PROBLEMATIKA PENANGGULANGAN PENYEBARAN PORNOGRAFI DI KALANGAN REMAJA MELALUI MEDIA ONLINE ( Studi di Kota Bandar Lampung Tahun 2012)

(1)

PROBLEMATIKA PENANGGULANGAN PENYEBARAN

PORNOGRAFI

DI KALANGAN REMAJA MELALUI MEDIA

ONLINE

( Studi di Kota Bandar Lampung Tahun 2012)

Oleh

Hari Andrianto

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRACT

PROBLEMATICS OF PORNOGRAPHY SPREAD CONTROL AMOUNGST TEENAGER BY ONLINE MEDIA

(Case Study Bandar Lampung in 2012) By

Hari Andrianto

Internet technology advances very fast and easy way to use it, allowing anyone to use the internet. One of the negative impacts of Internet technology advances for teens is giving a lot of information that contain elements of pornography. Existing in Indonesia Law Number 44 Year 2008 on Pornography and Presidential Regulation Number 25 of 2012 on the Prevention and Control Task Force Pornography. But despite existing laws pornography, dissemination pornogarfi among teenagers through online media in the city of Bandar Lampung many more.

This study aims to describe and analyze the problems of handling the spread of pornography through online media among teenagers in the city of Bandar Lampung. This study focused on: (1) Why pornogarfi easily spread among teenagers?, (2) What action do city Bandar Lampung government and stakeholders in addressing the spread of pornography?, (3) Constraints faced in tackling the spread of pornography? This study shows there is no seriousness of the government in the city of Bandar Lampung overcome pornography deployment. It can be seen from the lack of concrete actions undertaken city Bandar Lampung administration for prevention ranging from the absence of local regulations on prevention pornography and absence control programs pornography.

Trough results and discussion that has been described researchers suggested that city Bandar Lampung government began a program to combat the spread of pornography which has become a serious problem in the city of Bandar Lampung, one of them by forming a team of anti-pornography.


(3)

ABSTRAK

PROBLEMATIKA PENANGGULANGAN PENYEBARAN PORNOGRAFI DI KALANGAN REMAJA MELALUI MEDIA ONLINE

( Studi di Kota Bandar Lampung Tahun 2012)

Oleh Hari Andrianto

Kemajuan teknologi internet yang sangat cepat dan mudahnya cara menggunakanya, memungkinkan siapa saja dapat menggunakan internet. Salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi internet bagi remaja adalah banyak memberikan informasi yang mengandung unsur pornografi. Di indonesia sudah ada Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Pornografi. Namun meski sudah ada undang-undang pornografi, penyebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online di kota Bandar Lampung makin banyak.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis problematika penanggulangan penyebaran pornografi melalui media online di kalangan remaja di kota Bandar Lampung. Penelitian ini terfokus pada : (1) Mengapa pornografi mudah menyebar di kalangan remaja ?, (2) Tindakan apa yang dilakukan pemerintahan kota Bandar Lampung dan pihak terkait dalam mengatasi penyebaran pornografi ?, (3) Kendala yang dihadapi dalam menangulangi penyebaran pornografi ?

Penelitian ini menunjukan belum ada keseriusan dari pemerintah kota Bandar Lampung dalam mengatasi penyebaran pornografi. Ini dapat dilihat dari belum adanya tindakan nyata yang dilakukan Pemkot Bandar Lampung sebagai upaya pencegahan mulai dari tidak adanya peraturan daerah tentang penanggulangan pornogarfi dan tidak adanya program penanggulangan pornografi.

Melalui hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan peneliti menyarankan agar pemerintah kota Bandar Lampung mulai membuat program untuk menanggulangi penyebaran pornografi yang sudah menjadi masalah serius dikota Bandar Lampung, salah satunya dengan membentuk tim anti pornografi.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar gambar ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pornografi ... 11

1. Pengertian Pornografi ... 11

2. Perkembangan Pornografi di Indonesia ... 13

B. Media Online sebagai Sarana Penyebaran Pornografi melalaui Jaringan internet ... 15

C. Kebijakan Pemerintah dalam Menanggulangi Penyebaran Pornografi berdasarkan Undang-Undang Anti Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ... 19

D. Remaja sebagai Penikmat Pornografi ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian ... 29

B. Fokus Penelitian ... 30

C. Lokasi Penelitian ... 31

D. Sumber Data ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 35


(8)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44 1. Letak Geografis Kota Bandar Lampung ... 44 2. Kondisi Sosial Masyarakat Kota Bandar Lampung ... 45 3. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi di kota Bandar

Lampung ... 47 B. Hasil dan Pembahasan ... 49 1. Faktor-Faktor Penyebab Cepatnya Penyebaran Pornogarfi di Kalangan

Remaja Melalui Media Online di Kota Bandar Lampung ... 49 a. Penyebaran Pornografi Melalui Internet (Warung Internet) ... 58 b. Penyebaran Pornografi Melalui Handphone ... 62 2. Tindakan-Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung

dalam Menanggulangi Penyebaran Mornografi Melalui Media Online . 66 3. Hambatan yang dihadapi oleh Pemerintahan Kota Bandar Lampung

dalam mencegah Penyebaran Pornografi melalui Media Online

di Kota Bandar Lampung ... 69 a. Faktor internal ... 70 b. Faktor eksternal ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Jumlan Pelecehan Seksual Tahun 2010 – 2012 ... 6

2. Tahapan Reduksi Data ... 37

3. Proses Triangulasi Data ... 40

4. Data Observasi Pengguna Warung Internet Texas ... 60

5. Data Hasil Pembagian Angket Kepada Siswa/i Sekolah Dasar ... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Wawancara dengan Bapak Seno Koencoro S.Sos selaku Kepala Bidang Pengembangan Komunikaasi dan Informatika

kota Bandar Lampung ... 51 2. Wawancara dengan Ibu Ruth Dora S. Sos selaku Kepala Pemberdayaan

Perempuan, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung ... 54


(11)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Penyebaran pornografi saat ini erat hubunganya dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi internet. Sistem jaringan internet yang dapat menjangkau berbagai daerah terpencil yang juga memiliki akses internet, menjadikan media komunikasi menggunakan jaringan internet jadi pilihan banyak masyarakat di Indonesia saat ini. Semakin banyaknya masyarakat indonesia yang mulai menggunakan berbagai aplikasi dalam internet seperti jejaring sosial friendster,

facebook, twiter dan lain sebagainya, dimanfaatkan oleh pembuat websites porno dengan mengiklankan websitesnya yang disisipkan dalam tampilan jejaring sosial yang digunakan dalam bentuk informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seks. Bahkan apabila kita mengunjungi website yangmenyediakan layanan video seperti you tube kita akan banyak menemukan banyak video porno dan mereka juga menujukan dimana website yang dapat dikunjungi pengguna internet untuk mencari kumpulan video porno yang lainnya.

Secara sederhana internet didefinisikan sebagai jaringan global yang mengkoneksikan jutaan komputer (Jumiran 2005:1). Melalui internet jutaan orang dapat saling berhubungan secara sistematis dalam dunia maya, sehingga saat ini dunia maya tidak hanya sebatas menghadirkan informasi, hiburan, dan pendidikan,


(12)

tetapi sanggup memenuhi sejumlah kebutuhan manusia seperti pertemanan, penghargaan dan cinta. Internet ibarat perpustakaan yang di dalamnya menyimpan berbagai macam informasi berupa teks, grafik, audio, gambar maupun animasi dalam bentuk media elektronik.

Informasi yang mengandung unsur pornografi di internet diperoleh melalui 3 bentuk, yaitu: (1) dalam bentuk web sites yang menawarkan gambar-gambar pornografi yang sangat mudah diakses, murah dan beragam bentuk seksual, (2) chat room yaitu sarana komunikasi yang menawarkan materi seksualitas yang sering disebut cybersexs, berupa percakapan dua arah yang menawarkan materi seksualitas seolah-olah melakukan hubungan seksual dan menimbulkan rangsangan, (3) news

group yang sifatnya terbuka membahas hal-hal yang berhubungan dengan

seksualitas dan pornografi (http//litbang-sulsel.go.id/mediap-penyebar-pornografi, Minggu 16 September 2012, 09 : 15 WIB).

Pornografi juga merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia, terutama mengenai penyebaran pornografi melalui media online. Banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia saat ini berawal dari maraknya penyebaran pornografi. Dari kebanyakna kasus kekerasan seksual yang diliput oleh berita kriminal di setasiun televisi, pelaku kebanyakan mengaku melakukan perbuatan asusila karena terangsang setelah melihat video porno. Melalui media online yang menggunakan jaringan internet video porno dapat dengan mudah diperoleh oleh siapa saja yang dapat menggunakan internet.


(13)

Kemajuan teknologi internet yang sangat cepat dan mudahnya cara menggunakannya, memungkinkan siapa saja dapat menggunakan internet. Bahkan anak-anak usia sekolah dasar sudah pandai menggunakan internet untuk mengakses informasi apa saja yang mereka inginkan, tidak terkecuali informasi yang berhubungan dengan pornografi. Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan sejak 2008 hingga 2010, sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sekitar 24% mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22% melihat pornografi dari situs internet, 17% dari games, 12% melalui film di televisi, dan 6% lewat telepon genggam (http//VIVAnews/Muhammad Firman/Ilustrasi-situs-pornografi-diInternet, 9 April 2012 13:15 WIB).

Kian maraknya pornografi di masyarakat ditanggapi oleh pemerintah dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi sebagai upaya dari pemerintah untuk mengatasi penyebaranya. Undang-Undang ini terdiri dari delapan bab, dimana pada bab IV dijelaskan pencegahan penyebaran pornografi di masyarakat. Pada bab tentang pencegahan juga dijelaskan peran pemerintah daerah dalam mencegah penyebaran pornografi yang terdapat dalam pasal 18 dan 19 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008. Sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 19 pemerintahan daerah berkewenangan mencegah pornografi dengan cara pemutusan jaringan yang mengandung unsur pornografi melalui internet, melakukan pengawasan terhadap penyebaran pornografi di wilayahnya, melakukan kordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait untuk


(14)

mencegah pornografi di wilayahnya, serta mengembangkan sistem informasi komunikasi untuk mencegah penyebaran pornografi.

Contoh nyata dari maraknya pornografi di Indonesia yaitu kasus video mesum artis Indonesia Aril, Luna Maya, dan Cut Tari beberapa tahun lalu. Yang lebih heboh lagi persebaran video tersebut yang sangat cepat melalui internet, sehingga dalam waktu yang sangat cepat, setiap orang yang memiliki handphone yang memiliki aplikasi pemutar video memiliki video mesum tersebut, bahkan di kalangan pelajar yang terkena razia handphone di sekolahnya sebagian besar memiliki video porno tersebut.

Keseriusan pemerintah dalam mencegah penyebaran pornografi di Indonesia, ditindak lanjuti dengan mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Pornografi. Pengesahan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari pasal 42 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang berbunyi “Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Undang- Undang ini, dibentuk gugus tugas antar departemen, kementerian, dan lembaga terkait yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Presiden”. Bersamaan dengan disahkanya Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 dibentuk juga tim Anti Pornografi oleh presiden yang struktur organisasinya dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 pada bab III.

Khususnya di kota Bandar Lampung sepertinya ada suatu problematika yang dihadapi oleh pemerintah untuk melaksanakan peraturan tersebut. Salah satu aspek


(15)

yang menjadi penilaian peneliti bahwa peraturan mengenai pelaksanaan pencegahan penyebaran pornografi belum di implemantasikan di kota Bandar Lampung. Diantaranya adalah belum dibentuknya Tim Anti Pornografi oleh Walikota sebagaimana seperti yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang gugus tugas pencegahan dan penanganan pornografi, sehingga penyebaran pornografi makin banyak di kota Bandar Lampung.

Banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di kota Bandar Lampung seharusnya menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi pemerintah untuk mulai mengatasi masalah pornografi di kota Bandar Lampung. Data yang dirilis aparat Kepolisian Resort Kota Besar (Polresta) Bandar Lampung selama tahun 2011, sebanyak 24 mahasiswi perguruan tinggi di Bandarlampung pernah menjadi korban pelecehan seksual, 45 pelajar putri mengalami pelcehan seksual, pelajar SMP maupun SMA masuk dalam kategori ini. Sementara kekerasan seksual terbanyak dialami karyawati swasta jumlahnya 13 kasus, diikuti 2 kasus dengan korban ibu rumah tangga dan 2 kasus dengan korban pembantu rumah tangga .

Kasat Reskrim Polresta Bandar Lampung Kompol Syaiful Wahyudi berpendapat, tingginya kasus pelecehan seksual berimplikasi erat dengan kemajuan teknologi di mana pornografi dan pornoaksi semakin mudah dan cepat diperoleh. Dari hasil introgasi yang dilakukan polisi kepada pelaku pencabulan. Sebagian besar beralasan mereka melukukan pencabulan karena terangsang setelah menonton blue film baik melalui situs porno di internet maupun blue film yang banyak di


(16)

pencabulan cenderung naik. Terbukti dalam Januari 2012 ini saja sudah terjadi 9 kasus pencabulan yang dilaporkan ke Polresta Bandar Lampung (http://rakyatlampung.co.id/new/berita-utama/berita-lainnya/3304-24-mahasiswi-dicabul-beruntun.html diakses 19 November 2012, 12:05).

Tabel 1.

Data Jumlan Pelecehan Seksual Tahun 2010 - 2012

Sumber : POLRESTA Bandar Lampung Tahun ( 2010-2012 )

Dikutip dari Radar Lampung mengenai penyebaran video porno di Kota Bandar Lampung, ternyata saat ini tidak sulit untuk mendapatkan video porno, karena banyak counter handphone yang memperdagangkan film porno. Sehingga tidaklah mengherankan jika banyak pelajar yang memiliki handphone dan dilengkapi aplikasi pemutar video menyimpan video porno. Penjual video yang merupakan pemilik counter mengaku mendapatkan film-film porno dengan cara men-download

No Bulan Jumlah pelecehan seksual 2010 2011 2012

1 Januari 4 5 9

2 Februari 5 5 5

3 Maret 6 4 6

4 April 3 6 3

5 Mei 5 8 8

6 Juni 7 6 6

7 Juli 4 5 8

8 Agustus 5 4 4

9 September 5 3 5

10 Oktober 4 7 4

11 November 5 5 5

12 Desember 8 6 7


(17)

dari internet. Penelusuran wartawan Radar Lampung pada beberapa counter di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Bandar Lampung juga sama hasilnya, dimana untuk mendapatkan film porno cukup mudah dan harganya relatif murah. Karena sebagian besar counter menjual video porno. Harga yang dibandrol oleh pemilik

counter untuk membeli video porno berkisar antara Rp. 30.000,00 s/d Rp. 50.000,00 dan pembeli dapat memperoleh puluhan video porno yang dapat diputar

di handphone. Pemilik counter mengungkapkan bahwa kebanyakan konsumen

yang menginginkan video porno adalah remaja. Alasan pemilik counter mengapa menyediakan video porno karena banyak yang menanyakan serta keuntungannya cukup banyak. (http://radarlampung.co.id/read/berita-utama/21751-maraknya-peredaran-video-porno-di-bandarlampung diakses senin 19 November 2012, 12:10).

Untuk penyebaran melalui media online di kota Bandar Lampung di kalangan remaja sangat menghawatirkan. Karena dari hasil pra riset peneliti pada beberapa remaja di kota Bandar Lampung yang dengan cara turut bergaul dengan para remaja yang juga teman dari peneliti atau tetangga kosan dari teman peneliti. Banyak para remaja yang men-download video porno menggunakan laptop dengan perangkat tambahan berupa modem untuk koneksi internetnya. Dari media online yang banyak menyediakan situs porno tersebut kalangan remaja dapat dengan mudah mengkoleksi berbagai jenis video porno yang mereka ingingkan. Di warung internet juga para remaja di kota Bandar Lampung dapat dengan mudah mengakses pornografi, karena banyak situs di internet yang menawarkan informasi pornografi, sebagai contoh yang juga pengalaman dari peneliti, jika kita mengetik tulisan SMA,


(18)

SMP yang berdasarkan pemikiran orang awam segala informasi yang diberikan akan berhubungan dengan pendidikan, namun jika kita telusuri dalam sebagian website ada yang menawarkan informasi dan tayangan pornografi seperti video anak SMA atau SMP seks di kelas dan lain sebagainya. Selain itu pengusaha warung internet banyak yang tidak memasang himbauan kepada pengguna agar tidak mengakses situs porno.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengungkap problematika yang berkaitan dengan penanggulangan pornografi di kalangan remaja melalui media

online di kota Bandar Lampung. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi sudah dijelaskan tata cara pencegahan penyebaran pornografi selain itu dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Pornografi juga sudah di jelaskan siapa saja yang bertanggung jawab dalam menanggulangi penyebaran pornografi dan juga namun kenyataanya pornografi makin marak di kota Bandar Lampung.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah penyebab cepatnya penyebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online di kota Bandar Lampung ?


(19)

b. Tindakan-tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Bandar Lampung, dalam menanggulangi penyebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online ?

c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam penanggulangan penyebaran pornografi di kalangan remaja melaui media online di kota Bandar Lampung ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan pornografi cepat menyebar dikalangan remaja melalui media online di kota Bandar Lampung.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis apa saja upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintahan kota Bandar Lampung dalam menanggulangi penyebaran pornografi pada remaja melalui media online.

c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam penanggulangan penyebaran pornografi, di kalangan remaja melaui media online di kota Bandar Lampung.


(20)

D.Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan secara praktis :

a. Secara teoritis atau akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan ilmu administrasi negara terutama tentang kebijakan publik mengenai penanggulangan masalah sosial khususnya pornografi.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau bahan evaluasi bagi pemerintahan kota Bandar Lampung dalam mengatasi persebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pornografi

1. Pengertian Pornografi

Kata porno dan pornografi sudah tidak asing bagi kita semua, namun definisi dari pornografi itu sendiri tidak jelas karena ragam budaya dan juga adat istiadat yang berbeda-beda menjadikan definisi pornografi juga berbeda juga. Banyak seniman yang mengekspresikan ide mereka dalam banyak bentuk karya seni, namun kadang sesuatu yang dianggap seniman sebagai karya seni, bagi masyarakat umum bukan dianggap sebuah seni melainkan sebagai pornografi. Hal ini yang menyebabkan definisi dari pornografi memiliki banyak persepsi tergantung dari sudut pandang mana seseorang mendefinisikan suatu objek tertentu sehingga dapat mengatakan bahwa objek tersebut merupakan pornografi.

Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pornographos yang terdiri dari dua kata porne (=a prostitute) berarti prostitusi, pelacuran dan graphein (= to write, drawing) berarti menulis atau menggambar. Secara harfiah dapat diartikan sebagai tulisan tentang atau gambar tentang pelacur, (terkadang juga disingkat menjadi "porn," atau "porno") adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan memenuhi hasrat seksual


(22)

(Mutia dalam Kesumastuti 2010:96). Bsaat ini istilah pornografi digunakan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang bersifat seksual, khususnya yang dianggap berselera rendah atau tidak bermoral, apabila pembuatan, penyajian atau konsumsi bahan tersebut dimaksudkan hanya untuk membangkitkan rangsangan seksual.

Pengertian pornografi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Yang dimaksut kecabulan dalam undang-undang anti pornografi dijelaskan dalam bab II, berisi larangan dan pembatasan yang dijelaskan dalam pasal 4 dimana hal yang mengandung unsur cabul atau porno antara lain, yaitu :

a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; b. kekerasan seksual;

c. masturbasi atau onani;

d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; e. alat kelamin; atau

f. pornografi anak.

Menurut H.B Jassin pornografi adalah setiap tulisan atau gambar yang sengaja digambar atau ditulis dengan maksud merangsang seksual. Pornografi membuat fantasi pembaca mengarah pada daerah kelamin dan menyebabkan syahwat berkobar (http//Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, Senin, 9 April 2012


(23)

13:15 WIB). Istilah obscenity (kecabulan) dalam bahasa Inggris lebih sering digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang tabu selain kata pornografi. Makna dari obscenity mengacu pada segala sesuatu yang tidak senonoh, mesum, dan melanggar kesopanan. Terkadang orang juga membedakan antara pornografi ringan dengan pornografi berat. Dapat disimpulkan pornografi adalah segala sesuatu dalam bentuk gambar, tulisan, kata-kata, gerak tubuh yang yang mengarah pada kecabulan yang dibuat untuk merangsang seksualitas.

2. Perkembangan Pornografi di Indonesia

Pornografi di Indonesia merupakan perbuatan yang ilegal, namun penegakan hukumnya lemah dan interpretasinya pun tidak sama dari waktu ke waktu. Bidang pertelevisian merupakan salah satu media yang paling banyak menyumbang persebaran pornografi sebelum tahun 2000-an, karena masa itu masyarakat belum mengenal internet. Film Antara Bumi dengan Langit merupakan film pertama yang mengandung unsur pornografi yang diputar pada tahun 1955 yang menampilkan adegan ciuman antara Frieda dan S. Bono. Memasuki tahun 1970-an persebaran pornografi di Indonesia kian marak, ini dibuktikan dengan banyaknya film yang menjurus ke pornografi seperti Bernafas di Atas Ranjang, Satu Ranjang Dua Cinta, Wanita Simpanan, Nafsu Birahi, yang beredar di masyarakat yang dipertontonkan dalam bentuk hiburan Layar Tancap (http//Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, Senin, 9 April 2012 13:15 WIB).

Pada periode 2000-an pengaruh kemajuan teknologi informasi semakin terasa dan sukar dihindari. Kehadiran parabola televisi, Video Compact Disc (VCD), laser


(24)

disc, Digital Versaitle Disc (DVD) dan internet, semuanya membuat film dan gambar panas semakin mudah ditemukan, baik di kota-kota sampai ke pedesaan sekalipun. Tersedianya kamera video dan videophone dengan harga relatif murah telah memungkinkan orang merekam adegan-adegan panas, yang pada mulanya dimaksudkan hanya untuk koleksi pribadinya. Namun setelah masyarakat mengenal internet banyak orang yang mengunggah video panas mereka ke situs-situs tertentu seperti youtube.

Majalah Playboy edisi Indonesia, adalah media cetak yang terbit pertama kali pada April 2006 merupakan majalah khusus pria dewasa yang isinya penuh dengan pornografi, namun di tahun pertama terbit majalah Playboy langsung mendapat tentangan keras dari masyarakat dan hasil akhirnya majalah tersebut dilarang beredar di Indonesia dan pengadilan mempidanakan pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan majalah tersebut. Berawal dari kasus majalah Playboy

pemerintah semakin giat menggagas undang-undang anti pornografi. Ironisnya masih banyak majalah yang mengandung unsur pornografi sejenis Playboy yang masih bebas beredar di Indonesia misalnya majalah Populer yang di dalamnya banyak membahas masalah seksualitas dan menampilkan foto-foto model yang

fulgar.(Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, diakses Senin, 9 April 2012 13:15).

Hadirnya internet di Indonesia mengakibatkan banyak masyarakat mulai meninggalkan media cetak dan beralih menggunakan internet untuk menggali informasi, hal itu dikarenakan mencari informasi dari media cetak harus menunggu waktu terbit media cetak tersebut untuk memperolehnya. Sedangkan jika


(25)

menggunakan internet setiap orang dapat kapan saja mencari informasi yang diinginkan asalkan jaringan internet tersedia di rumahnya. Pemanfaatan internet oleh masyarakat Indonesia masih banyak untuk hal yang kurang bermanfaat dalam artian hanya sekedar mengikuti tren agar tidak dianggap ketinggalan zaman atau hanya untuk mencari kepuasan biologis dengan mengakses situs-situs porno. Dari data hasil survei media cetak Cina tahun 2009 menyebutkan di Asia, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai pembuka situs porno. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pornografi di negara kita sangat banyak. (http//radar solo.com/Ari-Perdana/situs-porno -diindonesia, Minggu, 22 April 2012, 16:18 WIB).

B.Media Online sebagai Sarana Penyebar Pornografi melalui Jaringan Internet

Zaman modern seperti saat ini, media massa sangatlah penting bagi semua orang. Melalui media massa segala informasi yang penting dapat diperoleh dengan mudah oleh seseorang yang berada di daerah terpencil sekalipun. Seiring berkembangnya media massa maka kehidupan sosial, ekonomi dan budayanya juga mengalami perkembangan serta perubahan. Sehingga media massa merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya suatu perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience (pendengar) yang luas dan heterogen (Nurudin, 2007: 23). Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa


(26)

mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat dalam Kesumastuti, 2010:17). Secara umum media masa terbagi dalam tiga jenis, (Vivian, 2008:15) :

a. Media Massa Cetak (Printed Media), yaitu media massa yang dicetak dalam lembaran kertas.

b. Media Massa Elektronik (Electronic Media), yaitu media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.

c. Media Massa Online (Online Media, Cybermedia), yaitu media massa yang menggunakan sistem internet.

Saat ini dari tiga jenis media massa yang telah disebutkan sebelumnya, media massa online banyak dipilih sebagai sarana untuk bertukar informasi. Online

dalam konteks ini diartikan sebagai menggunakan komputer atau sumber informasi lain yang terhubung ke jaringan untuk mengakses informasi dan layanan dari komputer lain atau sumber informasi lainnya. Sedangkan jaringan adalah sistem komunikasi yang menghubungkan dua komputer atau lebih: internet adalah contoh jaringan yang terbesar (Wiliam dan Sawyer, 2007:5). Sejarah internet bermula pada akhir dekade 60-an saat United States Department of Defense (DoD) memerlukan standar baru untuk komunikasi Internetworking. Yaitu standar yang mampu menghubungkan segala jenis komputer di DoD dengan komputer milik kontraktor militer, organisasi penelitian dan ilmiah di universitas. Jaringan ini


(27)

harus kuat, aman dan tahan kerusakan sehingga mampu beroperasi di dalam kondisi minimum akibat bencana atau perang (Sutanta, 2005 :55).

Baru pada pertengahan tahun 1990-an mulai masuk dalam budaya masyarakat di Amerika Serikat. Mereka mulai mengunakan internet sebagai sarana menyebarkan foto pribadi, keluarga, mem-posting portofolio, mengekspresikan opini, dan mempromosikan produk. Internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung ke seluruh dunia tanpa mengenal batas teritorial, hukum dan budaya. Secara fisik dianalogikan sebagai jaring laba-laba (TheWeb) yang menyelimuti bola dunia dan terdiri dari titik-titik (node) yang saling berhubungan. Secara fisik internet adalah interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum internet harus dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi internet adalah informasi, dapat dikatakan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar dan lengkap. Bahkan internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya) karena hampir seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada di Internet seperti bisnis, hiburan, olah raga, politik dan lain sebagainya.

Secara sederhana internet didefinisikan sebagai seluruh jaringan global yang menghubungkan jutaan komputer (an almost global network connecting million of computer) (Thurlow, Langel & Tomic dalam Sutanta, 2005:11). Sedangkan menurur Arie Yanuar P internet adalah suatu jaringan komputer yang terhubung secara universal yang tersebar di seluruh dunia, jaringan ini terhubung satu dengan yang lainya dengan memanfaatkan jaringan telephone maupun gelombang

elektromagnetik, serta di dukung oleh software dan hardware yang dibutuhkan untuk menghubungkan antar komputer (Kesumastuti, 2010;92). Secara harfiah,


(28)

internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung secara global dengan menggunakan Transmision Control Protocol

(TPC) dan Internet Protocol (IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Cara menghubungkan rangkaian dengan kaidah ini dinamakan internetworking (Jumiran, 2005:1).

Dari beberapa pengertian internet di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian internet yaitu jaringan besar yang saling berhubungan dari jaringan-jaringan komputer yang menghubungkan orang-orang dan komputer-komputer di seluruh dunia, melalui telepon, satelit dan sistem-sistem komunikasi yang lain. Internet dibentuk oleh jutaan komputer yang terhubung bersama dari seluruh dunia, memberi jalan bagi informasi (mulai dari teks, gambar, audio, video, dan lainnya ) untuk dapat dikirim dan dinikmati bersama. Untuk dapat bertukar informasi, digunakan protokol standar yaitu Transmision Control Protocol dan Internet Protocol yang lebih dikenal sebagai TCP/IP.

Untuk memudahkan pengguna intenet dalam berkomunikasi dan menemukan informasi, internet sebagai jaringan terbesar yang di gunakan oleh perusahaan komunikasi online memiliki fasilitas berupa web yang berisi kumpulan situs-situs yang telah diklasifikasikan sesuai kategori dan jenis informasi yang disampaikan. Hubungan internet dengan fenomena penyebaran pornografi dalam media online

yaitu, pornografi dalam media online banyak menyebar melalui fasilitas atau aplikasi yang ada dalam internet tersebut yang termuat dalam kumpulan situs-situs porno.


(29)

C.Kebijakan yang Dibuat Pemerintah untuk Menanggulangi Penyebaran Pornografi berdasarkan Undang Anti Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transakasi Elektronik

Mengingat bahwa pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi semakin berkembang luas di tengah masyarakat yang mengancam kehidupan dan tatanan sosial masyarakat Indonesia pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Disahkanya undang-undang anti pornografi diharapkan mampu mengatasi perbedaan penafsiran tentang pornografi sehingga masalah pornografi dapat ditanggulangi dengan pengertian pornografi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi sebagai dasar acuan. Permasalahan pornografi di Indonesia hingga saat ini belum terselesaikan, disebabkan oleh lemahnya tanggapan masyarakat terhadap pornografi selain itu adanya perbedaan pengertian dan penafsiran pornografi setiap individu menjadikan masalah tersendiri dalam penanggulangannya.

Upaya pencegahan terhadap penyebaran pornografi di Indonesia tanggapi serius oleh pemerintah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Secara jelas dalam undang-undang tersebut termuat larangan dan pembatasan pornografi di indonesia yang dimuat secara umum dalam pasal 4 yaitu:

a. Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat:


(30)

1. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;

2. kekerasan seksual;

3. masturbasi atau onani;

4. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;

5. alat kelamin; atau

6. pornografi anak.

b. Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:

1. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;

2. menyajikan secara eksplisit alat kelamin;

3. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau

4. menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual.

Untuk mengantisipasi penyebaran pornografi di masyarakat, dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Pada bab III mengenai pencegahan dijelaskan peran pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencegah penyebaran pornografi, sebagaimana yang tertera dalam pasal 19 dan pasal 21. Untuk melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pemerintah Daerah berwenang:

a. melakukan pemutusan jaringan pembuatan dan penyebarluasan produk pornografi atau jasa pornografi, termasuk pemblokiran pornografi melalui internet di wilayahnya;


(31)

b. melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di wilayahnya;

c. melakukan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di wilayahnya; dan

d. mengembangkan sistem komunikasi, informasi, dan edukasi dalam rangka pencegahan pornografi di wilayahnya.

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dapat dilakukaan dengan cara:

a. melaporkan pelanggaran Undang-Undang ini; b. melakukan gugatan perwakilan ke pengadilan;

c. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur pornografi;dan

d. melakukan pembinaan kepada masyarakat terhadap bahaya dan dampak pornografi.

Adanya undang-undang anti pornografi sebagai payung hukum dalam menutup situs porno, majalah porno, dan tayangan yang berbau porno tidak serta-merta membuat kita bebas dari masalah pornografi. Faktanya penyebaran dan perkembangan pornografi bagai jamur di musim hujan yang pada waktu terjadi sebuah masalah dan pemerintah mulai ramai membicarakan pencegahan dan penanganannnya, berbagai hal tentang pornografi seolah hilang dan tiba-tiba muncul kembali dengan jumlah yang lebih banyak ketika masalah tersebut sudah tidak lagi menjadi topik pembicaraan dalam masyarakat. Masalah pornografi tidak


(32)

hanya menjangkit masyarakat umum, namun juga pejabat publik yang seharusnya menjadi contoh dalam mencegah pornografi tetapi mereka sendiri yang terkena kasus asusila. Hal tersebut membangkitkan keprihatinan presiden terhadap moral pejabat publik, yang kemudian presiden dengan disetujui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengasahkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi.

Pengesahan keputusan presiden tersebut merupan bentuk pelaksanaan dari pasal 42 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008, agar kordonasi antara lembaga pemerintah dalam menanggulangi penyebaran pornografi di Indonesia. Bersamaan dengan disahkanya peraturan presiden itu juga dibentuk Tim Anti Pornografi yang susunan organisasinya dijelaskan dalam BAB III Pasal 5 sebagai berikut

a. Ketua : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; b. Ketua Harian: Menteri Agama.

Anggota Gugus Tugas terdiri atas :

a. Menteri Komunikasi dan Informatika;

b. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; c. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

d. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; e. Menteri Dalam Negeri;

f. Menteri Perindustrian; g. Menteri Perdagangan;


(33)

i. Menteri Kesehatan; j. Menteri Sosial;

k. Menteri Pemuda dan Olahraga;

l. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; m.Jaksa Agung Republik Indonesia;

n. Ketua Komisi Penyiaran Indonesia; dan o. Ketua Lembaga Sensor Film.

Mengatasi penyebaran pornografi di tingkat daerah berdasarkan peraturan presiden tim Anti Pornografi dapat di bentuk di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibawah Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengaturan mengenai tugas, susunan organisasi, keanggotaan, dan tata kerja Gugus Tugas Provinsi dan Gugus Tugas Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini sebagaimana seperti yang di jelaskan dalam pasal 9. Dan untuk membantu kelancaran kelancaran pelaksanaan tugas, Gugus Tugas dibantu oleh Sekretariat. Sekretariat dijabat oleh pejabat eselon II di lingkungan

Kementerian Agama.

Dan untuk memperkuat pencegahan penyebaran pornografi yang termasuk cyber crime pemerintah juga dapat menggunakan Undang-Undang ITE untuk menjerat penyebar situs porno di media online. Menyadari adanya potensi penyebaran pornografi melalui media informasi dan elektronik serta melihat dari kemajuan teknologi informasi dalam era ini telah merubah tatanan kehidupan masyarakat


(34)

yang mengarah dan bertumpu pada pemanfaatan teknologi informasi. Didasari kecenderungan akan timbulnya dampak negatif dan dampak yang lebih luas yang dapat merugikan pihak pengguna teknologi informasi dalam melakukan transaksi bisnis, komunikasi dan lain sebagainya, maka diperlukan suatu peraturan sebagai pedoman dalam melakukan transaksi elektronik dan untuk menjamin kepastian hukumnya. Disahkannya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elekronik (UU ITE) oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada 25 Maret 2008 menjadi bukti bahwa Indonesia tidak lagi ketinggalan dari negara lain dalam menjamin kepastian hukum di bidang hukum duni maya(cyberspace law).

Undang-undang ini memiliki muatan dan cakupan yang luas dalam membahas pengaturan di dunia maya. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ini mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronik ini juga diatur berbagai ancaman hukuman bagi kejahatan yang dilakukan melalui internet.

Kehadiran UU ITE tidak diharapkan bisa menekan tingkat kejahatan cyber crime

(dunia maya) di Indonesia termasuk penyebaran pornografi di internet. Seperti yang diungkapkan Tuarita dosen Sosiologi universitas Diponegoro pornografi menjadi permasalahan, karena pada dasarnya merupakan sebuah bentuk kejahatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan berpotensi menimbulkan masalah-masalah sosial (Kesumastuti 2010:123). Rencana pemerintah menutup akses situs porno di jaringan internet nasional, dalam implementasinya akan banyak menemui


(35)

tantangan. Fenomena situs porno dan software penangkalnya mirip dengan virus dan antivirus komputer. Software penangkal akses situs porno di internet bisa jadi sangat sering di-update, namun begitu juga dengan situs porno yang juga juga mengalami update oleh pembuatnya, sehingga bisa saja lolos dari penyaringan yang dilakukan pemerintah dan bebas berkembang di internet. Banyak cara untuk bisa menembus dan mengakses situs tersebut seperti halnya untuk mengakses situs-situs umum lainnya. Sebagi contoh Negara China, pemerintah di sana telah berusaha keras memblokir masuknya situs porno, namun tetap saja tidak bisa 100% mereka bisa mencegah penyebaran pornografi di masyarakat (http://news.okezone.com/read/2008/03/28/1/95319/pencekalan-askes-situs-porno-banyak-tantangan, diakses Senin 19 November 2012, 12:00).

D.Remaja Sebagai Penikmat Pornografi

Remaja merupakan kata yang diberikan untuk anak-anak yang berada pada masa dimana seorang anak memasuki masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Sebutan tersebut biasanya diberikan kepada seseorang antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 22 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih. 2004 : 45). Menurut Hurlock masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik (Hurlock 1999 : 206). Masa remaja digolongkan menjadi 3 tahap yaitu:


(36)

1. Masa pra remaja: 12 – 14 tahun, yaitu periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang sesungguhnya tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologi yang berhubungan dengan pemasakan beberapa kelenjar endokrin.

2. Masa remaja awal: 14 – 17 tahun, yaitu periode dalam rentang perkembangan dimana terjadi kematangan alat -alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.

3. Masa remaja akhir: 17 – 21 tahun, yaitu periode seseorang tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Ciri-ciri remaja menurut Horlock yaitu:

1. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.

2. Seksual mengalami perkembangan yang kadang -kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri dan kriminalitas dan lain sebagainya.

3. Cara berpikir causatif yaitu jika seorang remaja dilarang orang tuanya agar tidak boleh melakukan sesuatu hal merekan akan cenderung bertanya mengapa tidak diperbolehkan untuk melakukanya.

4. Emosi yang meluap-luap karena emosi remaja masih labil yang erat hubungannya dengan perkembangan hormon.


(37)

6. Mulai mencari perhatian lingkungannya, serta berusaha mendapatkan status dan peran seperti melalui kegiatan remaja di lingkungan sosialnya

7. Remaja dalam kehidupan sosialnya tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor satukan (Hurlock 1999 : 206-207).

Dari definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulakn definisi remaja yaitu individu yang berada dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana pada masa ini individu mengalami kematangan kematangan mental, emosional, sosial dan fisik yang terjadi pada usia antara 11 hingga 22 tahun.

Kecendrungan remaja saat ini dalam mengikuti tren yang sedang populer menjadikan remaja mulai tergantung pada internet untuk mengetahui tren yang

hits saat ini. Internet merupakan media paling efektif dan efesien untuk menemukan beragam informasi dari manca negara, oleh karena itu remaja lebih suka menggunakan internet untuk menggali informasi yang mereka butuhkan. Rasa ingin tahu dan ingin mencoba para remaja ini yang menjadikan pornografi lebih banyak dinikmati oleh para remaja. Banyaknya situs-situs porno dalam internet juga menjadikan pornografi lebih cepat ditemukan dalam internet dari pada menemukan informasi yang berbau pendidikan, dalam seminggu ada lebih 4000 situs porno dibuat (Kusumastuti, 2010:105).

Sesuatu yang paling menakutkan adalah apabila para remaja menjadi kecanduan terhadap pornografi, karena seringnya mengakses pornografi dalam internet. Konsumen pornografi cenderung mengalami efek kecanduaan, dimana apabila


(38)

seseorang menyukai pornografi, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk terus mencari dan memperoleh materi pornografi. Bahkan pecandu pornografi cenderung akan mengalami proses peningkatan kebutuhan, yang akhirnya memicu sek bebas (free sex) di kalangan remaja (Kusumastuti, 2010:110). Untuk mencegah hal tersebut peran orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan untuk membimbing perkembangan anaknya agar tidak berkembang ke arah yang negatif selain itu orang tua juga harus tahu dengan siapa saja anak-anak mereka bergaul karena lingkungan bermain salah satu aspek yang cukup berpengaruh dalam mmembangun kepribadian dan juga perilaku anak.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus yaitu suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Koestoro dan Basrowi, 2006: 96). Studi kasus dapat menjadi berbeda dari bentuk-bentuk penelitian kualitatif lain oleh fakta bahwa studi ini berfokus pada satu “unit tunggal” atau “suatu sistem terbatas”.

Umumnya, studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi. “Kasusnya” dapat berupa organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kolompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye (Moleong, 2004:5). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus karena berusaha untuk menemukan jawaban tentang problematika penanggulangan persebaran pornografi melalui media online di kota Bandar Lampung, yang sepertinya terdapat masalah yang menjadi kendala bagi pemerintahan kota Bandar Lampung dan pihak-pihak terkait yang turut bertanggung jawab dalam mencegah persebaran pornografi di


(40)

internet di kota Bandar Lampung, sehingga persebarannya dalam masyarakat dapat terkendali.

B.Fokus Penelitian

Hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif adalah masalah dan fokus penelitian. Fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan batasan ini peneliti akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian (Moleong, 2004:97). Karena itu fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan masalah penelitian pada pemerintahan kota Bandar Lampung dan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab dalam mencegah penyebaran pornografi, untuk menemukan masalah yang menjadi kendala dalam menanggulangi penyebaran pornografi di kalangan remja melalui media online di kota Bandar Lampung :

1. Faktor-faktor penyebab persebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online di kota Bandar Lampung yang dapat melalui warung internet, internet pribadi menggunakan laptop atau computer serta handphone.

2. Tindakan-tindakan yang telah dilakukan pemerintahan kota Bandar Lampung dalam menanggulangi penyebaran pornografi di kota Bandar Lampung.


(41)

3. Hambatan yang dihadapi oleh pemerintahan Kota Bandar Lampung dalam mencegah penyebaran pornografi melalui media online di Kota Bandar Lampung.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat (Moleong, 2004:128). Dalam penentuan lokasi penelitian, cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dengan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan. Selain di perlu pertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian seperti, keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya serta tenaga.

Mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian, maka lokasi penelitian dan unit analisis dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) yang akan dilakukan di Kota Bandar Lampung pada pemerintahan kota Bandar Lampung dan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab. Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kota Bandar Lampung merupakan pusat pemerintahan di Provinsi Lampung yang memiliki mobilitas tinggi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Gaya hidup, pergaulan remaja, dan kehidupan sosial ibu kota provinsi tentu memiliki kesamaan dengan kota besar di


(42)

Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan masih banyak lagi, yang cenderung mengikuti budaya barat seiring perkembangan zaman.

2. Kota Bandar Lampung yang memiliki banyak lembaga pendidikan terkemuka di Lampung dan menjadi tujuan pelajar untuk menuntut ilmu, membuka peluang usaha bagi pengusaha warung internet. Dan banyaknya warung internet di kota Bandar lampung menjadi penyumbang persebaran pornografi melalui internet di kota Bandar Lampung.

D.Sumber Data

Data merupakan bentuk tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan sehubungan dengan masalah. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang di dapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai acauan peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai dengan masalah dan fokus penelitian (Moleong, 2004:157).

Data penelitian terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui proses wawancara dengan beberapa informan yang terkait dalam lingkup penelitian.


(43)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan peneliti terdahulu. Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan (Koestoro dan Basrowi, 2006:142). Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu :

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab seraya bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah aktor-aktor yang terlibat dalam penangulangan persebaran pornografi melalui media


(44)

a. Kepala Bidang Pengembangan Komunikasi dan Informatika Di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandarlampung bapak Seno Kuncoro S.Sos.

b. Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan Badan Kordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung ibu Ruth Dora S.Sos.

c. Andi Septiawan pelajar SMA Perintis 2.

d. Hari Natal Arumsasi mahasiswa Teknokrat jurusan Teknologi Informatika

e. Yayan Muhayat mahasiswa Teknokrat jurusan Teknologi Informatika. f. Budi penjaga warung internet FAJAR di Palapa Bandar Lampung g. Dino penjaga warung internet TEXAS di Kemiling Bandar Lampung 2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Koestoro dan Basrowi, 2006:146). Instrumen atau alat pengumpulan datanya disebut angket yang berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Pembagian angket untuk memperoleh data diberikan kepada pelajar kelas 6 Sekolah Dasar Neger 5 Sumberejo Kemiling, Bandar Lampung dan Sekolah Dasar Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung, pelajar Sekola Menengah Pertama Negeri 28 Bandar Lampung, dan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Bandar Lampung.


(45)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial. Pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menulusuri data historis. Dokumen yang didapat peneliti dalam penelitian ini yaitu :

a. Data tindak kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dari Lembaga Advokasi Perempuan Damar tahun 2012.

b. Data pelanggaran hukum mengenai tindakan asusila tahun 2010 s/d 2012.

c. Foto ketika wawancara dan foto hasil observosi. 3. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Hal yang diamati peneliti dalam observasi yaitu para pengguna warung internet di beberapa tempat di Bandar lampung yang telah ditentukan sebelumnya, dimana dalam observasi peneliti melihat banyak pelejar dan mahasiswa yang menjadi pengguna dan ada beberapa pelajar yang datang berpasangan (laki-laki dan perempuan).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa


(46)

yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moloeng, 2004:248). Menurut Miles dan Huberman bahwa aktifitas dalam analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Ini dapat dijelaskan dalam gambar mengenai komponen-komponen analisis data model interaktif sebagai berikut ( Sugiono, 2012: 246).

Bagan 1

Komponen-komponen analisis data model interaktif

1. Reduksi data (Data Reduction). Yaitu suatu proses merangkum, pemilihan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisa melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut.

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi

data Penarikan


(47)

Tabel 2.

Tahapan Reduksi Data

Fokus Penelitian Hasil

Wawancara Hasil Reduksi Data Hambatan yang dihadapi oleh pemerintahan Kota Bandar Lampung dalam mencegah penyebaran pornografi melalui media online di Kota

Bandar Lampung

“sajauh ini belum pernah ada kordinasi

atau terjalin kordinasi dengan dinas lain seperti dinas sosial dan

BKKBN untuk mencegah pornografi

mungkin karena kita masih baru berdiri sehingga belum ada program kearah hal

tersebut”( hasil wawancara, 10 Januari 2013)

“kurangnya atau bahkan tidak adanya kordinasi antar dinas terkait menjadi kendala

dalam menanggulangi

penyebaran pornografi di kota Bandar Lampung” (hasil wawancara, 10 Januari 2013)

Sumber : Reduksi peneliti

2. Penyajian data (Data Display). Yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara, melampirkan foto-foto hasil observasi sebagai bukti dari hasil temuan di lokasi penelitian, tabel data mengenai kasus asusila yang terjadi di kota Bandara Lampung selama tahun 2012, serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data;

3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi (Conclusoin drawing/verification). Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama pengumpulan data yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif.


(48)

G.Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2012: 268). Ada empat kriteria yang diguanakan untuk memeriksa keabsahan data yaitu :

1. Derajat keterpercayaan (credibility)

Konsep ini menggantikan validitas internal. Suatu riset akan kredibel jika orang-orang yang terlibat mengakui kebenaran temuan-temuan riset dalam konteks sosialnya sendiri. Uji kredibilitas dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan waktu pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberchek. Dalam uji kredibilias peneliti melakukan triangulasi data dan perpanjangan waktu penelitian.

a. Triangulasi

Triangulasi bertujuan untuk mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yangberlainan, dan dengan metode yang berlainan. Ada tiga pola triangulasi , yaitu triangulasi sumber data , triangulasi teoritis, dan triangulasi teknik atau metode. Triangulasi yang akan dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data bertujuan


(49)

untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.


(50)

Tabel 3

Proses Triangulasi Data

Data Toori Wawancara Observasi Kesimpulan

Penyebaran pornografi dikalangan remaja di kota Bandar Lampung Menurut Hurlock masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik (Hurlock 1999 : 206). Mahasiswa Yayan Muhayat “teman saya sepertinya punya video porno yang disimpan

di laptop atau komputer mereka, jika membicarakan masalah video porno seperti itu

kita sudah biasa tidak malu lagi

untuk mengakuinya,

malah setiap buka laptop, sering tanya ada

yang baru tidak ?, kan temen saya ada yang sering cari video

porno di internet.” Warung internet Texas, Kemiling Bandar Lampung Pengunjung warnet yang terdiri dari pelajar SMP, SMA, dan Mahasiswa ketika online

pasti sempat membuka situs porno Cepatnya penyebaran pornografi di kalangan remaja melelui media

online di kota Bandar Lampung yang cukup menghawatirkan dan perlu penanganan yang serius dari pemerintah disebabkan dalam usia remaja individu cenderung

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan tertarik

untuk mencoba hal-hal baru yang

belum pernah dicobanya. Oleh

karena itu perlu peran pemerintah

dan pihak terkait agar remaj tidak terjerembab dalam berbagai hal negatif seperti pornografi. Pelajar Andi Septiawan “sepertinya kalau untuk video porno mayoritas teman saya memilikinya di handphone mereka bahkan ada juga cewek-cewek yang menyimpan video

porno”


(51)

b. Perpanjangan waktu penelitian

Perpanjangan waktu penelitian dilakukan peneliti untuk meningkatkan kredibilitas data karena data yang didapat sebelumnya dianggap masih kurang, sehingga peneliti perlu melakukan observasi di salah satu warung internet kembali dan wawancara lagi terhadap informan sebelumnya dan perpanjangan waktu yang dibutuhkan peneliti kurang lebih dua bulan.

2. Keteralihan (transferability)

Konsep ini menggantikan validitas eksternal dimana dalam konteks ini, penulis berperan untuk membantu pembaca memindahkan pengetahuan khusus yang diperoleh dari temuan-temuan sebuah riset pada latar/situasi lain. Proses transferability yang dilakukan peneliti meliputi :

1. Penyusunan proposal, tapatnya ketika penulis menguraikan karakteristik situasi yang menjadi pusat perhatian, gambaran lokasi, serta menunjukkan bagaimana sampel akan dipilih.

2. Melakukan riset untuk mengungkap masalah yang diteliti.

3. Melakukan pengkajian hasil riset untuk menemukan jawaban dari masalah penelitian dan menentukan kesimpulan hasil penelitian.

3. Tingkat ketergantungan (dependability)

Kredibilitas dan tingkat ketergantungan berhubungan erat. Kriteria tingkat ketergantungan menggantikan gagasan tentang reliabilitas. Agar temuan riset dapat dikaitkan (dengan yang lain), maka temuan tersebut harus konsisten dan akurat. Konteks riset juga harus diuraikan secara detail. Salah satu cara


(52)

untuk memenuhi kriteria dependability adalah dengan menunjukkan audit keseluruhan proses aktifitas penelitian. Tahapan yang dilakukan peneliti dalam proses audit yaitu :

1. Tahap awal mengadakan pertemuan antara auditor (dosen pembimbing) dengan auditi (peneliti) untuk menemukan kesepakatan apakah penelitian diteruskan,diteruskan dengan perubahan atau dihentikan. Berdasarkan hasil kesepakatan setelah melakukan pertemuan antara auditor dan auditi penelitian ini diteruskan dan proses auditing diadakan selama proses studi.

2. Tahap selanjutnya setelah ditemukan kesepakatan bahwa penelitian diteruskan peneliti bertugas menyediakan data yang diperlukan dalam penelitian yang kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk tulisan agar pembaca mudah memehami. Auditor bertugas mempelajari hasil bahasan peneliti dan meminta penjelasan seperlunya dari peneliti.

3. Menguji keabsahan data menggunakan metode yang sesuai dengan jenis penelitian.

4. Dapat di konfirmasikan (confirmability)

Confirmability merupakan teknik keabsahan data untuk membuktikan

apakah hasil penelitian dapat diuji kepastianya. Teknik confirmability sekilas mirip dengan teknik dependability karena ini merupakan tahap ahir dari proses auditing. Tahap ini mengaudit kepastian hasil penelitian apakah hasil tersebut benar-benar berasal dari data. Untuk mengkonfirmasi hasil


(53)

penelitian diperlukan auditor dengan menelusuri dari mana data tersebut berasal melalui catatan hasil wawancara, dokumentasi, dan fakta yang ada.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

a. Penyebaran pornografi di kota Bandar Lampung di kalangan remaja melalui media online, berawal dari beberapa remaja yang sengaja mendwoanload video porno dari warung internet atau handphone. Kemudian menyebar dikalangan remaja dengan cara bertukar video antar teman saat mereka berkumpul.

b. Belum ada upaya dari pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menanggulangi penyebaran pornografi di kalangan remaja terutama penyebaran melalui media online. Karena hingga saat ini belum ada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Bandar Lampung untuk menagatasi masalah penyebaran pornografi.

c. Belum adanya kebijakan membuat penanggulangan pornografi nenemui beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat bagi pemerintah kota Bandar Lampung untuk menanggulangi penyebaran pornografi, yang terdiri dari :


(55)

a. Belum ada peraturan daerah sebagai dasar tindakan pencegahan dan acuan untuk mencegah penyebaran pornografi.

b. Belum terjalin kordinasi antar dinas-dinas yang bertanggungjawab menaggulangi penyebaran pornografi. c. Belum ada program penyuluhan mengenai bahaya

pornografi dari pemerintah kepada masyarakat karena belum ada kebijakan dan dana untuk membiayai program tersebut. d. Sulitnya mengontrol penyebaran pornografi melalui media

online melalui barang elektronik milik pribadi yang dapat langsung terkoneksi dengan internet seperti handpone dan laptop atau komputer.

2) Faktor eksternal

a. Banyak warung internet di kota Bandar Lampung yang menempel menghimbauan bagi para penggunanya untuk tidak mengakses situs porno karena berbagai alasan diantaranya takut kehilangan pelanggan warung internet. b. Pergaulan antar remaja yang mulai terbiasa dengan hal yang

berbau porno dan mulai menganggap tayangan porno wajar ditonton. Sekarang ini bagi para remaja melihat video porno adalah hal biasa dan mereka juga tidak merasa malu untuk saling berbagi video porno antar teman melalui handphone

atau laptop bahkan download langsung dari berbagai situs di internet.


(56)

c. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka mengenai pengaruh penyebaran pornografi untuk anak mereka, hal ini terjadi karena sosialisasi pada orang tua mengenai bahaya pornografi bagi remaja belum dilakukan oleh pemerintah.

B.Saran

Berdasarkan dari kesimpulan maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

a. Untuk mengatasi maslah penyebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online pemerintah harus segera menyusun pembentukan tim anti pornografi dan mengkordinasikan dinas-dinas terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulangi penyebaran pornografi. Setidaknya pemerintah harus membuat program khusus untuk mensosialisasikan bahaya pornografi setiap tahunnya, terutama dalam program yang oleh BKKB dan Pemberdayaan Perempuan sebagi pihak yang turut bertanggung jawab dalam memberdayakan perempuan dan anak. Karena dalam pornografi perempuan dan anak termasuk sering dijadikan objeknya dan untuk anak termasuk remaja dengan adanya sosialisasi dapat dijadikan pegangan bahwa pornografi berbahaya bagi perkembangan pisikologis mereka.

b. Untuk meminimalisir hambatan penanggulangan penyebaran pornografi pemerintah harus sigap merespon masalah pornografi tersebut dengan melakukan berbagai terobosan antara lain :

1) Memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada para orang tua mengenai yang memiliki anak usia sekolah khususnya, untuk


(57)

tidak memanjakan anak mereka dengan memberikan berbagai fasilitas elektronik yang dirasa belum sesuai mereka gunakan. Dan jika meraka menganggap memberikan handphone penting untuk anak mereka, para orang tua diharapkan mampu mengawasi perkembangan anak-anak mereka.

2) Pemerintah harus lebih sering melakukan investigasi mendadak keberbagai warung internet di kota Bandar Lampung untuk menekan penyebaran pornografi melaui warnet dan memberikan peringatan keras atau sangsi bagi pengusaha warung internet yang tidak mem-blacklist situs-situs porno di warung internet mereka.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ensklopedia Nasional Indonesia. 1990. JILID 13 PER PY. Cipta Adi Perkasa: Jakarta

Hurlock, ElizabethB. 1999. Perkembangan dan Pertumbuhan Anak. Erlangga: Jakarta

Jumiran. 2005. Modul Pembelajaran Internet. Dinas Pendidikan: Tanggamus Kusumastuti, Frida. 2010. Media dengarkan Aku. Mata Padi Pressindo: Malang Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian dan Pendidikan. Yayasan

Kampusina: Surabaya

Lesmana, Tjipta. 1995. Pornografi dalam Media Massa. Puspa Swara: Jakarta Nurudin. 2007. Pengantar Komunoikasi Massa. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Maleong, I.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya:

Bandung

McQuial, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Erlangga: Jakarta Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta

PER PY. 1990. Ensklopedia Nasional Indonesia. Cipta Adi Perkasa: Jakarta Soekanto, Soejono. 2007. Sosiologi. Rajawali Pers: Jakarta

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Erlangga: Jakarta

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Alfabetha: Bandung


(59)

Vivian. 2007. Teori Komunikasi Massa. Wahyu. Erlangga: Jakarta

William, Brian. K dan Stacey C. Sawyer. 2007. Using Information Technology

(Pengenalan Praktis Dunia Komputer dan Komunikasi). ANDI: Yogyakarta.

Sumber hukum:

Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Sumber Lain :

Radar Lampung Sabtu, 12 February 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampung diakses Senin, 1 April 2013 pukul 12:45 WIB

http//litbang-sulsel.go.id/mediap-penyebar-pornografi, diakses Minggu 16 September 2012, 09 : 15 WIB

http://news.okezone.com/read/2008/03/28/1/95319/pencekalan-askes-situs-porno-banyak-tantangan diakses Senin 19 November 2012pukul12:00 WIB

http://news.okezone.com/read/2008/03/27/1/95013/uu-ite-diharapkan-perkuat-uu-hpornografi, diakses senin 19 November 2012, 12:10

http://portal.paseban.com/article/8911/pengertian-sistem-operasi-smartphone-populerdiakses Senin, 15 7:30 WIB

http://terasmedan.com/sidang-kasus-asusila-andhika-digelar-terbuka diakses selasa 11 Juni 2013 pukul 15:10 WIB

http://radarlampung.co.id/read/berita-utama/21751-maraknya-peredaran-video-porno-di-bandarlampung diakses senin 19 November 2012, 12:10 WIB http//radarsolo.com/Ari-Perdana/situs-porno-diindonesia, diakses Minggu, 22

April 2012, 16:18 WIB

http://rakyatlampung.co.id/new/berita-utama/berita-lainnya/3304-24-mahasiswi-dicabul-beruntun.html diakses Senin 19 November 2012, 12:00 WIB


(60)

http://ridwanaz.com/teknologi/handphone/pengertian-blackberry-smartphone-blackberry//diakses Senin, 15

http//VIVAnews/Muhammad Firman/Ilustrasi-situs-pornografi-diInternet, diakses Senin 9 April 2012 13:15 WIB

http//Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, diakses Senin, 9 April 2012 13:15 WIB

http//Wikipedia/sejarah pornografi, diakses Senin, 9 April 2012 13:15 WIB

http://www.bandarlampunkota.go.id diakses Senin, 1 April 2013 pukul 12:45 WIB http//Smartphone Adalah - Definisi Lengkap Versi Pakar Teknologi dan

Tekonke.htm diakses Jumat,

http://komnasPA.co/pornogarfi-dikalanganremaja-memprihatinkan, diakses Senin 19 November 2013, 12:40


(1)

78

a. Belum ada peraturan daerah sebagai dasar tindakan pencegahan dan acuan untuk mencegah penyebaran pornografi.

b. Belum terjalin kordinasi antar dinas-dinas yang bertanggungjawab menaggulangi penyebaran pornografi. c. Belum ada program penyuluhan mengenai bahaya

pornografi dari pemerintah kepada masyarakat karena belum ada kebijakan dan dana untuk membiayai program tersebut. d. Sulitnya mengontrol penyebaran pornografi melalui media

online melalui barang elektronik milik pribadi yang dapat

langsung terkoneksi dengan internet seperti handpone dan laptop atau komputer.

2) Faktor eksternal

a. Banyak warung internet di kota Bandar Lampung yang menempel menghimbauan bagi para penggunanya untuk tidak mengakses situs porno karena berbagai alasan diantaranya takut kehilangan pelanggan warung internet. b. Pergaulan antar remaja yang mulai terbiasa dengan hal yang

berbau porno dan mulai menganggap tayangan porno wajar ditonton. Sekarang ini bagi para remaja melihat video porno adalah hal biasa dan mereka juga tidak merasa malu untuk saling berbagi video porno antar teman melalui handphone atau laptop bahkan download langsung dari berbagai situs di internet.


(2)

79

c. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka mengenai pengaruh penyebaran pornografi untuk anak mereka, hal ini terjadi karena sosialisasi pada orang tua mengenai bahaya pornografi bagi remaja belum dilakukan oleh pemerintah.

B.Saran

Berdasarkan dari kesimpulan maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

a. Untuk mengatasi maslah penyebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online pemerintah harus segera menyusun pembentukan tim anti pornografi dan mengkordinasikan dinas-dinas terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulangi penyebaran pornografi. Setidaknya pemerintah harus membuat program khusus untuk mensosialisasikan bahaya pornografi setiap tahunnya, terutama dalam program yang oleh BKKB dan Pemberdayaan Perempuan sebagi pihak yang turut bertanggung jawab dalam memberdayakan perempuan dan anak. Karena dalam pornografi perempuan dan anak termasuk sering dijadikan objeknya dan untuk anak termasuk remaja dengan adanya sosialisasi dapat dijadikan pegangan bahwa pornografi berbahaya bagi perkembangan pisikologis mereka.

b. Untuk meminimalisir hambatan penanggulangan penyebaran pornografi pemerintah harus sigap merespon masalah pornografi tersebut dengan melakukan berbagai terobosan antara lain :

1) Memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada para orang tua mengenai yang memiliki anak usia sekolah khususnya, untuk


(3)

80

tidak memanjakan anak mereka dengan memberikan berbagai fasilitas elektronik yang dirasa belum sesuai mereka gunakan. Dan jika meraka menganggap memberikan handphone penting untuk anak mereka, para orang tua diharapkan mampu mengawasi perkembangan anak-anak mereka.

2) Pemerintah harus lebih sering melakukan investigasi mendadak keberbagai warung internet di kota Bandar Lampung untuk menekan penyebaran pornografi melaui warnet dan memberikan peringatan keras atau sangsi bagi pengusaha warung internet yang tidak mem-blacklist situs-situs porno di warung internet mereka.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ensklopedia Nasional Indonesia. 1990. JILID 13 PER PY. Cipta Adi Perkasa: Jakarta

Hurlock, ElizabethB. 1999. Perkembangan dan Pertumbuhan Anak. Erlangga: Jakarta

Jumiran. 2005. Modul Pembelajaran Internet. Dinas Pendidikan: Tanggamus Kusumastuti, Frida. 2010. Media dengarkan Aku. Mata Padi Pressindo: Malang Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian dan Pendidikan. Yayasan

Kampusina: Surabaya

Lesmana, Tjipta. 1995. Pornografi dalam Media Massa. Puspa Swara: Jakarta Nurudin. 2007. Pengantar Komunoikasi Massa. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Maleong, I.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya:

Bandung

McQuial, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Erlangga: Jakarta Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta

PER PY. 1990. Ensklopedia Nasional Indonesia. Cipta Adi Perkasa: Jakarta Soekanto, Soejono. 2007. Sosiologi. Rajawali Pers: Jakarta

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Erlangga: Jakarta

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Alfabetha: Bandung


(5)

Sutanta, Edhy. 2005. Pengantar Teknologi Informatika. Graha Ilmu: Jogjakarta Vivian. 2007. Teori Komunikasi Massa. Wahyu. Erlangga: Jakarta

William, Brian. K dan Stacey C. Sawyer. 2007. Using Information Technology

(Pengenalan Praktis Dunia Komputer dan Komunikasi). ANDI: Yogyakarta.

Sumber hukum:

Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Sumber Lain :

Radar Lampung Sabtu, 12 February 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampung diakses Senin, 1 April 2013 pukul 12:45 WIB

http//litbang-sulsel.go.id/mediap-penyebar-pornografi, diakses Minggu 16 September 2012, 09 : 15 WIB

http://news.okezone.com/read/2008/03/28/1/95319/pencekalan-askes-situs-porno-banyak-tantangan diakses Senin 19 November 2012 pukul 12:00 WIB

http://news.okezone.com/read/2008/03/27/1/95013/uu-ite-diharapkan-perkuat-uu-hpornografi, diakses senin 19 November 2012, 12:10

http://portal.paseban.com/article/8911/pengertian-sistem-operasi-smartphone-populerdiakses Senin, 15 7:30 WIB

http://terasmedan.com/sidang-kasus-asusila-andhika-digelar-terbuka diakses selasa 11 Juni 2013 pukul 15:10 WIB

http://radarlampung.co.id/read/berita-utama/21751-maraknya-peredaran-video-porno-di-bandarlampung diakses senin 19 November 2012, 12:10 WIB http//radarsolo.com/Ari-Perdana/situs-porno-diindonesia, diakses Minggu, 22

April 2012, 16:18 WIB

http://rakyatlampung.co.id/new/berita-utama/berita-lainnya/3304-24-mahasiswi-dicabul-beruntun.html diakses Senin 19 November 2012, 12:00 WIB


(6)

http//republika.co.id.jakarta/satgas-antipornografi, diakses Senin 14 Mei 2012, 15:30 WIB

http://ridwanaz.com/teknologi/handphone/pengertian-blackberry-smartphone-blackberry//diakses Senin, 15

http//VIVAnews/Muhammad Firman/Ilustrasi-situs-pornografi-diInternet, diakses Senin 9 April 2012 13:15 WIB

http//Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, diakses Senin, 9 April 2012 13:15 WIB

http//Wikipedia/sejarah pornografi, diakses Senin, 9 April 2012 13:15 WIB

http://www.bandarlampunkota.go.id diakses Senin, 1 April 2013 pukul 12:45 WIB http//Smartphone Adalah - Definisi Lengkap Versi Pakar Teknologi dan

Tekonke.htm diakses Jumat,

http://komnasPA.co/pornogarfi-dikalanganremaja-memprihatinkan, diakses Senin 19 November 2013, 12:40