UPAYA PENANGGULANGAN TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR (Studi Kasus Di Wilayah Kota Bandar Lampung)

  

UPAYA PENANGGULANGAN TERJADINYA

TAWURAN ANTAR PELAJAR

(Studi Kasus Di Wilayah Kota Bandar Lampung)

(Jurnal)

  Oleh

WAHYU NOVARIANTO

  

1212011381

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

  

ABSTRAK

UPAYA PENANGGULANGAN

TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR

(Studi Kasus Daerah Kota Bandar Lampung)

Oleh:

  

Wahyu Novarianto, Eko Raharjo, Rini Fathonah

  Email: Wahyu.novarianto2012@gmail.com Tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang sedang belajar. Pelaku tawuran antar pelajar kebanyakan dilakukan oleh anak-anak. Data dari website pemerintah yaitu dari tahun 2014-2016 menunjukan bahwa anak pelaku tawuran pada tahun 2014 sebanyak 46 kasus, dan pada tahun 2015 sebanyak 126 kasus serta tahun 2016 sebanyak 41 kasus. Permasalahan yaitu: bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya tawuran antar pelajar dan apakah yang menjadi faktor penghambat dalam menanggulangi tawuran antar pelajar. metode Penelitian yang digunakan adalah Pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. sumber dan jenis data penelitian ini adalah data primer yaitu dari studi lapangan dengan wawancara dan data sekunder. hasil penelitian dan pembahasan maka upaya penanggulangan terjadinya tawuran antar pelajar dilakuakan dengan menggunakan sarana penal dan non penal. Penanggulangan sarana penal yaitu dengan menindak pelaku tawuran sesuai dengan perbuatan perbuatan yang dilakukan. upaya preventif yaitu tindakan tersebut berupa mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang rawan melakukan tawuran dan mendirikan pos keamanan siswa. upaya represif yaitu penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Saran penelitian ini adalah Pemerintah hendaknya berkoordinasi dan bekerja sama dengan dinas sosial, pihak sekolah, masyarakat dan aparat penegak hukum untuk menimimalisir terjadinya tawuran antar pelajar. kemudian aparat penegak hukum khususnya kepolisian dalam melakukan pencegahan tawuran antar pelajar lebih giat melakukan sosialisasi mencegah terjadinya tawuran dan pemerintah perlu merumuskan aturan mengenai tawuran antar pelajar supaya kedepanya aparat penegak hukum tidak melakukan tebang pilih dalam penanganan tawuran antar pelajar.

  Kata Kunci: Penanggulangan, tawuran, pelajar

  

ABSTRACT

THE EFFORTS TO OVERCOME THE OCCURRENCE OF BRAWL

AMONG STUDENTS

(Case Study of Bandar Lampung)

By:

  

Wahyu Novarianto, Eko Raharjo, Rini Fathonah

Email: Wahyu.novarianto2012@gmail.com

  

Student brawl is a fight made by a group of people who are studying. The brawl

among students is mostly done by children. Data from the government’s website,

from 2014-2016, showed that children on brawl in 2014 were 46 cases; in 2015

there were 126 cases, and 41 cases in 2016. The problems were: how the effort to

overcome the occurrence of brawl among students was and what the inhibiting

factor in tackling brawl between students was. The research methods used were

juridical normative and juridical empirical approaches. The source and type of

data in this research was primary data from field study with interview and

secondary data. The result of research and discussion about efforts to overcome the

occurrence of brawl among students was conducted by using penal and non penal

means. The tackling of penal means is to take action against the perpetrators of

brawl in accordance with the deeds done. The preventive efforts such as the act in

the form of counseling to schools prone to brawl and establish security posts

students. The repressive effort that is law enforcement done by law enforcement

apparatus. The suggestions of this research are the Government should coordinate

and cooperate with social office, school side, community and law enforcement

apparatus to minimize the occurrence of brawl among students. Then, law

enforcement officers especially the police in preventing brawl among students more

actively socialize to prevent the occurrence of brawl and the government needs to

formulate rules on brawl among students so that the law enforcement officers do

not do selective cutting in handling brawl among students.

  Keywords: overcome, brawls, students

  Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat diskriminasi dan rasialisme telah hilang dari muka bumi, namun demikian muncul diskriminasi dan rasialisme dalam bentuk baru atau rasisme modern. Demikian juga dengan keadaan di Indonesia, prasangka antar kelompok seringkali menimbulkan adanya konflik di tengah-tengah masyarakat. Konflik-konflik antar kelompok yang terjadi di Indonesia mulai dari skala kecil (tawuran antar pelajar atau mahasiswa) sampai dengan skala yang besar (konflik antar etnis/ras)

  1 .

  Pemahaman generasi penerus bangsa terutama siswa dalam memahami empat pilar kebangsaan sangatlah rendah. Namun akhir-akhir ini banyak pelajar yang terlibat tawuran dimana hal itu bertentangan dengan nilai – nilai 4 pilar kebangsaan namun tidak dipungkiri karena para para pelajar sedang menjajaki tahapan pencarian jati diri.

  Pencarian jati diri remaja ini sebenarnya juga bertujuan untuk mendapatkan pengakuan akan keberadaannya. Sebagaimana yang dikatakan Abraham Maslow dalam teori motivasinya menyebutkan bahwa salah satu motivasi tindakan manusia adalah untuk memperoleh pengakuan eksistensial dari sesamanya. Di sinilah titik penting yang sering terlepas dari kesadaran kritis orang dewasa dalam menyoroti fenomena remaja yang statusnya adalah sebagai pelajar.

  1 Fauzan Heru Santoso.,& Moh.Abdul Hakim.

  2012. “Deprivasi relatif dan prasangka antar kelompok”. Volume. 39, No. 1, hlm. 122.kelompok”. Volume. 39, No. 1, hlm. 122.

  pelajar merupakan salah satu perbuatan anak yang dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja atau juvenile deliquency yang dikemukakan oleh Alder. Tawuran pelajar menurut Kamus Besar Bahas Indonesia atau KBBI berasal dari kata“tawur” dan “pelajar”

I. PENDAHULUAN

  3 .

  Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran, terdapat faktor internal dan faktor eksternal,yaitu:

  4 1.

  Faktor internal Faktor internal mencangkup realisasi frustasi negatif, gangguan pengamatan dan tanggapan pada diri remaja, dan gagguan emosional/perasaan pada dir remaja.tawuran pada dasanya dapat terjadi karena tidak berhasilnya remaja untuk mengontril dirinya sendiri. gangguan pengamatan dan tanggapan pada diri remaja antara lain : berupa ilusi,halusinasi dan gambaran semu.

  2. Faktor ekternal Selain faktor didalam (internal) yang dapat menyebabkan tawuran juga ada beberapa faktor kaluan war, yaitu: keluarga, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan dan ligkungan sekitar. Keluarga memang peranan pentik dalam 3 Tawuran pelajar berasal dari kata “tawur”

  dan “pelajar”. Tawur adalah perkelahian beramai-ramai, perkelahian massal, perkelahian yang tiba-tiba terjadi antara kedua pihak yang berselisih. Kamus Besar Bahas Indonesia atau KBBI . 4 Nuri Aprilia & Herdina Indrijati .2014 .”Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Tawuran pada Remaja Laki- laki yang Pernah Terlibat Tawuran di SMK

2 Tawuran

  membentuk karakter anak dan watak anak. Kondisi keluarga sangat berdampak pada perkembangan seorang anak, apabila hubungan dalam kekeluargaan baik akan berdampak positif begitupun sebaliknya, jika hubungan dalam kekeluargaan buruk maka akan pula membawa dampak buruk terhadap perkembangan anak, misalnya rumah tangga yang berantakan akan menyebabkan anak mengalami ketidakpastian emosional, perlindungan dari orangua, penolakan orang tua dan pengaruh buruk orang tua

  Data website pemerintah yaitu dari tahun 2011-2016 menunjukan bahwa anak pelaku tawuran pada tahun 2011 sebanyak 64 kasus, pada 2012 sebanyak 82 kasus, untuk tahun 2013 sebanyak 71 kasus, Kemudian pada tahun 2014 sebanyak 46 kasus, dan pada tahun 2015 sebanyak 126 kasus serta ditahun 2016 sebanyak 41 kasus.

  buruk yang di timbulkan dari tawuran tidak hanya merugikan sendiri bagi pelaku ternyata tawuran dapat merugikan semua pihak , Dampak

  • – dampak negatif akibat tawuran diantaranya

  6

  : 1. kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran seperti luka- luka baik ringan maupun luka berat karena lemparan benda tumpul atau batu 5

  bankdata.kpai.go.id. diakses tanggal 04 April 2017 pada pukul 14.00 WIB. 6 Septian Bayu Rismanto, “Model Penyelesaian Tawuran Pelajar Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Degradasi

  dan adu fisik dengan tangan kosong,

  2. masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, contohnya rusaknya rumah warga akibat pel ajar yang tawuran melempari batu dan mengenai rumah warga.

  3. menggangu kenyamanan pengendara jalan, karena tawuran banyak terjadi di pusat kota dimana banyak aktivitas dari warga masyarakat.

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan yuridis empiris.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dan prosedur pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan.

  II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Upaya Penanggulangan Terjadinya Tawuran Antar Pelajar (Studi Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)

5 Data diatas adalah bukti dari efek

  Upaya penanggulangan kejahatan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu dengan jalur ” penal” (hukum pidana) dan lewat jalur ”non penal” (bukan atau diluar hukum pidana). Hal itu sependapat dengan barda nawawi arief yang mengemukakan bahwa suatu bentuk hubungan antara kebijakan hukum pidana(penal

  policy) dengan upaya penaggulangan

  kejahatan, harus dilakukan dengan menggunkan pendekatan integral dan

  penal. Kebijakan penanggulangan kejahatan atau polik kriminal dapat meliputi cakupan yang luas.

  barda nawawi arief ,bahwa kebijakan secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu; kebijakan pidana dengan menggunakan sarana hukum pidana (

  penal policy ) dan kebijakan pidana

  dengan menggunakan sarana diluar hukum pidana (nonpenal policy) Atas dasar sifat teori diatas, maka dapat diketahui hasil penelitian terkait terjadinya tawuran antar pelajar, kemudian hukum pidana yang ada dapat mengantisipasi kekosongan hukum agar dapat memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat.

  Penanggulangan tawuran antar pelajar dengan menggunakan hukum pidana(penal policy) yaitu dengan menerapkan hukuman pidana terhadap perbutan-perbuatan yang berkaitan dengan terjadinya tawuran antar pelajar sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya KUHP belum mengatur ketentuan secara spesifikasi mengenai kenakalan remaja yang berkaitan dengan tawuran antar pelajar, akan tetapi tidak berarti bahwa KUHP tidak dapat di pergunakan sama sekali dalam menghadapi tawuran yang dilakukan oleh pelajar. kebijakan penal menitik beratkan pada sifat represif (penumpasan atau pemberantasan) setelah suatu tindak pidana terjadi. 7 Nawawi Arief, Barda. 2002. Kebijakan

  Masalah dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana) adalah masalah penentuan perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

7 Pendapat

  a. Upaya represif

  Upaya repesif merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitik beratkan pada sifat penindasan,pemberantas, atau penumpasan setelah terjadinya kejahatan. Upaya penindasan diharapkan mampu memberikan efek jera terhadap pelaku tawuran agar tidak mengulangi perbuatanya. Tawuran pelajar merupakan perkelahian yang melibatkan beberapa siswa yang mana menggangu ketertiban umum bukan hanya itu selain menggangu ketertiban umum dapak dari tawuran juga merugikan bagi pelaku dan korbanya bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain. Penegak hukum dalam hal ini memiliki peran yang cukup signifikan dalam melaksanakan penegakan hukum. Tindakan represif yang dilakukan oleh penegak hukum pada dasarnya memberikan efek jera kepada para pelaku tawuran tujuan nya agar para pelaku tidak lagi melakukan aksi tawuran kembali. Adek Suci Pebrianto

1. Kebijakan Penanggulangan Tawuran Antar Pelajar Dengan Hukum Pidana (Penal Policy).

  8

  menyatakan bahwa dalam proses penegakan hukum dalm kasus tawuran ada beberapa hal yang harus dilihat karena tidak semua pelaku tawuran 8 Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes menadapatkan hukum kurungan penjara oleh karena itu ada klasifikasi Pasal yang di berikan bagi pelaku tawuran, diantaranya; pelajar Membawa senjata tajam saat tawuran, Pembunuhan saat terjadi tawuran, Pengeroyokan saat terjadi tawuran dan penganiayaan saat terjadi tawuran Dapat penulis jabarkan sebagai berikut ini: 1)

  Pelajar Membawa senjata tajam saat tawuran Pelajar yang tertangkap tangan membawa senjata tajam saat melakukan aksi tawuran akan dikenakan beberapa undang- undang yang berlaku sesuai kejahatannya apabila pelaku nya tertangka tangan melakukan aksi tawuran maka dikenakan Pasal 2 ayat (1) UU Drt. No. 12/1951 tentang senjata tajam.

  Penganiayaan saat terjadi tawuran

  menyatakan bahwa setelah pelaku dikenakan salah satu Pasal diatas maka sesuai dengan kesalahannya pelaku tawuran dijerat dengan Pasal tersebut namun karena pelakunya masih tergolong kategori anak maka udang-undang yang 10 Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial

  11

  Adek Suci Pebrianto

  Pasal 351 ayat (4) KUHP apabila saat melakukan tawuran pelakunya sampai melukai korbannya.

  Ketentuan Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dalam hal ini pelajar dapat dikenai

  Pasal 351 ayat (4) KUHP, penganiayaan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merusak kesehatan orang lain.

  menyatakan kebanyakan para pelaku tawuran awalnya hanya dianggap biasa saja namun bila sudah ada anggota kelompok pelajar yang terlibat tawuran terpisah dari kelompoknya maka disitulah pengeroyokan terjadi, dalam hal ini tidakan represif kepolisian yaitu menunggu laporan dari korban tawuran antar pelajar dan pihaknya akan menindak sesuai dalam Pasal 170 KUHP . 4)

  2) Pembunuhan saat terjadi tawuran

  10

  Pengeroyokan saat terjadi tawuran Tawuran biasanya dilakukan secara bersama-sama dimana 9 Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes pelaku melakukan peneroyokan akibat ada salah satu pelaku tawuran tidak sempat melarikan diri saat terjadinya tawuran disitu lah pengeroyokan terjadi, sependapat dengan hal itu Muzairin Daud

  tesebut sampai menghilangkan nyawa orang lain namun kebanyakan tindakan tawuran masih dalam batasan yangwajar, dalam kasus tawuran pelajar sampai melakukan tindakan yang diluar batas kewajaran karena ada unsur-unsur balas dendam dari pelaku tawuran tersebut.Pelaku pembunuhan di dalam KUHP dapat dijerat Pasal 338 KUHP. 3)

  extraordinary jika tawuran

  bisa termasuk kedalam kejahatan

  9

  Kasus tawuran yang terjadi saat ini menurut Adek Suci Pebrianto

  Kota Bandar Lampung, pada tanggal 13 oktober 2017 11 Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes dipakai adalah Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Sistem Peradilan Pidana Anak dimana hukuman yang dipakai adalah setengah dari hukuman orang dewasa. Bila anak yang melakukan tindakan tawuran mendapat hukuman kurang dari 7 tahun dan bukan merupakan pengulangan besar kemungkinan menerapkan upaya diversi yaitu penyelesaian perkara diluar persidangan.

  Penanggulangan pidana selain menggunakan sarana penal juga perlu menggunakan sarana non penal pendekatan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat dan sosial lainnya. Pengenaan sarana dengan nilai dapat dilakukan sebagai perwujudan dari reaksi masyarakat, yaitu dengan cara pendekatan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka mewujudkan sistem hukum yang baik, dan menumbuh kembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan terhadap tindak pidana.

  • – sekolah dan universitas untuk mengatasi tawuran antar pelajar, hal ini juga bagian dari upaya preventif yang dilakukan oleh pihak kepolian dimana uapaya preventif adalah suatu tindakan pencegahan agar tidak terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan, karena Tujuan Sosialisasi diadakan sosialisasi menurut Adek Suci Pebrianto
  • – Undang Nomor 02 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, polri mempunyai tugas dan wewenang sebagai dasar hukum dalam menjaankan fungsi polri ,menurut Pasal 13 Undang –Undang Nomor 2 Tahun 2002 yaitu :
  • 12 Henny Nuraeny. Tindak Pidana

      Perdagangan Orang: Kebijakan Hukum a.

      memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

      a.

      Upaya preventif (Pencegahan) Upaya preventif merupakan suatu usaha untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang sifatnya pencegahan terhadap berbagai penyimpangan dari ketentuan yang ada melalui impementasi peraturan perundang- undangan dan penyelenggaraan proses pemerintahan yanga baik. Bentuk kegiatan preventif dilakukan oleh polresta bandar lampung dalam mencegah terjadinya tawuran antar pelajar yaitu

    2. Kebijakan Penanggulangan Tawuran Antar Pelajar Dengan Sarana diluar Hukum Pidana (Non Penal).

      13

      : Pihak Polresta Bandar Lampung melakukan penyuluhan/sosialisasi baik di tingkat pedesaan, sekolah

    12 Berdasarkan Undang

      14

      : 1. Memberikan pemahaman kepada pelajar untuk dapat hidup bermasyarakat.

      2. Mengembangkan kemampuan pelajar dalam 13 Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes

      Bandar Lampung, pada tanggal 11 Oktober 2017. 14 Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes

    • – lembaga/pihak yang terkait diharapkan tawuran antar pelajar dapat diminimalisir.Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Nikmah Rosidah

      menyatakan bahwa terjaminnya hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif orang tua untuk membina hubungan

      menyatakan bahwa dalam hal ini karena system perundang- undangan di Indonesia sudah tidak efisien lagi,karena apabila belum ada suatu aturan yang mengatur kewenangan setiap lembaga maka lembaga tersebut tidak memiliki kewajiban, kasus tawuran ini melibatkan berbagai pihak namun dalam peraturan walikota. Dinas Sosial tidak memilki kewenangan dalam pencegahan walaupaun tawuran termasuk dalam kenakalan remaja, karenanya beberapa hal perlu untuk dibenahi seperti : a.

      17

      Faktor Perundang-undangan Undang-Undang menpunyai peran yang penting dalam penegakan hukum dan berlakunya kaedah hukum dimasyarakat ditinjau dari kaedah hukum itu sendiri. Muzairin Daud

      Pemasalahan ini dapat mendorong untuk mencari jawaban dan teori yang ada dalam penulisan skripsi ini adalah teori soerjono soekanto yang menjabarkan bahwa dalam penegakan hukum ada faktor- faktor yang mempengaruhi penegakan hukum : 1.

       Faktor–Faktor Pennghambat Penegahakan Hukum Pidana di Indonesia Dalam Menangani Tawuran Antar Pelajar (Studi Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)

      15 Hasil Wawancara Penulis di Fakultas Hukum UNILA, pada tanggal 10 November 2017. 16 Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial B.

      16

      menyatakan bahwa Sektor Pendidikanlah memiliki pengaruh yang besar terdahap penanggulangan tawuran antar pelajar sejatinya nilai- nilai kebaikan dan budi pengerti diterapkan disekolah. Muzairin Daud

      15

      Pihaknya juga melakukan koordinasi kepada para pihak yang terkait sehingga dengan adanya hubungan kerjasama kepada lembaga

      4. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada pelajar yang mempunyai rasa toleransi sehingga tawuran anter pelajar dapat terhindarkan.

      3. Mengembangkan fungsi- fungsi organik pelajar melalui introspeksi yang tepat agar tindakan – tindakan yang dapat merusak dapat dihindarkan.

      berkomunikasi secara efektif.

    • –hubungan yang serasi dan harmonis antara semua pihak dan keluarga.dari awal timbulnya masalah tidak akan menjadi masalah dan tidak akan menyebabkan penderitaan bila mana ditangani seawal mungkin.

      Tidak adanya Undang- Undang yang mengatur secara khusus tentang tawuran antar pelajar walaupun ada aturan yang 17 Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial bersifat umum yang mengaturnya.

      b.

      Belum adanya aturan yang secara komplek mengatur lembaga-lembaga yang berwenang untuk menangani tawuran antar pelajar. Adek Suci Pebrianto

      18

      menyatakan bahwa, dalam proses penjatuhan bagi pelaku tawuran yang melakukan tindak pidana digunakan KUHP dan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 yang mengatur tntang senjata tajam, Pasal 170 KUHP mengenai kekerasan dan Pasal 351 KUHP mengenai penganiayaan Kitab Undang-undang Hukum Pidana tidak mengenal pertanggungjawaban kolektif sanksi lebih tunjukan pada individu. Menjatuhkan sanksi pada kelompok secara merata hampir sangat tidak mungkin, melihat sifat kolektif tawuran yang begitu rumit dan khas perlu tindakan yang bersumber dari hukum pidana berupa sanksi yang adil dan efektif. Undang- undang sudah mengatur mengenai penyerahan dalam Pasal 55 dan 56 KUHP.

      Polisi merupakan penegak hukum dalam tahap dalam tahap awal memeliki banyak kekurangan seperti minimnya kapasitas dan kemampuan polisi terkait dengan pamahaman kasus tawuran dalam hal ini adalah tombak dari keberhasilan berlaku/berjalannya hukum 18 Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial dengan baik. Adek Suci

      Pebrianto

      19

      menyatakan bahwa faktor penghambat pada penegak hukum dalam menangani pelaku tawuran pelajar yaitu, Minimnya laporan masyarakat, Sulitnya mendapat bukti dan Minimnya sarana dan prasarana. M. Pajaitan

      20

      nambahkan bahwa faktor penghambat pada penegak hukum dalam menangani tawuran antar pelajar, yaitu Lingkungan Sekitar Sekolah, Kurang displinnya aturan di Sekolah dan Kinerja Guru Bimbingan Konseling 3. Faktor Sarana atau Fasilitas

      Sekolah merupakan salah satu yang berperan pentig dalam proses pembentukan karakter siswa-sisawanya karena. Sarana dan fasilitas yang memadai diperlukan demi mendukung proses tersebut. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tidak memadai sarana dan fasilitas juga turut mendukung terhambatnya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran, sehingga tidak menimbulkan efek jera pada pelaku. Menurut penulis, masih terbatsanya fasilitas keamanan menjadi salah satu mengapa tawuran terjadi contohnya yaitu pemasangan alat perekam (CCTV) 19 Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes

    2. Faktor Aparat penegak hukum

      Bandar Lampung,pada tanggal 11 Oktober 2017. 20 Hasil Wawancara Penulis di Sekolah SMK

      4. Faktor Masyarakat Tawuran umumnya dilakukan dilingkungan sekolah,tempat umum,dan pusat keramaian yang dampaknya menggangu aktifitas masyarakat sekitarnya, dalam hal ini masyarakat mempunyai peran yang besar dalam penegakan hukum pidana terhadap pelaku tawuran. Masyarakat dapat berperan aktif dalm mencegah terjadinya tawuran. Berdasarkan hal itu M. Panjaitan

      21

      berpendapat bahwa masyarakat, keluarga, pihak sekolah harus bekerja sama, dalam hal ini peran keluarga sebagai awal pelajar mendapatkan pendidikan, awal anak mendapatkan nilai-nilai kebaikan,norma kesopanan,dan kesusilaan.

      5. Faktor Kebudayaan Kebudayaan yang berkembang di Indonesia sangat beragam. Setiap daerah terdiri dari suku bangsa dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda dengan suku bangsa didaerah lain. Kemajemukan ini berpengaruh terhadap usaha penegakan hukum di indonesia. Ketentuan yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan dapat berlaku bagi suatu daerah tapi belum tentu bisa dilaksanakan di daerah lain.

      23

      menyatakan bahwa pelajar adalah 21 Hasil Wawancara Penulis di Sekolah SMK

      2 MEI Bandar Lampung, pada tanggal 13 oktober 2017 22 Soerjono Soekanto. 1983. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UII Press.hlm. 45. 23 Hasil Wawancara Penulis di Sekolah SMK

      manusia yang beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa dimana saat masa itu tiba kondisi emosional dan mentalnya masih sulit untuk terkontrol kebanyakan terjadinya tawuran timbul dari hal- hal yang sepele kemudian menjadi besar salah satu contoh karena perbedaan suku antar siswa saling ejek-ejekan yang menganggap suku mereka dan budaya mereka paling baik dan siswa yang di ejek tersinggung akhirnya timbul perkelahian bahwa tawuran antar pelajar. Menurut adek suci, faktor penghambat dari penegakan hukum itu adalah dari pelajar itu sendiri yang menjadikan tawuran sebagai tradisi

      III.PENUTUP A. Simpulan

      Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, Upaya penanggulangan terjadinya tawuran pelajar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.

      Upaya penanggulangan terjadinya tawuran antar pelajar dilakukan dengan menggunakan sarana penal dan non penal. Penanggulangan sarana penal yaitu dengan menindak pelaku tawuran sesuai dengan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta melihat dari kasuistisnya, dalam hal ini apabila sudah terjadi proses hukum dan masuk keranah pengadilan, hakim dalam hal ini hakim anak harus melihat terlebih dahulu

    22 M. Panjaitan

      karena anak merupakan generasi bangsa dan aset bangsa. sedangkan penangualangan dengan menggunakan sarana non penal dilakukan dengan tindakan pencegahan a.

      Upaya preventif yaitu Tindakan berupa mengadakan penyuluhan kesekolah-sekolah yang rawan melakukan tawuran, mendirikan Pos Keamanan siswa dibentuk oleh pihak sekolah dan masyarakat sekitar yang siap setiap saat menangi tawuran antar pelajar karena masyarakat adalah garda terdepan dalam meminimalisir tawuran antar pelajar b. Tindakan represif yang dilakukan kepolisan yaitu melakukan penangkapan bagi pelajar yang terlibat tawuran dan memproses nya sesuai pedoman undang- undang bagi sekolah yaitu dengan cara memberikan aturan/sanksi yang tegas kepada para pelajar bila perlu mengeluarkan dari sekolah seperti yang dilakukan oleh SMK 2 Mei bandar lampung.

      2. Faktor-faktor yang menjadi penghambat upaya penanggulangan terjadinya tawuran antar pelajar terdiri dari 5 (lima) faktor. beberapa faktor yang dominan diantaranya : undang-undang, sarana dan prasarana, aparat penegak hukum, masyarakat, dan kebudayaan. Faktor undang- undang menjadi yang pertama karena Pemerintah belum mempuyai aturan khusus mengenai tawuran antar pelajar sehingga dalam proses pemberian sanksi kepada para pelajar yang terlibat tawuran aparat penegak hukum cenderung tebang pilih. Kemudian faktor Masyarakat, Melemahnya ikatan sosial dengan masyarakat, kebanyakan masyarakat memiliki sifat apatis terahadap tawuran sehingga terjadinya pemerosotan kontrol sosial. faktor Sarana dan prasarana, Tidak memiliki alat perekam yang modern merupakan salah satu faktor pengahambat dalam menangani atau menanggulangi tawuran antar pelajar.

      B. Saran

      Pemerintahan hendaknya berkoordinasi dan bekerja sama dengan dinas sosial, pihak sekolah, masyarakat dan aparat penegak hukum untuk menimimalisir terjadinya tawuran antar pelajar. kemudian aparat penegak hukum khususnya kepolisian dalam melakukan pencegahan tawuran antar pelajar lebih giat melakukan sosialisasi mencegah terjadinya tawuran dan pemerintah perlu merumuskan aturan mengenai tawuran antar pelajar supaya kedepanya aparat penegak hukum tidak melakukan tebang pilih dalam penanganan tawuran antar pelajar.

    DAFTAR PUSTAKA BUKU

      “Deprivasi relatif dan prasangka antar kelompok”.

      No HP. 081210765072

      

      WEBSITE

      Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak; Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

      Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Tajam.

      Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

      UNDANG-UNDANG

      Jurnal Psikologi Pendidikan. Volume. 39, No. 1.

      Dariyo, A, .2004. Psikologi

      Perkembangan Remaja , Bogor: Ghalia Indonesia.

      Psikologi Pendidikan dan Perkembangan .Vol. 3 No.01.

      2014.”Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-laki yang Pernah Terlibat Tawuran di SMK 'B' Jakarta”.Jurnal

      Aprilia, Nuri., & Indrijati, Herdina.

      Rismanto, Septian Bayu. 2013. Jurnal : Model Penyelesaian Tawuran Pelajar Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Degradasi Moral Pelajar Studi Kasus Di Kota Blitar Jawa timur.Vol.2. No.1.

      JURNAL

      Kebijakan Hukum Pidana . Bandung: Citra Aditya Bakti.

      Nawawi Arief, Barda. 2002.

      Henny Nuraeny. 2011. Tindak Pidana Perdagangan Orang: Kebijakan Hukum Pidana dan Pencegahannya. Jakarta: Sinar Grafika.

      Santoso, Fauzan Heru., &2012.

Dokumen yang terkait

UPAYA KEPOLISIAN SEKTOR KAWASAN PELABUHAN DALAM PENANGGULANGAN PENYELUNDUPAN DAGING CELENG MELALUI TOL LAUT ( Studi Di Kawasan Pelabuhan Panjang)

0 0 13

PERAN POLISI MILITER ANGKATAN LAUT DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT (Studi di Denpom Lanal Lampung)

0 0 13

PERANAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK DALAM MENGUNGKAP SUATU PERISTIWA YANG DIDUGA SEBAGAI TINDAK PIDANA (Studi di Puslabfor Bareskrim Mabes Polri)

0 1 14

UPAYA SISTEM KEAMAANAN LINGKUNGAN (SISKAMLING) DALAM PENCEGAHANPENCURIAN SEPEDA MOTOR (Studi di Wilayah Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

0 0 15

ANALISIS PERAN BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN SENJATA API YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA POLRI (Studi di Kepolisian Daerah Lampung)

0 0 13

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI SERTA PENCEGAHAN PERBUATAN MAKSIAT (Studi Kasus di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan)

0 0 13

ANALISIS KRIMINOLOGIS TENTANG ANAK PELAKU PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG MENGGUNAKAN SENJATA TAJAM (Studi Kasus Di Wilayah Polres Lampung Timur)

0 0 14

PERSPEKTIF PENERAPAN E-TILANG DENGAN MENGGUNAKAN REKAMAN CCTV (CLOSSED CIRCUIT TELEVISION) (Studi Kasus di Wilayah Bandar Lampung)

1 2 14

PERTANGGUNGJAWBAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENJUALAN KULIT SATWA LANGKA (Studi Putusan Nomor : 277/Pid.Sus/2016/PN.Kot)

0 1 13

PERAN KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN SECARA ONLINE OLEH WARGA NEGARA ASING

0 0 15