atletik, permainan, senam, renang dan bela diri. Melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani, maka para siswa diberi pengalaman pola-pola gerakan, merangkainya menjadi suatu kemampuan dan selanjutnya melatih kemampuan tersebut menjadi suatu kebiasaan atau gerakan yang bersifat refleks. Prestasi belajar dalam pendidikan jasmani akan lebih baik jika anak didik melaksanakan latihan secara teratur serta diajar dengan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dan metode tersebut disesuakan dengan tujuan dan waktu yang ditetapkan. Untuk melaksanakan latihan yang teratur diperlukan disiplin yang tinggi agar dengan disiplin, prestasi belajar para siswa dapat ditingkatkan.

Berkaitan dengan hal di atas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk memelihara perkembangan dan pertumbuhan fisik siswa kearah pembentukan sikap tubuh dan mental yang sempurna, sebab pembinaan dan pengembangan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah khusnya sekolah menengah atas merupakan bagian dari peningkatan kualitas manusia Indonesia dalam rangka mengembangkan manusia indonesia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional.

Sekolah merupakan salah satu wadah pengembangan serta gudang bibit atlet yang kelak dapat berpartisipasi untuk kepentingan bangsa, sehingga melalui proses belajar mengajar yang baik, maka selain hasil belajar yang baik, juga akan mampu menghasilkan atlet-atlet muda berbakat dalam cabang olahraga yang di ajarkan. Dengan demikian bila mana pembinaan dimulai sejak usia


(10)

dini, maka diharapkan kelak pada usia 17-25 tahun mencapai puncak prestasi yang maksimal. Salah satu cabang olahraga dalam bentuk permainan yang banyak di gemari dikalangan siswa di sekolah yang cukup diminati adalah cabang olahraga sepak bola,ini di buktikan dengan antusias nya siswa dalam mengikuti setiap pelajaran olahraga dengan materi sepakbola,serta pada saat setiap ada jam pelajaran yang kosong siswa selalu melakukan aktifitas olahraga dengan bermain sepak bola, terkadang tidak perduli mereka

mengenakan pakaian olahraga atau tidak yang terpenting bagi mereka adalah dapat bermain sepak bola di setiap sela waktu yang mereka miliki, baik itu pada saat jam pelajaran olahraga atau bukan,dan di setiap sekolah juga pasti mayoritas sudah memiliki team sepak bola karna minat siswa yang tinggi terhadap cabang olahraga sepak bola.

Sepak bola merupakan salah satu permainan bola besar, ciri khas yang dominan pada olahraga permainan sepak bola adalah memainkan bola dengan kaki, menyentuh bola, mendorong atau menyepak bola merupakan bagian dari pada tendangan, baik itu untuk memberikan operan kepada teman maupun melakukan tendangan kearah gawang lawan agar terjadi goal. Di tinjau dari perkenaan kaki terhadap bola pada saat melakukan tendangan, maka menendang dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu menendang bola dengan: a) kaki bagian dalam; b) kaki bagian luar; c) punggung kaki dan d) punggung kaki bagian dalam. Teknik tersebut memilki variasi dan tingkat kesulitan berbeda.


(11)

Olahraga sepak bola kini sangat diminati oleh siswa putra, namun dalam proses pembelajarannya tidaklah mudah, karena seluruh siswa baik putra maupun puteri harus bisa menendang bola agar dapat melakukan permainan sepak bola dengan baik,kemampuan tendangan yang harusdimiliki setiap siswa adalah tendangan operan atau pada saat memberikan umpan kepada teman di dalam team nya dan tendangan ke arah gawang atau shooting. Dengan menguasai tendangan shooting maka akan memudahkan setiap siswa untuk mencetak gol ke gawang lawan.Walaupun cabang olahraga sepak bola telah banyak digemari, namun ada kendala yang dihadapi oleh guru untuk mengajarkan kemampuan bermain sepak bola sehinga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, terkadang metode belajar yang tidak tepat dapat mengakibatkan sulitnya siswa untuk mempraktikkan gerakan tersebut.

Teknik menendang adalah teknik dasar yang harus dikuasai dengan baik, karena tanpa kemampuan yang baik maka permainan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat mengakibatkan kurangnya hasil pembelajaran yang maksimal.Di dalam pembelajaran sepak bola terdapat bermacam-macam metode yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode komando, strategi dua kawan berpasangan, strategi tugas perorangan, strategi pemecahan masalah tertuntun.Penentuan metode yang tepat dalam pembelajaran sangatlah penting, agar mempermudah proses pelaksanaan pembelajaran.


(12)

Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini di SMP N 5 Belambangan Umpu masih mengalami kesulitan apabila menendang bola,terutama pada saat siswa mengoper bola kepada teman satu team nya atau pada saat siswa menendang bola kesasaran gawang,maka hal ini akan mempengaruhi siswa untuk sulit nya mencapai tujuan utama dalam permainan sepak bola yaitu mencetak gol ke gawang lawan.

Berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mencari suatu metode yang tepat sebagai strategi guru dalam menjawab permasalahan tersebut. Pemilihan dan penerapan metode yang tepat setidaknya

memungkinkan keberhasilan dan peningkatan prestasi siswa. Melalui perbandingan metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode komando dalam usaha meningkatkan kemampuanmenendang bola dalam permainan sepak bola diharapkan memiliki perubahan yakni pada kemampuanmenendang bola. Dilihat dari hasil pengamatan tersebut, bahwa tidak terampilnya menendang bola di duga karena kurang tepat nya metode pembelajaran yang

digunakanDari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Metode Demonstrasi dan Metode Komando Terhadap KemampuanMenendang Bola Dalam Permainan Sepak Bola Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012”.


(13)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Masih kurangnya penerapan metode pembelajaran menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012

2. Masih kurang efisien nya waktu yang di gunakan dalam proses belajar menendang bola dengan menggunakan metode belajar yang tidak tepat pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Adakah pengaruh yang signifikan metode demonstrasiterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?

2. Adakah pengaruh yang signifikan metode komandoterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara metode demonstrasidan metode komandoterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?


(14)

D. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, untuk memudah kan penelitian perlu membatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah membandingkan metode

demonstrasidan metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas,diharapkan hasil penelitian

memberikan pengaruh yang signifikan dan dapat melihat perbedaan antara metode demonstrasidan metode komando terhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap antara lain : 1. Penulis

Ingin mengetahui secara jelas model latihan mana yang lebih baik antarametode demonstrasidan metode komando terhadap

kemampuanenendangbola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

2. Siswa


(15)

3. Guru

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada guru pendidikan jasmani dan siswa sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi belajar penjaskes.

 Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber kepada guru untuk dapat menggunakan metode demonstrasidan metode komando untuk meningkatkan kemampuanmenendang bola.

4. Peneliti lainnya

Sebagai salah satu acuan dalam program dan pelatihan cabang olahraga sepak bola, dan berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang akan di lakukan oleh orang lain.

5. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruanglingkup penelitian ini adalah:

Obyek penelitian : Perbandingan Metode Demonstrasi dan Metode Komando Terhadap KemampuanMenendang Bola Dalam Permainan Sepak Bola Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012”.

Subyek peneliti : Siswa Kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tempat Penelitian : Di SMP N 5 Belambangan Umpu, Jalan Jenderal Sudirman km 5, kecamatan Belambangan Umpu Kabupaten Way Kanan.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah.Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat

sehari-hari.Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani.(Syarifudin, 1997:15).

Untuk memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas maka di bawah ini akan diberikan beberapa pengertian atau definisi tentang pendidikan jasmani dari beberapa ahli dan juga sumber yan lain yaitu menurut Beley dan Field dalam Heru Suranto (1991:22) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian diri belajar gerak, neuro-mascular, intelektual, social, kebudayaan, baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang aktivitas fisik yang menggunakan sebagai besar otot tubuh. Heru Suranto,


(17)

(1992:22) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan dengan menekankan aktivitas yang mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, control neuro-muscular, kekuatan intelektual dan pengendalian emosi.

Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 dalam Heru Suranto (1991:23) tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9 maka pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada segala jenis sekolah.

B. Hakikat Sepak Bola

Sepak bola merupakan paling popular di dunia dan olahraga permainan nasional bagi hampir semua Negara Eropa, Amerika Selatan, Asia dan Afrika dan dikenal secara internasional sebagai “ Bola Kaki” olahraga ini seakan telah menjadi bahasa persatuan bagi berbagai bangsa saentero dunia dengan berbagai latar belakang sejarah dan dunia, sebagai alat pemersatu dunia yang sanggup melampaui batas-batas perbedaan politik, etnik dan agama. Daya tarik sepak bola secara umum sebenarnya bukan hanya olahraga ini mudah dimainkan, tetapi karena sepak bola lebih banyak menuntut kemampuan pemain di bandingkan olahraga lain. Dengan kemampuan yang dimilikinya, seorang pemain dituntut bermain bagus mampu menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi di dalam pertandingan dengan waktu yang terbatas. Mukholid, (2004:24)


(18)

Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing beregu terdiri dari sebelas pemain utama dan salah satunya penjaga gawang.Permainan ini hampir seluruhnya menggunakan tungkai.Kadang kala menggunakan kepala dan dada.Untuk penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tanggan dan lengannya di daerah tendangan hukumanya.Permainan sepak bola dapat dilakukan dailapangan terbuka out door dan di lapangan tertutup (indoor) (Mukholid, 2004:24), kemudian di tambahkan bahwa tujuan permainan sepak bola adalah pemain berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya kegawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan bola. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukan bola kegawang lawannya dan apabila sama, contoh 0-0 atau 1-1 dan seterusnya, maka pertandingan dinyatakan seri atau draw. Selanjutnya Muhajir, (2007:1) mengatakan bahwa sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, dengan tujuan untuk

memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain di perbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan, hanya penjaga gawang yang diperbolehkan maemainkan bola dengan kaki dan tangan.

Permainan sepak bola dilakukan dalam dua babak, yang masing-masing babak pada umumnya berlangsung selam 45 menit, pada babak kedua diadakan pertukaran tempat. Para pemain memakai sepatu bola, serta kostum yang berbeda warna antara kedua regu, sedangkan penjaga gawang memakai kostum khusus dan berbeda dengan para pemain. Utuk bermain


(19)

sepak bola diperlukan lapangan yang rata berbetuk segi empat. Lebar lapangan berbanding 3 dan 4. ebuah bola dari kulit dibutuhkan oleh kedua regu untuk bermain bersama, sedangkan permainan dipimpin oleh seorang wasit dibantu oleh dua orang pengawas garis. (Surayin, 1988:61). Untuk menjalin kerjasama yang baik dalam permainan sepak bola di perlukan pengertian antara satu pemain dengan pemain lainya, hal ini berlaku baik dalam situasi menyerang, maupun dalam keadaan bertahan. Pengertian dan kerjasama ini juga di sesuaikan dengan tugas dan posisi dari setiap pemain di lapangan. Pengaturan tugas serta fungsi setiap pemain pada umumnya terdapat dalam sistem permainan. Oleh karennya, baik sebagai pemain maupun sebagai pembina harus memahami sistem-sistem utama yang di pakai dalam permainan sepak bola. Sistem ini di kenal dengan formasi, pola atau cara penempatan pemain, ruang gerak serta pembagian tugas dari setiap pemain denagan posisi yang ditempatinya. (Surayin, 1988:63).

Hal tersebut berlaku baik pada saat melakukan penyerangan maupun pada waktu melakukan pertahanan, dengan sistem ini setiap pemain dapat mengetahui tugas utamanya, daerah atau ruang gerak masing-masing memahami apa yang harus dilakukan pada saat melakukan menyerang, dan kemana harus bergerak serta siapa yang harus dijaga kalau pihaknya kehilangan bola atau diserang lawan. Pada saat pertandingan sepak bola sedang berlangsung, penggantian hanya boleh dilakukan apabila bola tidak dalam permainan, dan atas seijin wasit. Jumlah maksimal penggantian dalam satu kali pertandingan resmi adalah 3 kali, pada pertandingan


(20)

maksimal 7 kali kecuali jika ada kesepakatan sebelumnya antara kedua tim yang bertanding dan wasit. Pemain yang sudah diganti tidak dapat

dimasukkan lagi ke dalam lapangan sepak bola sebagai pemain pengganti. (Muhajir, 2007:3)

Pemain sepak bola terbagi dalam beberapa posisi, sesuai dengan

kemampuan dan tugasnya. Selain penjaga gawang, pemain dibagi dalam tiga posisi utama, yaitu pemain bertahan (back), pemain tengah (gelandang), dan pemain depan (penyerang). Masing-masing posisi utama tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa posisi. Untuk pemain belakang, posisi yang dapat ditempati adalah bek tengah, bek sayap, dan sweper. Back tengah menempati posisi tepat di bagian tengah daerah pertahanan, di depan penjaga gawang. Back sayap menempati bagian kanan dan kiri daerah pertahanan, sedangkan sweeper menempati posisi diantara back tengah dan penjaga gawang, dengan tugas menyapu bersih bola dan pemain lawan yang berhasil lolos dari hadangan back tengah. Namun saat ini posisi sweeper sudah jarang digunakan. Hal ini karena para pelatih lebih suka memasang pemain bertahan yang sejajar, dengan tujuan memungkinkan dilakukannya jebakan offside.

Posisi pemain tengah terbagi atas empat bagian, yaitu gelandang bertahan, gelandang sayap, gelandang tengah, dan gelandang menyerang. Gelandang bertahan adalah pemain tengah yang menempati posisi di depan bek tengah, dengan tugas utama membantu pertahanan. Gelandang tengah merupakan penyeimbang permainan, dengan tugas membantu pertahanan dan


(21)

banyak dimainkan oleh satu orang pemain, karena posisi dan fungsinya yang hampir sama. Gelandang sayap menempati posisi di kanan dan kiri lapangan tengah. Mereka biasanya membantu penyerangan dengan memanfaatkan lebar lapangan, dan mengirimkan umpan silang ke daerah pertahanan lawan. Dari umpan silang gelandang sayap ini sering terjadi gol yang cukup

menentukan hasil pertandingan.(Mukholid, 2004:32)

Pemain yang berposisi gelandang menyerang menempati wilayah bagian depan dari lapangan tengah, dekat dengan posisi pemain penyerang. Fungsi utamanya adalah membantu penyerang dalam upaya membobol gawang lawan. Karena dekatnya posisi gelandang menyerang dengan posisi pemain penyerang, maka pemain ini sering disebut juga sebagai penyerang lubang (tiba-tiba muncul dari celah antara dua pemain penyerang), dan cukup merepotkan pemain bertahan lawan. Pemain yang paling diwaspadai oleh pemain bertahan lawan adalah pemain yang memiliki posisi sebagai penyerang. Posisi penyerang dalam sebuah tim terbagi atas penyerang tengah dan penyerang sayap. Penyerang tengah adalah pemain yang menusuk daerah pertahanan lawan dari tengah lapangan. Sedangkan

penyerang sayap memanfaatkan lebar lapangan dan celah pertahanan lawan dari kanan dan kiri gawang lawan. (Mukholid, 2004:33) Biasanya penyerang sayap, selain mencetak gol, merupakan “pembantu” dari penyerang utama dalam melaksanakan tugasnya, tugas utama dari penyerang adalah

memasukkan bola ke dalam lawan. Namun selain itu, penyerang juga dapat membuka pertahanan lawan dan memberi ruang maupun umpan kepada rekannya untuk memasukkan bola lewat ruang yang dibukanya. Hal ini


(22)

sangat mungkin karena biasanya pemain bertahan terpaku pada pergerakan penyerang, tanpa menyadari munculnya pemain lain yang menerobos masuk ke daerah pertahanannya dan mencetak gol. Untuk menjaga keamanan atau mengindari cedera dalam permainan sepak bola, setiap pemain juga

diwajibkan untuk mengenakan pelindung tulang kering dan sepatu khusus untuk sepak bola. Pelindung tulang kering berfungsi untuk melindungi tulang kering dari cidera yang fatal akibat benturan dengan pemain lain. Benturan tersebut sangat mungkin terjadi dalam melakukan perebutan bola. Tanpa menggunakan pelindung tulang kering, benturan yang terjadi akan berakibat fatal bagi pemain yang bersangkutan, bahkan dapat

mengakibatkan berakhirnya karir pemain tersebut. Pelidung tulang kering yang diakui oleh FIFA terbuat dari bahan karet, plastik, atau bahan sejenis yang kokoh dan mampu menahan benturan. Pelindung tulang kering ini harus tertutup kaos kaki pemain pada saat digunakan, (Muhajir, 2007:5). Disamping itu selain mengenakan perlengkapan yang sama dengan pemain lain, seorang penjaga gawang juga diharuskan untuk mengenakan sepasang sarung tangan khusus untuk sepak bola. Sarung tangan ini memiliki

kemampuan untuk mengurangi efek benturan bola dengan telapak tangan. Selain itu sarung tangan ini juga akan melindungi tangan dan jari penjaga gawang dari cidera saat harus menangkap atau menghalau bola.

Selain itu seorang penjaga gawang juga mendapat perlindungan khusus selama berada di daerah pinalti. Perlindungan ini ditujukan untuk

melindungi penjaga gawang dari benturan yang disegaja atau tidak dengan pemain lawan saat ia sedang menangkap atau memegang bola.Permainan


(23)

sepak bola seperti halnya dengan cabang olahraga lain juga memerlukan alat dan fasilitas, yaitu sebagai berikut :

a. Lapangan

Lapangan permainan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 90-120 meter dan lebar 45-90 m. Untuk lebih jelasny perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 1. Lapangan Sepak Bola (Mukholid, 2007:6)

b. Gawang

Tinggi gawang 2.44, ukuran dari tanah. Lebar gawang 7.32 m diukur dari tiang. Kemudian beri jal/jarring.

c. Bola

Bola harus bulat, bagian luar bola dibuat dari kulit dengan ukuran lingkaran bola tidak lebih dari 71 cm dan tidak boleh kurang dari 68 cm. berat


(24)

d. Perlengkapan lain

Setiap pemain seharusnya menggunakan sepatu bola dan pakaian latihan (kostum), (Mukholid, 2004:32)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permaina sepak bola

merupakan permainan beregu, dengan penerapan sistem permaian sehingga setiap pemain mampu untuk melaksanakan setiap tugas di dalam lapangan .Untuk memainkannya, maka pengertian dan kerjasama di dalam permaian sangatlah penting. Agar tercipta permaian yang berkualitas,ditunjang pula dengan faktor fisik pemain, mental pemain serta penguasaan induvidu dari setiap teknik dasar dalam permainan sepak bola. Dengan demikian melihat dari ciri khas permainan sepak bola, maka salah satu teknik dasar yang perlu untuk dikuasai oleh setiap pemain adalah teknik menendang bola, yakni teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam. Didalam permainan sepak bola memiliki berbagai teknik tendangan yaitu:

1. Operan Inside of The Foot

Muarifin, (2001:45) kemampuan yang paling dasar dan harus anda pelajari biasanya disebut operan push pass (operan dorong) karena bagian sanping dalam kaki sebenarnya mendorong bola. Teknik

pengoperan ini digunakan untuk menggerakkan bola sejauh 5 hingga 15 meter. Cara pelaksanaannya sangat sederhana:

1) Berdirilah menghadap target dengan bahu lurus saat mendekati bola

2) Letakkan kaki yang menahan keseimbangan tubuh (yang tidak digunakan menendang) di samping bola

3) Tempatkan kaki yang akan menendang dalam posisi menyamping dan jari kaki ke atas menjauh dari garis tengah tubuh anda


(25)

4) Tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam kaki anda 5) Pastikan kaki tetap lurus pada gerakan lanjutan dari tendangan tersebut.

Gambar 2.Teknik dasar Operan Inside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)

2. Operan Outside of The Foot

Luxbacher, (2001:52) pada susatu saat pasti anda mungkin harus melakukan operan sambil menendang bola dengan kecepatan tinggi. Untuk situasi seperti ini, pengoperan dengan bagian samping luar kaki merupakan pilihan yang baik. Teknik ini melibatkan elemen dari gerak tipu dan kurangh diperhatikan oleh lawan. Gunakan teknik outside of the foot untuk menggerakkan bola pada jarak pendek atau menengah. Cara pelaksanaanya:

1. letakkan kaki yang menahan keseimbangan sedikit di samping belakang bola.

2. Julurkan kaki yang akan menendang ke bawah dan putar sedikit ke arah dalam

3. Gunakan gerakan menendang terbalik saat anda menendang setengah


(26)

4. Jaga kaki agar tetap lurus

5. Untuk jarak 5 hingga 10 meter, gunakan gerakan menendang yang pendek seperti menentak pada kaki anda. Untuk operan yang lebih panjang gunakan gerakan akhir yang penuh untuk mendapatkan jarak yang lebih jauh dan cepat.

Gambar 3. Teknik dasar Operan Outside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)

3. Operan Instep

Gunakan operan instep untuk menggerakkan bola pada jarak 25 meter atau lebih. Kura-kura kaki adalah bagian dari luar kaki yang ditutupi dengan tali sepatu yang menyediakan npermukaan yang keras dan rata untuk menendang bola. Menurut Luxbacher (2001:38) cara

pelaksanaannya:

1. Dekati boal dari posisi sedikit menyudut dan letakkan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola dengan lutut sedikit ditekukkan


(27)

3. Saat anda mengayunkan kaki yang akan menendang ke belakang, luruskan dan mantapkan posisi kura-kura kaki

4. Jaga kepala agar tidak bergerak dan fokuskan perhatian pada bola 5. Gunakan gerakan akhir yan penuh saat menggerakkan kura-kura kaki

pada titik kontak dengan bola. Mekanismenya hampir sama dengan melakukan tendangan (shooting).

Gambar 4. Teknik dasar Operan Instep (Luxbacher, 2001:109)

C. Metode Pembelajaran

Anita, (2007:44) dalam proses belajar-mengajar, kegiatan yang paling strategis adalah sangat tergantung pada pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran, strategi mengajar dapat dibataskan sebagai pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindak-tanduk, perilaku atau perbuatan mengajar. Jenis strategi yang diterapkan, pada dasarnya terletak pada pendekatan dua strategi pengajaran yang ekstrim, yaitu:

 Pendekatan strategi pengajaran yang berpusat pada guru  Pendekatan strategi pengajaran yang berpusat pada siswa.


(28)

Strategi pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukkan ciri yaitu guru yang mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan dimulai dari inisiatif dan keputusan guru. Sedangkan strategi pengajaran yang berpusat pada siswa menunjukkan ciri bahwa, siswalah yang berinisiatif dalam menentukan keputusan. Supandi, (1992:78).

Ada istilah lain yang juga sering digunakan untuk menyebut kedua

pendekatan tersebut. Pendekatan yang berpusat pada guru disebut pengajaran tertutup (closed instruction), dan pendekatan yang berpusat pada siswa disebut pengajaran terbuka (open instruction). Strategi pengajaran ini sering juga disebut dalam istilah gaya(style) mengajar. Ada berbagai macam bentuk strategi pengajaran, yaitu (1) strategi komando, (2) strategi dua kawan

berpasangan, (3) strategi tugas perorangan, (4) strategi pemecahan masalah tertuntun, (5) metode demonstrasi, (6) metode ceramah.Dalam proses-belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang menandaskan bahwa hanya satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi dalam menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu proses belajar-mengajar berlangsung. Rusli Lutan, (1988:52)

D. Metode Komando

Ruswandi, (2012:82) pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini sepenuhnya didominasi guru, gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo, urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Siswa sangat mematuhi perintah guru, secara


(29)

teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya. Inilah metode yang menganggap siswa sebagai objek. Pada dasarnya, teori yang mendasari metode ini adalah teori belajar stimulus-respon yaitu stimulus (perangsang) X akan menghasilkan respon (reaksi prilaku) Y. Bila siswa secara berulang-ulang melakukan serangkaian stimulus respon yang telah direncanakan, maka ia akan menguasai respon tersebut yang relatif tetap. Artinya, bila ia dirangsang stimulus itu dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja maka respon yang telah dikondisikan maka akan muncul lagi dengan mulus. Inilah proses belajar menurut teori tersebut. Oleh karena siswa itu harus dirangsang terus menerus.Itulah maka siswa dianggap sebagai objek, guru adalah yang memproduksi rangsangannya, jadi guru adalah subjek.Stimulus itu direncanakan dan diberikan sepenuhnya oleh dan dari guru itu sendiri dan siswa meresponnya secara berulang-ulang.Selain prinsip ulangan, metode ini juga mengandung prinsip ganjaran (renforcement). Ganjaran, bila diberikan secara tepat, akan memperkuat hubungan stimulus dan respon. Makin kuat hubungan ini makin berhasilah proses pengajaran itu. Ganjaran itu dapar berupa benda, tetapi juga dapat berupa bukan

benda.Termasuk ganjaran yang berupa benda adalah uang dan barang, termasuk bukan benda adalah pujian atau hadiah seperti piagam dan piala. Supandi, (1992:78).

Idris, (2008:141) pada umumnya prosedur metode ini mengikuti langkah-langkah seperti berikut:


(30)

1. Guru menyiapkan seperangkat kegaiatan belajar mengajar yang pada umumnya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan, frekuensi, intensitas, penilaian dan tujuan pengajaran.

2. Guru menetapkan bentuk aba-aba atau komando berupa verbal atau bentuk

lambang lainnya, yang termasuk lambang adalah bendera, tepuk tangan,dan pluit.

3. Pada saat guru mendemonstrasikan kegiatan belajarnya baik berupa gerakan maupun aba-abanya, demontrasi ini dapat dilakukan oleh guru sendiri atau model yang diambil dari siswa yang pandai atau orang lain, guru menyiapkan siswanya untuk menerima aba-aba melakukan gerakan sesuai dengan komando guru. Gerakan dilakukan berulang-ulang.

4. Guru menghentikan pengajaran bila ia menganggap bahwa siswa telah menguasai gerakan yang dimaksud. Contoh bila mengajarkan renang massal, renang konfigurasi dan dayung beregu.

5. Sangat efektif bila ingin membina keseragaman dan keserentakan gerakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan guru, mempertinggi disiplin dan kepatuhan.

Dari segi proses pengajaran metode ini memberikan keuntungan tidak terlalu menuntut pengetahuan yang banyak dari bahan ajarnya, pengontrolan laju informasi sepenuhnya dikuasai guru dan menunjukkan bahwa metode yang paling efektif dan efisien dalam mengembangkan gerak yang diajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini memberikan kesempatan untuk

menyampaikan bahan ajar atau praktek yang cukup banyak dengan waktu yang tidak lama.Kelemahan yang menonjol dari metode komando ini ialah


(31)

siswa sering kehilangan kemandiriannya, sangat bergantung pada guru dan menurunkan daya kreasinya. Dari segi proses belajar mengajar, metode ini mengandung kelemahan penggunaan alat pelajaran tidak efisien karena tidak dapat bergiliran, bisa menimbulkan salah ajar yang mungkin timbul dari proses belajar mengajar menjadi tidak muncul karena tersisihkan oleh aba-aba guru. Kelemahan lain yang penting dipertimbangkan ialah metode ini sering mematikan motivasi untuk belajar lanjutan atau secara ekstra.

E. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian, metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. (Cecep, 2005:57).

Anita, (2007:43) mengungkapkan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Dalam penggunaan metode ini guru bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang pelajaran itu, metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan visual siswa, metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong kesulitan yang dialaminya.

Menurut Anita, (2007:43) Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah:


(32)

1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri siswa.

Kelebihan metode demonstrasi yang diungkapkan oleh Anita, (2007:43) adalah sebagai berikut:

1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses

atau kerja suatu benda.

2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.

Kelemahan metode demonstrasi yang diungkapkan oleh Anita, (2007:43) adalah sebagai berikut:

1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.

2. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

Demonstrasi menjadi tidak efektif bila benda yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak dilibatkan untuk

mencoba, dan bila tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya. Agar metode demonstrasi dapat menjadikan hasil yang maksimal, maka guru harus merumuskan kemampuan yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah


(33)

demonstrasi dilakukan, mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi, supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal,

memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan diadakan metode demonstrasi, menetapkan garis besar langkah yang akan dilaksanakan, memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

F. Kerangka Pikir

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa di dalam perbandingan metode demonstrasi dan metode komando digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuanmenendang bola dalam permainan sepak bola, sehingga dapat melakukan permainan dengan baik.

G. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat

sementara dan bersifat teoritis. Sukardi, (2003:42)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

1. Adakah pengaruh yang signifikan metode demonstrasiterhadap

kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012


(34)

2. Adakah pengaruh yang signifikan metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara metode demonstrasidan

metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan. Menurut Arikunto (1991:3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando terhadap ketarampilan menendang bola danpengaruh yang signifikan antara latihan metode demonstrasi dan komando sehingga meningkatkan ketarampilan menendang bola.

Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen perbandingan yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas

terhadap variabel terikat. Rancangan penelitian yang digunakan “pre-test and post-test design”.

Gambar 4. Desain Penelitiansumber Ridwan (2005:141)

Pre test

P S OP

X1 X2

T1

Post test T2


(36)

Keterangan :

P : Populasi S : Sampel

OP : Ordinal Pairing

Pretest : Tes awal kemampuan mengambil bola jauh X 1 : Kelas eksperimen dengan T1

X 2 : Kelas eksperimen dengan T2 T1 : Latihan metode demonstrasi T2 : Latihan metode komando Posttest : Tes

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu metode demostrasi (X1) dan metode komando (X2).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu ketarampilan menendang bola (Y).

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1.Perbandingan

Menurut pengertian dasar perbandingan pendidikan adalah berarti menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari kesamaan–kesamaan dan perbedaan–perbedaannya, dengan demikian maka studi perbandingan pendidikan ini adalah mengandung pengertian sebagai usaha menganalisa


(37)

dan mempelajari secara mendalam dua hal atau aspek dari system pendidikan, untuk mencari dan menemukan kesamaan–kesamaan dan perbedaan–perbedaan yang ada dari kedua hal tersebut.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian, metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.

3. Metode Komando

Pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini sepenuhnya didominasi guru, gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo, urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Siswa sangat mematuhi perintah guru, secara teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya.

D. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Menurut Sukardi (2003:53), populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk sedikit mempunyai sifat yang sama atau homogen, sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:130), bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.


(38)

2) Sampel

Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti akan tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:109) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua hingga

penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-25% atau 20-25% atau lebih besar dari itu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka penulis memberikan hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih sebagai sampel sebanyak 46 orang siswa (20-25% dari populasi) yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes menendang bola ke sasaran (shotting test), tes ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan menendang bola anak, tes ini berlaku untuk pelajar, dengan tingkat validitas tes 0,65 dan reabilitas 0,77. (Nurhasan, 1986:112)

Pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran (shotting test) adalah: 1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan

gawang.

2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shotting).

3. Waktu tembakan, diambil pada saat kaki si penembak mengenai bola sampai bola mengenai tembok atau gawang


(39)

4. Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

1.Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Dilaksanakan di tempat SMP N 5 Belambangan umpu b. Waktu Penilitian

Waktu penelitian dilakukan 6 minggu atau 2 bulan, Sajoto (1988:70) mengatakan dengan memakai frekuensi 3 kali dalam 1 minggu selama latihan dilakukan, dapat meningkat gerak pada latihan tersebut. Program latihan adalah 18 kali pertemuan terdiri dari pertemuan pertama (satu) untuk tes awal, pertemuan ke 2-16 untuk melakukan latihan, dan pertemuan ke-18 untuk tes akhir. Latihan menendangdengan metode demonstrasi dan metode komando.

Gambar 5. Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran (Shooting), (Nurhasan, 1986:112)


(40)

2. Pelakasanaan Tes

a. Alat dan Perlengkapan

Alat yang dibutuhkan dalam tes menendang bola ke sasaran (shotting test), yaitu:

 Pluit  Bola kaki  Tali Rapia  Kapur

 Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes.

Pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran (shotting test) adalah:

1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan gawang.

2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shotting).

3. Waktu tembakan, diambil pada saat kaki si penembak mengenai bola sampai bola mengenai tembok atau gawang

4. Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

F. Teknik Analisis Data

Gambar 5. Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran (Shooting), (Nurhasan, 1986:112)


(41)

Data yang di analisis adalah data dari hasil tes awal dan tes akhir, menghitung hasil tes awal dan hasil tes akhir menendang menggunakan analisis data uji t. Adapun syarat dalam mengunakan uji t adalah: 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak.Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti produser Sudjana (2005 : 466) yaitu:

a. Pengamatan , dijadikan bilangan baku , dengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)

b. Untuk bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F( ) = P (z ≤ )

c. Selanjutnya dihitung proporsi , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka

d. Hitung selisih F( ) – S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut. Setelah harga terbesar(L0), nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Jika L0< Ltabel : normal, dan jika Ltabel< L0: tidak normal.


(42)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sample memiliki varian yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2002 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :

Varians dinyatakan homogen apabila Ho diterima (Fhit Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila Ha diterima (Fhit> Ftabel) dimana distribusi F yang digunakan mempunyai dk pembilang = n1– 1 dan dk penyebut = (n2– 1)

Menurut Sudjana (2005), berdasarkan kriteria normal atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antar kedua kelompok sampel maka analisis yang digunakan ada beberapa alternatif :

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen (12 ) maka uji t- tes yang dipergunakan adalah:

thitung =

2 1 2 1 1 1 n n x S X X gab   2 . ) 1 ( . ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1       n n S n S n Sgab Keterangan :

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1


(43)

2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (

) kedua kelompok sampel yang

mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen, maka rumus yang digunakan:

t hitung =

                  1 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X Keterangan

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A 2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :

2 ) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1      n n N N N N U Z 2 1 ) 1

( 1 2

2

1N n n R

N

U   

2

2 ) 1

( 1 2

2

1N n n R

N


(44)

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen A dan kelompok eksperimen B.

Dan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando mana yang lebih baik terhadap pengembangan kemampuan menendang bola dapat diketahui dengan membandingkan kedua Mean dari kelompok tersebut.

3. Analisis uji t pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan, maka analisis yang digunakan dapat

dikemukakan berdasarkan alternative. Menurut Sujana, 2005 : 242 untuk menguji perbandingan metode demonstrasi dan metode komando adalah sebagai berikut:

n B S

B hitung


(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

2. Terdapat pengaruh metode komando terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012 yang diberikan metode demonstrasidan metode komando.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :

1. Bagi sekolah di harapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran agar di capai tujuan yang akan di capai menggunakan metode-metode yang tepat.


(46)

2. Bagi guru pendidikan jasmani bahwa metode komando dan metode demontrasi dapat menjadi acuan dalam upaya peningkatan kemampuan menendang pada siswa.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah menengah.

4. Bagi siswa dengan penelitian ini di harapkan adanya peningkatan kemampuan menendang bola pada permainan sepak bola di sekolah menengah pertama.

5. Bagi peneliti lain dapat di jadikan sebagai bahan referensi penelitian sejenis nya.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Sri. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Cecep. (2005). Penggunaan Metode Demonstrasi. Jakarta : Balai Pustaka. Hero Susanto. (1991). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Yudistira.

Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Ar-Ruz Media : Yogyakarta.

Lutan Rusli dan Agung Suherman. (2000). Perencanaan Pembelajaran

Penjaskes, Depdikbud, Jakarta.

Luxbacher. (2001). Sepak Bola. Jakarta : PT. Raja Graindo Persada.

Muarifim. (2001). Materi Perkuliahan Sepak Bola 1. Malang. Universitas Negeri Malang

Mukholid, Agus. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Yudhistira : Surakarta.

Mukholid. (2004). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Yudistira Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung: Yudhistira

………….. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMA

Kelas X Jilid 1 KTSP Standar Isi. Jakarta : Erlangga.

Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta.

Pamungkas. 1999. Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. EYD.

Surabaya: Giri Surya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2009). Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan


(48)

Rusli Lutan, (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud.

Ruswandi. Irfan. (2012). Gaya Komando Pembelajaran Penjas.

http://lagilaga.blogspot.com/2012/06/gaya Komando Pembelajaran Penjas.html

Sajoto M. (1988). Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta : Dahara Prize

Saputra M Yudha. (2002). Rencana Mengajar, Jakarta:Yudhistira.

Subagio DKK. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta : Bumi Aksara Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdikbud

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira. Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta TariganHerman. (2008). Belajar Motorik. Bandar Lampung.

_____(2006). Gerak Dasar Perkembangan Motorik. Bandar Lampung.

Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar Lampung : Universitas Lampung


(1)

2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (

) kedua kelompok sampel yang

mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen, maka rumus yang digunakan:

t hitung =

                  1 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X Keterangan

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A 2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :

2 ) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1      n n N N N N U Z 2 1 ) 1 ( 1 2 2

1N n n R

N

U   

2

2 ) 1 ( 1 2 2

1N n n R

N


(2)

37

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen A dan kelompok eksperimen B.

Dan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando mana yang lebih baik terhadap pengembangan kemampuan menendang bola dapat diketahui dengan membandingkan kedua Mean dari kelompok tersebut.

3. Analisis uji t pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan, maka analisis yang digunakan dapat

dikemukakan berdasarkan alternative. Menurut Sujana, 2005 : 242 untuk menguji perbandingan metode demonstrasi dan metode komando adalah sebagai berikut:

n B S

B hitung


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

2. Terdapat pengaruh metode komando terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012 yang diberikan metode demonstrasidan metode komando.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :

1. Bagi sekolah di harapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran agar di capai tujuan yang akan di capai menggunakan metode-metode yang tepat.


(4)

47

2. Bagi guru pendidikan jasmani bahwa metode komando dan metode demontrasi dapat menjadi acuan dalam upaya peningkatan kemampuan menendang pada siswa.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah menengah.

4. Bagi siswa dengan penelitian ini di harapkan adanya peningkatan kemampuan menendang bola pada permainan sepak bola di sekolah menengah pertama.

5. Bagi peneliti lain dapat di jadikan sebagai bahan referensi penelitian sejenis nya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Sri. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta.

Cecep. (2005). Penggunaan Metode Demonstrasi. Jakarta : Balai Pustaka. Hero Susanto. (1991). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Yudistira.

Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Ar-Ruz Media : Yogyakarta.

Lutan Rusli dan Agung Suherman. (2000). Perencanaan Pembelajaran

Penjaskes, Depdikbud, Jakarta.

Luxbacher. (2001). Sepak Bola. Jakarta : PT. Raja Graindo Persada.

Muarifim. (2001). Materi Perkuliahan Sepak Bola 1. Malang. Universitas Negeri Malang

Mukholid, Agus. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,

Yudhistira : Surakarta.

Mukholid. (2004). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Yudistira

Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung: Yudhistira ………….. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMA

Kelas X Jilid 1 KTSP Standar Isi. Jakarta : Erlangga.

Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta.

Pamungkas. 1999. Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. EYD.

Surabaya: Giri Surya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2009). Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan


(6)

48

Rusli Lutan, (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.

Jakarta : Depdikbud.

Ruswandi. Irfan. (2012). Gaya Komando Pembelajaran Penjas.

http://lagilaga.blogspot.com/2012/06/gaya Komando Pembelajaran Penjas.html

Sajoto M. (1988). Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta : Dahara Prize

Saputra M Yudha. (2002). Rencana Mengajar, Jakarta:Yudhistira.

Subagio DKK. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta : Bumi Aksara

Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira.

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta

TariganHerman. (2008). Belajar Motorik. Bandar Lampung.

_____(2006). Gerak Dasar Perkembangan Motorik. Bandar Lampung.

Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar Lampung : Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

15 141 64

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENGGIRING DENGAN ALAT BANTU DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WAY DADI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 52

PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 17 48

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN AJARAN 2011/2012

0 11 52

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KOORDINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

5 23 73

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN FOOTBALL SHEEP DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS 7 SMP NEGERI 1 BANJARNEGARA TAHUN 2015

0 9 112

KEMAMPUAN DASAR SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN PADA SISWA EKSTRAKULIKULER SMAN 1 KEDUNG WARINGIN

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT KAKI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA PUTRA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK

0 0 10

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN METODE KOMANDO Ashadi Cahyadi

0 0 10

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASSING MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN METODE DRILL

0 0 10