primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.
2.4.6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan
umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya.
2.5. Analisa Hidrologi
2.5.1. Curah Hujan Regional
Curah hujan wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai DAS sangat diperlukan untuk mengetahui mengenai informasi tentang pengaturan air
irigasi, mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya aliran permukaan run off.
Curah hujan regional di dapat melalui penakaran curah hujan yang terdapat pada setiap wilayahdaerah. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan
diharapkan dapat diketahui besarnya rata-rata CH yang menunjukkan besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi CH di
suatu titik pengamatan. Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daearah aliran yang bisa dilakukan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Metode Arithmetic Mean Metode ini adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah berada di dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila a. Stasiun hujan tersebut tersebar secara merata di DAS
b. Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS Persamaan rerata aljabar
R
=
n 1
R
1
+ R
2
+ ... +
R
n
...........................................................................2-1 di mana:
R
= area rainfall mm n
= jumlah stasiun pengamat R
1 ,
R
2
, ...
,
R
n
= point rainfall stasiun ke-i mm. 2. Metode Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap
stasiun. Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut : a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau termasuk
stasiun hujan diluar DAS yang berdekatan.
Universitas Sumatera Utara
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus garis terputus sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai sisi
dengan panjang yang kira-kira sama. c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.
d. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang
berada didekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari poligon.
e. Luas tiap poligon di ukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di stasiun yang berada didalam poligon.
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut yang dalam bentuk matematik mempunyai bentuk berikut ini :
P =
� � + � � + � � +⋯+�� �� � +� +� +⋯+��
...........................................................2-2
di mana: P
= curah hujan wilayah P1,P2,...Pn = hujan di stasiun 1,2,3...n
A1,A2,...An = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3....n
3. Metode Isohyet Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan
yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua
Universitas Sumatera Utara
garis isohyet tersebut. Pembuatan garis isohyet dilakukan dengan prosedur berikut ini :
a. Lokasi stasiun hujan dan kedalaman hujan digambarkan pada peta daerah yang ditinjau.
b. Dari kedua nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan dibuat interpolasi dengan pertambahan nilai yang ditetapkan.
c. Dibuat kurva yang meenghubungkan titik-titik interpolasi yang mempunyai kedalaman hujan yang sama. Ketelitian tergantungpada pembuatan garis
isohyet dan intervalnya. d. Diukur luas daerah antara dua isohyet yang berurutan dan kemudian
dikalikan dengan nilai rata-rata dari nilai kedua garis isohyet. e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan
luas daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan rerata daerah tersebut. Secara matematis hujan rerata tersebut dapat ditulis.
P =
�
� +�
+�
� +�
+⋯+�
��+��+
� +� +⋯+�
....................................................2-3
di mana : P
= curah hujan wilayah I1,I2,...In
= garis isohyet ke 1,2, dan 3 A1,A2,...An
= luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet ke 1,2 dan 3.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Kesetimbangan Air