13
Menurut Robert Putnam, modal sosial mengacu pada fitur organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan
memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Modal sosial adalah produktif, yang memungkinkan pencapaian tujuan.
9
Sementara menurut Nan Lin, modal sosial berfokus pada sumber daya yang tertanam dalam satu jaringan sosial dan bagaimana sumber daya tersebut dapat
menguntungkan setiap individu. Yang dimaksud sumber ialah barang berharga di masyarakat. Sumber daya tersedia dalam bentuk, jenis kelamin, ras, kasta, agama, pendidikan, otoritas
pekerjaan. Ketika sumber daya diinvestasikan maka mereka akan menjadi modal sosial.
10
Menurut Robert Putnam, bentuk modal sosial adalah kepercayaan yang disebut Alberth Hirschman sebagai “sumber moral” yaitu sumber pasokan yang selalu meningkat
ketika digunakan dan menjadi habis jika tidak digunakan. Bentuk-bentuk lain modal sosial adalah jaringan dan norma-norma sosial pada setiap individu yang berfungsi sebagai atribut
penggerak struktur dan karena itulah juga memberi manfaat kepada orang lain.
11
Jadi modal sosal adalah investasi bagi terselenggaranya pembangunan masyarakat. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat Papua, modal sosial bisa dalam bentuk lembaga
gereja, pemerintah daerah, lembaga adat, pemahaman keagaman, kearifan lokal. Modal sosial inilah yang akan difungsikan bagi terselenggaranya pembangunan disegala bidang.
2.4 Model dan Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat mengandung visi politis yaitu memperjuangkan kepentingan masyarakat. Perjuangan kearah itu memerlukan model dan proses, dengan
maksud agar penyelenggaraan pemberdayaan dapat dilakukan secara baik. Maka model pemberdayaan yang digunakan dalam tulisan ini menggunakan model yang ditawarkan oleh
9
Robert D. Putnam, Making Democracy Work: Civic Tradition in Mdern Italy Pricenton, New Jerse: Princenton University Press, 1993, 167
10
Nan Lin, Social Capital: A Theory of Social Structure and Action Cambridge: Cambridge University Press, 2001, 11-13
11
Robert Putnam, Making Democracy Work: …., 170.
14
Daniel S. Schipani yaitu model dialetika.
12
Model tersebut memperlihatkan refleksi kritis terhadap setiap struktur masyarakat sumber ketidakadilan dan moralitas masyarakat sebagai
pendukung pembangunan. Dialektis berarti bagaimana sistem berpikir teori harus menjadi praksis. Pemikiran harus menjadi inti pendorong perubahan sosial, maka yang diubah tidak
hanya sistem melainkan juga moralitas masyarakat. Dengan demikian pemberdayaan bukan hanya belangsung ditataran bagaimana mengubah sistem tetapi pemberdayaan juga mengenai
perubahan perilaku hidup moral-etis tiap individu. Model dialektis semacam diatas, merupakan gerakan moral-etis yang dimulai dari
cara berpikir dan perilaku setiap orang, lalu bergerak ke perubahan sosial yang lebih besar. Model dialektis mengandaikan “kerja kolektif” untuk bisa mengubah sistem atau struktur
yang tidak adil. Model dialektis Danel S. Schipani, berlangsung dalam tiga proses yaitu, Observasi
Seeking, menilaimempertimbangkan judging, bertindak acting.
13
1.
Observasi
adalah operasi dalam konteks dunia nyata, dengan fokus khusus pada kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat
harus dimulai dengan penilaian sosial dan budaya yang cermat terhadap situasi. Selanjutna, analisis tersebut harus berusaha untuk memahami realitas terutama dari
perspektif dan kerinduan orang-orang yang mengalami persoalan. Tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami karakter dan juga penyebab ketidakadilan serta
memahami sepenuh dan sejelas mungkin sifat dan dinamika kondisi yang menghasilakan, mempertahankan, dan menumbuhkan ketidakadilan.
12
Daniel S. Schipani dalam Jack L. Seymour, Editor, Mapping Christian Education: Approaches to Congregational learning
Nashville: Abingdon Press, 1997, 34
13
Daniel S. Schipani dalam Jack L. Seymour, Editor, Mapping Christian Education: Approaches to Congregational learning
…, 33-34.
15
2. Penilaian sebagai bentuk interpretatif dari tahap pertama bertujuan untuk menetapkan
orientasi pemberdayaan. Menilai secara interpretatif ini menolong menemukan antara situasi yang dialami dengan struktur sosial, serta personal dan komunal.
3. Bertindak, pada gilirannya, terdiri dari eksplorasi, implementasi, dan mengevaluasi
pendekatan operasional yang konsisten berdasarkan harapan masyarakat lokal. Dalam maksud proses yang terakhir, pemberdayaan masyarakat harus meliputi tindakan dan
akuntabilitas atau keterbukaan untuk membuka ruang dialog dan saling mengoreksi. Masyarakat berhak menetapkan fokus tindakan dan menetapkan sendiri indikator
keberhasilan pembangunan.
2.5 Peran Gereja Dalam Pemberdayaan Masyarakat