digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sehingga kegiatan dalam mengorganisir masyarakat sebagai upaya pengurangan risiko bencana adalah hal yang sangat penting dilakukan dan
diwujudkan selain hanya pengetahuan dalam pengurangan resiko dalam bencana saja. Karena memalui peran partisipasi masyarakat maka akan dimulai untuk suatu
perubahan yang lebih mandiri dan terstruktur.
3. Konsep Ketangguhan Resiliensi
Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan ujian yang
dialami. Setiap individu memiliki kapasitas untuk menjadi resilien. Konsep resiliensi menitikberatkan pada pembentukan kekuatan individu sehingga kesulitan
dapat dihadapi dan diatasi.
21
Dilain definisi Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk
mengelola tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi adalah seperangkat pikiran yang memungkinkan untuk mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan
sebagai sebuah kemajuan. Resiliensi menghasilkan dan mempertahankan sikap positif untuk digali. Individu dengan resiliensi yang baik memahami bahwa
kesalahan bukanlah akhir dari segalanya. Individu mengambil makna dari kesalahan dan menggunakan pengetahuan untuk meraih sesuatu yang lebih
tinggi. Individu menggembleng dirinya dan memecahkan persoalan dengan bijaksana, sepenuhnya, dan energik.
22
21
Grotberg, E.H. 1999. Tapping Your Inner Strength. Oakland : New Harbinger Publication, Inc. Di akses dari
http:www.sarjanaku.com
22
Reivich, K. And Shatte, A. 2002. The Resilience Factor . New York : Random House, Inc.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Untuk mencangkup berberapa konsep yang dikemukakan diatas, yakni definisi yang diajukan cukup mewakili yakni resiliensi sebagai proses, kapasitas,
atau hasil outcome dari hasil adaptasi yang positif meskipun dalam keadaan yang menantang atau mengancam.
23
Dari berberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik benang merah bahwa resiliensi adalah kemampuan dalam diri individu untuk beradaptasi
secara positif dalam kondisi yang tidak menyenangkan sulit dan beresiko. terdapat tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu :
a. Pengendalian emosi
Pengendalian emosi adalah suatu kemampuan untuk tetap tenang meskipun berada di bawah tekanan. Individu yang mempunyai resiliensi yang baik,
menggunakan kemampuan positif untuk membantu mengontrol emosi, memusatkan perhatian dan perilaku. Mengekspresikan emosi dengan tepat adalah
bagian dari resiliensi. Individu yang tidak resilient cenderung lebih mengalami kecemasan, kesedihan, dan kemarahan dibandingkan dengan individu yang lain,
dan mengalami saat yang berat untuk mendapatkan kembali kontrol diri ketika mengalami kekecewaan. Individu lebih memungkinkan untuk terjebak dalam
kemarahan, kesedihan atau kecemasan, dan kurang efektif dalam menyelesaikan masalah
24
. b.
Kemampuan untuk mengontrol impuls
23
Skripsi, BAB II psikologi untuk penyakit kanker Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang. Diakses dari internet http:repository.usu.ac.id
24
Reivich, K. And Shatte, A. 2002. The Resilience Factor . New York : Random House, Inc . Di
akses dari http:www.sarjanaku.com
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kemampuan untuk mengontrol impuls berhubungan dengan pengendalian emosi. Individu yang kuat mengontrol impulsnya cenderung mempu
mengendalikan emosinya. Perasaan yang menantang dapat meningkatkan kemampuan untuk mengontrol impuls dan menjadikan pemikiran lebih akurat, yang
mengarahkan kepada pengendalian emosi yang lebih baik, dan menghasilkan perilaku yang lebih resilient
25
. c.
Optimis Individu dengan resiliensi yang baik adalah individu yang optimis, yang
percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan akan masa depan dan dapat mengontroal arah
kehidupannya. Optimis membuat fisik menjadi lebih sehat dan tidak mudah mengalami depresi. Optimis menunjukkan bahwa individu yakin akan
kemampuannya dalam mengatasi kesulitan yang tidak dapat dihindari di kemudian hari. Hal ini berhubungan dengan self efficacy, yaitu keyakinan akan kemampuan
untuk memecahkan masalah dan menguasai dunia, yang merupakan kemampuan penting dalam resiliensi. Penelitian menunjukkan bahwa optimis dan self efficacy
saling berhubungan satu sama lain. Optimis memacu individu untuk mencari solusi dan bekerja keras untuk memperbaiki situasi
26
. d. Kemampuan untuk menganalisis penyebab dari masalah
Analisis adalah gaya berpikir yang sangat penting untuk menganalisis penyebab, yaitu gaya menjelaskan. Hal itu adalah kebiasaan individu dalam
25
Ibid.
26
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menjelaskan sesuatu yang baik maupun yang buruk yang terjadi pada individu. Individu dengan resiliensi yang baik sebagian besar memiliki
kemampuan menyesuaikan diri secara kognitif dan dapat mengenali semua penyebab yang cukup berarti dalam kesulitan yang dihadapi, tanpa terjebak di
dalam gaya menjelaskan tertentu. Individu tidak secara refleks menyalahkan orang lain untuk menjaga self esteemnya atau membebaskan dirinya dari rasa bersalah.
Individu mengarahkan dirinya pada sumber-sumber problem solving ke dalam faktor-faktor yang dapat dikontrol, dan mengarah pada perubahan
27
. d.
Kemampuan untuk berempati Beberapa individu mahir dalam menginterpretasikan apa yang para ahli psikologi
katakan sebagai bahasa non verbal dari orang lain, seperti ekspresi wajah, nada suara, bahasa tubuh, dan menentukan apa yang orang lain pikirkan dan
rasakan. Walaupun individu tidak mampu menempatkan dirinya dalam posisi orang lain, namun mampu untuk memperkirakan apa yang orang rasakan, dan
memprediksi apa yang mungkin dilakukan oleh orang lain. Dalam hubungan interpersonal,
kemampuan untuk
membaca tanda-tanda
non verbal
menguntungkan, dimana orang membutuhkan untuk merasakan dan dimengerti orang lain
28
. e.
Self efficacy Self efficacy adalah keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan masalah,
mungkin melalui pengalaman dan keyakinan akan kemampuan untuk berhasil
27
Ibid.
28
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dalam kehidupan. Self efficacy membuat individu lebih efektif dalam kehidupan. Individu yang tidak yakin dengan efficacynya bagaikan kehilangan jati
dirinya, dan secara tidak sengaja memunculkan keraguan dirinya. Individu dengan self efficacy yang baik, memiliki keyakinan, menumbuhkan pengetahuan bahwa
dirinya memiliki bakat dan ketrampilan, yang dapat digunakan untuk mengontrol lingkungannya
29
. f.
Kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan Resiliensi membuat individu mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam
kehidupan. Resiliensi adalah sumber dari kemampuan untuk meraih. Beberapa orang takut untuk meraih sesuatu, karena berdasarkan pengalaman sebelumnya,
bagaimanapun juga, keadaan menyulitkan akan selalu dihindari. Meraih sesuatu pada individu yang lain dipengaruhi oleh ketakutan dalam memperkirakan batasan
yang sesungguhnya dari kemampuannya.
30
B. Konsep Bencana Dalam Prespektif Islam
Secara bahasa bencana adalah sesuatu kejadian yang tidak diinginkan oleh manusia. Karena bencana meyebabkan kerugian banyak hal baik fisik maupun
psikis. Dan untuk menghindari dari bencana manusia senantiasa menjaga lingkungan baik diri sendiri dan tingkah laku. Al quran dengan tegas menjelasakan
bawa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas bumi ini, baik bencana apapun dan sebagainya disebabkan ulah manusia sendiri, baik yang terkait dengan
pelanggaran sisitem Allah yang ada di laut dan di darat, maupun yang terkait dengan
29
Ibid.
30
Reivich, K. And Shatte, A. 2002. The Resilience Factor . New York : Random House, Inc . Di
akses dari http:www.sarjanaku.com