dalam Rokeach, 1973. “Lebih diiginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Jadi, nilai memiliki kecendrungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. salah
satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap Danandjaja, 1985.
Kemudian 2 Faktor enabling pendukung seseorang untuk menggunakan layanan kesehatan, dimana biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah
berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana kesehatan. Dan 3 Faktor reinforcing pendorong yang hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.5. Kader Posyandu
Menurut WHO 1995 dalam Yulifah dkk, 2009 kader Posyandu adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani
masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut: 1 Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat, 2 Dapat membaca dan menulis huruf
latin, 3 Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat, dan 4 Bersedia bekerja sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang Depkes, 2008.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kader Posyandu mempunyai tugas yang cukup banyak. Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan Posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
sebagai berikut: 1
Tugas kader pada saat persiapan hari buka Posyandu yaitu menyiapkan alat penimbangan bayi, kartu menuju sehat, alat peraga serta alat-alat dan obat-
obatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan Posyandu. 2
Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan pada lima meja yaitu meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan
nama balita pada KMS, kemudian mendaftar ibu hamil dengan menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. Meja 2 menimbang
bayi atau balita kemudian mencatat hasilnya pada kertas. Meja 3 memindahkan hasil penimbangan bayi atau balita dari kertas ke dalam KMS.
Meja 4 menjelaskan data KMS kepada ibu balita, membarikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS dan meja 5 merupakan
kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan. 3
Tugas kader setelah membuka Posyandu meliputi memindahkan catatan- catatan pada KMS ke dalam buku register, kemudian menilai hasil kegiatan
dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan berikutnya serta, kegiatan kunjungan rumah sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu
datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya Yulifah dkk, 2009.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
1. Kerangka Kerja Penelitian
Berbagai pandangan telah diungkapkan para ahli tentang Posyandu dan pada prinsipnya hampir sama dimana menitikberatkan pada peran serta masyarakat
dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ekasari 2007 menjelaskan Posyandu adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk
dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program
prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. Hal ini juga dicanangkan
oleh pemerintah untuk mengaktifkan Posyandu secara nasional sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Johan Pahlawan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara