LATAR BELAKANG Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB I

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia model berarti pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau hasilkan. 1 Sedangkan pembelajaran adalah terjemahan dari ”instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini menempatkan anak sebagai pusat dari kegiatan. 2 Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu acuan atau rencana yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang melibatkan anak secara aktif. Sara Little mengatakan bahwa mengajar bagi seorang pengajar adalah juga berarti merancang sebuah rencana mengajar yang memungkinkan naradidik secara bertahap tertarik pada pokok bahasan lalu mendorong dirinya untuk memahami dan merelasikan arti yang ia temukan ke dalam hidupnya sendiri. 3 Untuk melakukan hal tersebut, pengajar memilih model yang tepat dengan keberadaan naradidik. Model tersebut diyakini akan melibatkan naradidik secara aktif dalam proses menemukan makna yang dicari. Berbicara mengenai model pembelajaran, berarti berbicara tidak hanya model pembelajaran dalam ranah pendidikan formal namun juga dalam pendidikan non formal Pendidikan Agama. Pendidikan Agama merupakan tugas tanggung jawab dari komunitas iman atau agama. Salah satu tujuan dari Pendidikan Agama adalah agar manusia dapat memahami dan mengenal siapa Tuhan yang disembahnya dan bagaimana cara membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, kehadiran PAK Pendidikan Agama Kristen diharapkan mampu menumbuhkan nilai-nilai Kristiani dalam diri orang-orang Kristen. PAK adalah suatu usaha pendidikan yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan 1 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta;Balai Pustaka,2002,751. 2 H. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2010,27. 3 Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta:BPK GM,2003, 91. 2 yang khusus yakni untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap maupun nilai-nilai dalam dimensi religius manusia yang menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas pendidikan agamawi persekutuan iman Kristen. 4 Gereja sebagai salah satu setting atau lembaga yang melaksanakan PAK, dalam menjalankan misinya mengadakan pelayan untuk setiap kategorial, salah satunya gereja mengadakan SM Sekolah Minggu. Sekolah Minggu Sunday School hadir sebagai wadah untuk memperoleh Pendidikan Agama Kristen PAK bagi anak. PAK di Sekolah Minggu dikhususkan untuk anak-anak dari balita sampai praremaja usia 0-12 tahun. Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga Mat.19:14.” Ayat ini sering kali dipakai sebagai dasar alkitabiah dalam pelaksanaan pendidikan anak. Dalam ayat ini tersiratkan bahwa sebagaimana Yesus menerima dan menghargai anak-anak, maka demikian pulalah Gereja harus dapat menerima dan menghargai mereka melalui pendidikan anak. Mengingat pendidikan sebagai suatu tugas transmisi atau pewarisan, maka Gereja selayaknya lebih memperhatikan kualitas pendidikannya, karena sama halnya masa depan bangsa yang terletak dalam tangan generasi muda, masa depan Gereja terletak pada pendidikan Sekolah Minggu SM, karena SM merupakan fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Agar Sekolah Minggu dapat menjalankan fungsinya sebagai pondasi Gereja maka Sekolah Minggu membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak yang dilayani. Seiring dengan kemajuan dibidang pendidikan, maka secara perlahan-lahan telah terjadi perubahan paradigma pendidikan, seperti perubahan paradigma dari teacher centered ke student centered. Perubahan paradigma tidak hanya berlaku untuk pendidikan formal, tetapi Sekolah Minggu juga perlu mengalami perubahan paradigma agar terjadi suatu 4 Daniel Nuhamara,Pembimbing PAK,Bandung:Jurnal Info Media,2007, 25-26. 3 pertumbuhan baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Melihat realita sekarang ini di mana dalam proses pembelajaran khususnya di SM, pengajar masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti bahwa proses kebaktian yang di dalamnya terdapat unsur-unsur liturgi pujian, doa, persembahan, jarang sekali anak dilibatkan untuk menyalurkan kemampuan mereka, misalnya memimpin pujian, doa dan lain sebagainya. Selain itu, komunikasi dalam pembelajaran cenderung berlangsung satu arah yaitu proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari pengajar ke anak. Pengajar memposisikan diri sebagai satu- satunya sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi sehingga pengajar lebih mendominasi pembelajaran, sedangkan anak pasif sebagai penerima informasi, meskipun paradigma baru sudah mengarah pada student centered. Tidak heran jika proses pembelajaran cenderung monoton yang mengakibatkan peserta didik merasa jenuh atau bosan. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengamati sekaligus menjadi salah satu pengajar SM, penulis melihat pembelajaran PAK di Sekolah Minggu umumnya mengembangkan model pembelajaran yang berpusat pada pengajarguru. Artinya, pembinaan untuk anak anak Sekolah Minggu, kegiatan, dan acara Sekolah Minggu dimulai dari ”pemikiran menurut pengajar”. 5 Bahkan dalam penyampaian materi di dominasi metode ceramah yang berorientasi pada materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku ajar, serta jarang mengkaitkan yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan Kristen dan pergumulan hidup sehari-hari. Proses pembelajaran cenderung kearah pembahasan tematik teoritik sehingga terkesan bahwa pengajaran PAK terdiri dari materi hafalan belaka. Padahal PAK berbeda dengan mata pelajaran lain karena implikasi PAK berisikan ajarandoktrin Kristen, norma dan didikan yang bertujuan memampukan peserta didik memahami kasih dan karya Allah serta membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari. 5 Paulis Lie, Mereformasi Sekolah Minggu,Yogyakarta:ANDI,2003,2-7. 4 Implikasi PAK yang berisikan doktrin atau ajaran Kristen di masing-masing gereja tentunya berbeda-beda. Hal ini terjadi karena adanya berbagai denominasi. Denominasi Gereja merupakan suatu kelompok dalam Kekristenan yang berdiri di bawah satu nama, struktur dan doktrin. Di Indonesia terdapat aliran Calvinis dan aliran PentakostalPentakosta. Gereja aliran Calvinis ini dapat dilihat dari bentuk ibadah, kelembagaan maupun pemahaman iman yang nampak pada Gereja seperti GPIB Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat. 6 Sedangkan kelompokaliran Pentakostal merupakan kelanjutan dari Gerakan Kesucian berasal dari Amerika Utara. Menurut Charles W. Conn gerakan ini yang menekankan pertobatan dan kesempurnaan Kristen. 7 Salah satu anggota Gereja dari aliran ini adalah Gereja Sidang Jemaat Allah GSJA. Kehadiran Sekolah Minggu di sebuah Gereja merupakan pelayanan yang sangat penting, karena proses pembentukan awal dari identitas diri terjadi pada anak-anak. Pendidikan iman yang di dapat anak-anak akan menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan iman anak untuk mengenal Tuhan Allah lewat FirmanNya dalam Alkitab, memuji Tuhan serta mengasihi pekerjaanNya. Pada dasarnya, anak-anak jemaat adalah generasi jemaat masa depan Gereja. Dengan demikian Sekolah Minggu hadir untuk mengembangkan iman anak-anak sehingga hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pengajarpendidik tetapi menjadi tanggung jawab Gereja secara umum. GPIB Tamansari dan GSJA Bukit Horeb memanfaatkan SM sebagai wadah untuk memberikan PAK kepada anak- anak sesuai dengan tumbuh kembang anak. GSJA Bukit Horeb sebagai salah satu kelompokaliran Pantekostal mengadakan SM setiap hari Minggu pukul 15.00. Segala perencanaan dalam pembelajaran disusun atau dirancang oleh masing-masing pengajar berdasarkan buku ajar yang diterbitkan oleh Gandum Mas. GSJA dikenal sebagai Gereja dengan bahan pelajaran SM terlengkap. Masing-masing 6 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,Jakarta: BPK GM,2008,6. 7 Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta,Yoyakarta:ANDI,2008,4. 5 kelas dibagi sesuai usia anak mulai dari kanak-kanak 4-6 tahun, pratama 7-9 tahun, dan madya 10-12 tahun memiliki buku panduanajar bagi pengajar yang diterbitkan oleh PT. Gandum Mas. Para pengajar pada umumnya merupakan pemuda atau jemaat yang memiliki kerinduan untuk melayani serta memiliki relasi yang baik dengan Allah. Anak-anak diajar untuk bernyanyi nyanyi yang tidak hanya bernuansa anak-anak tetapi juga pujian-pujian penyembahan dengan gerakan-gerakan yang disesuaikan dengan lagu, mengerjakan aktivitas, mendengarkan ceritaFirman Tuhan serta menghafal ayat dalam Alkitab. Metode pembelajaran yang digunakan cukup bervariasi yaitu metode bercerita dengan menggunakan papan flanel, tanya jawab, perjamuan kasih, nonton bareng, ceramah dan bermain. Sedangkan GPIB Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat Tamansari mengadakan SM setiap hari Minggu pukul 08.00. Pengajar terdiri dari mahasiswa teologi dan warga jemaat. Sebelum seorang pengajar SM mengajar, mereka diwajibkan untuk mengikuti persiapan yang dilakukan setiap hari sabtu pukul 10.00. Persiapan ini dilakukan semata-mata untuk membekali pengajar agar dapat mempersiapkan model pembelajaran serta aktivitas yang berpatokan pada buku ajar Sabda Bina Anak. SBA terdiri dari kelas inri batita dan balita, kecil dan tanggung. Sekolah Minggu dimulai dengan mengabungkan anak dalam kelas besar dan dibagi ketika Firman akan dimulai. Anak-anak diajar menyanyi pujian yang bernuansa anak-anak dengan gerakan-gerakan yang mengundang anak untuk memuji Tuhan tidak hanya dengan mulut tetapi dengan seluruh tubuh mereka, mendengarkan Firman Tuhan dan mengerjakan aktivitas. Metode pembelajaran yang digunakan berupa metode mendongeng, ceramahbercerita, nonton bareng, dan lain sebagainya. Pada kenyataannya, setiap gereja memiliki pendekatan, strategi rencana pembelajaran serta metode tertentu dalam merangkai sebuah model pembelajaran di Sekolah Minggu masing-masing. Model pembelajaran yang diterapkan tergantung kreativitas para 6 pengajar dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak. Dengan kenyataan seperti ini, maka sudah saatnya bagi pengajar untuk mencoba mengembangkan model-model pembelajaran yang benar-benar mampu mengaktifkan dan menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dua ahli pendidikan yang berasal dari Amerika yang meneliti model pembelajaran yaitu Joyce dan Weil menyatakan bahwa salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun model pembelajaran adalah model pembelajaran harus memberi tekanan yang seimbang dari sisi pengajar dan peserta didik. 8 Tekanan yang seimbang dalam hal ini mengarah kepada keaktifan baik pengajar maupun anak di dalam kelas. Dengan demikian anak akan merasakan makna belajar bagi hidupnya dan akhirnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Baik GPIB Tamansari maupun GSJA Bukit Horeb tentunya mengetahui pentingnya model pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Minggu. Oleh sebab itu dengan mengingat peran penting Sekolah Minggu sebagai wadah mempersiapkan anak-anak sebagai generasi masa depan Gereja yang menjangkau keberadaan Gereja di masa depan baik dalam mempraktekkan iman berdasarkan visi maupun misi Gereja serta kelangsungannya sebagai lembaga yang menerangi dunia maka penulis penulis tertarik untuk meneliti secara empiris model pembelajaran di kedua Sekolah Minggu yang berasal dari dua denominasi berbeda apakah kedua model pembelajaran di kedua Sekolah Minggu tersebut sudah mengarah kepada paradigma pembelajaran dengan membuat skripsi yang berjudul : STUDI PERBANDINGAN TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU DI GPIB TAMANSARI DENGAN GSJA BUKIT HOREB - SALATIGA 8 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif Menarik,Yogyakarta:ANDI,2006,60-62. 7

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang Pelayanan Diakonia T1 712007077 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB IV

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Khotbah Minggu sebagai Pendampingan Pastoral di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB II

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB IV

0 0 3