Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

(1)

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis

Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI

BATANG POHON

SURYA DANI DAULAY 061202039

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis

Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI

BATANG POHON

SKRIPSI

Oleh:

SURYA DANI DAULAY 061202039

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis

Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI

BATANG POHON

SKRIPSI

Oleh:

SURYA DANI DAULAY 061202039/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis

Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

Nama : Surya Dani Daulay

NIM : 061202039

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, SP, MP Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Sisegar M. Si Ketua Departemen Kehutanan


(5)

ABSTRAK

SURYA DANI DAULAY: Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus

communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon. Dibimbing oleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan YUNASFI.

Perbedaan kualitas bahan tanam sebagai akibat perbedaan bagian akar asal stek dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berbeda. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui pertumbuhan stek akar sukun yang paling baik berdasarkan jarak pengambilan akar bahan stek terhadap batang pohon. Bahan stek yang digunakan yaitu akar sukun yang berada pada

jarak 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, dan ≥ 6 m dari batang pohon. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2010,di Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap. Parameter yang dianalisis adalah persentase tumbuh, hari munculnya tunas, tinggi tunas, diameter tunas, persentase akar dan berat kering tajuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek terhadap batang pohon tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Namun rata-ratanya menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masing parameter. Bahan stek dari jarak 4 meter keatas merupakan bahan tanam terbaik untuk bahan stek sekaligus yang memiliki pertumbuhan terbaik.


(6)

ABSTRACT

SURYA DANI DAULAY: Difference Roots Position Cuttings Material of Main

Trunk on Growth Root Cuttings Breadfruit. Under the guidance of

AFIFFUDDIN DALIMUNTHE and YUNASFI.

Differences in the quality of planting materials as a result of differences in the root by origin cuttings can cause different plant growth. This research is one of preliminary step to know the best growth of root cutting breadfruit based on the distance of taking root cuttings material to the tree stem. Cutting materials used were the root breadfruit on the distance at 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, and ≥6 m from the tree stem. This research was conducted from March-June 2010, in the Screen House, Agriculture Faculty , USU, Medan, using a completely randomized design. The parameters analyzed were the percentage grows, the day of shoot emergence, shoot height, shoot diameter, percentage of roots and dry weight of canopy.

The results showed that differences in the distance of the root cuttings material on the tree stem was not significantly affected by all parameters observed. However the average showed different results in each parameter. Cutting material from the distance of four or more are the best planting materials for cutting material as well as having the best growth.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanggabosi pada tanggal 02 September 1987 dari ayah H. Zulpan Daulay dan Ibu Roslaini Tanjung (Alm). Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari MAN I, P. Sidimpuan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Silva. Penulis pernah menjadi asisten praktikum di Laboratorium Silvika pada tahun 2009.

Penulis melaksanakan peraktek pengenalan dan pengelolaan hutan (P3H) di hutan mangrove Pulau Sembilan, Pangkalan Susu dan hutan dataran rendah Tangkahan, Kabupaten Langkat Sumatera Utara pada tanggal 10 sampai 19 Juni 2008. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum Perhutani KPH Cepu Unit I Jawa Tengah dari tanggal 10 Januari sampai 10 Februari 2010.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Stek Akar Suku (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan dukungan doa dan materil kepada penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada bapak Afifuddin Dalimunthe SP, MP dan bapak Dr. Ir. Yunasfi, M. Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2010


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 5

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 5

Tempat Tumbuh ... 6

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek ... 7

Pengaruh Perbedaan Bahan Stek ... 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek ... 12

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Metode Penelitian ... 16

Prosedur Penelitian ... 17

Penyiapan Media Tanam ... 17

Pengambilan Bahan Stek Akar ... 17

Pembuatan Stek Akar ... 17

Penanaman Stek Akar ... 17

Parameter Yang Diamati ... 18

Persentase Tumbuh Stek ... 18

Waktu Muncul Tunas ... 18

Tinggi Tunas ... 18

Diameter Tunas ... 19


(10)

Hal.

Berat Kering Tajuk ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Persentase Tumbuh Stek ... 20

Waktu Muncul Tunas ... 21

Tinggi Tunas ... 22

Diameter Tunas ... 22

Persentase Berakar ... 23

Berat Kering Tajuk ... 24

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal. 1. Grafik persentase tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communist Forst.)

pada masing-masing perlakuan tiap minggu pengamatan. ... 20

2. Grafik rata-rata waktu muncul tunas pada stek akar sukun pada masing-masing perlakuan. ... 21

3. Grafik rata-rata tinggi tunas stek ... 22

4. Grafik nilai rata-rata diameter tunas pada masing-masing perlakuan ... 23

5. Grafik persentase berakar pada masing-masing perlakuan ... 23


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Waktu muncul tunas pada stek akar sukun ... 30 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi tunas (cm) stek

akar sukun ... 31 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter tunas (cm) stek

akar sukun ... 32 4. Analisis rancangan percobaan bobot kering tajuk (g) stek akar sukun ... 33


(13)

ABSTRAK

SURYA DANI DAULAY: Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus

communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon. Dibimbing oleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan YUNASFI.

Perbedaan kualitas bahan tanam sebagai akibat perbedaan bagian akar asal stek dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berbeda. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui pertumbuhan stek akar sukun yang paling baik berdasarkan jarak pengambilan akar bahan stek terhadap batang pohon. Bahan stek yang digunakan yaitu akar sukun yang berada pada

jarak 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, dan ≥ 6 m dari batang pohon. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2010,di Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap. Parameter yang dianalisis adalah persentase tumbuh, hari munculnya tunas, tinggi tunas, diameter tunas, persentase akar dan berat kering tajuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek terhadap batang pohon tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Namun rata-ratanya menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masing parameter. Bahan stek dari jarak 4 meter keatas merupakan bahan tanam terbaik untuk bahan stek sekaligus yang memiliki pertumbuhan terbaik.


(14)

ABSTRACT

SURYA DANI DAULAY: Difference Roots Position Cuttings Material of Main

Trunk on Growth Root Cuttings Breadfruit. Under the guidance of

AFIFFUDDIN DALIMUNTHE and YUNASFI.

Differences in the quality of planting materials as a result of differences in the root by origin cuttings can cause different plant growth. This research is one of preliminary step to know the best growth of root cutting breadfruit based on the distance of taking root cuttings material to the tree stem. Cutting materials used were the root breadfruit on the distance at 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, and ≥6 m from the tree stem. This research was conducted from March-June 2010, in the Screen House, Agriculture Faculty , USU, Medan, using a completely randomized design. The parameters analyzed were the percentage grows, the day of shoot emergence, shoot height, shoot diameter, percentage of roots and dry weight of canopy.

The results showed that differences in the distance of the root cuttings material on the tree stem was not significantly affected by all parameters observed. However the average showed different results in each parameter. Cutting material from the distance of four or more are the best planting materials for cutting material as well as having the best growth.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan, sandang, obat-obatan, perumahan dan lain-lain. Lahan yang memadai diperlukan sebagai penyedia kebutuhan tersebut, terutama untuk budidaya pertanian. Kualitas dan kuantitas lahan menurun dengan peningkatan tekanan oleh manusia, karena adanya pengalih-fungsian lahan pertanian menjadi areal non-pertanian. Pengolahan lahan yang tidak ramah lingkungan dapat mempercepat degradasi kesuburan tanah. Permasalahan lahan ini perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak. Pengolahan lahan yang dilakukan harus dapat mengatasi beberapa masalah, di antaranya pengelolaan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk dan pelestarian tanah dan lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan ditinjau dari segi tanaman dan konsumsi, yaitu diversifikasi tanaman. Diversifikasi tanaman dapat memberikan dampak positif pada ketahanan usaha tani karena dapat mengurangi resiko, peningkatan pendapatan petani dan nilai tambah dari lahan yang ditanami. Dari segi konsumsi diversifikasi tanaman dapat meningkatkan penganekaragaman jenis pangan (Prasetyo, 2004).

Pangan sumber karbohidrat utama yang kita kenal selama ini adalah beras, terigu, jagung. Padahal masih banyak pangan sumber karbohidrat lain yang berasal dari umbi-umbian maupun buah-buahan yang ada di sekitar kita. Buah sukun adalah satu diantara beberapa buah sumber karbohidrat yang pemanfaatannya masih relatif sedikit dibandingkan bahan pangan sumber karbohidrat yang berasal dari umbi-umbian (Djaafar dan Rahayu, 2005).


(16)

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi (Koswara dan Sutrisno, 2006).

Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena sumber kalorinya dan kandungan gizi yang tinggi. Sukun masuk dalam lampiran International Treaty on Genetic Resource for Food and Agriculture sehingga penangan jenis ini akan berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin ketahanan pangan. Dalam bidang kehutanan, sukun merupakan salah satu jenis pohon yang dipilih dalam kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Selain memiliki akar yang kuat dan tajuk yang lebar yang dapat mengurangi laju erosi, sukun juga merupakan salah satu alternatif tanaman sumber pangan (Hendalastuti dan Rojidin, 2006).

Upaya pengembangan produksi sukun akan memperkuat tingkat ketersedian pangan, khususnya karbohidrat, sekaligus menambah ragam sumber pangan dan variasi menu makanan. Dengan peningkatan ketersediaan pangan sumber karbohidrat menuju kemandirian pangan dan kemantapan ketahanan pangan. Tanaman sukun dapat berfungsi sebagai cadangan pangan karena mampu beradaptasi dengan baik pada lahan marginal dan tahan terhadap kekeringan, dimana tanaman lain potensi produksinya relatif kecil dan mempuyai resiko kegagalan panen yang relatif tinggi pada lahan-lahan tersebut.

Produk pangan olahan yang merupakan hasil olahan langsung dari buah sukun segar misalnya keripik sukun, apem sukun, bolu cup sukun, getuk sukun,


(17)

kroket sukun, prol sukun, dan lain-lain. Sedangkan olahan sukun sebagai bahan pangan olahan lebih lanjut antara lain adalah gaplek sukun, tepung sukun, dan aci sukun. Bahan-bahan olahan primer tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan berbagai pangan dari sukun seperti bolu sukun, cake sukun, kukis sukun, tart sukun dan lain-lain (Tridjaja, 2003).

Melihat berbagai potensi yang ada pada tanaman sukun, penggunaannya diperkirakan akan terus meningkat. Namun permasalahannya, sampai saat ini tanaman sukun belum dikembangkan secara intensif karena selain pengetahuan mengenai potensi kegunaan sukun yang masih kurang, juga pengetahuan budidaya dan ketersediaan bibit yang masih terbatas. Menurut Pudjiono (2008) salah satu cara untuk menjawab tantangan kebutuhan bibit unggul adalah penggunaan bibit dari hasil pemuliaan pohon. Untuk memperbanyak tanaman pada tahap populasi perbanyakan dilakukan dengan teknik pembiakan vegetatif. Teknik perbanyakan vegetatif ini sangat bermanfaat dalam perbanyakan tanaman karena tanaman baru yang dihasilkan mempunyai sifat genetik yang sama seperti tanaman pohonnya. Pembiakan vegetatif yang dimaksud termasuk perbanyakan tanaman melalui stek akar. Akan tetapi perbedaan kualitas bahan tanam sebagai akibat perbedaan bagian akar asal stek dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini dilakuakan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stek akar sukun yang paling baik berdasarkan jarak pengambilan akar bahan stek dari batang pohon.


(18)

Hipotesis Penelitian

1. Perbedaaan jarak akar bahan stek ke batang pohon berpengaruh terhadap

pertumbuhan stek.

2. Semakin jauh jarak bahan stek yang digunakan dari batang pohon

pertumbuhannya akan semakin cepat.

Kegunaan Penelitian

1. Meningkatkan optimalisasi penguasaan teknik perbanyakan vegetatif yang

mendukung upaya penyiapan bahan tanaman sukun.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak pembudidaya

tanaman sukun serta masyarakat yang tertarik dalam membudidaya tanaman sukun.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kayunya lunak, kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya lebar sekali, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst.

Nama umum/dagang : Sukun

Nama Daerah :

Sumatera : Sukun (Aceh) Hatopul (Batak) Amu (Meteyu)

Jawa : Sukun (Jawa) Sakon (Madura)

Bali : Sukun (Bali)


(20)

pohon (berumah satu). Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada nangka. Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada nangka. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik tersebut (Sunarjono, 1999).

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar bulat dan memanjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai dengan adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk kedalam tanah, adapula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah. Panjang akar dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerah-merahan. Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999).

Tempat Tumbuh

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih 600 m dari permukaan laut. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80-100 inchi per tahun dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab panas, dengan temperatur antara 15-38 °C. Tanaman sukun ditaman di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).


(21)

Tanah aluvial (Inceptisol) yang banyak mengandung bahan organik sangat sesuai untuk tanaman sukun. Drajat keasaman (pH) tanah sekitar 6-7 dan relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah (Rauf, 2009).

Di Indonesia sukun mempunyai daerah tempat tumbuh alami yang cukup luas yaitu di Yogyakarta, Cilacap, Blitar, Bayuwangi dan gugus kepulauan kayangan. Sedangkan diluar jawa terdapat di Sumatera (Aceh, Batak dan Nias), Nusa tenggara (Bali, Bima, Sumba, dan Flores), Sulawesi (Gorontalo, Bone), Maluku dan Irian (Kartikawati dan Adinugraha, 2003).

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan (Widiarsih dkk., 2008).

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya.


(22)

Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Huik, 2004).

Biasanya tanaman sukun diperbanyak dengan stek akar atau cangkok. Waupun tanaman dapat diperbanyak dengan okulasi atau sambung pucuk pada batang bawah semai kluwih, tetapi cara ini tidak dianjurkan karena persentase keberhasilannya agak rendah dan relatif lama (Sunarjono,1999).

Metode perbanyakan sukun dengan stek akar banyak dikembangkan di Cilacap, dikenal dengan metode Cilacap. Metode ini mendasarkan pada peristiwa alami pertumbuhan tunas akar. Metode stek akar mampu menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan seragam. Akar yang dipergunakan adalah akar besar maupun akar cabang. Tanaman tua lebih banyak menghasilkan bibit dibandingkan dengan tanaman muda. Namun dari tanaman muda akan diproleh bibit yang lebih cepat pertunasannya dan rendemen stek akar yang tumbuh lebih tinggi dari pada tanaman tua (Pitojo, 1999).

Bagian tanaman yang digunakan untuk stek adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek akar adalah tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.), cemara (Casuarina equisetifolia), jambu buji (Psidium guajava L.), jeruk keprok (Citrus nobilis Lour.), dan kesemek (Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman tersebut dapat diperbanyak dengan stek akar karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif yang setiap saat dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada di atas permukaan tanah (Rahardja dan Wiryanta, 2005).

Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada situasi lingkungan yang dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai


(23)

situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan akar yang telah tua. Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar sebesar pensil. Tetapi untuk tanaman yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar itu bisa dipilih akar-akarnya yang terbesar (Wudianto, 2000).

Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanam adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung pertumbuhan awal tanaman. Ini menjadi ukuran atau bobot bahan tanaman sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapat bahan tanam yang seragam. Akan tetapi pertumbuhan tanaman tidak jarang dijumpai masih tetap bervariasi sekalipun bahan tanam telah dipilih dari ukuran dan bobot yang reliatif sama. Ini adalah logis dengan kenyataan bahwa faktor yang menentukan kualitas bahan tanam demikian banyak. Memang hanya faktor dominan (variasi besar) yang menghasilkan perbedaan yang nyata, sehingga pengawasan satu atau lebih faktor

dominan akan dapat menghasilkan pertumbuhan yang relatif

seragam (Sitompul dan Guritno, 1995).

Penyiapan bibit stek tanaman sukun meliputi langkah-langkah pemilihan pohon induk dan pengambilan akar sukun. Secara terperinci kegitan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif, diperlukan bibit tanaman yang baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya dihasilkan tanaman induk yang baik. Adapun syarat-syarat tanaman yang dapat digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut:

a. Umur tanaman sudah mencapai 6-10 tahun

b. Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap serangan hama dan penyakit


(24)

d. Berasal dari varietas yang dibutuhkan

e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur

f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar

permukaan

g. Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah

(Siregar, 2009).

Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan stek tidak terlepas dari perlakuan-perlakuan yang diberikan seperti yang dijelaskan Rahardja dan Wiryanta (2005), dimana perlakuan-perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Setelah bahan stek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali stek daun), bagian

pangkal segera direndam dalam air bersih. Tujuannya supaya jaringan pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan stek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.

2. Untuk memepercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rootone F. Pangkal

stek dalam keadaan basah dimasukkan dalam serbuk Rootone F. Sisa Rootone F yang menempel di bahan stek dibuang dengan cara mengetuk-ngetukkan bahan stek. Selain itu, Rootone F boleh dicampur dengan air hingga membentuk pasta. Penggunaannya dilakukan dengan cara mengoleskan pangkal stek kedalam pasta Rootone F.

3. Lembaran daun yang ada di bahan stek (pada stek batang) dipotong


(25)

Pengaruh Perbedaan Bahan Stek

Bahan tanaman seperti biji atau bagaian vegetatif merupakan modal awal pertumbuhan tanaman sehingga perbedaan dalam keadaan fisik dan biokimiawi bahan, yang sering dinyatakan dengan istilah kualitas dalam arti luas, dapat mengakibatkan perbedaan dalam pertumbuhan awal tanaman yang akan menjadi pemicu keragaman pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Karena keragaman keadaan fisik dan biokimiawi bahan tanaman yang dihasilkan di bawah pengaruh kondisi alami sangat mungkin terjadi, bahan tanaman akan menjadi salah satu sumber potensial keragaman pertumbuhan tanaman. Penggunaan bahan tanam yang seseragam mungkin selalu dianjurkan agar keragaman yang bersumber dari bahan tanam sekecil mungkin. Akan tetapi bahan tanam yang benar-benar seragam dalam semua aspek sulit diproleh karena beberapa alasan diantaranya (i) unsur yang menyusun kualitas bahan tanam sangat banyak dan sebagian diantaranya tidak sederhana seperti enzim dan hormon, (ii) tingkat unsur ini dalam tubuh tanaman ditentukan oleh berbagai faktor yang tidak selalu bekerja paralel dalam kehidupan tanaman dan (iii) teknologi yang diperlukan untuk tujuan ini belum tersedia (Sitompul dan Guritno, 1995).

Kualitas stek yang berasal dari bagian batang yang berbeda jelas sangat berbeda karena mengalami masa perkembangan yang berbeda disamping kedudukannya yang berbeda. Karenanya sangat mungkin kualitas tersebut tidak hanya ditentukan oleh satu atau dua faktor seperti bobot bahan tanaman yang erat hubungannya dengan kandungan pati yang dapat menggambarkan jumlah substrat metabolisme. Penyebaran hormon seperti auxin, yang disintesis dalam bagaian meristem batang, dan cytokinin, yang disintesis dalam bagiam meristem akar,


(26)

akan dapat berbeda di antara bagian karena kedudukannya. Pada hasil penelitian lain, kandungan mineral (N, P, K, Ca dan Mg) dari stek bervariasi di antara bagian batang (Sitompul dan Guritno, 1995).

Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai adalah batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekali berakar cukup dengan medium air saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan (Kusumo 1980 dalam Irwanto 2001).

Umur bahan stek sangat menentukan keberhasilan dari stek yang dibuat, sehingga bahan dasar pembuatannya perlu diambil dari bibit hasil cabutan atau kebun pangkas yang bersifat juvenil/muda. Hal ini disebabkan karena, pada jaringan organ yang masih muda banyak mengandung jaringan meristematik yang masih mampu melakukan pertumbuhan dan deferensiasi. Dengan demikian bagian yang paling cocok dijadikan stek adalah bagian pucuk. Pucuk juga merupakan sumber auksin pada tanaman (Yasman dan Smits 1988 dalam Irwanto 2001).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman (Huik, 2004).


(27)

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas (12-27°C), tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit (Widiarsih dkk., 2008). Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21ºC sampai 27ºC pada pagi dan siang hari dan 15ºC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman dkk., 1983). Sedangkan suhu rendah menghambat pertumbuhan metabolisme, dan pendewasaan akar. Sebagai tambahan penyerapan air dan hara berkurang, dan barang kali tidak mencukupi kebutuhan pucuk. Pada suhu rendah air menjadi lebih pekat dan jaringan menjadi kurang permeabel. Pada suhu tinggi kecepatan respirasi yang naik mengurangi pertumbuhan akar (Daniel dkk., 1987).

Faktor Dari Dalam Tanaman

Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh.

1. Umur Bahan Stek

Menurut Warsana (2004) ciri-ciri stek akar yang baik adalah jangan terlalu tua dan jangan terlalu muda, diameter stek kurang lebih 1,5 cm. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan akar yang telah tua.


(28)

Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar sebesar pensil. Tetapi untuk tanaman yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar itu bisa dipilih akar-akarnya yang terbesar (Wudianto, 2000).

2. Jenis Tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Menurut Widiarsih dkk. (2008) jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.

3. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Huik, 2004).

4. Persediaan Bahan Makanan

Menurut Pamungkas dkk. (2009) pertumbuhan akar pada stek dipengaruhi oleh adanya karbohidrat dalam stek, dimana karbohidrat merupakan sumber energi dan sumber karbon (C) terbesar selama proses prakaran. Akumulasi karbohidrat banyak terdapat dibagian pangkal stek, sehingga akan lebih cepat dan lebih mudah membentuk akar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartman dkk. (1990) dalam Pamukas dkk. (2009) jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga


(29)

akan terhambat walaupun kandungan karbohidrat pada stek tinggi, karena unsur N berkorelasi negatif dengan proses perakaran pada stek.

5. Zat pengatur Tumbuh

Menurut Widiarsih (2008) salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Sedangkan ditinjau dari asal senyawanya zat pengatur tumbuh dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang

dari luar tumbuhan.

2. Hormon, yakni jika senyawa itu dihasilkan dalam tubuh tumbuhan

(Heddy,1996).

Sebenarnya tanaman sendiri telah mempunyai hormon, misalnya rizokalin (merangsang pertumbuhan akar), kaulokalin (merangsang pertumbuhan batang) dan antokalin (merangsang pembungaan). Hormon-hormon ini masuk dalam golongan auksin yaitu IAA ( Asam Indol Asetat), NAA (Asam Naftalena Asetat), dan IBA (Asam Indol Butirat) (Wudianto, 2003).


(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, media top soil, amplop coklat, akar sukun (Artocarpus communis Forst.). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah cangkul, pita ukur, parang, pisau cutter, pita label, ayakan, penggaris, alat tulis, gembor, kamera, tali, plastik kaca, potongan bambu atau kayu, jangka sorong, oven, timbangan digital dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga didapat 16 unit percobaan. Adapun perlakuan yang digunakan sebagai berikut:

A1= Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2= Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3= Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon


(31)

Prosedur Penelitian

Plaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Penyiapan Media Tanam

Media yang digunakan adalah top soil yang telah dibersihkan dan diayak terlebih dahulu agar kotoran tidak terikut. Setelah top soil diayak selanjutnya dilakukan penghomogenan. Hal ini dilakukan dengan asumsi agar setiap polibag menampung top soil yang tidak berbeda dalam segi kandungan unsur haranya yang akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit sukun nantinya.

2. Pengambilan Bahan Stek Akar

Sampel akar yang digunakan diambil dengan menggali akar kemudian dipotong pada masing-masing jarak yang sudah ditetapkan. Akar yang baik untuk bahan stek adalah yang tumbuh menjalar dekat dengan permukaan tanah atau timbul pada permukaan tanah.

3.Pembuatan Stek Akar

Bahan stek (akar sukun) yang sudah diambil, diukur kemudian dipotong-potong menjadi stek akar dengan panjang 10 cm dan diameter rata-rata berkisar 1-2 cm pada masing-masing jarak tersebut. Bagian stek yang lebih muda (ujung akar) ditandai dengan potongan miring. Hal ini akan memudahkan dalam penanaman stek supaya tidak terbalik.

4.Penanaman Stek Akar

Penanaman stek akar dapat langsung pada media top soil dalam polibag. Pelaksanaan penanaman yang pertama dilakukan adalah pembuatan lubang tanam pada polibag untuk memudahkan penanaman stek. Posisi stek ditanam tegak


(32)

dengan kedalaman penanaman sekitar setengah bagian dari panjang stek. Selanjutnya stek akar yang sudah siap ditanam segera dilakukan penyiraman.

Parameter Yang Diamati

Penentuan parameter pada tahap awal penting untuk menetapkan ruang lingkup permasalahan dan batasan-batasan dari studi pertumbuhan tanaman. Parameter yang perlu untuk diamati dalam menganalisis pertumbuhan stek akar sukun ini adalah:

1. Persentase Tumbuh Stek

Persen tumbuh stek dihitung dengan membandingkan antar jumlah stek yang menghasilkan tunas normal pada akhir penelitian dan jumlah stek yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian.

Persentase tumbuh Tunas = x 100%

ditanam yang

stek Jumlah

tunas penghasil stek

Jumlah

2. Waktu Muncul Tunas

Tunas yang muncul diamati secara visual dari beberapa perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga akhir penelitian.

3. Tinggi Tunas

Data parameter tinggi tunas diambil setelah 60 hari stek di tanam dengan menggunakan penggaris. Tunas yang tumbuh diamati dan diukur tingginya seminggu sekali pada tiap satuan percobaan. Pengukuran tinggi diukur mulai dari pangkal tunas yang telah diberi tanda sampai titik tumbuh.


(33)

4. Diameter Tunas

Pengukuran diameter tunas yang tumbuh pada setiap perlakuan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 1 cm dari pangkal tunas yang telah diberi tanda. Pengambilan data dilaksanakan sekali seminggu bersamaan dengan pengambilan data parameter tinggi tunas.

5. Persentase Berakar

Persentase stek berakar dihitung dengan membandingkan antar jumlah stek yang menghasilkan akar pada akhir penelitian dan jumlah stek yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian.

Persentase berakar = x 100%

ditanam yang

stek Jumlah

akar penghasil stek

Jumlah

6. Berat Kering Tajuk

Pengamatan berat kering tajuk dilakukan setelah kegiatan pengamatan parameter yang lain berakhir, dengan cara pemisahan bagian tajuk dengan akar stek. Untuk mendapatkan berat kering bagian atas tanaman, bagian batang dan daun stek (tajuk stek) disatukan kemudian ditimbang beratnya selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong koran yang telah diberi lubang dan label sesuai perlakuan. Kemudian dioven pada temperatur 75°C selama 24 jam, lalu ditimbang berat keringnya.


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan suatu tanaman dapat dilihat melalui pengamatan terhadap persentase tumbuh, hari munculnya tunas, tinggi tunas, diameter tunas, persentase berakar dan berat kering tajuk. Hasil pengamatan dan pengukuran beberapa kriteria pertumbuhan tersebut diuraikan berikut ini:

1. Persentase Tumbuh Stek

Persen tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communis Forst.) yang diproleh pada akhir penelitian sama untuk setiap perlakuan. Persentase tumbuh stek akar sukun tiap minggu disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik persentase tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communis Forst.) pada masing-masing perlakuan tiap minggu pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persen tumbuh stek pada akhir penelitian untuk masing-masing perlakuan mencapai 100 %, artinya tidak ada perbedaan persentase tumbuh antar bahan stek akibat jarak bahan stek yang berbeda terhadap batang pohon. Namun jika dilihat dari data persentase tumbuh setiap minggunya (Gambar 1), terlihat bahwa stek mulai tumbuh setelah minggu


(35)

ke dua stek ditanam dan pada minggu-minggu tertentu persentase tumbuh antar perlakuan kadangkala berbeda, dimana pada minggu ke dua persentase tumbuh tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dan A4 yaitu sebesar 50 % dan yang terendah pada perlakuan A1 yaitu 0 %. Sedangkan untuk minggu ke 4 dan ke 5 perlakuan A2 justru lebih tinggi dari yang lainnya sekaligus yang memiliki persen tumbuh paling baik.

2. Waktu Muncul Tunas

Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru. Berdasarkan grafik rata-rata waktu muncul tunas (Gambar 2), masa bertunas stek berkisar antara 16-25 hari stelah stek di tanam. Waktu muncul tunas paling cepat terdapat pada perlakuan A2 dan A3 yaitu serkitar 16 hari setelah stek ditanam sedangkan paling lama bertunas terdapat pada perlakuan A1 yaitu 25 hari stelah stek di tanam. Data waktu muncul tunas selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik rata-rata waktu muncul tunas pada stek akar sukun pada masing-masing perlakuan.


(36)

3. Tinggi Tunas

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tinggi tunas yang nyata antar bahan stek dari masing-masing perlakuan. Analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas. Tinggi tunas setelah dirata-ratakan yang diperoleh pada akhir pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik rata-rata tinggi tunas stek

Berdasarkan grafik di atas, rata-rata tinggi tunas pada stek akar sukun berkisar antar 4,45-15,03 cm. Tunas stek tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu 15,03 cm sedangkan yang terrendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 4,45 cm.

4. Diameter Tunas

Analisis sidik ragam (Lampiran 3), menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata antar bahan stek dari masing-masing perlakuan. Analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak pengambilan akar bahan stek yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap diameter tunas. Berikut hasil pengukuran diameter tunas disajikan pada Gambar 4.


(37)

Gambar 4. Grafik nilai rata-rata diameter tunas pada masing-masing perlakuan. Berdasarkan grafik di atas, nilai rata-rata diameter pada stek berkisar antara 0,20-0,26 cm. Nilai diameter tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dan A4 yaitu 0,26 sedangkan terrendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 0,20.

5. Persentase Berakar

Persentase berakar stek yang diproleh pada akhir pengamatan berkisar antara 50-100%. Berikut data persentase berakar stek selengkapnya disajikan pada Gamabar 5.


(38)

Gambar 5 menunjukkan persentase berakar stek tertinggi terdapat pada perlakuan A2, A3 dan A4 yaitu 100 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 50 %.

6. Berat Kering Tajuk

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4 ), menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh berat kering tajuk yang nyata antara bahan stek dari masing-masing perlakuan. Analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek yang digunakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Berat kering tajuk setelah dirata-ratakan yang diperoleh pada akhir pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik rata-rata berat kering tajuk stek pada masing-masing perlakuan.

Grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata berat kering tajuk berkisar antara 0,04–0,37 g. Rata-rata berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu 0,37 sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 0,04.


(39)

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek dari batang pohon tidak memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan stek akar sukun. Namun berbeda dengan rata-ratanya, hapir keseluruhan parameter menunjukkan hasil yang terbaik pada bahan stek dari jarak 4 meter keatas (perlakaun A2, A3, dan A4).

Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan jarak akar bahan stek dari batang pohon dapat mempengaruhi pertumbuhan stek. Berbedaan pertumbuhan pada bahan stek diduga disebabkan oleh perubahan kualitas bahan tanam akibat perbedaan jarak akar yang berbeda dari batang pohon. Bahan tanam dengan kualitas yang bagus akan menghasilkan pola pertumbuhan yang bagus. Gardner dkk. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya. Perbedaan substansi pertumbuhan serta responnya yang berbeda-beda pada bagian tumbuhan, dapat merupakan penyebab perbedaan pertumbuhan pada stek.

Menurut Salisbury dan Ross (1995) pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa begian tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Sehingga bahan tanam dengan jaringan meristem yang lebih tinggi akan mengasilkan pola pertumbuhan yang lebih baik. Bagian tanaman yang kaya akan jaringan meristem diantaranya ujung akar dan ujung tajuk (apeks). Berdasarkan hasil penelitian yang diproleh, dimana bahan stek dari jarak 4 meter ke atas menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan stek yang barasal dari jarak 4 meter ke bawah.


(40)

Akan tetapi pertumbuhan tanaman tidak jarang dijumpai masih tetap berpariasi sekalipun bahan tanam yang digunakan sama-sama berasal dari jaringan yang kaya akan meristem (A3 lebih rendah dari A2). Hal ini diduga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan demikian banyak. Karenanya sangat mungkin kualitas bahan tanam tersebut tidak hanya ditentukan oleh jaringan meristemnya, akan tetapi masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti halnya hormon tumbuh. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) penyebaran hormon seperti auxin, yang disintesis dalam bagian meristem batang, dan cytokinin, yang disintesis dalam bagiam meristem akar, akan dapat berbeda di antara bagian karena kedudukannya. Sementara menurut Pamukas dkk. (2009) pertumbuhan panjang tunas dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin. Sitokinin akan merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein, sedangkan auksin akan memacu pemanjangan sel-sel, sehingga menyebabkan pemanjangan batang. Oleh karenanya, sangat mungkin bahan tanam dari jarak yang berbeda memiliki pertumbuhan yang berbeda.

Perbedaan dalam pertumbuhan awal tanaman akan memicu keragaman pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan pernyatan Tohari (1992) dimana jika pertumbuhan tunas dibatasi oleh suatu bagian yang relatif lebih besar dari karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis akan digunakan oleh tunas itu sendiri dengan akibat bahwa pertumbuhan akar secara relatif akan lebih tertekan dari pada tunas. Sesuai hasil penelitian, dimana bahan stek yang mengahasil pertumbuhan tajuk lebih baik akan menghasilkan pertumbuhanuhan perakaran yang baik pula.


(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bahan stek yang berasal dari jarak 4 meter ke atas (perlakuan A2, A3, dan A4)

merupakan bahan tanam yang terbaik untuk bahan stek sekaligus yang memiliki pertumbuhan terbaik.

2. Kemampuan bahan stek untuk tumbuh dipengaruhi oleh tingkat regenerasinya.

3. Bahan tanam dengan tingkat juvenil yang lebih tinggi akan menghasilkan

regenerasi yang lebih baik.

Saran

Perbanyakan dengan stek akar disarankan menggunakan bahan tanam dari jarak empat meter ke atas dari batang pohon.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djaafar dan S. Rahayu. 2005. Grubi dari Sukun Muda. Surat Kabar Sinar Tani. Yogyakarta. http://www.litbang.deptan.go.id [14 Agustus 2009].

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarata.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo Persada. Jakarta.

Hendalastuti, R. H. dan A. Rojidin. Karakteristik Budidaya dan Pengolahan Buah Sukun : Studi Kasus di Solok dan Kampar. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 :220-23 http://www.docstoc.com [18Juli 2009]. Huik, E. M. 2004. Pengaruh Rootone–F dan Ukuran Diameter Stek Terhadap Pertumbuhan Dari Stek Batang Jati (Tectona grandis L.F). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon. http://www.freewebs.com [08 November 2009].

Hartman, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 2002. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon. http://www.freewebs.com [08 November 2009].

Kartikawati, N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Koswara, dan Sutrisno. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. http://www.ebookpangan.com [14 Agustus 2009].

Pamukas, F. T., S. Darmanti, dan B. Raharjo. 2009. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Dalam Supernatan Kultur Bacillus sp.2 ducc-br-k1.3 Terhadap Pertumbuhan Stek Horisontal Batang Jarak Pagar (Jatropha


(43)

curcas L.). Artikel Penelitian: 131-140. Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id [ 07 Mei 2010 ].

Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

Prasetyo. 2004. Budidaya Kapulaga Sebagai Tanaman Sela PadaTegakan Segon. Progaram Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu. http://bdpunib.org [06 Juni 2010].

Pudjiono, S. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan Pohon. Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Riau. http://biotifor.or.id [07 Mei 2010].

Rahardja, P. C. dan W. Wiryanta. 2005. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Siregar, A. S. 2009. Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) pada

Berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan

Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com [14 Agustus 2009].

Warsana. 2004. Pembibitan Kesemek Sistem Pembiakan Tunas Akar. Tabloid Sinar Tani. Jawa Tengah. http://www.litbang.deptan.go.id [07 Mei 2010]. Widiarsih, S., Minarsih, Dzurrahmah, B. Wirawan, dan W. B. Suwarno. 2008.

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. Artikel.

Wudianto, R. 2000. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


(44)

Lampiran 1. Waktu muncul tunas pada stek akar sukun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(Hari)

1 2 3 4

A1 33 33 18 17 101 25

A2 14 13 19 17 63 16

A3 13 18 17 16 78 16

A4 13 16 33 15 144 19

Keterangan :

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon


(45)

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi tunas (cm) stek akar sukun

Ratan pertambahan tinggi tunas stek akar sukun pada minggu ke 14 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

A1 5,6 6,4 2,6 3,2 17,8 4,45

A1 15,4 7,9 19,4 16,2 58,9 14,725

A3 18,1 16,6 14,6 2,8 52,1 13,025

A4 5,3 15,8 17,4 21,6 60,1 15,025

Total 44,4 46,7 54 43,8 188,9 47,225

Rataan 11,1 11,675 13,5 10,95 47,225 11,80625

Analisis sidik ragam pertambahan tinggi stek akar sukun minggu ke 14 Sember keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

tengah F hitung

F tabel 5%

Perlakuan 3 297,917 99,306 3,214tn 3,33

Galat 12 370,793 30,899

Total 15 668,709

Keterangan:

tn : tidak nyata

* : nyata

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon


(46)

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter tunas (cm) stek akar sukun

Rataan pertambahan diameter tunas stek akar sukun minggu 14

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

A1 0,15 0,2 0,28 0,15 0,78 0,195

A1 0,24 0,22 0,3 0,29 1,05 0,2625

A3 0,23 0,23 0,24 0,2 0,9 0,225

A4 0,22 0,24 0,29 0,29 1,04 0,26

Total 0,84 0,89 1,11 0,93 3,77 0,9425

Rataan 0,21 0,2225 0,2775 0,2325 0,9425 0,235625

Analisis sidik ragam pertambahan diameter stek akar sukun minggu ke 14 Sember keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

tengah F hitung

F tabel 5%

Perlakuan 3 0,012 0,004 2.407tn 3,33

Galat 12 0,020 0,002

Total 15 0,033

Keterangan:

tn : tidak nyata

* : nyata

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon

A4 : Akar dengan jarak ≥ 6 m dari batang pohon


(47)

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan bobot kering tajuk (g) stek akar sukun

Bobot kering tajuk stek akar sukun pada minggu ke 14 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

A1 0,031 0,044 0,044 0,027 0,146 0,0365

A1 0,359 0,081 0,441 0,350 1,231 0,30775

A3 0,433 0,275 0,290 0,016 1,014 0,2535

A4 0,071 0,430 0,382 0,578 1,461 0,36525

Total 0,894 0,83 1,157 0,971 3,852 0,963

Rataan 0,2235 0,2075 0,28925 0,24275 0,963 0,24075

Analisis sidik ragam bobot kering tajuk stek akar sukun minggu ke 14 Sember keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

tengah F hitung

F tabel 5%

Perlakuan 3 0,224 0,075 2.589tn 3,33

Galat 12 0,346 0,029

Total 15 0,569

Keterangan:

tn : tidak nyata

* : nyata

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djaafar dan S. Rahayu. 2005. Grubi dari Sukun Muda. Surat Kabar Sinar Tani. Yogyakarta. http://www.litbang.deptan.go.id [14 Agustus 2009].

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarata.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo Persada. Jakarta.

Hendalastuti, R. H. dan A. Rojidin. Karakteristik Budidaya dan Pengolahan Buah Sukun : Studi Kasus di Solok dan Kampar. Prosiding Seminar Hasil

Litbang Hasil Hutan 2006 :220-23 http://www.docstoc.com [18Juli 2009].

Huik, E. M. 2004. Pengaruh Rootone–F dan Ukuran Diameter Stek Terhadap Pertumbuhan Dari Stek Batang Jati (Tectona grandis L.F). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

http://www.freewebs.com [08 November 2009].

Hartman, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 2002. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

http://www.freewebs.com [08 November 2009].

Kartikawati, N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Koswara, dan Sutrisno. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif.

http://www.ebookpangan.com [14 Agustus 2009].


(2)

curcas L.). Artikel Penelitian: 131-140. Universitas Diponegoro.

Semarang. http://eprints.undip.ac.id [ 07 Mei 2010 ]. Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

Prasetyo. 2004. Budidaya Kapulaga Sebagai Tanaman Sela PadaTegakan Segon. Progaram Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu. http://bdpunib.org [06 Juni 2010].

Pudjiono, S. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan Pohon. Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Riau.

http://biotifor.or.id [07 Mei 2010].

Rahardja, P. C. dan W. Wiryanta. 2005. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Siregar, A. S. 2009. Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) pada

Berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan

Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com [14 Agustus 2009].

Warsana. 2004. Pembibitan Kesemek Sistem Pembiakan Tunas Akar. Tabloid Sinar Tani. Jawa Tengah. http://www.litbang.deptan.go.id [07 Mei 2010]. Widiarsih, S., Minarsih, Dzurrahmah, B. Wirawan, dan W. B. Suwarno. 2008.

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. Artikel.

Wudianto, R. 2000. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


(3)

Lampiran 1. Waktu muncul tunas pada stek akar sukun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(Hari)

1 2 3 4

A1 33 33 18 17 101 25

A2 14 13 19 17 63 16

A3 13 18 17 16 78 16

A4 13 16 33 15 144 19

Keterangan :

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon


(4)

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi tunas (cm) stek akar sukun

Ratan pertambahan tinggi tunas stek akar sukun pada minggu ke 14 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

A1 5,6 6,4 2,6 3,2 17,8 4,45

A1 15,4 7,9 19,4 16,2 58,9 14,725

A3 18,1 16,6 14,6 2,8 52,1 13,025

A4 5,3 15,8 17,4 21,6 60,1 15,025

Total 44,4 46,7 54 43,8 188,9 47,225

Rataan 11,1 11,675 13,5 10,95 47,225 11,80625 Analisis sidik ragam pertambahan tinggi stek akar sukun minggu ke 14

Sember keragaman

Derajat bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

tengah F hitung

F tabel 5% Perlakuan 3 297,917 99,306 3,214tn 3,33

Galat 12 370,793 30,899

Total 15 668,709

Keterangan:

tn : tidak nyata * : nyata

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon


(5)

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter tunas (cm) stek akar sukun

Rataan pertambahan diameter tunas stek akar sukun minggu 14

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

A1 0,15 0,2 0,28 0,15 0,78 0,195

A1 0,24 0,22 0,3 0,29 1,05 0,2625

A3 0,23 0,23 0,24 0,2 0,9 0,225

A4 0,22 0,24 0,29 0,29 1,04 0,26

Total 0,84 0,89 1,11 0,93 3,77 0,9425

Rataan 0,21 0,2225 0,2775 0,2325 0,9425 0,235625

Analisis sidik ragam pertambahan diameter stek akar sukun minggu ke 14 Sember

keragaman

Derajat bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

tengah F hitung

F tabel 5%

Perlakuan 3 0,012 0,004 2.407tn 3,33

Galat 12 0,020 0,002

Total 15 0,033

Keterangan:

tn : tidak nyata * : nyata

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon

A4 : Akar dengan jarak ≥ 6 m dari batang pohon


(6)

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan bobot kering tajuk (g) stek akar sukun

Bobot kering tajuk stek akar sukun pada minggu ke 14 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

A1 0,031 0,044 0,044 0,027 0,146 0,0365 A1 0,359 0,081 0,441 0,350 1,231 0,30775 A3 0,433 0,275 0,290 0,016 1,014 0,2535 A4 0,071 0,430 0,382 0,578 1,461 0,36525 Total 0,894 0,83 1,157 0,971 3,852 0,963 Rataan 0,2235 0,2075 0,28925 0,24275 0,963 0,24075

Analisis sidik ragam bobot kering tajuk stek akar sukun minggu ke 14 Sember

keragaman

Derajat bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

tengah F hitung

F tabel 5%

Perlakuan 3 0,224 0,075 2.589tn 3,33

Galat 12 0,346 0,029

Total 15 0,569

Keterangan:

tn : tidak nyata * : nyata

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon